Anda di halaman 1dari 1

Guruku Pengalamanku Menjadi Guru

Pengalaman mengajarkan kita banyak hal, karenanya ia disetarakan layaknya guru, bahkan disebut sebagai guru
yang terbaik. Pengalaman menjadi seorang guru bagi seseorang adalah guru terbaik bagi dirinya sebelum
menjadi guru. Nah, bingung kan? Coba baca kembali kalimat tersebut, dan tersenyum sajalah.

Beberapa waktu lalu dalam sebuah postingan “Memangnya Kimia Murni Belajar Itu”, saya menyebutkan bahwa
saya sudah pernah mencicipi sedikit pengalaman di dunia pendidikan sebelum bergabung menjadi guru tetap di
sebuah lembaga pendidikan formal. Apa saja pengalaman saya itu? Agar tetap teringat di dalam ingatan saya
dan menjadi penguat bagi saya, berikut adalah uraiannya.

Saya pernah menjadi guru, lebih tepatnya sebagai mentor wirid remaja masjid di perumahan dosen Universitas
Andalas pada tahun 2005/2006 dan juga menjadi mentor mahasiswa dalam mata kuliah “Pendidikan Agama
Islam” di kampus Unand sejak tahun 2006 hingga awal tahun 2009. Kalau istilah agama Islam, ini adalah
agenda Tarbiyah Islamiyah atau pendidikan keislaman. Seorang mentor Tarbiyah Islamiyah pada hakikatnya
adalah seorang pendidik. Selain diwajibkan untuk mengerti materi yang diajarkan kepada peserta didik
(mentee), seorang mentor juga harus menguasai konsep-konsep dasar bagaimana merencanakan, melaksanakan,
menilai dan mengevaluasi kegiatan mentoring.

Saya juga pernah menjadi asisten dosen mata kuliah “Bahasa Inggris” dan mata kuliah “Praktikum Kimia
Organik” Jurusan Kimia Universitas Andalas pada tahun 2006/2007. Saya bersama senior-senior laboratorium
melaksanakan proses pembelajaran di laboratorium terhadap mahasiswa tahun pertama jurusan kimia dan
jurusan biologi.

Saya pernah menjadi guru privat dari rumah ke rumah selama berkuliah di Padang sejak tahun 2007. Kalau saya
tidak salah hitung, siswa saya berjumlah empat orang saja. Beberapa tahun kemudian saya mengetahui, salah
satu dari siswa yang saya ajar privatkan ternyata melanjutkan pendidikannya di Australia. Eeeeits, tunggu dulu,
saya tidak menyatakan bahwa beliau ke Australia karena saya privatkan. Saya hanya mengajarnya untuk
beberapa pertemuan saja.

Pengalaman berikutnya adalah menjadi tutor/instruktur mata pelajaran IPA di salah satu lembaga bimbingan
belajar di Padang tahun 2007/2008 dan instruktur kursus Bahasa Inggris pada tahun yang sama. Kegiatan ini
tidak berlangsung lama karena saya harus segera fokus untuk mengerjakan tugas akhir saya.

Setelah lulus sarjana, saya kemudian bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jambi. Pada malam harinya saya
menjadi guru tahsin tahfizh Alquran untuk karyawan dan anak karyawan sejak tahun 2010. Sebenarnya
pengalaman menjadi guru tahsin pernah saya lakoni ketika menjadi mahasiswa di Padang, tetapi tidak serutin
yang dilakukan di Jambi. Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan beberapa orang karyawan yang dengan
penuh kesabaran mendengarkan arahan saya dalam meningkatkan kualitas bacaan Alquran.

Pengalaman mengajar di dunia pendidikan formal adalah menjadi guru SMA pada tahun pelajaran 2012/2013 di
Tanjung Jabung Barat, Jambi. Tidak tanggung-tanggung, saya diminta mengajar mata pelajaran matematika di
kelas XII Jurusan IPA dan Jurusan IPS. Saya diberikan amanah yang berat yakni mengulang materi matematika
dari kelas X sebagai persiapan untuk menghadapai Ujian Nasional. Tidak hanya matematika, saya juga pernah
menggantikan guru Fisika beberapa kali. Saya akui bahwa pada saat itu saya memang sedang semangat untuk
menjadi guru karena saya bekerja di pabrik dan sambil kuliah S2 di bidang pendidikan IPA di Universitas
Jambi. Pengalaman saya yang terakhir yakni sebagai guru SMA, merupakan pengalaman yang paling berkesan.
Saya berlatih untuk mengaplikasikan keterampilan pedagogi yang sempat saya peroleh sedikit dari bangku
kuliah S2.

Anda mungkin juga menyukai