Anda di halaman 1dari 48

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Ini Telah Diperiksa, Disetujui dan Siap Untuk Dipertahankan


Dihadapan Tim Penguji Proposal Fakultas Kesehatan dan Farmasi
Universitas Adiwangsa Jambi

Jambi, April 2020

Pembimbing

Donna Harriya Vovidha, SST., M.Keb


NIDN : 1018118601

Mengetahui
Ketua Program Studi D III Kebidanan
Universitas Adiwangsa

Devi Arista, S.ST., M.Kes


NIDN : 1005109001
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyajikan Proposal Penelitian yang
berjudul “Fatkor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020”.

Dalam pembahasan Proposal Penelitian ini, penulis banyak mendapatkan


arahan dan bimbingan dari baebagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth :

1. Bapak dr. I Nyoman El, Selaku Ketua Yayasan Pelita Nusantara Adiwangsa,
yang telah menyediakan fasilitas-fasilitas pengajaran sehingga dapat
memperlancar proses belajar mengajar di Universitas Adiwangsa Jambi.

2. Bapak dr. Willy Tanjaya, SII, S.Kom, M,Kn, selaku rektor Universitas
Adiwangsa Jambi.

3. Ibu Subang Aini Nasution, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi

4. Ibu Devi Arista, S.ST., M.Kes, selaku ketua Program Studi DIII Kebidanan
Universitas Adiwangsa Jambi yang telah membantu selama perkuliahan.

5. Ibu Donna Harriya Vovidha, SST., M.Keb, selaku pembimbing yang telah
banyak memberi arahan, bimbingan, dorongan dalam penyusunan Proposal
Penelitian ini.

6. Dosen Prodi DIII Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi yang telah banyak
memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Orang tua serta keluarga besar penulis yang sangat penulis cintai, terimakasih
atas do’a dorongan semangat, pengorbanan dan kepercayaan yang telah
diberikan selama ini.

8. Teman – teman terdekat yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya,


serta teman satu angkatan yang memberikan semangat dan terlibat langsung
dalam penyelesaian proposal ini.

9. Semua pihak yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dan menyelesaiakan proposal ini ini.

Dalam penulisan Proposal Penelitian ini penulis menyadari masih banyak


kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun dalam rangka perbaikan Proposal Penelitian
ini. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan semoga Proposal Penelitian
inidapat bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu kebidanan dan untuk
semua pihak yang memerlukannya.

Jambi, Juli 2020


Penulis

Novi Astuti
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Balita.......................................................................... 8
2.2 Konsep Diare.......................................................................... 9
2.3 Konsep Perilaku Sehat............................................................ 17
2.4 Konsep Pengetahuan............................................................... 20
2.5 Konsep Sikap.......................................................................... 22
2.6 Konsep Sanitasi Lingkungan.................................................. 25
2.7 Kerangka Teori....................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep.................................................................... 29
3.2 Definisi Operasional............................................................... 30
3.3 Hipotesis................................................................................. 31
3.4 Desain Penelitian.................................................................... 31
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 31
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 31
3.7 Teknik Pengambilan Data....................................................... 33
3.8 Prosedur Penelitian................................................................. 34
3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data......................................... 35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................... 30


DAFTAR BAGAN

Bagan Hal
Bagan 2.1 Kerangka Teori.......................................................................... 28
Bagan 3.1 Kerangka Konsep....................................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner


Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 3 Surat Izin Survey Awal
Lampiran 4 Lembar Konsultasi/Bimbingan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare memiliki artian yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja

berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih

banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Sudoyo, 2014).

Diare adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi

lembek atau cair yang biasanaya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam

(Irianto, 2015).

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat

yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah

satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak,

menurut data World Health Organization (WHO) ada sekitar empat miliar

kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun milliar

kasus setiap tahunnya. Diare sering kali dianggap sebagai masalah yang

sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya

(WHO, 2017).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa

pada tahun 2013 terdapat 12,3% balita mengalami diare kemudian meningkat

pada tahun 2018 menjadi 18,5%. Sedangkan di kota Jambi, jumlah balita

yang mengalami diare berjumlah 7,7% dari jumlah penduduk yang

mengalami diare dan masuk dalal 5 besar (Kemenkes RI, 2018).


Diare secara klinis dapat disebabkan oleh 6 golongan yaitu infeksi

(disebabkan oleh bekteri, virus atau infestasi parasit) malabsorpsi, alergi,

keracunan imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering

ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan

infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011).

Beberapa faktor yang diduga merupakan faktor risiko kejadian diare

adalah faktor host, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan pelayanan

kesehatan. Menurut Notoatmodjo faktor yang mempengaruhi kejadian diare

yaitu salah satunya pengetahuan. Pengetahun merupakan faktor penting

untuk menentukan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2014). Penelitian yang

dilakukan oleh Yunida (2018) Univarsitas Airlangga didapatkan hasil

terdapat hubungan yang bermakna pada kelompok kasus diare terhadap

perilaku penggunaan air sungai dengan nilai p-value 0,000. Menurut

penelitian Shariya et al (2014) yang dilakukan di India didapatkan hasil

bahwa dari studi cross sectional didapatkan hasil yaitu terdapat hubungan

antara pengetahuan kebersihan dengan terjadinya diare pada anak-anak di

bawah 3 tahun di desa-desa suku dari Gujarat India.

Selain pengetahuan, sikap juga dapat mempengaruhi kejadian diare.

Sikap merupakan salah satu komponen penting yang berpengaruh dalam

perilaku seseorang karena tindakan yang dilakukan oleh seserang dapat

tergambar dari sikap yang diperlihat oleh seseorang tersebut. Penelitian yang

dilakukan oleh Yunida (2018) Univarsitas Airlangga didapatkan hasil

terdapat hubungan yang bermakna pada kelompok kasus diare terhadap


perilaku penggunaan air sungai dengan nilai p-value 0,000. Penelitian yang

dilakukan oleh Mathiazhakan et al (2016) menyatakan bahwa sikap ibu

membantu anak pemulihan yang lebih cepat dan mengurangi peluang untuk

anak menderita diare.

Sanitasi lingkungan juga merupakan faktor resiko terjadinya diare

pada bailta. Sanitasi lingkungan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

melindungi kesehatan manusia melalui pengendalian, pengolahan, dan

pencegahan faktor lingkungan yang mengganggu kesehatan. Kejadian diare

umumnya terjadi pada daerah yang memiliki sanitasi lingkungan yang buruk

(Kemenkes Ri, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Adsasmito (2017) Universitas

Indonesia didapatkan hasil bahwa faktor risiko penyebab penyakit diare yang

paling banyak adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini berkaitan

dengan sanitasi meliputi sarana air bersih (SAB), jamban, kualitas

bakterologis air, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan kondisi rumah.

Faktor lingkungan yang paling banyak diteliti adalah aspek sarana air bersih

dan jamban. Untuk sarana air bersih, rata-rata odd ratio (OR) jenis SAB

sebesar 3,19 dan rata-rata OR pencemaran SAB sebesar 7,89 sedangkan

untuk jamban rata-rata OR kepemilikan jamban sebesar 3,32. Panalitian

Hakim et al (2018) ia mengatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya penyakit diare adalah keadaan sanitasi di

lingkungan rumah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan (air fasilitas

bersih, kepemilikan jamban, selokan dan sistem pengolahan limbah)


pemanfaatan yang buruk dan pemeliharaan fasilitas kesehatan lingkungan dan

perilaku hidup yang kurang higienis dapat menimbulkan kejadian diare

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan, didapatkan hasil

bahwa terdapat 31 anak yang mengalami diare dari data keseluruhan anak

berjumlah 77 anak dengan desa koto tebat berjumlah 45 dan desa kemantan

hilir 32 anak. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa 6 dari 10

ibu tidak mengetahui penyebab balita mengalami diare, ia hanya mengetahui

bahwa makanan saja yang menyebabkan anak diare dan memiliki sikap yang

kurang baik seperti terdapat 7 ibu yang menyatakan bahwa tidak pernah

mencuci tangan saat akan menyusui dan setelah menyusui anak dan sumber air

bersih untuk memasak dan keperluan sehari-hari menggunakan air PDAM,

membersihkan tempat penampungan air ± 1 bulan sekali.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

Fatkor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa

Kemantan Hilir dan Desa Koto Barat Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: Bagaimana Fatkor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Diare Pada Balita di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten

Kerinci Pada Tahun 2020?”


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Fatkor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Diare Pada Balita di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat

Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, sanitasi

lingkungan dan kejadian Diare Pada Balita di Desa Kemantan Hilir

dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci Tahun 2020.

b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian diare

pada balita di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat

Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020

c. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian diare pada

balita di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten

Kerinci Pada Tahun 2020

d. Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian

diare pada balita di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat

Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Barat Kabupaten Kerinci

Sebagai bahan masukan bagi pihak Desa Kemantan Hilir dan Desa

Koto Tebat Kabupaten Kerinci tentang fatkor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare pada balita


1.4.2 Bagi Ilmu Kebidanan

Sebagai bahan dalam mengembangkan ilmu kebidanan terutama

mengenai fatkor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada

balita.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan data dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan fatkor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian diare pada balita.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui fatkor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Kemantan Hilir

dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020. Penelitian ini akan

dilakukan di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci

pada bulan Juli Tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang

berjumlah 77 dan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

teknik total sampling sebanyak 77 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan

kuesioner dan hasil penelitian ini dianalisis secara univariat dan bivariat

dengan uji statistik chi-square.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Balita

2.1.1 Pengertian Balita

Anak bawah lima tahun atau sering disingkat anak balita adalah

anak yang berusia diatas satu tahun atau dibawah lima tahun atau

dengan perhitungan bulan 12-59 bulan (Kemenkes RI 2015).

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana umur 5

bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan berat badan naik 3

kali dari berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali pada

umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah

kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg per tahun, kemudian

pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2012).

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang

sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan

dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan

kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan

intelegensia (Supartini, 2019).

2.1.2 Tumbuh Kembang

Soetjiningsih (2012) menjelaskan tumbuh kembang adalah suatu

proses yang berkelanjutan dari konsepsi sampai dewasa yang

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pertumbuhan paling


cepat terjadi pada masa janin, usia 0-1 tahun dan masa pubertas.

Sedangkan tumbuh kembang yang dapat dengan mudah diamati pada

masa balita. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola

perkembangan yang sama, akan tetapi kecepatannya berbeda.

2.2 Konsep Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan

konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24

jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering,

jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak

bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair

tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare.

Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran

mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-

muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang

menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz,

2010).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk

cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih

banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Sudoyo,

2014). Diare adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah

menjadi lembek atau cair yang biasanaya terjadi paling sedikit tiga kali

dalam 24 jam (Irianto, 2015).


2.2.2 Epidemiologi

Menurut Depkes RI (2011), epidemiologi penyakit diare

adalah sebagai berikut:

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara

lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan atau

kontak langsung dengan tinja penderita.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor penjamu yang dapat meningkatkan insiden dan beberapa

penyakit serta lama diare. Faktor-faktor tersebut tidak memberikan

ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, imunodefisiensi atau

imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada

golongan balita.

c. Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan. Faktor

yang paling dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.

Kedua faktor tersebut berinteraksi dengan perilaku manusia,

sehingga apabila terdapat lingkungan yang tidak sehat atau tercemar

kuman diare dan terakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat

seperti kurangnya hygiene sanitasi pengolahan makanan, maka akan

menimbulkan kejadian diare.


2.2.3 Penyebab Diare

Menurut Depkes RI (2011) penyebab diare secara klinis dapat

dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu infeksi (disebabkan oleh

bekteri, virus atau infestasi parasit) malabsorpsi, alergi, keracunan

imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering

ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang

disebabkan infeksi dan keracunan.

2.2.4 Cara Penularan dan Faktor Resiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung

tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces,

flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah:

a. Faktor perilaku

Faktor perilaku antara lain:

1) Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif),

memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan

mempercepat bayi kontak terhadap kuman.

2) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena

penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol

susu

3) Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun

sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB),

dan setelah membersihkan BAB anak.


4) Penyimpanan makanan yang tidak higienis

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan antara lain:

1) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya

ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)

2) Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor

dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare

antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit

imunodefisiensi/ imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI,

2011).

Menurut Alebel (2018) Faktor resiko terjadinya diare yaitu:

tempat tinggal (perkotaan versus pedesaan), status pendidikan

pengasuh/ibu (tidak dapat membaca dan menulis versus mampu

membaca dan menulis), praktik mencuci tangan pengasuh/ibu (ya

versus tidak), dan ketersediaan semua jenis jamban (ya versus tidak).

2.2.5 Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada

balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang

didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi

WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi

memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/


menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare

juga menjadi cara untuk mengobati diare.

Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

c. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

d. Antibiotik Selektif

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

2.2.6 Pencegahan

Menurut Workie (2018) penyakit diare pada anak di bawah 5

tahun bisa ditangani di tingkat pencegahan primer dan sekunder. Yang

pertama tentang peningkatan sanitasi dan kualitas air. Yang kedua

tentang praktik kebersihan yang lebih baik, terutama mencuci tangan

dengan sabun & pembuangan kotoran.

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes

RI (2011) adalah sebagai berikut:

a. Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

dengan adanya antibody dan zatzat lain yang dikandungnya. ASI

turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru

lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali

lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai


dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui

mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Kemenkes RI, 2011).

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6

bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih

besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.

Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko

tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi

buruk (Kemenkes Ri, 2011).

b. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi

secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.

Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi

sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat

menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun

penyakit lain yang menyebabkan kematian.

c. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan

memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar

dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang

disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat

yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan


masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat

mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

1) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

2) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan,

membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari

sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit

aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.

3) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan

gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil

air.

4) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan

d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah

mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah

buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan

sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.


e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak

mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus

buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan

dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke

tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh

dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta

lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar

tanpa alas kaki.

f. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula

menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi

harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus

diperhatikan:

1) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus

dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di

kakus.
2) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang

bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus

dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu

permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke

dalam kakus.

3) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci

tangannya

g. Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian

imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri

anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan. Anak harus

diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.

Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak

yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir.

Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh

penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat

imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah

penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri,

pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam

pencegahan penyakit polio. Pencegahan terhadap diare atau

pencarian terhadap pengobatan diare pada balita termasuk dalam

perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut

Notoatmodjo adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap


stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan.

2.3 Konsep Perilaku Kesehatan

2.3.1 Definisi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan

(Notoatmodjo, 2014).

Menurut Ushapriya (2016) salah satu faktor terjadinya diare

yaitu perilaku manusia yaitu tentang hygiene seperti kurangnya

kebersihan mencuci tangan setelah buang air besar, setelah menangani

tinja, dan sebelum makan. Mencuci dengan sabun dan air akan

menghilangkan patogen secara mekanis maupun oleh bahan kimiaaksi

mikrobisida.

2.3.2 Kategori Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan yaitu berupa perilaku sakit menurut Potter

& Perry (2010) terbagi menjadi :

1) variabel internal

Variabel internal mempengaruhi tingkah laku klien saat sakit yaitu

persepsi atau pengetahuan mereka tentang gejala dan sifat sakit

tersebut. Sifat sakit (akut dan kronis) juga mempengaruhi sikap dan

tingkah laku.
2) Variabel eksternal

Variabel ini antara lain berupa kelompok social, latar budaya,

ekonomi, system layanan kesehatan dan dukungan sosial (dukungan

keluarga).

Mewnurut Notoatmodjo (2014) membuat klasisifikasi tentang

perilaku sehat, yaitu:

a) Perilaku hidup sehat

Perilaku ini mencakup antara lain:

1) Makan dengan menu seimbang

2) Olahraga teratur

3) Tidak merokok

4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba

5) Istirahat yang cukup

6) Mengendalikan stress

7) Perilaku atau gaya lain yang positif bagi kesehatan

b) Perilaku Sakit

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang :

penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

c) Perilaku peran sakit

Perilaku ini meliputi : tindakan untuk memperoleh kesembuhan,

mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan dan

mengetahui hak.
2.3.3 Determinan Perilaku Kesehatan

a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah

terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk faktor predisposisi yaitu

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan

lain-lain.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang merupakan

sarana dan prasarana untuk berlangsungnya suatu perilaku. Yang

merupakan faktor pemungkin misalnya lingkungan fisik dan

ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya

suatu perilaku. Yang merupakan faktor pendorong dalam hal ini

adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas yang

lain dalam upaya mempromosikan perilaku kesehatan.

2.3.4 Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam

memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau factor-

faktor lain dari orang yang bersangkutan. Dalam perkembangannya

untuk mengukur perilaku kesehatan/ pendidikan kesehatan yaitu

dengan: pengetahuan, sikap, praktik & tindakan (Notoatmodjo, 2014).


2.4 Konsep Pengetahunan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan

terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan sangat mempengaruhi tindakan seseorang untuk

pencegahan penyakit, khususnya diare. Menurut Mumtaz (2014)

pengetahuan ibu yang kurang baik dan pendekatan mereka yang salah

akan menyebabkan penanganan yang salah dan mengakibatkan

dehidrasi berat.

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor pengetahuan menurut Wawan & Dewi (2011)

dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal :

a. Faktor internal

1) Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang

terhadap pola hidup terutama dalam motivasi sikap. Semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk

penerimaan informasi.
2) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Pekerjaan

dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi maupun

keluarga. Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu.

3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan

sampai berulang tahun. semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir.

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku individu maupun kelompok. Jika

lingkungan mendukung ke arah positif, maka individu maupun

kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan sekitar

tidak kondusif, maka individu maupun kelompok tersebut akan

berperilaku kurang baik

2) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat

juga mempengaruhi sikap dalam penerimaan informasi.

2.4.3 Penilaian Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) diinterpretasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu :


a. Baik : dengan presentase 76%-100%

b. Cukup : dengan presentase 56%-75%

c. Kurang : dengan presentase

2.5 Konsep Sikap

2.5.1 Pengertian Sikap

Reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus

disebut sikap. Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, tetapi

masih berupa persepsi dan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap

stimulus yang ada di sekitarnya. Sikap dapat diukur secara langsung

dan tidak langsung. Pengukuran sikap merupakan pendapat yang

diungkapkan oleh responden terhadap objek (Notoatmodjo, 2014).

Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide

yang dipelajari), komponen perilaku (berpengaruh terhadap respon

sesuai atau tidak sesuai), dan komponen emosi (menimbulkan respon-

respon yang konsisten) (Wawan & Dewi, 2011).

2.5.2 Fungsi Sikap

Menurut Wawan & Dewi, 2011 :

a. Fungsi instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian

Disebut fungsi manfaat karena sikap dapat membantu mengetahui

sejauh mana manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan. Dengan

sikap yang diambil oleh seseorang, orang dapat menyesuaikan diri

dengan baik terhadap lingkungan sekitar, disini sikap berfungsi

untuk penyesuaian.
b. Fungsi pertahanan ego Sikap tertentu diambil seseorang ketika

keadaan dirinya atau egonya merasa terancam. Seseorang

mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya.

c. Fungsi ekspresi nilai Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai

tertentu akan menunjukkan sistem nilai yang ada pada diri individu

yang bersangkutan.

d. Fungsi pengetahuan Jika seseorang mempunyai sikap tertentu

terhadap suatu objek, itu berarti menunjukkan orang tersebut

mempunyai pengetahuan terhadap objek sikap yang bersangkutan.

2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Wawan & Dewi (2011) adalah :

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar dapat

dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik. Sikap akan

lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang terjadi

melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan orang

yang dianggapnya penting karena dimotivasi oleh keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggapnya penting

tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu

masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut menjadi

salah satu faktor penentu pembentukan sikap seseorang.

d. Media massa

Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh juga terhadap

sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran

dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan

system kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut mempengaruhi

pembentukan sikap

f. Faktor emosional Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh

emosi sebagai bentuk pertahanan egonya

2.6 Konsep Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melindungi

kesehatan manusia melalui pengendalian, pengolahan, dan pencegahan faktor

lingkungan yang mengganggu kesehatan. Kejadian diare umumnya terjadi

pada daerah yang memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Ruang lingkup

kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup

a. Sumber air bersih

Air bersih memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

karena air diperlukan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan sehari-


hari. Kebutuhan air bagi manusia sangat kompleks yaitu untuk minum,

mandi, masak, mencuci, dan lain sebagainya. Air bersih digunakan harus

memenuhi syarat baik dari segi sarana pengolahan, pemeliharan dan

pengawasan kualitas sumbernya. Sumber air bersih merupakan salah satu

sarana sanitasi sangat penting berkaitan dengan kejadian diare. Oleh sebab

itu harus selalu tersedia dan memenuhi syarat kesehatan baik secara fisik,

kimia dan bakteriologis.

b. Tempat pembuangan tinja

Tempat pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari sanitasi.

Pembuangan tinja yang tidak sesuai dengan aturan akan memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit yang penularannya melalui tinja seperti

diare.

c. Lantai rumah

Syarat dari rumah sehat adalah memiliki lantai yang tidak berdebu pada

musim kemarau an tidak basah di musim hujan. Lantai yang baik adalah

lantai dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap

air dan mudah dibersihkan paling tidak diplester dan akan lebih baik jika

dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan.

d. Tempat pembuangan sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik

berasal dari RT/hasil proses produksi. Jenis sampah dibagi atas sampah

organic dan anorganik. Sampah organic adalah sampah yang umumnya

dapat membusuk, misalnya makanan, daun, buah-buahan. Sedangkan


sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat membusuk misalnya

logam, besi, dan plastik gelas . Sampah dapat menjadi sumber penyakit.

Karena itu perlu dikelola sehingga tidak mengotori lingkungan, tidak

menjadi sarang vaektor, maupun sarang penyakit. Sampah harus

ditempatkan pada tempat yang memenuhi syarat. Syarat tempat sampah

yang dianjurkan yaitu: kuat, tidak mudah bocor, tertutup, mudah dibuka,

mudah dikosongkan, dibersihkan, ukuran tempat sampah harus sedemikian

rupa sehingga Sampah dapat menjadi sumber penyakit. Karena itu perlu

dikelola sehingga tidak mengotori lingkungan, tidak menjadi sarang

vaektor, maupun sarang penyakit. Sampah harus ditempatkan pada tempat

yang memenuhi syarat. Syarat tempat sampah yang dianjurkan yaitu: kuat,

tidak mudah bocor, tertutup, mudah dibuka, mudah dikosongkan,

dibersihkan, ukuran tempat sampah harus sedemikian rupa sehingga

e. Saluran pembuangan air limbah.

Limbah merupakan sisa air yang dibuang dan berasal dari rumah tangga,

industry dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang

membahayakan. Limbah yang tidak diolah akan mengganggu kesehatan

dan lingkungan hidup. Limbah merupakan media penyebaran penyakit

terutama diare, kolera, typus, tempat berkembang biakan mikroorganisme

pathogen, vector, menimbulkan bau, merusak estetika dan mencemari air

permukaan serta mengurangi produktifitas manusia karena bekerja

menjadi tidak nyaman.


Menurut Shriya (2014) kebersihan lingkungan merupakan faktor

penentu terjadinya penyakit diare. sebagian besar kasus diare disebabkan oleh

air yang tidak aman, sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai.

Menurut Alebel et al, (2018) ketersediaan jamban adalah penentu

lain diare pada balita. Dengan demikian, anak-anak tinggal di rumah tangga

tanpa fasilitas jamban adalah 2,0 kali lebih mungkin untuk mengalami diare

dari pada anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan fasilitas yang baik.
2.7 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
 Pengetahuan
 Sikap
 Praktik
 Kepercayaan -
Keyakinan
 Nilai

Faktor Pendukung Perilaku kesehatan


(Kejadian Diare pada
 Lingkungan Balita)
 Ketersediaan sarana
dan prasarana
/fasilitas kesehatan

Faktor Penguat

 Sikap dan perilaku


petugas kesehatan
 Sikap dan perilaku
tokoh masyarakat

Sumber : Notoatmodjo (2014)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generasi dari hal-hal khusus oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka

konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur, konsep hanya dapat

diamati dan diukur melalui konstruktur yang lebih dikenal dengan

variabel,variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau

bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan hal diatas maka kerangka konsep ini secara skematik

digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Pengetahun

Sikap Kejadian Diare Pada


Balita

Sanitasi Lingkungan
3.2 Definisi Operasional

Dari variabel independen dan variabel dependen, definisi operasional adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

1 Kejadian Kejadian penyakit Wawancara Lembar 1. Tidak diare Ordinal


Diare diare pada balita Kuesioner 2. Diare
dalam kurun
waktu 3 bulan
terakhir

2 Pengetahuan Segala sesuatu Wawancara Lembar 1. Kurang baik < Ordinal


yang diketahui Kuesioner 56%
responden 2. Cukup baik jika
mengenai jawaban 56-
kejadian diare 75%
3. Baik jika
jawaban >76%
3 Sikap Sikap merupakan Wawancara Lembar 1. Kurang baik Ordinal
reaksi atau respon terpimpin Kuesioner jika nilai ≤
yang masih mean
tertutup dari mean/median
seseorang 2. Baik jika nilai >
terhadap stimulus mean/median
atau objek

4 Sanitasi Sanitasi Wawancara Lembar 1. Kurang baik Ordinal


Lingkungan lingkungan terpimpin Kuesioner jika nilai ≤
meliputi sumber mean
air bersih, tempat mean/median
pembuangan 2. Baik jika nilai >
tinja, lantai mean/median
rumah, tempat
pembuangan
sampah, dan
saluran
pembuangan air
limbah
3.3 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

3.3.1 Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita

di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci Pada

Tahun 2020.

3.3.2 Ada hubungan antara sikap dengan kejadian diare pada balita di Desa

Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci Pada Tahun

2020

3.3.3 Ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada

balita di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten

Kerinci Pada Tahun 2020

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain cross sectional, yaitu penelitian yang menggambarkan

atau menjelaskan tentang data-data yang dari lapangan (Notoatmodjo,

2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fatkor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Kemantan Hilir dan

Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020.

3.5 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat

Kabupaten Kerinci pada bulan Juli Tahun 2020.


3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto,

2014). Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang berada di

Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci yang

berjumlah 77.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2014). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 77 anak dengan

kriteria inklusi :

a. Ibu bersedia menjadi responden

b. Ibu yang bisa membaca dan menulis.

Kriteria Eksklusi

a) Pada saat penelitian ibu tidak di tempat saat penelitian

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui

wawancara langsung terhadap responden yang akan dijadikan

sampel
b. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak langsung

sumbernya, yaitu diperoleh dari Desa Kemantan Hilir dan Desa

Koto Tebat Kabupaten Kerinci.

3.7.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan lembar kuesioner, yang bertujuan

untuk mengetahui fatkor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

diare pada balita di Desa Kemantan Hilir dan Desa Koto Tebat

Kabupaten Kerinci Pada Tahun 2020. Kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden. Sebelum kuesioner disebarkan, kuesioner

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.8 Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.8.1 Tahap Persiapan

a. Penelitian ini dimulai setelah proposal penelitian disetujui oleh

pembimbing dan penguji.

b. Mengajukan surat izin pelaksanaan penelitian ke bagian akademik.


c. Surat izin dari dari akademik di ajukan ke Desa Kemantan Hilir

dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci.

d. Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Desa Kemantan

Hilir dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci kemudian memulai

penelitian.

e. Penelitian dimulai setelah pihak Desa Kemantan Hilir dan Desa

Koto Tebat Kabupaten Kerinci menyetujui diadakannya penelitian

tersebut.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti melakukan pendekatan kepada kepala desa Kemantan Hilir

dan Desa Koto Tebat Kabupaten Kerinci untuk menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian agar diberikan persetujuan dan izin

melakukan pengambilan data.

b. Pengambilan sampel menggunakan total sampling, adalah teknik

penentuan sampel secara kebetulan ada dan ditemui oleh peneliti.

Sampel penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi

c. Setelah menentukan sampel yang sesuai, peneliti menjelaskan

informed consent dan kesediaan calon responden untuk

berpartisipasi pada penelitian.

d. Peneliti melakukan wawancara dengan bantuan lembar kuesioner

fatkor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita

e. Pastikan semua pertanyaan terjawab


f. Mengumpulkan data yang diperoleh, melakukan pengelolaan data

dan analisa data

g. Peneliti melakukan penyusunan laporan hasil penelitian.

3.8.3 Penutup

a. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak desa yang telah

mengizinkan peneliti melakukan penelitian untuk memenuhi

persyaratan tugas akhir.

b. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden yang telah

berpastisipasi dan bersedia menjadi responden

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.9.1 Pengolahan Data

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner

adalah lengkap (semua pertanyaan sudah diisi jawabannya),

jelas (jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas

terjawab), relevan (jawaban yang tertulis apakah relevan

dengan pertanyaan) dan konsisten (apakah antara beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan isi jawabannya konsisten).

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan data coding


adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat entry data.

c. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah

memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis.

Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari

kuesioner kepaket program computer. Ada bermacam macam

paket program yang dapat digunakan untuk pemprosesan data

dengan masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

d. Scoring

Scoring dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap

pertanyaan-pertanyaan pada lembar observasi dan pada saat

pengkatagorian setiap variabel.

e. Entri Data

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

selama penelitian kedalam master tabel atau database

computer, kemudian diolah dan dibuat dalam bentuk tabel

ataupun grafik.

f. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau


tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita

mengentry data kekomputer.

3.9.2 Analisa Data

Dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-

teknik tertentu. Untuk data kuantitatif dapat diolah secara manual dan

dapat juga melalui proses komputerisasi. Dalam pengelolahan ini

mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan statistik, bila

diperlukan uji (Notoatmodjo, 2012).

Setelah data didapat pada hasil observasi diolah dengan

menggunakan komputer, selanjutnya dianalisis kedalam bentuk

analisis univariat dan bivariat sebagai berikut :

3.10.2.1 Analisis Univariat

Dilakukan untuk menyederhanakan, untuk memudahkan

interpretasi data kedalam bentuk penyajian baik bentuk

textuler (narasi) maupun bentuk tabular (tabel) dari tampilan

distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti.

Selain itu analisis univariat juga bertujuan untuk memperoleh

gambaran frekuensi dan variabel yang diteliti.

3.10.2.2 Analisis Bivariat

Untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna atau

tidak antara variabel independen dan dependen maka

dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik


Chi Square dan untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan

statistik digunakan batas kemaknaan 5% (0,05). Sehingga

apabila hasil perhitungan menunjukkan P-Value < alpha

(0,05), artinya secara statistik terdapat hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dengan variabel

independen dan apabila nilai P-Value > alpha (0,05) maka

dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara

variabel dependen dengan variabel independen.


DAFTAR PUSTAKA

Adsasmito (2017). Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia:
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Jurnal Kesehatan. Vol.11. No.1

Alebel et al. (2018). Prevalence And Determinants Of Diarrhea Among Under-


Five Children In Ethiopia: A Systematic Review And Meta-Analysis.
School of Life Sciences and Bioengineering, Nelson Mandela African
Institute of Science and Technology, Arusha, Tanzania

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta

Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. (2010). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi
5. Jakarta: EGC.

Depkes Ri. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Hakim et al (2018). The Prevalence of Diarrhea Based on Knowledge and


Environmental Sanitation in Tanjung Lago Village Wetland Area. Jornal
International

Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes, RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita.


Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan

Mathiazhakan et al (2016). A Study To Assess The Knowledge, Attitude And


Practice Of Caregiver Of Children Admitted With Diarrhoea At Kmch
Hospital Coimbatore. Vol.6, No.1

Mumtaz. (2014). Knowledge Attitude and Practices of Mothers about Diarrhea in


Children under 5 years. Journal of the Dow University of Health
Sciences Karachi Vol. 8 (1): 3-6
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.


Rineka Cipta : Jakarta

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Shariya et al (2014). Maternal Knowledge and Practices Towards Sanitation and


Their Relationships with Occurrence of Diarrhoea in Children. Jornal
International. Vol.3, No.3

Soetjiningsih, (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Sudoyo Aru. W. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Supartini, Yupi. (2019). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC

Wawan, Dewi. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Workie (2018). Mothers’ knowledge, attitude and practice towards the prevention
and home-based management of diarrheal disease among under-five
children in Diredawa, Eastern Ethiopia, 2016: a cross-sectional study.
School of Nursing and Midwifery, College of Health and Medical
Science, Haramaya University, P.O. Box 235, Harar, Ethiopia

WHO. (2017) Diarrhoeal disease [Internet]. Available from:


http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/

Yunida (2018). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Budaya Dengan Perilaku


Penggunaan Air Sungai. Jurnal Keshatan. Vol.13, No. 2

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal
    Proposal
    Dokumen44 halaman
    Proposal
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Dokumen34 halaman
    PROPOSAL
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Dokumen1 halaman
    Lembar Observasi
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Dokumen34 halaman
    PROPOSAL
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner Penelitian
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Newwww
    BAB 2 Newwww
    Dokumen25 halaman
    BAB 2 Newwww
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen36 halaman
    Bab 2
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 New
    BAB 3 New
    Dokumen10 halaman
    BAB 3 New
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen6 halaman
    Kuesioner Penelitian
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Konsulan
    Konsulan
    Dokumen52 halaman
    Konsulan
    umi sarah
    Belum ada peringkat