Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Pengaruh pH dan Suhu terhadap Kerja Enzim Katalase pada Hati
Ayam”.

Maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memberikan
informasi kepada pembaca, menambah wawasan bagi penulis mengenai faktor
yang mempengaruhi kerja enzim, serta untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.

Tidak ada kendala yang berarti selama penilis melakukan penelitian. Itu
semua berkat dukungan semua orang yang terlibat dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini. Terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam penyelesaian
tugas.

Jika seandainya dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat hal-hal yang
tidak sesuai, penulis dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Pariaman,24 Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metabolisme merupakan rangkaian yang diawalai oleh substrat
awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi di dalam sel tubuh
makhluk hidup. suatu reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk
hidup. Reaksi metabolisme tersebut digunakan untuk memperoleh energi,
menyimpan energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan
makanan, memasukkan atau mengeluarkn zat - zat, melakukan gerakan,
menyusun struktur sel, merombak struktur – struktur sel yang tidak dapat
digunakan lagi, dan menanggapi rangsang.
Metabolisme yang merupakan reaksi kimia memiliki katalisator
yang disebut dengan enzim. Enzim yang tersusun atas protein dan molekul
lainnya yang dibentuk bekerja dengan menurunkan energi aktivasi,
sehingga tidak diperlukan suhu dan energi tinggi untuk melakukan suatu
reaksi kimia di dalam tubuh. Jika tidak terdapat katalisator dalam
metabolisme, maka suhu tubuh akan meningkat dan membahayakan bagi
tubuh makhluk hidup.
Kegunaan enzim katalase adalah menguraikan Hidrogen Peroksida
(H2O2) yang memiliki sifat oksidator kuat dan merupakan senyawa racun
dalam tubuh yang terbentuk pada proses pencernaan makanan. Dengan
adanya enzim katalase, senyawa Hidrogen Peroksida (H2O2) dapat
diuraikan menjadi air (H2O) dan oksigen (O2) yang tidak berbahaya
ditandai dengan timbulnya gelembung. Enzim katalase bekerja secara

optimal pada suhu kamar (±30 C) dan suasana netral.


Aktivitas enzim bergantung pada konsentrasi enzim dan keadaan
reaksi seperti pH dan suhu (Wibraham & Michael, 1992: 247). Menurut
Lehninger (1982: 240-252) faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
selain konsentrasi enzim adalah suhu, pH substrat, inhibitor, dan aktivator.
Hal ini dikarenakan setiap enzim memiliki pH dan suhu optimum.
Menurut Sadikin, (2002:138) dalam Iswendi, (2009:5), jika suhu di bawah
suhu optimum, maka aktivitas enzim akan rendah. Demikian juga dengan
pH, jika dilakukan proses di bawah pH optimum maka aktivitas enzim
rendah. Hal ini terjadi karena struktur tiga dimensi enzim mulai berubah,
sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim akibatnya
proses katalis tidak dapat berlangsung secara sempurna.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh pH dan
Suhu terhadap Kerja Enzim Katalase pada Hati Ayam”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja enzim katalase setelah diberi larutan H2O2?
2. Bagaimana pengaruh asam terhadap kerja enzim katalase?
3. Bagaimana pengaruh basa terhadap kerja enzim katalase?
4. Bagaimana pengaruh pemanasan terhadap kerja enzim katalase?
5. Bagaimana pengaruh batu es terhadap kerja enzim katalase?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kerja
enzim katalase normal dengan kerja enzim katalase setelah diberikan
faktor-faktor pengambat kerja enzim yaitu dengan mengubah pH serta
suhu ekstrim pada organ hati.
1.4 Manfaat penulisan
1. Menambah wawasan terhadap pengaruh perubahan pH pada kerja
enzim.
2. Mengetahui efek dari suhu non-optimal terhadap kerja enzim.
1.5 Hipotesis
1. Enzim katalase yang diberi larutan Hidrogen Peroksida (H 2O2) akan terurai
ditandai dengan timbulnya gelembung dan jika diberikan bara api akan
muncul percikan api akibat terbentuknya oksigen (O2).
2. Enzim katalase dalam kondisi pH asam yang diberi larutan Hidrogen
Peroksida (H2O2) akan terurai secara tidak sempurna ditandai dengan
timbulnya sedikit gelembung dan jika diberikan bara api akan muncul
percikan api sedikit bahkan tidak ada akibat sedikit terbentuknya oksigen
(O2).
3. Enzim katalase dalam kondisi pH basa yang diberi larutan Hidrogen
Peroksida (H2O2) akan terurai secara tidak sempurna ditandai dengan
timbulnya sedikit gelembung dan jika diberikan bara api akan muncul
percikan api sedikit bahkan tidak ada akibat sedikit terbentuknya oksigen
(O2).
4. Enzim katalase dalam kondisi panas yang diberi larutan Hidrogen
Peroksida (H2O2) tidak akan terurai, gelembung tidak akan terbentuk dan
jika diberikan bara api percikan api tidak akan muncul akibat rusaknya
enzim oleh suhu panas.
5. Enzim katalase dalam kondisi diberi batu es dan larutan Hidrogen
Peroksida (H2O2) tidak akan terurai, gelembung tidak akan terbentuk dan
jika diberikan bara api percikan api tidak akan muncul akibat rusaknya
enzim oleh suhu dingin.
1.6 Rancangan Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen (true experiment),
diartikan sebagai metode yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Dalam hal ini penulis menggunakan kelas kontrol sebagai pembanding
maka penelitian ini juga bisa disebut eksperimen murni. Metode ini
digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental
yaitu mencoba sesuatu untuk mengetahui atau akibat dari suatu perlakuan.
Disamping itu peneliti ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yang diselidiki atau diamati yang diselidiki atau diamati.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enzim Katalase


Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir
sebagian besar sel.1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel
peroksisom. Katalase ditemukan di semua jaringan, dan aktivitasnya
yang tinggi ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak
aktivitasnya rendah. Enzim katalase mampu mengkatalasis reaksi
penguraian hidrogen peroksida (H2O2) melalui dua mekanisme kerja
yaitu katalitik dan peroksidatik. Mekanisme enzim katalase sebagai
antioksidan melalui proses katalitik terjadi bila enzim katalase
menggunakan molekul H2O2 sebagai substrat atau donor electron dan
molekul H2O2 yang lain sebagai oksidan atau akseptor elektron. H2O2
merupakan salah satu senyawa Reactive Oxygen Spesies (ROS).
      Enzim katalase ini terdiri atas 4 gugusan heme. Ia ada pada
tulang, ginjal, membran mukosa dan juga hati. Adapun aktifitas enzim
katalase ini ditemukan di wilayah mitokondria, peroksosom dan juga
sutoplasma. Enzim katalase ini mempunyai 4 rantai polupeptida yang
pada masing-masing rantainya tersusun atas kurang lebih 500 asam
amino. Selain itu, enzim katalase ini juga mempunyai empat kelompok
ehem yang terbentuk dari cincin protoporphyrin. Cincin ini
mengandung atom besi yang tunggal. Adapun berat molekul tersebut
sekitar 118.054,25 gram/mol.
 Enzim katalase ini dimasukkan ke dalam golongan enzim
hidroperoksidase dimana ia melindungi tubuh organisme dari senyawa
peroksida yang berbahaya. Penumpukan senyawa ini bisa memancing
radikal bebas yang jika tidak diurai akan membuat membran sel di
dalam tubuh rusak dan memancing penyakit semacam kanker dan juga
arterosklerosis.
Pada kondisi tertentu, organisme utamanya manusia bisa saja
kekurangan enzim katalase. Kondisi akan akan membawa sejumlah
kerugian terutama yang berkaitan dengan organ yang banyak
menyimpan enzim katalase. Kondisi kurangnya enzim ini akan
memicu sejumlah penyakit antara lain:  (1) Akatalasia, yakni penyakit
dimana seseorang mengalami kelainan pada darahnya sehingga gusi
dan bagian mulutnya mudah terluka. Gejala ini akan muncul semakin
sering setelah masa pubertas tiba. Penyakit ini diturunkan secara
genetis. (2) Penyakit Vitiligo yakni sejenis penyakit kulit yang
gejalanya muncul berupa bercak putih di beberapa bagian kulit tubuh.
Hal ini merupakan indikasi H2O2 di dalam tubuh tidak sebanding
dengan enzim katalase. (3)  Rambut beruban. Gejala ini disebabkan
melimpahnya H2O2 dan kurangnya enzim katalase yang pada akhirnya
menghambat produksi melamin yakni pigmen yang menjadi pewarna
alamiah rambut manusia.
2.2 Hati
Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di
dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di
bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai
alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjaldengan
cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa
racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-
parenkimal, Sel parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati
sekitar 80% volume hati dan melakukan berbagai fungsi utama hati.
Sebanyak 40% sel hati terdapat pada lobus sinusoidal. Hepatosit
merupakan sel endodermal yang terstimulasi oleh jaringan mesenkimal
secara terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel
parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi
peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan proliferasi
dan diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan: (1) empedu yang mencapai ½
liter setiap hari. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit,
berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang
kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau diekskresi
ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam
empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresiempedu berguna
untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi
lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi
zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat,
empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi
kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit
kuning. (2) sebagian besar asam amino. (3) faktor
koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI. (4) protein C, protein S dan anti-
trombin. (5) kalsidiol. (6) trigliserida melalui lintasan lipogenesis. (7)
kolesterol. (8) insulin-like growth factor 1 (IGF-1),
sebuah protein polipeptida yang berperan penting dalam pertumbuhan
tubuh dalam masa kanak-kanak dan tetap memiliki efek anabolik pada
orang dewasa. (9) enzim arginase yang
mengubah arginina menjadi ornitina dan urea. Ornitina yang terbentuk
dapat mengikat NH³ dan CO² yang bersifat racun. (10) trombopoietin,
sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi keping
darah oleh sumsum tulang belakang. (11) Pada triwulan awal
pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama sintesis sel darah
merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang mampu
mengambil alih tugas ini. (12) albumin, komponen osmolar utama
pada plasma darah. (13) angiotensinogen, sebuah hormon yang
berperan untuk meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi
oleh renin, sebuah enzim yang disekresi oleh ginjal saat ditengarai
kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular apparatus. (14)
enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat
transferase dan laktat dehidrogenase
Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam sitrat seperti sel
pada umumnya, hati juga berperan dalam metabolisme
karbohidrat yang lain: (1) Glukoneogenesis, sintesis glukosa dari
beberapa substrat asam amino, asam laktat, asam lemak non
ester dan gliserol. Pada manusia dan beberapa jenis mamalia, proses
ini tidak dapat mengkonversi gliserol menjadi glukosa. Lintasan
dipercepat oleh hormon insulin seiring dengan hormon tri-
iodotironina melalui pertambahan laju siklus Cori. (2) Glikogenolisis,
lintasan katabolisme glikogen menjadi glukosa untuk kemudian
dilepaskan ke darah sebagai respon meningkatnya kebutuhan energi
oleh tubuh. Hormon glukagon merupakan stimulator utama kedua
lintasan glikogenolisis dan glukoneogenesis menghindarikan tubuh
dari simtoma hipoglisemia. Pada model tikus, defisiensi glukagon akan
menghambat kedua lintasan ini, namun meningkatkan toleransi
glukosa.[19] Lintasan ini, bersama dengan lintasan glukoneogenesis
pada saluran pencernaandikendalikan oleh kelenjar hipotalamus. (3)
Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa. Dan pada
lintasan katabolisme: (1) degradasi sel darah merah. Hemoglobin yang
terkandung di dalamnya dipecah menjadi zat besi, globin, dan heme.
Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak
menjadi metabolit untuk diekskresi
bersama empedu sebagai bilirubin dan biliverdin yang
berwarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini
mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga
warna feses dan urin kekuningan. (2) degradasi insulin dan
beberapa hormon lain. (3) degradasi amonia menjadi urea (4)
degradasi zat toksin dengan lintasan detoksifikasi, seperti metilasi.
Hati juga mencadangkan beberapa substansi, selain glikogen: (1)
vitamin A (cadangan 1–2 tahun). (2) vitamin D (cadangan 1–4 bulan).
(3) vitamin B12 (cadangan 1-3 tahun). (4) zat besi. (5) zat tembaga.

2.3 Metabolisme
Metabolisme secara harfiah mempunyai arti “perubahan” yang
dipakai untuk menunjukan semua perubahan kimia dan energi yang
terjadi di dalam tubuh, atau secara sederhana adalah penggunaan
makanan oleh tubuh.
Secara keseluruhan, metabolisme dikaitkan dengan pengaturan
sumber daya materi dan energi. Beberapa jalur metabolisme
membebaskan energi dengan cara merombak molekul-molekul
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses ini disebut
katabolisme. Sebaliknya, anabolisme memakai energi untuk
membangun molekul kompleks dari molekul-molekul sederhana.
Pada metabolisme perlu diketahui bahwa semua reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel melibatkan enzim dan reaksi-reaksi tersebut
melibatkan perubahan senyawa dalam suatu serial atau lintasan.
Reaksi-reaksi yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup
terjadi secara optimal pada suhu 27oC. Reaksi-reaksi dapat berjala
lebih cepat dengan pemberian katalisator. Katalisator adalah zat yang
dapat mempercepat reaksi, tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi.
Katalisator di dalam sel makhluk hidup disebut biokatalisator. Contoh
biokatalisator adalah enzim dan beberapa molekul RNA yang disebut
ribozim.
2.4 Enzim
Enzim merupakan pengatur reaksi. Bahan tempat enzim bekerja
disebut substrat. Bahan baru atau materi yang terbentuk sebagai hasil
reaksi disebut produk.
1. Struktur Enzim
Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua
bagian, yaitu (a) Bagian protein disebut apoenzim, tersusun atas
asam-asam amino. Bagian protein bersifat labil (mudah berubah),
misalnya terpengaruh oleh suhu dan keasaman. (b) Bagian yang
bukan protein disebut gugus prostetik, yaitu gugusan yang aktif.
Yang berasal dari molekul anorganik disebut kofaktor, misalnya
besi, tembaga, zink. Gugus prostetik yang terdiri dari senyawa
organik kompleks disebut koenzim, misalnya NADH, FADH,
koenzim A, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam
pantotenat (vitamin B5), niasin (asam nikotinat), piridoksin
(vitamin B6), biotin, asam folat, dan kobalamin (vitamin B12).
2. Ciri-Ciri Enzim
a. Biokatalisator : pemercepat proses reaksi kimia.
b. Protein
c. Bekerja secara khusus: enzim hanya dapat mempengaruhi
reaksi tertentu, tidak dapat mempengaruhi reaksi lainnya.
d. Dapat digunakan berulang kali: karena enzim tidak berubah
pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat digunakan
berulang kali, selama enzim tidak rusak.
e. Rusak oleh panas: karena enzim adalah suatu protein.
Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi. Kebanyakan
Enzim rusak pada suhu di atas 50 oC. Jika rusak, enzim tidak
dapat berfungsi lagi walaupun pada suhu normal.
f. Tidak ikut bereaksi: karena enzim merupakan biokatalisator.
g. Bekerja dapat balik: enzim dapat bekerja mengurai senyawa
dan dapat menyusun senyawa menjadi semula.
h. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain (1)
Suhu : enzim bekerja optimal pada suhu 30oC atau pada suhu
tubuh dan akan rusak pada suhu tinggi. Biasanya enzim
bersifat nonaktif pada suhu rendah (0oC atau di bawahnya),
tetapi tidak rusak. Jika suhunya kembali normal, enzim mampu
bekerja kembali. (2) pH : enzim bekerja optimal pada pH
tertentu. (3) Zat penghambat (inhibitor). (4) Aktivator:
kebalikan dari inhibitor, bekerja menggiatkan enzim.
3. Cara Kerja Enzim
a. Teori gembok-anak kunci : sisi aktif enzim mempunyai bentuk
tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja. Jika
enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi
aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.
b. Teori induced fit : sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam
menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika
substrat memasuki sisi aktif enzim, maka enzim akan
terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit
sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula
tidak cocok menjadi cocok (fit).
4. Inhibitor
Merupakan zat yang dapat menhambat kerja enzim.
a. Inhibitor reversible adalah penghambat yang tidak berikatan
secara kuat dengan enzim terdiri dari (1) inhibitor kompetitif:
menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim
sehingga substrat tidak dapat masuk. Inhibitor ini bersaing
dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. (2)
inhibitor nonkompetitif : berupa senyawa kimia yang tidak
mirip dengan substrat dan berikatan pada sisi selain sisi aktif
enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk enzim
sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya.
b. Inhibitor irreversible yang berikatan dengan sisi aktif enzim
secara kuat sehingga tidak dapat terlepas. Enzim menjadi tidak
aktif dan tidak dapat kembali seperti semula.

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian mengenai “Pengaruh pH dan Suhu terhadap Kerja Enzim
Katalase pada Hati Ayam” ini dilaksanakan di rumah penulis dan
dilakukan pada tanggal 20 Juli 2018.
1.2 Variabel Penelitian
 Variabel bebas : NaOH, HCl, dan suhu.
 Variabel terikat : Banyak gelembung dan nyala bara api
 Variabel terkontrol : H2O2 dan ektrak hati ayam
 
1.3 Alat dan Bahan
Alat:
 Tabung reaksi 5 buah
 Rak tabung reaksi 1 buah
 Pembakar spirtus 1 buah
 Pipet tetes
 Lumpang dan Alu
 Lidi
 Label nama
 Pena

Bahan:
 Ekstrak hati ayam
 Hidrogen Peroksida (H2O2)
 HCl 10 %
  NaOH 10 %
 Air
 Batu es
1.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memberi nomor 1⸺5 pada tabung reaksi dengan label nama.
3. Melumat hati ayam menggunakan lumpang dan alu dan beri air
secukupnya.
4. Mengambil lumatan hati ayam dengan pipet tetes dan teteskan ke-5
tabung reaksi.
5. Menyalakan api pada spritus.
6. Membakar lidi hingga terbentuk bara.
7. Memasukan larutan H2O2 pada tabung reaksi 1 dengan pipet tetes.
8. Menutup tabung reaksi dengan jempol tangan.
9. Memasukan bara api ke tabung reaksi.
10. Mengamati dan mencatat hasil.
11. Memberi cairan HCl pada tabung reaksi 2 dengan pipet tetes
12. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 2.
13. Memberi cairan NaOH pada tabung reaksi 3 dengan pipet tetes.
14. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 3
15. Memanaskan tabung reaksi 4 di atas spritus hingga mendidih.
16. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 4.
17. Memasukan batu es pada tabung reaksi 5.
18. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 2

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Perlakuan Gelembung Dimasukkan bara api

Ekstrak + H2O2 +++ Menyala

Ekstrak + HCl + H2O2 – Tidak menyala

Ekstrak + NaOH + H2O2 ++ Tidak menyala

Ekstrak mendidih + H2O2  – Tidak menyala

Ekstrak+ Es+H2O2 + Menyala

Keterangan
+++ : Banyak
++ : sedikit
+ : sangat sedikit
- : Tidak ada
4.2 Pembahasan
1. Ekstrak + H2O2
Pada kondisi normal ini dapat telihat gelembung gas yang banyak
akibat dari terurainya H2O2 oleh enzim katalase. Terdapat nyala api
ketika bara api di masukan ke dalam tabung reaksi. Hal ini
menunjukan bahwa terbentuknya oksigen (O2) sebagai produk dari
reaksi.
2. Ekstrak + H2O2 + HCl
Pada penelitian tidak tampak adanya gelembung gas akibat
rusaknya enzim dikarenakan perubahan tingkat keasaman. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadinya penguraian H2O2 oleh enzim
katalase. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya percikan api
ketika bara api dimasukan ke dalam tabung reaksi karna tidak
terjadinya reaksi dan gagal dalam pembentukan oksigen.
3. Ekstrak + H2O2 + NaOH
Pada penelitian tampak sedikit gelembung gas akibat rusaknya
enzim dikarenakan pemberian cairan bersifat basa. Dapat
disimpulkan bahwa terjadi penguraian H2O2 oleh enzim katalase
namun tidak maksimal. Ketika bara api dimasukan ke dalam
tabung reaksi tidak terbentuk percikan api. Hal ini dikarenakan
sedikitnya produk oksigen yang terbentuk dari reaksi.
4. Ekstrak didihkan + H2O2
Pada penelitian tidak tampak adanya gelembung gas akibat
rusaknya enzim dikarenakan pemanasan. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadinya penguraian H2O2 oleh enzim katalase. Hal tersebut
menyebabkan tidak adanya percikan api ketika bara api dimasukan
ke dalam tabung reaksi karna tidak terjadinya reaksi dan gagal
dalam pembentukan oksigen.
5. Ekstrak + H2O2 + Batu Es
Pada penelitian tampak sedikit gelembung gas akibat rusaknya
enzim dikarenakan penurunan suhu. Dapat disimpulkan bahwa
terjadi penguraian H2O2 oleh enzim katalase namun tidak
maksimal. Ketika bara api dimasukan ke dalam tabung reaksi
terbentuk percikan api. Hal ini dikarenakan adanya produk oksigen
yang terbentuk dari reaksi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa enzim katalase
berfungsi mengurai H2O2 menjadi air dan oksigen. Aktivitas Enzim
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.  Suhu, dimana enzim katalase tidak
akan bekerja optimal pada suhu ekstrim (sangat tinggi dan sangat rendah).
Karena kita ketahui bahwa enzim katalase akan bekerja pada suhu netral.
Derajat Keasaman pH, dimana enzim katalase akan bekerja optimal
pada pH netral. sedangkan pada keadaan pH < 7 (asam) dan pH > 7 (basa)
tidak dapat menguraikan secara optimal.
Semakin besar konsentrasi enzim katalase, maka semakin banyak
molekul substrat yang dapat dipecahkan.

5.2 Saran
1. Pilih hati ayam yang kualitasnya baik dan masih segar.
2. Ekstrak hati ayam untuk tabung reaksi 5 harusnya dibekukan bukan di
beri es sehingga lebih akurat dalam melakukan percobaan. Karena
enzim tidak bekerja pada suhu di bawah 0oC. Jika diberi es batu, maka
hal ini hanya akan menurunkan suhu dari ekstrak hati ayam (tidak
sampai 0oC) sehingga masih terbentuknya gelembung gas.
DAFTAR PUSTAKA

Nurkhotimah, dkk. 2017. Pengaruh Suhu dan pH terhadap Aktivitas Enzim


Fosfatase Bakteri Termofilik Sungai Gendol Pasca Erupsi Merapi. Jurnal Prodi
Biologi. Vol 6 number 8, 2017. Diambil dari :
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/biologi/article/download/7891/7518
( 21 Juli 2018)

Sarianoferni, dkk. 2017. Pengaruh Pemberian Alga Coklat (Sargassum sp.)


terhadap Enzim Katalase Kelenjar Submandibularis Tikus Rattus Novergicus
Strain Wistar akibat Iradiasi Linear energy Transfer (Let) Rendah. Vol. 1 number
2, 2017. Diambil dari :
https://www.researchgate.net/publication/323102228_Pengaruh_Pemberian_Alga
_Coklat_Sargassum_sp_Terhadap_Enzim_Katalase_Kelenjar_Submandibularis_T
ikus_Rattus_Norvegicus_Strain_Wistar_Akibat_Iradiasi_Linear_Energy_Transfer
_LET_Rendah (21 Juli 2018)

Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. BIOLOGI JILID 3A untuk SMA Kelas XII
Semester 1. Malang: Erlangga

Wikipedia. 2018. Hati. Diambil dari : https://id.wikipedia.org/wiki/Hati (21 Juli


2018)

Anda mungkin juga menyukai