Anda di halaman 1dari 20

Makalah Psikiatri

GANGGUAN WAHAM

Disusun oleh :

BEBIE AYURA

120100165

Pembimbing:

dr. MUSTAFA MAHMUD AMIN, M.Ked(KJ), M.Sc, SP.KJ (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RUMAH SAKIT JIWA PROF. M. ILDREM

MEDAN

2020
Makalah Psikiatri

GANGGUAN WAHAM

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara

Disusun oleh :
BEBIE AYURA
120100165

Pembimbing :

dr. MUSTAFA MAHMUD AMIN, M.Ked(KJ), M.Sc, SP.KJ (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT JIWA PROF. M. ILDREM
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Gangguan Waham

NAMA : BEBIE AYURA


NIM : 120100165

Pembimbing Koordinator P3D


Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Dr. Mustafa Mahmud Amin, dr. Vita Camellia, M.Ked(KJ), Sp.KJ


NIP. 19780404 200501 2 002
M.Ked(KJ), M.Sc, Sp.KJ (K)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah berjudul ”Gangguan Waham”. Makalah ini disusun sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan penghargaan dan


terima kasih kepada Dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked(KJ), M.Sc, Sp.KJ
(K) selaku pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis selama
proses penyusunan makalah.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna.


Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan makalah di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penulisan
ilmiah di masa mendatang.

Medan, 20 Januari 2020


Penulis,

Bebie Ayura
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................1
1.2. Tujuan Makalah...........................................................................................2
1.3. Manfaat Makalah.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................3
2.1. Definisi ........................................................................................................3
2.2. Etiologi dan Faktor Risiko...........................................................................3
2.3. Epidemiologi................................................................................................4
2.4. Gambaran Klinis..........................................................................................4
2.5. Jenis-jenis ....................................................................................................5
2.6. Diagnosis......................................................................................................7
2.7. Diagnosis Banding.......................................................................................8
2.7.1.Gangguan Obsesif-Kompulsif dan Gangguan Terkait........................8
2.7.2.Skizofrenia dan Skizofreniform..........................................................8
2.7.3.Gangguan Delirium.............................................................................9
2.7.4.Depresi dan Gangguan Bipolar...........................................................9
2.8. Komplikasi...................................................................................................9
2.9. Terapi ..........................................................................................................10
2.9.1. Psikoterapi..........................................................................................10
2.9.2 Rawat Inap.........................................................................................10
2.9.3. Farmakoterapi....................................................................................11
2.10. Prognosis......................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................12
3.1. Kesimpulan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Waham adalah keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan budaya. Ini
merupakan salah satu yang paling menarik dari gejala psikiatri karena banyaknya
variasi kepercayaan yang salah yang dapat dipegang oleh banyak orang dan
karena sulit untuk diobati. Penilaian yang akurat tentang epidemiologi gangguan
waham terhambat oleh salah satunya karena kelangkaan dari gangguan waham
tersebut.1
Menurut “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” edisi
kelima (DSM-5), prevalensi Gangguan Waham seumur hidup adalah sekitar
0,02%. Prevalensi Gangguan Waham diperkirakan 24 hingga 30 kasus per
100.000 orang, dan kejadian tahunan mereka menjadi 0,7 hingga 3,0 kasus baru
per 100.000 orang. Ini menyumbang 1,3% dari semua penerimaan pertama ke
rumah sakit jiwa dan 3,9% dari penerimaan pertama untuk psikosis. Prevalensi
Gangguan Waham di Amerika Serikat saat ini diperkirakan 0,2% hingga 0,3%.
Dengan demikian, gangguan waham jauh lebih jarang daripada skizofrenia yang
memiliki prevalensi 1%, dan gangguan mood yang memiliki prevalensi sekitar
5%.1,2
Sampai saat ini, neuropatologi dari gangguan waham belum diketahui
secara pasti. Gangguan waham ditandai dengan waham tanpa adanya penyakit
kejiwaan lain yang dapat menyebabkan proses pemikiran khayalan. Perjalanan
penyakitnya sangat bervariasi, beberapa pasien sembuh cepat dan sepenuhnya,
tetapi, pada pasien lainnya, penyakit ini berjalan kronis. Prevalensi Gangguan
Waham jauh lebih jarang daripada kondisi lain seperti skizofrenia, gangguan
bipolar, dan gangguan suasana hati lainnya. Hal ini karena sebagian gangguan
waham yang tidak dilaporkan karena mereka yang memiliki gangguan waham
mungkin tidak mencari pengobatan kecuali dipaksa oleh keluarga atau teman.2,3

1
1.2. TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi, etiologi dan faktor risiko, epidemiologi, gambaran
klinis, jenis-jenis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, terapi, dan
prognosis gangguan waham.
2. Sebagai tugas makalah untuk melengkapi kepaniteraan klinik di
Departemen Psikiatri.

1.3. MANFAAT PEMBUATAN MAKALAH


Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan
mengenai gangguan waham.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Menurut buku “Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry”, waham
adalah keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang
kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang kultural yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.
Gangguan waham, yang sebelumnya disebut gangguan paranoid, adalah
jenis penyakit mental serius yang disebut gangguan psikotik. Orang yang
memiliki gangguan tersebut, tidak dapat memberitahukan apa yang nyata
dari apa yang dibayangkannya.4
2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Seperti gangguan psikotik lainnya, penyebab pasti gangguan waham
belum diketahui. Tetapi para peneliti melihat peran faktor genetik,
biologis, lingkungan, atau psikologis yang membuatnya lebih mungkin
terjadinya gangguan waham.4
- Genetik
Fakta bahwa gangguan waham lebih sering terjadi pada orang yang
memiliki anggota keluarga dengan gangguan waham atau skizofrenia
menunjukkan bahwa gen mungkin terlibat. Dipercayai bahwa, seperti
halnya gangguan mental lainnya, kecenderungan untuk mengalami
gangguan waham mungkin diturunkan dari orang tua kepada anak-anak
mereka2.
- Biologis
Para peneliti sedang mempelajari bagaimana gangguan waham
mungkin terjadi ketika bagian otak tidak normal. Jadi, daerah otak
abnormal yang mengontrol persepsi dan pemikiran mungkin terkait
dengan munculnya gejala waham.
- Lingkungan / psikologis
Bukti menunjukkan bahwa stres dapat memicu gangguan waham.
Penyalahgunaan alkohol dan narkoba juga dapat berkontribusi

3
terhadapnya. Orang yang cenderung terisolasi, seperti imigran atau mereka
yang memiliki penglihatan dan pendengaran yang buruk, tampaknya lebih
cenderung memiliki gangguan waham.4
Gangguan waham dan fitur paranoid lainnya sering terjadi pada
orang dewasa lanjut usia. Berikut beberapa faktor risiko berhubungan
dengan pembentukan waham yaitu:1
- Usia lanjut
- Gangguan sensorik atau isolasi
- Riwayat keluarga
- Isolasi sosial
- Fitur kepribadian (contohnya kepekaan antarpribadi yang tidak biasa)
2.3 EPIDEMIOLOGI

Menurut buku “Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry”,


penilaian yang akurat tentang epidemiologi gangguan waham terhambat
oleh kelangkaan relatif dari gangguan tersebut. Kelangkaan tersebut
mungkin dapat terjadi akibat gangguan waham yang mungkin tidak
dilaporkan karena pasien waham jarang mencari bantuan psikiatri kecuali
dipaksa oleh keluarga mereka atau oleh pengadilan.
Usia rata-rata onset adalah sekitar 40 tahun, tetapi rentang usia onset
mulai dari usia 18 tahun hingga 90-an6. Jenis kelamin yang dipengaruhi
kira-kira sama, meskipun penelitian telah menemukan sedikit kelebihan
pasien wanita, yaitu sekitar 55% dari penerimaan pertama adalah
perempuan5. Jenis khayalan penganiayaan dan kecemburuan lebih sering
terjadi pada laki-laki, sedangkan variasi erotomanik lebih lebih sering
terjadi pada perempuan pada perempuan.2,3

2.4 GAMBARAN KLINIS


Waham adalah gejala utama gangguan waham. Keyakinan mereka tak
tergoyahkan pada sesuatu yang tidak benar atau tidak berdasarkan kenyataan.
Tetapi bukan berarti mereka sepenuhnya tidak realistis. Gangguan waham dengan
melibatkan waham yang tidak aneh, berkaitan dengan situasi yang bisa terjadi

4
dalam kehidupan nyata, seperti diikuti, diracuni, ditipu, berkonspirasi melawan,
atau dicintai dari kejauhan. Sebaliknya, waham dengan tipe yang aneh adalah
sesuatu yang tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata, seperti dikloning
oleh alien atau pikiran anda disiarkan di televisi. Waham biasanya melibatkan
persepsi atau pengalaman yang salah. Namun dalam kenyataannya, situasinya
tidak benar sama sekali atau sangat berlebihan.4
Gejala waham biasanya termasuk:4
- gejala waham yang tidak aneh - ini adalah gejala yang paling jelas
- suasana hati (mood) yang mudah marah, marah, atau rendah
- biasanya terdapat halusinasi (melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal
yang tidak benar-benar ada) terkait dengan khayalan. Contohnya,
seseorang yang percaya mereka memiliki masalah bau mungkin mencium
bau tidak sedap.
2.5 JENIS-JENIS
Menurut “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” edisi
kelima (DSM-5), berikut adalah jenis-jenis waham:

- Waham yang kacau (bizzare delusion): keyakinan palsu yang aneh,


mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai contoh, orang dari
angkasa luar telah menanamkan suatu elektroda pada otak pasien)
- Waham tersistematisasi: keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu
tema atau peristiwa tunggal (sebagai contoh, pasien dimata-matai oleh agen
rahasia, mafia, atau bos).
- Wahan yang sejalan dengan mood waham dengan isi yang sesuai dengan
mood (sebagai contoh, seorang pasien depresi percava bahwa ia
bertanggung jawab untuk penghancuran dunia).
- Waham yang tidak sejalan dengan mood: waham dengan isi yang tidak
mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral (sebagai
contoh, pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran)
- Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan dunia
adalah tidak ada atau berakhir.

5
- Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan
terampas semua harta miliknya.
- Waham somatik: keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien
(sebagai contoh, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair).
- Waham paranoid: termasuk waham persekutorik dan waham referensi,
kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, di mana kecurigaan
adalah lebih kecil dari bagian waham)
i. Waham persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu
ditipu, atau disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang
senang menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk
mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan.
ii. Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas
seseorang yang berlebihan.
iii. Waham referensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain
ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda- benda, atau orang
lain mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya
dalam bentuk negatif, diturunkan dari idea referensi, dimana
seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang
lain (sebagai contoh, percaya bahwa orang di televisi atau radio
berbicara padanya atau membicarakan dirinya).
- Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang
penyesalan yang dalam dan bersalah.
- Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau
perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar.
i. Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien
dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain.
ii. Penanaman pikiran (thought insertion): waham bahwa pikiran
ditanam dalam pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain.
iii. Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien
dapat didengar oleh orang lain, seperti pikiran mereka sedang
disiarkan ke udara.

6
iv. Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien
dikendalikan oleh orang atau tenaga lain
- Waham ketidaksetiaan (waham cemburu): keyakinan palsu yang
didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak
jujur.
- Erotomania: keyakinan waham, lebih sering pada wanita dibandingkan
laki- laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya (juga dikenal sebagai
kompleks Clerambault-Kandinsky)
- Pseudologia phantastica: suatu jenis kebohongan, di mana seseorang
tampak- nya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas
kenyataan; disertai dengan sindrom Munchausen, berpura- pura sakit yang
berulang.
2.6 DIAGNOSIS

Menurut “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” edisi


kelima (DSM-5), kriteria diagnosis gangguan waham adalah sebagai berikut:

A. Kehadiran satu (atau lebih) waham dengan durasi 1 bulan atau lebih.
B. Kriteria A untuk skizofrenia belum pernah dipenuhi.
Catatan: Halusinasi, jika ada, tidak menonjol dan terkait dengan tema
khayalan (contohnya, sensasi dikerumuni serangga yang terkait dengan
waham kutu).
C. Terlepas dari dampak khayalan atau gangguannya, dan perilaku jelas tidak
aneh atau ganjil.
D. Jika episode manik atau depresi utama telah terjadi, ini telah relatif singkat
terhadap durasi periode waham.
E. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi
medis lainnya dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain,
seperti gangguan dismorfik tubuh atau gangguan obsesif-kompulsif.

7
Untuk kriteria diagnositik menurut buku Pedoman Penggolongan Diagnostik
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan waham adalah sebagai berikut:

(a) Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang
paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai
suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan
harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat;
(b) Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang
lengkap/”full blown” mungkin terjadi secara intermiten dengan syarat
tidak terdapat gangguan afektif itu.
(c) Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
(d) Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja dan
bersifat sementara.
(e) Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dan sebagainya).
2.7 DIAGNOSIS BANDING

2.7.1. Obsesif-kompulsif dan gangguan terkait.


Seseorang yang tetap yakin bahwa obsesinya dan kompulasinya adalah
keyakinan sejati, harus diberikan diagnosis gangguan obsesif-kompulsif dengan
wawasan yang tidak ada. Demikian pula, jika seseorang dengan gangguan
dismorfik tubuh benar-benar yakin bahwa keyakinan gangguan dismorfik
tubuhnya benar, maka diagnosis gangguan dismorfik tubuh, dengan tidak adanya
wawasan/ spesifik keyakinan waham, harus diberikan daripada diagnosis waham
kekacauan.3,5

2.7.2. Gangguan Delirium dan Penggunaan Zat


Delirium dan demensia harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding
pasien dengan waham. Delirium dapat dibedakan dengan adanya tingkat
kesadaran yang berfluktuasi atau gangguan kemampuan kognitif. Waham di awal
perjalanan penyakit demensia, seperti pada demensia tipe Alzheimer, dapat
menyebabkan gangguan waham. Namun, tes neurologis biasanya mendeteksi

8
gangguan kognitif. Meskipun penyalahgunaan alkohol adalah fitur terkait untuk
pasien dengan gangguan waham, gangguan waham harus dibedakan dari
gangguan psikotik yang diinduksi alkohol dengan halusinasi. Intoksikasi dengan
simpatomimetik (termasuk amfetamin) ganja, atau L-dopa adalah kemungkinan
menghasilkan gejala waham. Keduanya dapat meniru gangguan delusi tetapi
dibedakan berdasarkan kronologi gejala.1,3

2.7.3. Skizofrenia dan Skizofreniformis


Gangguan waham dibedakan dari skizofrenia dengan tidak adanya gejala
skizofrenia lainnya dan oleh kualitas waham yang tidak aneh dan dengan gejala
karakteristik lain dari fase aktif skizofrenia.5

2.7.4. Depresi dan Gangguan Bipolar


Jika waham terjadi secara eksklusif selama episode suasana hati, diagnosisnya
adalah gangguan depresi atau bipolar dengan gambaran psikotik. Gejala-gejala
mood yang memenuhi kriteria penuh untuk episode suasana hati dapat ditimpakan
pada gangguan waham. Gangguan waham dapat didiagnosis hanya jika durasi
total semua episode suasana hati tetap singkat relatif terhadap total durasi
gangguan waham.5

2.8 KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi dari gangguan waham apabila tidak terapi
dengan baik adalah:4
- Orang dengan gangguan waham mungkin menjadi depresi, seringkali
sebagai akibat dari kesulitan yang terkait dengan waham.
- Bertindak waham juga dapat menyebabkan kekerasan atau masalah
hukum. Contohnya, seseorang dengan khayalan erotomanik yang
menguntit atau melecehkan objek khayalan dapat ditangkap.
- Juga, orang-orang dengan kelainan ini dapat menjadi terasing dari orang
lain, terutama jika waham mereka mengganggu atau merusak hubungan
mereka.

9
2.9 TERAPI

2.9.1 Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah membangun hubungan
di mana pasien mulai mempercayai terapis. Terapi individual tampaknya lebih
efektif daripada terapi kelompok, terapi yang berorientasi wawasan, suportif,
kognitif, dan behavioral seringkali efektif. Terapis dapat menstimulasi motivasi
untuk menerima bantuan dengan menekankan kesediaan untuk membantu pasien
dengan kecemasan atau iritabilitas mereka tanpa menyarankan agar waham
dirawat, tetapi terapis tidak boleh secara aktif mendukung gagasan bahwa waham
itu nyata. Terapis harus menghindari membuat komentar yang meremehkan
tentang khayalan atau gagasan pasien tetapi dapat menunjukkan dengan simpatik
kepada pasien bahwa keasyikan mereka dengan khayalan mereka sangat
menyusahkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan yang konstruktif.1

2.9.2 Rawat Inap


Pasien dengan gangguan waham umumnya dapat dirawat sebagai pasien rawat
jalan, tetapi dokter harus mempertimbangkan rawat inap karena beberapa alasan.
Pertama, pasien mungkin memerlukan evaluasi medis dan neurologis lengkap
untuk menentukan apakah kondisi medis non psikiatri menyebabkan gejala
waham. Kedua, pasien perlu penilaian kemampuan mereka untuk mengendalikan
impuls kekerasan (contohnya untuk melakukan bunuh diri atau pembunuhan)
yang mungkin terkait dengan materi waham. Ketiga, perilaku pasien tentang
waham mungkin telah secara signifikan memengaruhi kemampuan mereka untuk
berfungsi dalam lingkungan keluarga atau pekerjaan mereka; mereka mungkin
memerlukan intervensi profesional untuk menstabilkan hubungan sosial atau
pekerjaan. Jika seorang dokter yakin bahwa pasien akan menerima perawatan
terbaik di rumah sakit, maka dokter harus berusaha membujuk pasien untuk
menerima rawat inap; jika gagal, komitmen hukum dapat diindikasikan. Jika
seorang dokter meyakinkan pasien bahwa rawat inap tidak dapat dihindari, pasien
seringkali secara sukarela memasuki rumah sakit untuk menghindari komitmen
hukum.1

10
2.9.3 Farmakoterapi
Dalam keadaan darurat, pasien yang sangat gelisah harus diberikan obat
antipsikotik secara intramuskuler. Meskipun tidak ada uji klinis yang dilakukan
secara memadai dengan sejumlah besar pasien telah dilakukan, sebagian besar
dokter menganggap obat antipsikotik sebagai pengobatan pilihan untuk gangguan
waham. Riwayat respons pengobatan pasien adalah panduan terbaik untuk
memilih obat. Seorang dokter harus sering memulai dengan dosis rendah
(contohnya 2 mg haloperidol atau 2 mg risperidone) dan meningkatkan dosis
secara perlahan. Jika seorang pasien gagal menanggapi obat dengan dosis yang
wajar dalam percobaan 6 minggu, obat antipsikotik dari golongan lain harus
dicoba. Penyebab umum kegagalan obat adalah ketidakpatuhan, yang juga harus
dievaluasi. Psikoterapi bersamaan memfasilitasi kepatuhan dengan perawatan
obat. Jika pasien tidak menerima manfaat dari medikasi antipsikotik, hentikan
penggunaan obat. Pada pasien yang merespons obat antipsikotik, beberapa data
menunjukkan bahwa dosis pemeliharaan bisa rendah. Meskipun pada dasarnya
tidak ada penelitian yang mengevaluasi penggunaan antidepresan, lithium
(Eskalith), atau antikonvulsan (contohnya, carbamazepine dan valproate) dalam
pengobatan gangguan waham, percobaan dengan obat ini dapat dilakukan pada
pasien yang tidak menanggapi obat antipsikotik. Uji coba obat-obatan ini juga
harus dipertimbangkan ketika pasien memiliki ciri-ciri gangguan mood atau
riwayat keluarga dengan gangguan mood6.
2.8 PROGNOSIS

Gangguan waham lebih baik dengan pengobatan dan kepatuhan dalam


pengobatan. Hampir 50% pasien mengalami pemulihan penuh, lebih dari 20%
pasien melaporkan penurunan gejala dan kurang dari 20% pasien melaporkan
perubahan minimal atau tidak ada perubahan gejala. Prognosis yang baik juga
terkait dengan fungsi sosial dan pekerjaan, awitan dini sebelum usia 30 tahun,
perempuan, timbulnya gejala secara tiba-tiba dan durasi pendek.4

BAB III

11
KESIMPULAN

Gangguan waham adalah keyakinan palsu, didasarkan pada


kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan
intelegensia pasien dan latar belakang kultural yang tidak dapat dikoreksi
dengan suatu alasan. Etiologi dari gangguan waham masih belum jelas,
namun diduga beberapa faktor seperti faktor genetik, biologis, lingkungan
memiliki pengaruh pada gangguan ini. Adapun beberapa faktor risiko
berhubungan dengan pembentukan waham yaitu usia lanjut, gangguan
sensorik atau isolasi, riwayat keluarga, isolasi sosial, dan fitur kepribadian
(contohnya, kepekaan antarpribadi yang tidak biasa).
Menurut Kaplan, penilaian yang akurat tentang epidemiologi
gangguan waham terhambat oleh kelangkaan relatif dari gangguan
tersebut. Kelangkaan tersebut mungkin dapat terjadi akibat gangguan
waham yang mungkin tidak dilaporkan karena pasien waham jarang
mencari bantuan psikiatri kecuali dipaksa oleh keluarga mereka atau oleh
pengadilan. Usia rata-rata onset adalah sekitar 40 tahun, tetapi rentang usia
onset mulai dari usia 18 tahun hingga 90-an. Jenis kelamin yang
dipengaruhi kira-kira sama, meskipun penelitian telah menemukan sedikit
kelebihan pasien wanita, yaitu sekitar 55% dari penerimaan pertama
adalah perempuan. Jenis khayalan penganiayaan dan kecemburuan lebih
umum pada laki-laki, sedangkan variasi erotomanik lebih umum pada
perempuan.
Untuk mendiagnosis seseorang dengan gangguan waham, seorang
dokter dapat menggunakan kriteria diagnosis yang terdapat dari DSM-5
atau PPDGJ-III. Gangguan waham memiliki beberapa diagnosis banding
seperti gangguan obsesif-kompulsif, skizofrenia dan skizofreniform,
delirium, dan depresi atau gangguan bipolar.
Terapi yang dapat diberikan pada penderita gangguan waham dapat
berupa psikoterapi, rawat inap jike perlu dan farmakoterapi. Prognosisnya
tergantung pada pengobatan dan kepatuhan pengobatan. . Prognosis yang

12
baik juga terkait dengan fungsi sosial dan pekerjaan, awitan dini sebelum
usia 30 tahun, perempuan, timbulnya gejala secara tiba-tiba dan durasi
pendek.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of


Psychiatry11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2115. p.746
2. Crowe, RR, Roy, M. A. Wahamonal Disorder The Medical Basis of
Psychiatry. 2018. pp 125-131. https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-
1-59745-252-6_8
3. Joseph, SM, Siddiqui, W. Wahamonal Disorder. LLC. 2019. p. 1-7.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539855/
4. Goldberg, J. Wahamons And Wahamonal Disorder. WebMD Medical
Reference 2018. p. 1-5.
https://www.webmd.com/schizophrenia/guide/delusional-disorder#1
5. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5). Washington DC: American
Psychiatric Association; 2013. p. 652-55
6. Maslim R. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III. Jakarta.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2001. p. 120-122.

Anda mungkin juga menyukai