Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN  LANSIA DENGAN DIABETES

MILITUS

Disusun oleh :

Kelompok 11 S1 Keperawatan

Nur afidatus sayidah (201501059)


Roudzatul fuaidah (201501083)
Dwi eko pangestu (201501076)
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang


Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, tuntunan, serta hidayahnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyajikan makalah
yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIABETES
MILITUS, ini dengan baik.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh


informasi tentang Isolasi Sosial. Selain itu juga, makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah KOMUNITAS 2.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan disebabkan karena keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis, waktu, serta dana. Keberhasilan penulisan makalah semata –
mata bukan hasil jerih payah penulis sendiri, namun juga karena adanya dorongan
dan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
kepada semua pihak yang turut serta menyumbangkan materi, tenaga, pikiran,
serta ide – ide yang dapat penulis gunakan untuk menyelesaikan makalah ini

Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat


konstruktif, mengingat penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

Mojokerto , 26september 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes militus.........................................................................6
2.2 Etiologi ...................................................................................................6
2.3 klasifikasi................................................................................................ 7
2.4 Patofisiologi............................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis.....................................................................................11
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................13
2.8 Komplikasi..............................................................................................14
BAB III ASKEP DIABETES MELLITUS PADA LANSIA
3.1 Kasus........................................................................................................15
3.2 Pengkajian................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan.............................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan ...........................................................................
3.5 Implementasi ...........................................................................................
3.6 Evaluasi ...................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................
4.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iv

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang


Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti
halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan
berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran
kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat
penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon
dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari
tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit
atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

1.2      Rumusan Masalah


1.      Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
2.      Bagaimana gambaran klinis diabetes mellitus?
3.      Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes
mellitus?

1.4    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui definisi diabetes mellitus
2.      Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus
3.      Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes
mellitus

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi
insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis
yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif
dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan
dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2.2      Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik
yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan,
disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih
dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat
dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan
insulin terutama pada post reseptor.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi
kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju
metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus.
Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua
besar :

6
a.       Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
b.       Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan
gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu
bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan
indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

2.3      Klasifikasi
a.       Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1)      Mudah terjadi ketoasidosis
2)      Pengobatan harus dengan insulin
3)      Onset akut
4)      Biasanya kurus
5)      Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6)      Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7)      Didapatkan antibodi sel islet
8)      10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

b.      Diabetes melitus tipe II :


Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Karakteristik DM tipe II :
1)      Sukar terjadi ketoasidosis
2)      Pengobatan tidak harus dengan insulin
3)      Onset lambat
4)      Gemuk atau tidak gemuk
5)      Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6)      Tidak berhubungan dengan HLA

7
7)      Tidak ada antibodi sel islet
8)      30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9)       ± 100% kembar identik terkena

8
2.4      Pathway

9
10
2.5    Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan
saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
a.       Katarak
b.      Glaukoma
c.       Retinopati
d.      Gatal seluruh badan
e.       Pruritus Vulvae
f.       Infeksi bakteri kulit
g.      Infeksi jamur di kulit
h.      Dermatopati
i.        Neuropati perifer
j.        Neuropati viseral
k.      Amiotropi
l.        Ulkus Neurotropik
m.    Penyakit ginjal
n.      Penyakit pembuluh darah perifer
o.      Penyakit koroner
p.      Penyakit pembuluh darah otak
q.      Hipertensi

11
2.6      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni :
penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan
secara medis adalah sebagai berikut:
A.       Obat Hipoglikemik oral
1.      Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin.Obat golongan ini
mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena
itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan.
Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
(a)    Glibenklamida (5mg/tablet).
(b)   Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c)    Glikasida (80 mg/tablet).
(d)   Glikuidon (30 mg/tablet).

2.     Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien
dengan kelebihan berat badan.

3.     Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase


Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan
kadar gula puasa yang masih normal.

B.      Insulin
1.     Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid.
Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan
dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila
mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi

12
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak
dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2.      Jenis Insulin
(a)    Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
(b)   Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
(c)    Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

Sedangkan unuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:


a.       Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun
telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang,
dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein.
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak
menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat
komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.

b.      Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat
jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat

2.7      Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah sewaktu
a.       Kadar glukosa darah puasa
b.      Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a.       Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c.       Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

13
2.8      Komplikasi
.
a.       Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis : Akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut
termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin.
DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b.      Komplikasi kronis:
1.      Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi
pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang
mengakibatkan kebutaan permanen.

2.      Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi
sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.

3.      Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang
paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
.
4.      Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani
karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

   Kasus :
Tn. A laki-laki usia 69 tahun, tinggal di panti werdha muarapelita. Tn,A dirawat dipanti sudah
hampir 8 bulan, tetapi masih dapat bantuan dari anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan
sehari- hari. Tn A mengeluh sering merasa kehausan (dehidrasi) banyak minum, sering BAK ,
nafsu makan meningkat dan 2 bulan terakhir mengeluh mudah merasa lemas tenaga kurang
lekas lelah. Pada anamnesa dan pemeriksaan selanjutnya, terlihat luka pada jari kaki,
penglihatannya kabur,jumlah urin lebih dari 1500 ml/ hari, BB sebelum sakit 56 kg, dan saat
sakit 45 kg. Tn A juga memiliki riwayat penyakit hipertensi. Saat dilakukan pemeriksaan TD :
120/80 mmHg, nadi: 80x/mnt, RR: 20x/mnt. Suhu : 37◦c
3.1 pengkajian

1. Pengkajian Lansia
Nama Panti :Muara Pelita
AlamatPanti : Jl. Raya Dawarblandong No. 623, Mojokerto
Tanggal masuk : 20 September 2017
NO Register : 210897
2. Identitas
Nama :Tn. A
Alamat :Jatirowo RT.03 RW.02 Mojokerto
Jenis Kelamin :Laki-laki
Umur : Elderly
Status :Menikah
Agama :Islam
Suku :Jawa
Tingkat Pendidikan :SMU
Lama tinggal di panti :< 1 tahun

Sumber Pendapatan :Ada, karenaTn. A mendapat bantuan dari anak- anaknya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari

Keluarga yang Dapat Dihubungi :Ada, Istri dan anak-anaknya

15
Riwayat Pekerjaan : Buruh Tani

3. Riwayat Kesehatan
 Keluhan yang dirasakan saat ini :
 Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir : Lemas dan lelah ketika beraktivitas
kadang disertai sesak
 Penyakit saat ini :diabetes militus
 Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : hipertensi

4. Status Fisiologis
 Postur tulang belakang lansia :Tegap
 Tanda-tanda vital dan status gizi :
(1) Suhu : 37oC
(2) Tekanan Darah :120/80 mmHg
(3) Nadi :80 x/menit
(4) Respirasi : 20x/menit
(5) Berat Badan :56kg
(6) Tinggi Badan : 145 cm

 Pengkajian Head To Toe


1. Kepala
Kebersihan : Bersih
Kerontokan rambut : Tidak
Keluhan : Tidak
2. Mata
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Tidak Ikterik
Strabismus : Tidak Strabismus
Penglihatan : Kabur
Peradangan : Tidak

16
Riwayat katarak : Tidak
Keluhan : Ya, Pasien mengeluh pandangan buram dan kabur.
Penggunaan kacamata : Tidak
3. Hidung
Bentuk : Simetris
Peradangan : Tidak
Penciuman : Tidak terganggu
4. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : Tidak (sedikit kotor)
Mukosa : Kering
Peradangan/stomatitis : Tidak
Gigi geligi : Ompong, tampak karies gigi
Radang gusi : Tidak
Kesulitan mengunyah : Ya
Kesulitan menelan : Tidak
5. Telinga
Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak
Pendengaran : Tidak terganggu
Keluhan lain : Tidak ada
6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak
JVD : Tidak
Kaku kuduk : Ya
7. Dada
Bentuk dada : Normal chest
Retraksi : Ya
Wheezing : Tidak
Ronchi : Tidak
Suara jantung tambahan : Tidak
Ictus cordis : ICS tampak

17
8. Abdomen
Bentuk : Rounded
Nyeri tekan : Tidak
Kembung : Tidak
Supel : Ya
Bising usus : Ada
Frekwensi : 12 kali/menit
Massa : Tidak
9. Genetalia
Kebersihan : Kurang Baik
Haemoroid : Tidak
Hernia : Tidak
10.Ekstremitas
Kekuatan otot :4444
Postur tubuh : Tegap
Rentang gerak : Maksimal
Deformitas : Tidak
Tremor : Tidak
Edema kaki : Tidak
Penggunaan alat bantu : Tidak, Jenis : -
Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +

11.Integumen
Kebersihan : Baik
Warna : Tidak pucat (hitam)
Kelembaban : Kering
Gangguan pada kulit : Tidak
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :

18
1. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali sehari
Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabis
Makanan tambahan :Dihabiskan
2. Pola pemenuhan cairan
Frekuensi minum : > 3 gelas sehari
Jenis Minuman : Air putih
3. Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur : 4 – 6 jam
Gangguan tidur berupa : Sering Terbangun
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : Santai
4. Pola eliminasi BAB
Frekuensi BAB : 1x sehari
Konsisitensi : Lembek
Gangguan BAB : Tidak ada
5. Pola BAK
Frekwensi BAK : 4 – 6 kali sehari
Warna urine : Kuning jernih
Gangguan BAK : Tidak ada
6. Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan : Melakukan pekerjaan rumah seperti
membersihkan rumput
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi : 2 kali sehari
Memakai sabun : Ya
Sikat gigi : 2 kali sehari
Menggunakan pasta gigi : Ya
Kebiasaan berganti pakaian bersih :> 1 kali sehari

19
3.2Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Hyperglikemi Kekurangan volume
Klien mengatakan sering merasa cairan
haus (dehidrasi) sering minum, Glycosuria
sering BAK,
     Osmotic diuresis
DO:
Urine lebih dari 1500 ml/ hari Poliurea
Dehidrasi

Kekurangan
volume cairan
2 DS: Katabolisme Ketidakseimbangannutris
          Klien mengatakan merasa protein menurun i kurang dari kebutuhan
lapar dan nafsu makan tubuh
meningkat, Merasang
DO : hipotalamus
BB sebelum sakit 56 kg, BB
sesudah sakit 45 kg. Pusat lapar dan
haus
          
Polidipsi dan
polifagi

Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

3. DS: - Kekebalan tubuh Kerusakan integritas


DO: menurun jaringan
Terlihat luka ganggren pada jari

20
kaki. Neuropati sensori
perifer

Nekrosis luka
Ganggren

Kerusakanintegrita
s jaringan

4. DS: Klien mengatakan Mikro vaskuler Resiko cidera


penglihatannya kabur
Retina

Retina diabetic

Gangguan
penglihatan

Resiko cidera

3.3 Diagnosa keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan poliuri dehidrasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan polidipsi
dan polifagi
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka ganggren
4. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan

3. 4     Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil intervensi

21
Kekurangan volume cairan NOC: NIC:
Batasan karakteristik :  Fluid balance Fluid management
 Peningkatan konsentrasi  Hydration  Pertahankan catatan
urine  Nutritional status: intake dan output
 Haus food and fluid yang akurat
 Kelemahan intake  Monitor status
Factor yang berhubungan Kriteria hasil: dehidrasi
 Kehilangan cairan aktif  Memperthankan  Monitor vital sign
(poliuri,dehidrasi) urine output sesuai  Monitor status nutrisi
dengan usia dan BB Hypovolemia management
 Td ,nadi, suhu  Monitor status cairan
dalam batas normal termasuk intake dan
 Tidak ada tanda- output cairan
tanda dehidrasi,  Monitor tanda vital
tidak ada rasa haus  Dorong pasien untuk
yang berlebihan. menambah intake
oral
Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: NIC:
dari kebutuhan tubuh  Nutritional status: Nutrion management
Batasan karakteristik food and fluid  Kaji adanya alergi
 BB 20 % dibawah BB ideal intake, nutrient makanan
 Penurunan makanan dengan intake  Anjurkan pasien
asupan adekuat  Weight control meningkatkan
 Cepat kenyang setelah Kriteria hasil: proteindan vitamin c
makan  Adanya  Ajarkan pasien untuk
Factor yang berhubungan peningkatan BB membuat catatan
 Factor biologis (polidipsi sesui tujuan harian
polifagi)  BB ideal sesuai  Monitor jumlah
tinggi badan nutrisi dan
 Mampu kandungan kalori
mengidentifikasi  Berikan informasi
kebutuhan nutrisi tentang kebutuhan
 Tidak ada tanda- nutrisi
tanda mall nutrisi  Kaji kemampuan
 Tidak terjadi pasien untuk
penurunn BB yang mendapatkan nutrisi
berarti. yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor lingkungan
selama makan
 Monitor kalori dan
intake nutrisi
Kerusakan integritas jaringan Noc: NIC:

22
Batasan karakteristik:  Tissue integrity : Pressure ulcer prevention
 Kerusakan jaringan skin and mucous wound care
( missal. Kornea,membrane  Wound healing :  Jaga kulit agar tetap
mukosa, intergumen atau primary and bersih dan kering
subkutan) secondary intention  Monitor aktivitas dan
Factor yang berhubungan: Kriteria hasil: mobilisasi pasien
 Gangguan sirkulasi  Perfusi jaringan  Monitor status nutrisi
(ganggren) normal px
 Tidak ada tanda-  Observasi luka:
tanda infeksi dimensi lokasi
 Ketebalan dan kedalaman luka
tekstur jaringan jaringan nekrotik
normal formasi traktus.
 Menunjukan  Ajarkan keluarga
pemahaman dalam tentang luka dan
proses perbaikan perawatan luka
kulit dan mencegah  Lakukan teknik
terjadi cidera perawatan luka
berulang dengan steril
 Menunjukan  Berikan posisi yang
terjadinya mengurangi tekanan
penyembuhan luka pada luka

Resiko cidera NOC: NIC:


Factor resiko:  Risk control  Sediakan lingkungan
1. Eksternal Kriteria hasil yang aman untuk
 Manusia(mis:  Klien terbebas dari pasien
agennosokomial,pol cidera  Identifikasi
a ketegangan, factor  Klien mampu kebutuhan
kognitif,afektif dan menjelaskancara keamanan Pasien
psikomotor) untuk mencegah sesuai dengan
2. Internal cidera kondisi pasien dan
 Usia perkembangan  Klien mampu riwayat penyakit
(fisiologis, menjelaskan factor terdahulu
psikososial) resiko dari  Menghindarkan
 Disfungsi sensorik lingkungan / lingkungan yang
Factor yang berhubungan perilaku personal berbahaya
 Ganggguan penglihatan  Mampu mengenali  Menganjurkan
 Kelemahan umum perubahan status keluarga untuk
kesehatan menemani pasien
 Berikan penjelasa
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
23
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit

3.4     Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yyang dilakukan perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
yang sudah dibuat sebelumnya .

5.      Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi yang diharapkan yaitu :
1.kebuthan nutrisi terpenuhi
2. klien terbebas dari cidera
3. tidak terjadi kekurangan volume cairan
4. luka yang cepat sembuh

24
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan
insulin. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang
berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur yang berkaitan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas, banyak
makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan,
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang sering muncul adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Prinsip
penatalaksanaan DM lansia adalah menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya, menghilangkan gejala-gejala akibat
hiperglikemia, lebih bersifat konservatif, mengendalikan glukosa darah dan berat badan.
Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan terjadinya komplikasi lanjut pada penderita
diabetes terutama lansia.

B.     Saran
1.      D e n g a n m e n g e t a h u i a s u a h a n k e p e r a w a t a n p a d a p e n d e r i t a d i a b e t e s melitus
pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar penyakityang timbul tidak menuju keparahan
2.      Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahanf u n g s i f i s i o l o g i s m a u p u n
psikologisnya untuk mengantisipasi.
3.      komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita DM seperti hipoglikemi
maupun respon stres yang timbul pada lansia tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi 2, Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi 2, Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

26

Anda mungkin juga menyukai