Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Pengaruh pH dan Suhu terhadap Kerja Enzim Katalase pada Hati
Ayam”.
Maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memberikan
informasi kepada pembaca, menambah wawasan bagi penulis mengenai faktor
yang mempengaruhi kerja enzim, serta untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Tidak ada kendala yang berarti selama penilis melakukan penelitian. Itu
semua berkat dukungan semua orang yang terlibat dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini. Terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam penyelesaian
tugas.
Jika seandainya dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat hal-hal yang
tidak sesuai, penulis dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Metabolisme
Metabolisme secara harfiah mempunyai arti “perubahan” yang
dipakai untuk menunjukan semua perubahan kimia dan energi yang
terjadi di dalam tubuh, atau secara sederhana adalah penggunaan
makanan oleh tubuh.
Secara keseluruhan, metabolisme dikaitkan dengan pengaturan
sumber daya materi dan energi. Beberapa jalur metabolisme
membebaskan energi dengan cara merombak molekul-molekul
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses ini disebut
katabolisme. Sebaliknya, anabolisme memakai energi untuk
membangun molekul kompleks dari molekul-molekul sederhana.
Pada metabolisme perlu diketahui bahwa semua reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel melibatkan enzim dan reaksi-reaksi tersebut
melibatkan perubahan senyawa dalam suatu serial atau lintasan.
Reaksi-reaksi yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup
terjadi secara optimal pada suhu 27oC. Reaksi-reaksi dapat berjala
lebih cepat dengan pemberian katalisator. Katalisator adalah zat yang
dapat mempercepat reaksi, tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi.
Katalisator di dalam sel makhluk hidup disebut biokatalisator. Contoh
biokatalisator adalah enzim dan beberapa molekul RNA yang disebut
ribozim.
2.4 Enzim
Enzim merupakan pengatur reaksi. Bahan tempat enzim bekerja
disebut substrat. Bahan baru atau materi yang terbentuk sebagai hasil
reaksi disebut produk.
1. Struktur Enzim
Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua
bagian, yaitu (a) Bagian protein disebut apoenzim, tersusun atas
asam-asam amino. Bagian protein bersifat labil (mudah berubah),
misalnya terpengaruh oleh suhu dan keasaman. (b) Bagian yang
bukan protein disebut gugus prostetik, yaitu gugusan yang aktif.
Yang berasal dari molekul anorganik disebut kofaktor, misalnya
besi, tembaga, zink. Gugus prostetik yang terdiri dari senyawa
organik kompleks disebut koenzim, misalnya NADH, FADH,
koenzim A, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam
pantotenat (vitamin B5), niasin (asam nikotinat), piridoksin
(vitamin B6), biotin, asam folat, dan kobalamin (vitamin B12).
2. Ciri-Ciri Enzim
a. Biokatalisator : pemercepat proses reaksi kimia.
b. Protein
c. Bekerja secara khusus: enzim hanya dapat mempengaruhi
reaksi tertentu, tidak dapat mempengaruhi reaksi lainnya.
d. Dapat digunakan berulang kali: karena enzim tidak berubah
pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat digunakan
berulang kali, selama enzim tidak rusak.
e. Rusak oleh panas: karena enzim adalah suatu protein.
Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi. Kebanyakan
Enzim rusak pada suhu di atas 50 oC. Jika rusak, enzim tidak
dapat berfungsi lagi walaupun pada suhu normal.
f. Tidak ikut bereaksi: karena enzim merupakan biokatalisator.
g. Bekerja dapat balik: enzim dapat bekerja mengurai senyawa
dan dapat menyusun senyawa menjadi semula.
h. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain (1)
Suhu : enzim bekerja optimal pada suhu 30oC atau pada suhu
tubuh dan akan rusak pada suhu tinggi. Biasanya enzim
bersifat nonaktif pada suhu rendah (0oC atau di bawahnya),
tetapi tidak rusak. Jika suhunya kembali normal, enzim mampu
bekerja kembali. (2) pH : enzim bekerja optimal pada pH
tertentu. (3) Zat penghambat (inhibitor). (4) Aktivator:
kebalikan dari inhibitor, bekerja menggiatkan enzim.
3. Cara Kerja Enzim
a. Teori gembok-anak kunci : sisi aktif enzim mempunyai bentuk
tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja. Jika
enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi
aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.
b. Teori induced fit : sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam
menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika
substrat memasuki sisi aktif enzim, maka enzim akan
terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit
sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula
tidak cocok menjadi cocok (fit).
4. Inhibitor
Merupakan zat yang dapat menhambat kerja enzim.
a. Inhibitor reversible adalah penghambat yang tidak berikatan
secara kuat dengan enzim terdiri dari (1) inhibitor kompetitif:
menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim
sehingga substrat tidak dapat masuk. Inhibitor ini bersaing
dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. (2)
inhibitor nonkompetitif : berupa senyawa kimia yang tidak
mirip dengan substrat dan berikatan pada sisi selain sisi aktif
enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk enzim
sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya.
b. Inhibitor irreversible yang berikatan dengan sisi aktif enzim
secara kuat sehingga tidak dapat terlepas. Enzim menjadi tidak
aktif dan tidak dapat kembali seperti semula.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan:
Ekstrak hati ayam
Hidrogen Peroksida (H2O2)
HCl 10 %
NaOH 10 %
Air
Batu es
1.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memberi nomor 1⸺5 pada tabung reaksi dengan label nama.
3. Melumat hati ayam menggunakan lumpang dan alu dan beri air
secukupnya.
4. Mengambil lumatan hati ayam dengan pipet tetes dan teteskan ke-5
tabung reaksi.
5. Menyalakan api pada spritus.
6. Membakar lidi hingga terbentuk bara.
7. Memasukan larutan H2O2 pada tabung reaksi 1 dengan pipet tetes.
8. Menutup tabung reaksi dengan jempol tangan.
9. Memasukan bara api ke tabung reaksi.
10. Mengamati dan mencatat hasil.
11. Memberi cairan HCl pada tabung reaksi 2 dengan pipet tetes
12. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 2.
13. Memberi cairan NaOH pada tabung reaksi 3 dengan pipet tetes.
14. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 3
15. Memanaskan tabung reaksi 4 di atas spritus hingga mendidih.
16. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 4.
17. Memasukan batu es pada tabung reaksi 5.
18. Mengulangi langkah 7⸺10 pada tabung reaksi 2
BAB IV
Keterangan
+++ : Banyak
++ : sedikit
+ : sangat sedikit
- : Tidak ada
4.2 Pembahasan
1. Ekstrak + H2O2
Pada kondisi normal ini dapat telihat gelembung gas yang banyak
akibat dari terurainya H2O2 oleh enzim katalase. Terdapat nyala api
ketika bara api di masukan ke dalam tabung reaksi. Hal ini
menunjukan bahwa terbentuknya oksigen (O2) sebagai produk dari
reaksi.
2. Ekstrak + H2O2 + HCl
Pada penelitian tidak tampak adanya gelembung gas akibat
rusaknya enzim dikarenakan perubahan tingkat keasaman. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadinya penguraian H2O2 oleh enzim
katalase. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya percikan api
ketika bara api dimasukan ke dalam tabung reaksi karna tidak
terjadinya reaksi dan gagal dalam pembentukan oksigen.
3. Ekstrak + H2O2 + NaOH
Pada penelitian tampak sedikit gelembung gas akibat rusaknya
enzim dikarenakan pemberian cairan bersifat basa. Dapat
disimpulkan bahwa terjadi penguraian H2O2 oleh enzim katalase
namun tidak maksimal. Ketika bara api dimasukan ke dalam
tabung reaksi tidak terbentuk percikan api. Hal ini dikarenakan
sedikitnya produk oksigen yang terbentuk dari reaksi.
4. Ekstrak didihkan + H2O2
Pada penelitian tidak tampak adanya gelembung gas akibat
rusaknya enzim dikarenakan pemanasan. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadinya penguraian H2O2 oleh enzim katalase. Hal tersebut
menyebabkan tidak adanya percikan api ketika bara api dimasukan
ke dalam tabung reaksi karna tidak terjadinya reaksi dan gagal
dalam pembentukan oksigen.
5. Ekstrak + H2O2 + Batu Es
Pada penelitian tampak sedikit gelembung gas akibat rusaknya
enzim dikarenakan penurunan suhu. Dapat disimpulkan bahwa
terjadi penguraian H2O2 oleh enzim katalase namun tidak
maksimal. Ketika bara api dimasukan ke dalam tabung reaksi
terbentuk percikan api. Hal ini dikarenakan adanya produk oksigen
yang terbentuk dari reaksi.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa enzim katalase
berfungsi mengurai H2O2 menjadi air dan oksigen. Aktivitas Enzim
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut. Suhu, dimana enzim katalase tidak
akan bekerja optimal pada suhu ekstrim (sangat tinggi dan sangat rendah).
Karena kita ketahui bahwa enzim katalase akan bekerja pada suhu netral.
Derajat Keasaman pH, dimana enzim katalase akan bekerja optimal
pada pH netral. sedangkan pada keadaan pH < 7 (asam) dan pH > 7 (basa)
tidak dapat menguraikan secara optimal.
Semakin besar konsentrasi enzim katalase, maka semakin banyak
molekul substrat yang dapat dipecahkan.
5.2 Saran
1. Pilih hati ayam yang kualitasnya baik dan masih segar.
2. Ekstrak hati ayam untuk tabung reaksi 5 harusnya dibekukan bukan di
beri es sehingga lebih akurat dalam melakukan percobaan. Karena
enzim tidak bekerja pada suhu di bawah 0oC. Jika diberi es batu, maka
hal ini hanya akan menurunkan suhu dari ekstrak hati ayam (tidak
sampai 0oC) sehingga masih terbentuknya gelembung gas.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. BIOLOGI JILID 3A untuk SMA Kelas XII
Semester 1. Malang: Erlangga