GANGGUAN WAHAM
Disusun oleh :
BEBIE AYURA
120100165
Pembimbing:
MEDAN
2020
Makalah Psikiatri
GANGGUAN WAHAM
Disusun oleh :
BEBIE AYURA
120100165
Pembimbing :
Gangguan Waham
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah berjudul ”Gangguan Waham”. Makalah ini disusun sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Bebie Ayura
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................1
1.2. Tujuan Makalah...........................................................................................2
1.3. Manfaat Makalah.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................3
2.1. Definisi ........................................................................................................3
2.2. Etiologi dan Faktor Risiko...........................................................................3
2.3. Epidemiologi................................................................................................4
2.4. Gambaran Klinis..........................................................................................4
2.5. Jenis-jenis ....................................................................................................5
2.6. Diagnosis......................................................................................................7
2.7. Diagnosis Banding.......................................................................................8
2.7.1.Gangguan Obsesif-Kompulsif dan Gangguan Terkait........................8
2.7.2.Skizofrenia dan Skizofreniform..........................................................8
2.7.3.Gangguan Delirium.............................................................................9
2.7.4.Depresi dan Gangguan Bipolar...........................................................9
2.8. Komplikasi...................................................................................................9
2.9. Terapi ..........................................................................................................10
2.9.1. Psikoterapi..........................................................................................10
2.9.2 Rawat Inap.........................................................................................10
2.9.3. Farmakoterapi....................................................................................11
2.10. Prognosis......................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................12
3.1. Kesimpulan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Waham adalah keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan budaya. Ini
merupakan salah satu yang paling menarik dari gejala psikiatri karena banyaknya
variasi kepercayaan yang salah yang dapat dipegang oleh banyak orang dan
karena sulit untuk diobati. Penilaian yang akurat tentang epidemiologi gangguan
waham terhambat oleh salah satunya karena kelangkaan dari gangguan waham
tersebut.1
Menurut “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” edisi
kelima (DSM-5), prevalensi Gangguan Waham seumur hidup adalah sekitar
0,02%. Prevalensi Gangguan Waham diperkirakan 24 hingga 30 kasus per
100.000 orang, dan kejadian tahunan mereka menjadi 0,7 hingga 3,0 kasus baru
per 100.000 orang. Ini menyumbang 1,3% dari semua penerimaan pertama ke
rumah sakit jiwa dan 3,9% dari penerimaan pertama untuk psikosis. Prevalensi
Gangguan Waham di Amerika Serikat saat ini diperkirakan 0,2% hingga 0,3%.
Dengan demikian, gangguan waham jauh lebih jarang daripada skizofrenia yang
memiliki prevalensi 1%, dan gangguan mood yang memiliki prevalensi sekitar
5%.1,2
Sampai saat ini, neuropatologi dari gangguan waham belum diketahui
secara pasti. Gangguan waham ditandai dengan waham tanpa adanya penyakit
kejiwaan lain yang dapat menyebabkan proses pemikiran khayalan. Perjalanan
penyakitnya sangat bervariasi, beberapa pasien sembuh cepat dan sepenuhnya,
tetapi, pada pasien lainnya, penyakit ini berjalan kronis. Prevalensi Gangguan
Waham jauh lebih jarang daripada kondisi lain seperti skizofrenia, gangguan
bipolar, dan gangguan suasana hati lainnya. Hal ini karena sebagian gangguan
waham yang tidak dilaporkan karena mereka yang memiliki gangguan waham
mungkin tidak mencari pengobatan kecuali dipaksa oleh keluarga atau teman.2,3
1
1.2. TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi, etiologi dan faktor risiko, epidemiologi, gambaran
klinis, jenis-jenis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, terapi, dan
prognosis gangguan waham.
2. Sebagai tugas makalah untuk melengkapi kepaniteraan klinik di
Departemen Psikiatri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Menurut buku “Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry”, waham
adalah keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang
kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang kultural yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.
Gangguan waham, yang sebelumnya disebut gangguan paranoid, adalah
jenis penyakit mental serius yang disebut gangguan psikotik. Orang yang
memiliki gangguan tersebut, tidak dapat memberitahukan apa yang nyata
dari apa yang dibayangkannya.4
2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Seperti gangguan psikotik lainnya, penyebab pasti gangguan waham
belum diketahui. Tetapi para peneliti melihat peran faktor genetik,
biologis, lingkungan, atau psikologis yang membuatnya lebih mungkin
terjadinya gangguan waham.4
- Genetik
Fakta bahwa gangguan waham lebih sering terjadi pada orang yang
memiliki anggota keluarga dengan gangguan waham atau skizofrenia
menunjukkan bahwa gen mungkin terlibat. Dipercayai bahwa, seperti
halnya gangguan mental lainnya, kecenderungan untuk mengalami
gangguan waham mungkin diturunkan dari orang tua kepada anak-anak
mereka2.
- Biologis
Para peneliti sedang mempelajari bagaimana gangguan waham
mungkin terjadi ketika bagian otak tidak normal. Jadi, daerah otak
abnormal yang mengontrol persepsi dan pemikiran mungkin terkait
dengan munculnya gejala waham.
- Lingkungan / psikologis
Bukti menunjukkan bahwa stres dapat memicu gangguan waham.
Penyalahgunaan alkohol dan narkoba juga dapat berkontribusi
3
terhadapnya. Orang yang cenderung terisolasi, seperti imigran atau mereka
yang memiliki penglihatan dan pendengaran yang buruk, tampaknya lebih
cenderung memiliki gangguan waham.4
Gangguan waham dan fitur paranoid lainnya sering terjadi pada
orang dewasa lanjut usia. Berikut beberapa faktor risiko berhubungan
dengan pembentukan waham yaitu:1
- Usia lanjut
- Gangguan sensorik atau isolasi
- Riwayat keluarga
- Isolasi sosial
- Fitur kepribadian (contohnya kepekaan antarpribadi yang tidak biasa)
2.3 EPIDEMIOLOGI
4
dalam kehidupan nyata, seperti diikuti, diracuni, ditipu, berkonspirasi melawan,
atau dicintai dari kejauhan. Sebaliknya, waham dengan tipe yang aneh adalah
sesuatu yang tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata, seperti dikloning
oleh alien atau pikiran anda disiarkan di televisi. Waham biasanya melibatkan
persepsi atau pengalaman yang salah. Namun dalam kenyataannya, situasinya
tidak benar sama sekali atau sangat berlebihan.4
Gejala waham biasanya termasuk:4
- gejala waham yang tidak aneh - ini adalah gejala yang paling jelas
- suasana hati (mood) yang mudah marah, marah, atau rendah
- biasanya terdapat halusinasi (melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal
yang tidak benar-benar ada) terkait dengan khayalan. Contohnya,
seseorang yang percaya mereka memiliki masalah bau mungkin mencium
bau tidak sedap.
2.5 JENIS-JENIS
Menurut “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” edisi
kelima (DSM-5), berikut adalah jenis-jenis waham:
5
- Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan
terampas semua harta miliknya.
- Waham somatik: keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien
(sebagai contoh, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair).
- Waham paranoid: termasuk waham persekutorik dan waham referensi,
kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, di mana kecurigaan
adalah lebih kecil dari bagian waham)
i. Waham persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu
ditipu, atau disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang
senang menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk
mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan.
ii. Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas
seseorang yang berlebihan.
iii. Waham referensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain
ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda- benda, atau orang
lain mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya
dalam bentuk negatif, diturunkan dari idea referensi, dimana
seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang
lain (sebagai contoh, percaya bahwa orang di televisi atau radio
berbicara padanya atau membicarakan dirinya).
- Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang
penyesalan yang dalam dan bersalah.
- Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau
perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar.
i. Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien
dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain.
ii. Penanaman pikiran (thought insertion): waham bahwa pikiran
ditanam dalam pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain.
iii. Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien
dapat didengar oleh orang lain, seperti pikiran mereka sedang
disiarkan ke udara.
6
iv. Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien
dikendalikan oleh orang atau tenaga lain
- Waham ketidaksetiaan (waham cemburu): keyakinan palsu yang
didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak
jujur.
- Erotomania: keyakinan waham, lebih sering pada wanita dibandingkan
laki- laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya (juga dikenal sebagai
kompleks Clerambault-Kandinsky)
- Pseudologia phantastica: suatu jenis kebohongan, di mana seseorang
tampak- nya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas
kenyataan; disertai dengan sindrom Munchausen, berpura- pura sakit yang
berulang.
2.6 DIAGNOSIS
A. Kehadiran satu (atau lebih) waham dengan durasi 1 bulan atau lebih.
B. Kriteria A untuk skizofrenia belum pernah dipenuhi.
Catatan: Halusinasi, jika ada, tidak menonjol dan terkait dengan tema
khayalan (contohnya, sensasi dikerumuni serangga yang terkait dengan
waham kutu).
C. Terlepas dari dampak khayalan atau gangguannya, dan perilaku jelas tidak
aneh atau ganjil.
D. Jika episode manik atau depresi utama telah terjadi, ini telah relatif singkat
terhadap durasi periode waham.
E. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi
medis lainnya dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain,
seperti gangguan dismorfik tubuh atau gangguan obsesif-kompulsif.
7
Untuk kriteria diagnositik menurut buku Pedoman Penggolongan Diagnostik
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan waham adalah sebagai berikut:
(a) Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang
paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai
suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan
harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat;
(b) Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang
lengkap/”full blown” mungkin terjadi secara intermiten dengan syarat
tidak terdapat gangguan afektif itu.
(c) Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
(d) Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja dan
bersifat sementara.
(e) Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dan sebagainya).
2.7 DIAGNOSIS BANDING
8
gangguan kognitif. Meskipun penyalahgunaan alkohol adalah fitur terkait untuk
pasien dengan gangguan waham, gangguan waham harus dibedakan dari
gangguan psikotik yang diinduksi alkohol dengan halusinasi. Intoksikasi dengan
simpatomimetik (termasuk amfetamin) ganja, atau L-dopa adalah kemungkinan
menghasilkan gejala waham. Keduanya dapat meniru gangguan delusi tetapi
dibedakan berdasarkan kronologi gejala.1,3
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari gangguan waham apabila tidak terapi
dengan baik adalah:4
- Orang dengan gangguan waham mungkin menjadi depresi, seringkali
sebagai akibat dari kesulitan yang terkait dengan waham.
- Bertindak waham juga dapat menyebabkan kekerasan atau masalah
hukum. Contohnya, seseorang dengan khayalan erotomanik yang
menguntit atau melecehkan objek khayalan dapat ditangkap.
- Juga, orang-orang dengan kelainan ini dapat menjadi terasing dari orang
lain, terutama jika waham mereka mengganggu atau merusak hubungan
mereka.
9
2.9 TERAPI
2.9.1 Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah membangun hubungan
di mana pasien mulai mempercayai terapis. Terapi individual tampaknya lebih
efektif daripada terapi kelompok, terapi yang berorientasi wawasan, suportif,
kognitif, dan behavioral seringkali efektif. Terapis dapat menstimulasi motivasi
untuk menerima bantuan dengan menekankan kesediaan untuk membantu pasien
dengan kecemasan atau iritabilitas mereka tanpa menyarankan agar waham
dirawat, tetapi terapis tidak boleh secara aktif mendukung gagasan bahwa waham
itu nyata. Terapis harus menghindari membuat komentar yang meremehkan
tentang khayalan atau gagasan pasien tetapi dapat menunjukkan dengan simpatik
kepada pasien bahwa keasyikan mereka dengan khayalan mereka sangat
menyusahkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan yang konstruktif.1
10
2.9.3 Farmakoterapi
Dalam keadaan darurat, pasien yang sangat gelisah harus diberikan obat
antipsikotik secara intramuskuler. Meskipun tidak ada uji klinis yang dilakukan
secara memadai dengan sejumlah besar pasien telah dilakukan, sebagian besar
dokter menganggap obat antipsikotik sebagai pengobatan pilihan untuk gangguan
waham. Riwayat respons pengobatan pasien adalah panduan terbaik untuk
memilih obat. Seorang dokter harus sering memulai dengan dosis rendah
(contohnya 2 mg haloperidol atau 2 mg risperidone) dan meningkatkan dosis
secara perlahan. Jika seorang pasien gagal menanggapi obat dengan dosis yang
wajar dalam percobaan 6 minggu, obat antipsikotik dari golongan lain harus
dicoba. Penyebab umum kegagalan obat adalah ketidakpatuhan, yang juga harus
dievaluasi. Psikoterapi bersamaan memfasilitasi kepatuhan dengan perawatan
obat. Jika pasien tidak menerima manfaat dari medikasi antipsikotik, hentikan
penggunaan obat. Pada pasien yang merespons obat antipsikotik, beberapa data
menunjukkan bahwa dosis pemeliharaan bisa rendah. Meskipun pada dasarnya
tidak ada penelitian yang mengevaluasi penggunaan antidepresan, lithium
(Eskalith), atau antikonvulsan (contohnya, carbamazepine dan valproate) dalam
pengobatan gangguan waham, percobaan dengan obat ini dapat dilakukan pada
pasien yang tidak menanggapi obat antipsikotik. Uji coba obat-obatan ini juga
harus dipertimbangkan ketika pasien memiliki ciri-ciri gangguan mood atau
riwayat keluarga dengan gangguan mood6.
2.8 PROGNOSIS
BAB III
11
KESIMPULAN
12
baik juga terkait dengan fungsi sosial dan pekerjaan, awitan dini sebelum
usia 30 tahun, perempuan, timbulnya gejala secara tiba-tiba dan durasi
pendek.
13
DAFTAR PUSTAKA