Anda di halaman 1dari 13

Enzim Katalase

Enzim adalah senyawa makromolekuler berupa susunan protein yang dibentuk oleh tubuh
organisme hidup secara alami. Enzim memiliki fungsi khusus sebagai katalis dalam aktifitas
reaksi tertentu yang terjadi di dalam tubuh organisme tersebut. Enzim mampu mengubah suatu
substrat menjadi suatu produk molekul yang berbeda. Seperti zat katalis pada umumnya,
keberadaan enzim dalam suatu reaksi dapat meningkatkan laju reaksi sambil menurunkan
aktivasi energi. Enzim katalase adalah enzim yang dapat ditemukan pada organ penting makhluk
hidup seperti sel tulang, bagian bagian ginjal, hati dan membran mukosa.

Enzim katalase merupakan senyawa hemoprotein yang terdiri atas empat gugus heme. Heme
adalah suatu kofaktor yang terdiri atas ion besi (Fe) pada pusat cincin heterosiklik yang disebut
porphyrin. Heme inilah yang memungkinkan katalase untuk bereaksi dengan senyawa peroksida.
Aktifitas heme diketahui terdapat di mitokonria, peroksosom dan sitoplasma. Enzim katalase
memiliki empat rantai polipeptida. Polipeptida adalah protein yang dihasilkan oleh asam nukleat.
Polipeptida penyusun enzim ini memiliki kira-kira 500 asam amino. Mayoritas organisme yang
sudah dikenal menggunakan enzim katalase di setiap organnya. Jumlah enzim katalase paling
besar terletak pada bagian hati (liver). (baca : fungsi hati manusia)

Enzim katalase pada tubuh manusia bekerja optimal pada suhu 45 derajat celcius dengan pH
optimumnya adalah 7. Suhu dan pH optimum enzim katalase pada setiap spesies berbeda-beda.
Adapun aktifitas enzim katalase dalam sel yaitu,

 Aktivitas Peroksidase – yaitu aktifitas enzim katalase dalam mengubah senyawa peroksida
menjadi oksigen dan air. Enzim katalase adalah ezim peroksidadsi yang secara khusus digunakan
dalam mendekomposisi hidrogen peroksida. Enzim katalase memiliki kemampuan konversi
peroksida yang luar biasa. Satu molekul katalase dapat mengubah kira-kira lima juta molekul
peroksida menjadi air dan oksigen.
 Aktifitas Katalase – yaitu kemampuan enzim untuk menggunakan satu molekul peroksida
sebagai donor elektron dan menjadikan satu molekul peroksida lainnya sebagai penerima atau
akseptor elektron.

Enzim katalase juga terdapat pada tumbuhan. Enzim ini diproduksi oleh peroksisom dan aktif
melakukan reaksi oksidatif terhadap bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti hidrogen
peroksida (H2O2). Apabila H2O2 tidak diuraikan dengan enzim ini, maka akan menyebabkan
kematian pada sel-sel. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan merombak H2O2 menjadi
substansi yang tidak berbahaya, yaitu berupa air dan oksigen. Selain bekerja secara spesifik pada
substrat tertentu, enzim juga bersifat termolabil (rentan terhadap perubahan suhu) serta
merupakan suatu senyawa golongan protein. Pengaruh temperature terlihat sangat jelas, karena
dapat merusak enzim dan membuatnya terdenaturasi seperti protein kebanyakan.
Cytochrome c peroxidase

Cytochrome c peroxidase, or CCP, is a water-soluble heme-containing enzymeof


the peroxidase family that takes reducing equivalents from cytochrome c and reduces hydrogen
peroxide to water:
CCP + H2O2 + 2 ferrocytochrome c + 2H+ → CCP + 2H2O + 2 ferricytochrome c
Cytochrome c peroxidase can react with hydroperoxides other than hydrogen peroxide, but the
reaction rate is much slower than with hydrogen peroxide.
It was first isolated from baker's yeast by R. A. Altschul, Abrams, and Hogness in
1940,[1] though not to purity. The first purified preparation of yeast CCP dates to Takashi
Yonetani and his preparation by ion exchange chromatography in the early 1960s. The X-ray
structure was the work of Thomas Poulos and coworkers in the late 1970s.[2]
The yeast enzyme is a monomer of molecular weight 34,000, containing 293 amino acids, and
contains as well a single noncovalently bound heme b. Unusual for proteins, this enzyme
crystallizes when dialysed against distilled water. More so, the enzyme purifies as a consequence
of crystallization, making cycles of crystallization an effective final purification step.
Much like catalase, the reaction of cytochrome c peroxidase proceeds through a three-step
process, forming first a Compound I and then a Compound II intermediate:
CCP + ROOH → Compound I + ROH + H2O
CCP-compound I + e− + H+ → Compound II
Compound II + e− + H+ → CCP
CCP in the resting state has a ferric heme, and, after the addition of two oxidizing equivalents
from a hydroperoxide (usually hydrogen peroxide), it becomes oxidised to a formal oxidation
state of +5 (FeV, commonly referred to as ferryl heme However, both low-temperature magnetic
susceptibility measurements and Mössbauer spectroscopy show that the iron in Compound I of
CCP is a +4 ferryl iron, with the second oxidising equivalent existing as a long-lived free-
radical on the side-chain of the tryptophan residue (Trp-191).[3] This is different to most
peroxidases, which have the second oxidising equivalent on the porphyrin instead. Compound I
of CCP is fairly long-lived, decaying to CCP-compound II with a half-life at room temperature
of 40 minutes to a couple hours.
CCP has high sequence identity to the closely related ascorbate peroxidase enzyme.

Contoh praktikum pengujian enzyme katalase


Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk hidup.
Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup,
tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Oleh sebab itu enzim disebut sebagai salah satu
katalisator alami.
Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel tumbuhan
juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya. Enzim katalase merupakan
salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim ini diproduksi oleh peroksisom dan aktif
melakukan reaksi oksidatif terhadap bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti hidrogen
peroksida (H2O2). Apabila H2O2 tidak diuraikan dengan enzim ini, maka akan menyebabkan
kematian pada sel-sel. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan merombak H2O2 menjadi
substansi yang tidak berbahaya, yaitu berupa air dan oksigen. Selain bekerja secara spesifik pada
substrat tertentu, enzim juga bersifat termolabil (rentan terhadap perubahan suhu) serta
merupakan suatu senyawa golongan protein. Pengaruh temperature terlihat sangat jelas, karena
dapat merusak enzim dan membuatnya terdenaturasi seperti protein kebanyakan.
Enzim tertentu dapat bekerja secara optimal pada kondisi tertentu pula. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut :
a. Suhu
Enzim menjadi rusak bila suhunya terlalu tinggi atau rendah. Protein akan mengental atau
mengalami koagulasi bila suhunya terlalu tinggi (panas).
b. Derajat keasaman (pH)
Enzim menjadi nonaktif jika diperlakukan pada asam dan basa yang sangat kuat. Sebagian besar
enzim bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang sedikit sempit (pH = ±7). Di luar
pH optimal, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat.
c. Konsentrasi enzim, substrat, dan kofaktor
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta jumlah substrat berlebihan,
maka laju reaksi sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Jika pH, suhu dan konsentrasi enzim
dalam keadaan konstan, maka reaksi awal hinga batas tertentu sebanding dengan substrat yang
ada. Jika enzim memerlukan suatu koenzim atau ion kofaktor, maka konsentrasi substrat dapat
menetukan laju reaksi.
d. Inhibitor enzim
Kerja enzim dapat dihambat, baik bersifat sementara maupun tetap oleh inhibitor berupa zat
kimia tertentu. Pada konsentrasi substrat yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap
laju reaksi.
Enzim katalase termasuk enzim hidroperoksidase, yang melindungi tubuh terhadap
senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan senyawa peroksida dapat
menghasilkan radikal bebas, yang selanjutnya akan merusak membrane sel dan kemungkinan
menimbulkan penyakit kanker serta arterosklerosis. Enzim Katalase memiliki kemampuan untuk
inaktivasi hydrogen peroksida.
Senyawa H2O2 dihasilkan oleh aktivitas enzim oksidase. H2O2 berpotensi membentuk
radikal karena membentuk OH- . Enzim katalase merupakan hemoprotein yang mengandung 4
gugus hem.
Aktivitas enzim katalase :
1. Aktivitas peroksidase, mengoksidasi senyawa yang analog dengan substrat
2. Aktivitas katalase, enzim ini mampu menggunakan satu molekul H2O2 sebagai substrat atau
donor electron dan molekul H2O2 yang lain sebagai oksidan atau akseptor electron.

V. Alat dan Bahan :

1. Rak tabung reaksi.


2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Busen
5. Pembakar spiritus
6. Kaki tiga dan kasa
7. Beaker Glass 250 ml
8. Lidi dan korek api
9. Ekstrak hati ayam
10. Ekstrak jantung ayam
11. Ekstrak kunyit
12. Ekstrak daun papaya
13. H2O2 3%
14. HCl
15. NaOH
16. Es Batu

VI. Cara Kerja :


1. Tabung I (netral) :
a. Masukkan sedikit ekstrak hati kedalam tabung reaksi kemudian campur dengan
H2O2 sebanyak lima tetes.
b. Tutup dengan ibu jari, goncangkan perlahan-lahan.
c. Amati tabung reaksinya (amati penampakan gelembungnya).
d. Buka tabung reaksi dan kemudian masukkan lidi yang membara (sebelumnya telah dibakar).
Amati nyala apinya.

2. Tabung II (asam) :
a. Masukkan sedikit ekstrak hati ke dalam tabung reaksi kemudian campur dengan H2O2 dan HCl
masing-masing sebanyak lima tetes.
b. Tutup dengan ibu jari, goncangkan perlahan-lahan.
c. Amati tabung reaksinya (amati penampakan gelembungnya).
d. Buka tabung reaksi dan kemudian masukkan lidi yang membara (sebelumnya telah dibakar).
Amati nyala apinya.

3. Tabung III (basa) :


a. Masukkan sedikit ekstrak hati ke dalam tabung reaksi kemudian campur dengan H2O2 dan
NaOH masing-masing sebanyak lima tetes.
b. Tutup dengan ibu jari, goncangkan perlahan-lahan.
c. Amati tabung reaksinya (amati penampakan gelembungnya).
d. Buka tabung reaksi dan kemudian masukkan lidi yang membara (sebelumnya telah dibakar).
Amati nyala apinya.

4. Tabung IV (suhu panas) :


a. Masukkan sedikit ekstrak hati ke dalam tabung reaksi kemudian panaskan menggunakan
penangas.
b. Apabila air dalam penangas sudah mendidih, angkat menggunakan penjepit.
c. Beri H2O2 sebanyak lima tetes kemudian tutup tabung reaksi dengan ibu jari.
e. Amati tabung reaksinya (amati penampakan gelembungnya).
f. Buka tabung reaksi dan kemudian masukkan lidi yang membara (sebelumnya telah dibakar).
Amati nyala apinya.

5. Tabung V (suhu dingin) :


a. Masukkan sedikit ekstrak hati ke dalam tabung reaksi kemudian dinginkan dalam beaker glass
berisi es batu.
b. Apabila tabung reaksi sudah ber embun, angkat .
c. Beri H2O2 sebanyak lima tetes kemudian tutup tabung reaksi dengan ibu jari.
d. Amati tabung reaksinya (amati penampakan gelembungnya).
e. Buka tabung reaksi dan kemudian masukkan lidi yang membara (sebelumnya telah dibakar).
Amati nyala apinya.

VII. Hasil Percobaan :


Tabel hasil pengamatan percobaan enzim katalase.

Suhu
Larutan Netral Asam Basa Suhu Panas
Dingin

Ekstrak Gelembung ++ ++ ++ ++ ++
Hati Nyala Nyala Nyala Nyala Nyala
Api
Terang Terang Terang Terang Terang

Ekstrak gelembung + ++ + ++ ++
Jantung Tidak
Api Nyala Nyala Nyala Nyala
Nyala

Ekstrak Gelembung ++ ++ ++ + ++
Kunyit Nyala Tidak Tidak Tidak Nyala
Api
Redup Nyala Nyala Nyala Redup

Ekstrak Gelembung + - - - -
Pepaya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Api
Nyala Nyala Nyala Nyala Nyala

Keterangan tabel :
+ = ada gelembung
++ = ada banyak gelembung
= tidak ada gelembung

VIII. Pertanyaan dan Jawaban :


1. Mengapa H2O2 dipakai sebagai bahan percobaan untuk mengamati kerja enzim katalase?
Enzim katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim ini diproduksi
oleh peroksisom dan aktif melakukan reaksi oksidatif terhadap bahan yang dianggap toksik oleh
tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Apabila H2O2 tidak diuraikan dengan enzim ini,
maka akan menyebabkan kematian pada sel-sel. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan
merombak H2O2 menjadi substansi yang tidak berbahaya, yaitu berupa air dan oksigen. Sehingga
dalam percobaan kerja enzim mudah diamati.
2. Mengapa reaksi berkurang jika ekstrak hati dan H2O2 dimasukkan asam atau basa?
Karena enzim dalam ektrak hati atau ektrak yang lainnya dapat menjadi rusak atau tidak aktif
jika berada dalam keadaan yang terlalu asam atau terlalu basa. Enzim pada dasarnya dapat
bekerja dalam pH tertentu, sehingga jika pH terlalu asam atau terlalu basa menyebabkan enzim
menjadi rusak.
3. Apa yang terjadi bila dalam jaringan tubuh banyak tertimbun H2O2 ?
Akan meracuni. Penumpukan senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal bebas, yang
selanjutnya akan merusak membrane sel dan kemungkinan menimbulkan penyakit kanker serta
arterosklerosis.
4. Bagaimana usaha menetralkannya dalam tubuh?
Yaitu dengan menggunakan enzim dan enzim dapat menginaktivkan H2O2 yang bersifat toksik.
5. Dapatkah kamu simpulkan apa peranan enzim katalase dalam tubuh?
Salah satu peranan enzim adalah melakukan reaksi oksidatif terhadap bahan yang dianggap
toksik oleh tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Sehingga melindungi tubuh dari zat-zat
berbahaya.
6. H2O2 yang terdapat dalam tubuh itu merupakan hasil proses apa?
H2O2 atau hydrogen peroksida bukanlah hasil proses metabolisme, yang mrupakan hasil
sampingannya adalah hidrogen. Peroksisom sebagai organel menyatukan hydrogen ini dengan
oksigen, sehingga terbentuklah hydrogen peroksida.
7. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi keaktifan katalase?
a. Aktivitas peroksidase, mengoksidasi senyawa yang analog dengan substrat
b. Aktivitas katalase, enzim ini mampu menggunakan satu molekul H2O2 sebagai substrat atau
donor electron dan molekul H2O2 yang lain sebagai oksidan atau akseptor elektron.

IX. Pembahasan :
1) Percobaan pada ekstrak hati ayam
Tabung Netral :
Pada tabung 1 (netral) ketika tabung berisi ekstrak hati ayam dicampur dengan H2O2kemudian
dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya gelembung-
gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam
ektrak hati netral mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi yang
sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada di dalam
tabung reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-angsur
meredup dan mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan H2O2 menjadi
O2.
Tabung Asam:
Pada tabung 2 (asam) ketika tabung berisi ekstrak hati ayam dicampur dengan HCl dan
H2O2 kemudian dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya
gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang
ada dalam ektrak hati asam mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi
yang sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada di
dalam tabung reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-
angsur meredup dan mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan
H2O2 menjadi O2. Namun terdapat kekeliruan pada data percobaan ini. Karena seharusnya HCl
(asam kuat) membuat enzim katalase tidak bekerja dengan maksimal. Karena pada dasarnya pH
juga memengaruhi kerja enzim. Kesalahan yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi
akibat pada saat mencampurkan ektrak hati dengan HCl tidak merata, sehingga masih ada bagian
ektrak yang belum dalam keadaan asam saat dicampur dengan H2O2.
Tabung Basa :
Pada tabung 3 (basa) ketika tabung berisi ekstrak hati ayam dicampur dengan NaOH dan
H2O2 kemudian dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya
gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang
ada dalam ektrak hati basa mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi
yang sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada di
dalam tabung reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-
angsur meredup dan mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan
H2O2 menjadi O2. Namun terdapat kekeliruan pada data percobaan ini. Karena seharusnya NaOH
(basa kuat) membuat enzim katalase tidak bekerja dengan maksimal. Karena pada dasarnya pH
juga memengaruhi kerja enzim. Kesalahan yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi
akibat pada saat mencampurkan ektrak hati dengan NaOH tidak merata, sehingga masih ada
bagian ektrak yang belum dalam keadaan asam saat dicampur dengan H2O2.
Tabung Suhu Panas:
Pada tabung 4 (suhu panas) ketika tabung berisi ekstrak hati ayam dipanaskan di atas penangas
kemudian dicampur dengan H2O2 dan dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah
penampakkan adanya gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini membuktikan
bahwa enzim katalase yang ada dalam ektrak hati yang telah dipanaskan mampu mengubah
H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi yang sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi
adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada di dalam tabung reaksi. Dan pada saat lidi
dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-angsur meredup dan mati. Hal ini
menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan H2O2menjadi O2. Namun terdapat
kekeliruan pada data percobaan ini. Sama seperti pada percobaan suhu dingin, karena seharusnya
suhu dingin membuat enzim katalase tidak bekerja. Karena pada dasarnya enzim bersifat
termolabil dan bekerja maksumum pada suhu kisaran 30-40°C. Kesalahan yang kami perbuat
pada percobaan ini bisa terjadi akibat proses pemanasan yang dilakukan kurang sempurna
sehingga enzim katalase masih aktif saat dicampur dengan H2O2.
Tabung Suhu Dingin:
Pada tabung 5 (suhu dingin) ketika tabung berisi ekstrak hati ayam didinginkan di dalam bak
berisi es batu hingga berembun kemudian dicampur dengan H2O2 dan dikocok, hasil pengamatan
yang kami dapati adalah penampakkan adanya gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi.
Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam ektrak hati yang sudah didinginkan
mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi yang sudah dibakar
dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada di dalam tabung reaksi.
Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-angsur meredup dan mati.
Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan H2O2 menjadi O2. Namun terdapat
kekeliruan pada data percobaan ini. Karena seharusnya suhu panas membuat enzim katalase
tidak bekerja. Karena pada dasarnya enzim bersifat termolabil atau tidak tahan panas. Kesalahan
yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi akibat proses pendinginan yang dilakukan
kurang sempurna sehingga enzim katalase masih aktif saat dicampur dengan H2O2.
2) Percobaan pada ekstrak jantung ayam
Tabung Netral :
Pada tabung 1 (netral) ketika tabung berisi ekstrak jantung ayam dicampur dengan
H2O2kemudian dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya
gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang
ada dalam ektrak jantung netral mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika
lidi yang sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada
di dalam tabung reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-
angsur meredup dan mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan
H2O2 menjadi O2.
Tabung Asam:
Pada tabung 2 (asam) ketika tabung berisi ekstrak jantung ayam dicampur dengan HCl dan
H2O2 kemudian dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya
gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang
ada dalam ektrak jantung asam mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika
lidi yang sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada
di dalam tabung reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-
angsur meredup dan mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan
H2O2 menjadi O2. Namun terdapat kekeliruan pada data percobaan ini. Karena seharusnya HCl
(asam kuat) membuat enzim katalase tidak bekerja dengan maksimal. Karena pada dasarnya pH
juga memengaruhi kerja enzim. Kesalahan yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi
akibat pada saat mencampurkan ektrak jantung dengan HCl tidak merata, sehingga masih ada
bagian ektrak yang belum dalam keadaan asam saat dicampur dengan H2O2.
Tabung Basa :
Pada tabung 3 (basa) ketika tabung berisi ekstrak jantung ayam dicampur dengan NaOH dan
H2O2 kemudian dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya
gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang
ada dalam ektrak jantung basa mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika
lidi yang sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada
di dalam tabung reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-
angsur meredup dan mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan
H2O2 menjadi O2. Namun terdapat kekeliruan pada data percobaan ini. Karena seharusnya NaOH
(basa kuat) membuat enzim katalase tidak bekerja dengan maksimal. Karena pada dasarnya pH
juga memengaruhi kerja enzim. Kesalahan yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi
akibat pada saat mencampurkan ektrak jantung dengan NaOH tidak merata, sehingga masih ada
bagian ektrak yang belum dalam keadaan asam saat dicampur dengan H2O2.
Tabung Suhu Panas:
Pada tabung 4 (suhu panas) ketika tabung berisi ekstrak jantung ayam dipanaskan di atas
penangas kemudian dicampur dengan H2O2 dan dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati
adalah penampakkan adanya sedikit gelembung di dalam tabung reaksi. Jumlah gelembungnya
lebih sedikit dibandingkan dengan tabung sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa enzim
katalase yang ada dalam ektrak jantung yang sudah dipanaskan mampu mengubah H2O2 menjadi
H2O atau air. Setelah itu ketika lidi yang sudah dibakar dimasukkan, tidak adanya penampakkan
api yang menyala. Sangat berbeda dengan tabung 1, 2 dan 3. Hal ini menunukkan bahwa enzim
katalase pada tabung 4 tidak menguraikan H2O2 menjadi O2. Namun terdapat sedikit kekeliruan
pada data percobaan ini. Karena seharusnya suhu panas membuat enzim katalase tidak bekerja.
Karena pada dasarnya enzim bersifat termolabil dan bekerja maksumum pada suhu kisaran 30-
40°C. Kesalahan yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi akibat proses pendinginan
yang dilakukan kurang sempurna sehingga enzim katalase masih aktif saat dicampur dengan
H2O2.
Tabung Suhu Dingin:
Pada tabung 5 (suhu dingin) ketika tabung berisi ekstrak hati ayam didinginkan di dalam bak
berisi es batu hingga berembun kemudian dicampur dengan H2O2 dan dikocok, hasil pengamatan
yang kami dapati adalah penampakkan adanya gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi.
Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam ektrak jantung yang sudah
didinginkan mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi yang sudah
dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada di dalam tabung
reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-angsur meredup dan
mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan H2O2 menjadi O2. Namun
terdapat kekeliruan pada data percobaan ini. Karena seharusnya suhu panas membuat enzim
katalase tidak bekerja. Karena pada dasarnya enzim bersifat termolabil atau tidak tahan panas.
Kesalahan yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi akibat proses pendinginan yang
dilakukan kurang sempurna sehingga enzim katalase pada ektrak jantung ayam masih aktif saat
dicampur dengan H2O2.
3) Percobaan pada ekstrak kunyit
Tabung Netral :
Pada tabung 1 (netral) ketika tabung berisi ekstrak kunyit dicampur dengan H2O2 kemudian
dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya gelembung-
gelembung di dalam tabung reaksi. Tetapi penampakkan gelembung-gelembungnya lebih sedikit
dibandingkan penampakkan gelembung pada percobaan baik yang dengan ektrak hati ayam
maupun dengan ektrak jantung. Dan hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam
ektrak kunyit netral mampu mengubah H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi yang
sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi adalah munculnya api dalam bari lidi yang ada di dalam
tabung reaksi. Dan pada saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-angsur
meredup dan mati. Hal ini menunukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan H2O2 menjadi
O2.
Tabung Asam:
Pada tabung 2 (asam) ketika tabung berisi ekstrak kunyit dicampur dengan HCl dan
H2O2kemudian dikocok, muncul gelembung-gelembung seperti yang ada pada tabung 1. Setelah
itu ketika lidi yang sudah dibakar dimasukkan, tidak ada penampakkan nyala apa sebagaimana
yang sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam ektrak kunyit
asam tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena karena ektrak kunyit sudah dicampurkan
deng HCl yang memiliki sifat asam kuat.
Tabung Basa :
Pada tabung 3 (basa) ketika tabung berisi ekstrak kunyit dicampur dengan NaOH dan
H2O2kemudian dikocok, muncul gelembung-gelembung seperti yang ada pada tabung 1. Setelah
itu ketika lidi yang sudah dibakar dimasukkan, tidak ada penampakkan nyala apa sebagaimana
yang sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam ektrak kunyit
basa tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena karena ektrak kunyit sudah dicampurkan
dengan NaOH yang memiliki sifat basa kuat. Yaitu tidak mampu menguraikan H2O2 menjadi
O2 sehingga tidak ada nyala api.
Tabung Suhu Panas:
Pada tabung 4 (suhu panas) ketika tabung berisi ekstrak kunyit dipanaskan di atas penangas
kemudian dicampur dengan H2O2 dan dikocok, muncul gelembung-gelembung seperti yang ada
pada tabung 1. Namun jumlahnya lebih sedikit. Setelah itu ketika lidi yang sudah dibakar
dimasukkan, tidak ada penampakkan nyala apa sebagaimana yang sebelumnya. Hal ini
membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam ektrak kunyit yang sudah dipanaskan tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya karena karena ektrak kunyit sudah dipanaskan sehingga
enzim yang ada rusak. Karena pada dasanya enzim sangan termolabil.
Tabung Suhu Dingin:
Pada tabung 5 (suhu dingin) ketika tabung berisi ekstrak kunyit didinginkan di dalam bak berisi
es batu hingga berembun kemudian dicampur dengan H2O2 dan dikocok, hasil pengamatan yang
kami dapati adalah penampakkan adanya gelembung-gelembung di dalam tabung reaksi. Hal ini
membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam ektrak kunyit mampu mengubah
H2O2 menjadi H2O atau air. Setelah itu ketika lidi yang sudah dibakar dimasukkan, yang terjadi
adalah munculnya api kecil (redup) dalam bara lidi yang ada di dalam tabung reaksi. Dan pada
saat lidi dikeluarkan dari tabung, api dan baranya berangsu-angsur meredup dan mati. Hal ini
menunjukkan bahwa enzim katalase juga menguraikan H2O2 menjadi O2. Namun terdapat
kekeliruan pada data percobaan ini. Karena seharusnya suhu panas membuat enzim katalase
tidak bekerja. Karena pada dasarnya enzim bersifat termolabil atau tidak tahan panas. Kesalahan
yang kami perbuat pada percobaan ini bisa terjadi akibat proses pendinginan yang dilakukan
kurang sempurna sehingga enzim katalase pada ektrak kunyit masih aktif saat dicampur dengan
H2O2.
4) Percobaan pada ektrak daun papaya
Tabung Netral :
Pada tabung 1 (netral) ketika tabung berisi ekstrak daun pepaya dicampur dengan H2O2kemudian
dikocok, hasil pengamatan yang kami dapati adalah penampakkan adanya gelembung-
gelembung di dalam tabung reaksi. Tetapi penampakkan gelembung-gelembungnya lebih sedikit
dibandingkan penampakkan gelembung pada percobaan baik yang dengan ektrak hati ayam
maupun dengan ektrak jantung. Dan hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang ada dalam
ektrak daun pepaya netral mampu mengubah H2O2menjadi H2O atau air. Akan tetapi pada saat
bara lidi dimasukkan kedalam tabung reaksi, tidak ada penampakkan nyala api.
Tabung Asam, Tabung Basa, Tabung Suhu Panas, Tabung Suhu Dingin:
Pada tabung 2, 3, 4, dan 5 ketika ektrak daun yang telah diberi perlakuan seperti penambahan
HCl, NaOH, dipansakan ataupun di dinginkan, tidak terdapat penampakkan gelembung. Begitu
juga pada saat bara lidi dimasukkan kedalam tabung, tidak ada penampakkan api atau bara yang
membara. Hal ini disebabkan karena enzim yang ada dalam ektrak sudah rusak atau tidak aktiv
setelah diberi perlakuan sedemikian rupa.
X. Kesimpulan :
Dari percobaan yang telah kami lakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa enzim akan
bekerja jika kondisi lingkungannya baik. Hal ini dapat meliputi:
a. pH
b. Suhu
Selain itu dalam percobaan ini kita dapat mengetahui peranan enzim. Salah satu peranan
enzim adalah melakukan reaksi oksidatif terhadap bahan yang dianggap toksik oleh tanaman,
seperti hidrogen peroksida (H2O2). Sehingga melindungi tubuh dari zat-zat berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai