MILITUS
Disusun oleh :
Kelompok 11 S1 Keperawatan
2017
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes militus.........................................................................6
2.2 Etiologi ...................................................................................................6
2.3 klasifikasi................................................................................................ 7
2.4 Patofisiologi............................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis.....................................................................................11
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................13
2.8 Komplikasi..............................................................................................14
BAB III ASKEP DIABETES MELLITUS PADA LANSIA
3.1 Kasus........................................................................................................15
3.2 Pengkajian................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan.............................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan ...........................................................................
3.5 Implementasi ...........................................................................................
3.6 Evaluasi ...................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................
4.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iv
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus
2. Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus
3. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes
mellitus
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi
insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis
yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif
dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan
dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)
2.2 Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik
yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan,
disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih
dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat
dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan
insulin terutama pada post reseptor.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi
kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju
metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus.
Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua
besar :
6
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan
gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu
bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan
indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.
2.3 Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
7
7) Tidak ada antibodi sel islet
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9) ± 100% kembar identik terkena
8
2.4 Pathway
9
10
2.5 Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan
saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
11
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni :
penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan
secara medis adalah sebagai berikut:
A. Obat Hipoglikemik oral
1. Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin.Obat golongan ini
mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena
itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan.
Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
(a) Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet).
2. Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien
dengan kelebihan berat badan.
B. Insulin
1. Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid.
Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan
dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila
mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi
12
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak
dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2. Jenis Insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
(b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat
jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah sewaktu
a. Kadar glukosa darah puasa
b. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
13
2.8 Komplikasi
.
a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis : Akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut
termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin.
DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi
pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang
mengakibatkan kebutaan permanen.
2. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi
sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang
paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
.
4. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani
karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus :
Tn. A laki-laki usia 69 tahun, tinggal di panti werdha muarapelita. Tn,A dirawat dipanti sudah
hampir 8 bulan, tetapi masih dapat bantuan dari anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan
sehari- hari. Tn A mengeluh sering merasa kehausan (dehidrasi) banyak minum, sering BAK ,
nafsu makan meningkat dan 2 bulan terakhir mengeluh mudah merasa lemas tenaga kurang
lekas lelah. Pada anamnesa dan pemeriksaan selanjutnya, terlihat luka pada jari kaki,
penglihatannya kabur,jumlah urin lebih dari 1500 ml/ hari, BB sebelum sakit 56 kg, dan saat
sakit 45 kg. Tn A juga memiliki riwayat penyakit hipertensi. Saat dilakukan pemeriksaan TD :
120/80 mmHg, nadi: 80x/mnt, RR: 20x/mnt. Suhu : 37◦c
3.1 pengkajian
1. Pengkajian Lansia
Nama Panti :Muara Pelita
AlamatPanti : Jl. Raya Dawarblandong No. 623, Mojokerto
Tanggal masuk : 20 September 2017
NO Register : 210897
2. Identitas
Nama :Tn. A
Alamat :Jatirowo RT.03 RW.02 Mojokerto
Jenis Kelamin :Laki-laki
Umur : Elderly
Status :Menikah
Agama :Islam
Suku :Jawa
Tingkat Pendidikan :SMU
Lama tinggal di panti :< 1 tahun
Sumber Pendapatan :Ada, karenaTn. A mendapat bantuan dari anak- anaknya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
15
Riwayat Pekerjaan : Buruh Tani
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini :
Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir : Lemas dan lelah ketika beraktivitas
kadang disertai sesak
Penyakit saat ini :diabetes militus
Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : hipertensi
4. Status Fisiologis
Postur tulang belakang lansia :Tegap
Tanda-tanda vital dan status gizi :
(1) Suhu : 37oC
(2) Tekanan Darah :120/80 mmHg
(3) Nadi :80 x/menit
(4) Respirasi : 20x/menit
(5) Berat Badan :56kg
(6) Tinggi Badan : 145 cm
16
Riwayat katarak : Tidak
Keluhan : Ya, Pasien mengeluh pandangan buram dan kabur.
Penggunaan kacamata : Tidak
3. Hidung
Bentuk : Simetris
Peradangan : Tidak
Penciuman : Tidak terganggu
4. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : Tidak (sedikit kotor)
Mukosa : Kering
Peradangan/stomatitis : Tidak
Gigi geligi : Ompong, tampak karies gigi
Radang gusi : Tidak
Kesulitan mengunyah : Ya
Kesulitan menelan : Tidak
5. Telinga
Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak
Pendengaran : Tidak terganggu
Keluhan lain : Tidak ada
6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak
JVD : Tidak
Kaku kuduk : Ya
7. Dada
Bentuk dada : Normal chest
Retraksi : Ya
Wheezing : Tidak
Ronchi : Tidak
Suara jantung tambahan : Tidak
Ictus cordis : ICS tampak
17
8. Abdomen
Bentuk : Rounded
Nyeri tekan : Tidak
Kembung : Tidak
Supel : Ya
Bising usus : Ada
Frekwensi : 12 kali/menit
Massa : Tidak
9. Genetalia
Kebersihan : Kurang Baik
Haemoroid : Tidak
Hernia : Tidak
10.Ekstremitas
Kekuatan otot :4444
Postur tubuh : Tegap
Rentang gerak : Maksimal
Deformitas : Tidak
Tremor : Tidak
Edema kaki : Tidak
Penggunaan alat bantu : Tidak, Jenis : -
Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +
11.Integumen
Kebersihan : Baik
Warna : Tidak pucat (hitam)
Kelembaban : Kering
Gangguan pada kulit : Tidak
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
18
1. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali sehari
Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabis
Makanan tambahan :Dihabiskan
2. Pola pemenuhan cairan
Frekuensi minum : > 3 gelas sehari
Jenis Minuman : Air putih
3. Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur : 4 – 6 jam
Gangguan tidur berupa : Sering Terbangun
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : Santai
4. Pola eliminasi BAB
Frekuensi BAB : 1x sehari
Konsisitensi : Lembek
Gangguan BAB : Tidak ada
5. Pola BAK
Frekwensi BAK : 4 – 6 kali sehari
Warna urine : Kuning jernih
Gangguan BAK : Tidak ada
6. Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan : Melakukan pekerjaan rumah seperti
membersihkan rumput
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi : 2 kali sehari
Memakai sabun : Ya
Sikat gigi : 2 kali sehari
Menggunakan pasta gigi : Ya
Kebiasaan berganti pakaian bersih :> 1 kali sehari
19
3.2Analisa Data
Kekurangan
volume cairan
2 DS: Katabolisme Ketidakseimbangannutris
Klien mengatakan merasa protein menurun i kurang dari kebutuhan
lapar dan nafsu makan tubuh
meningkat, Merasang
DO : hipotalamus
BB sebelum sakit 56 kg, BB
sesudah sakit 45 kg. Pusat lapar dan
haus
Polidipsi dan
polifagi
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
20
kaki. Neuropati sensori
perifer
Nekrosis luka
Ganggren
Kerusakanintegrita
s jaringan
Retina diabetic
Gangguan
penglihatan
Resiko cidera
3. 4 Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil intervensi
21
Kekurangan volume cairan NOC: NIC:
Batasan karakteristik : Fluid balance Fluid management
Peningkatan konsentrasi Hydration Pertahankan catatan
urine Nutritional status: intake dan output
Haus food and fluid yang akurat
Kelemahan intake Monitor status
Factor yang berhubungan Kriteria hasil: dehidrasi
Kehilangan cairan aktif Memperthankan Monitor vital sign
(poliuri,dehidrasi) urine output sesuai Monitor status nutrisi
dengan usia dan BB Hypovolemia management
Td ,nadi, suhu Monitor status cairan
dalam batas normal termasuk intake dan
Tidak ada tanda- output cairan
tanda dehidrasi, Monitor tanda vital
tidak ada rasa haus Dorong pasien untuk
yang berlebihan. menambah intake
oral
Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: NIC:
dari kebutuhan tubuh Nutritional status: Nutrion management
Batasan karakteristik food and fluid Kaji adanya alergi
BB 20 % dibawah BB ideal intake, nutrient makanan
Penurunan makanan dengan intake Anjurkan pasien
asupan adekuat Weight control meningkatkan
Cepat kenyang setelah Kriteria hasil: proteindan vitamin c
makan Adanya Ajarkan pasien untuk
Factor yang berhubungan peningkatan BB membuat catatan
Factor biologis (polidipsi sesui tujuan harian
polifagi) BB ideal sesuai Monitor jumlah
tinggi badan nutrisi dan
Mampu kandungan kalori
mengidentifikasi Berikan informasi
kebutuhan nutrisi tentang kebutuhan
Tidak ada tanda- nutrisi
tanda mall nutrisi Kaji kemampuan
Tidak terjadi pasien untuk
penurunn BB yang mendapatkan nutrisi
berarti. yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor lingkungan
selama makan
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Kerusakan integritas jaringan Noc: NIC:
22
Batasan karakteristik: Tissue integrity : Pressure ulcer prevention
Kerusakan jaringan skin and mucous wound care
( missal. Kornea,membrane Wound healing : Jaga kulit agar tetap
mukosa, intergumen atau primary and bersih dan kering
subkutan) secondary intention Monitor aktivitas dan
Factor yang berhubungan: Kriteria hasil: mobilisasi pasien
Gangguan sirkulasi Perfusi jaringan Monitor status nutrisi
(ganggren) normal px
Tidak ada tanda- Observasi luka:
tanda infeksi dimensi lokasi
Ketebalan dan kedalaman luka
tekstur jaringan jaringan nekrotik
normal formasi traktus.
Menunjukan Ajarkan keluarga
pemahaman dalam tentang luka dan
proses perbaikan perawatan luka
kulit dan mencegah Lakukan teknik
terjadi cidera perawatan luka
berulang dengan steril
Menunjukan Berikan posisi yang
terjadinya mengurangi tekanan
penyembuhan luka pada luka
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yyang dilakukan perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
yang sudah dibuat sebelumnya .
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi yang diharapkan yaitu :
1.kebuthan nutrisi terpenuhi
2. klien terbebas dari cidera
3. tidak terjadi kekurangan volume cairan
4. luka yang cepat sembuh
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan
insulin. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang
berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur yang berkaitan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas, banyak
makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan,
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang sering muncul adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Prinsip
penatalaksanaan DM lansia adalah menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya, menghilangkan gejala-gejala akibat
hiperglikemia, lebih bersifat konservatif, mengendalikan glukosa darah dan berat badan.
Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan terjadinya komplikasi lanjut pada penderita
diabetes terutama lansia.
B. Saran
1. D e n g a n m e n g e t a h u i a s u a h a n k e p e r a w a t a n p a d a p e n d e r i t a d i a b e t e s melitus
pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar penyakityang timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahanf u n g s i f i s i o l o g i s m a u p u n
psikologisnya untuk mengantisipasi.
3. komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita DM seperti hipoglikemi
maupun respon stres yang timbul pada lansia tersebut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
26