Anda di halaman 1dari 79

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji, puja serta syukur kita panjatkan ke hadirat


Illahi Rabbi, yang senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada
hamba-Nya, yang benar-benar ingin mencari ridha serta hidayah-Nya. Tidak lupa
rahmat serta keselamatan semoga tercurah limpah kepada paduka alam, uswah
kehidupan muslim serta penutup para Nabi dan Rasul Allah, yakni Nabi
Muhammad Saw. Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah
’KEPERAWATAN ANAK 1’ sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah berjasa
mencurahkan ilmu kepada kami.
Kami memohon kepada dosen barang kali menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam makalah ini baik dari segi bahasan maupun isinya harap
maklum.

Pariaman,13 JUNI 2020

RINI ROSANI

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULIAN
1.1 Latar BELAKANG...............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah…….........................................................................4
1.3 Manfaat..................................................................................................4
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 ASKEP SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL.......................................5
2.2 ASKEP SEHAT JIWA PADA BAYI.................................................12
2.3 ASKEP SEHAT JIWA PADA TOODLER.......................................20
2.4 ASKEP SEHAT JIWA PADA PRASEKOLAH...............................29
2.5 ASKEP SEHAT JIWA PADA USIA SEKOLAH............................36
2.6 ASKEP SEHAT JIWA PADA REMAJA..........................................52
2.7 ASKEP SEHAT JIWA PADA DEWASA.........................................54
2.8 ASKEP SEHAT JIWA PADA LANSIA............................................68
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................79

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


kesehatan jiwa menurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah
berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keseleraan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian.
Kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang
dan mempertahan kan keselarasan dalam mengendalikan diri, serta terbebas
dari stress yang serius. ( kusumawati & hartono, 2011)
kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan dimulai sejak dalam
kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjut nya dimulai dari bayi (0-
18 bulan), masa toodler(1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6
tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja(12-18 tahun), dewasa muda (18-35
tahun), dewasa tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir( >65 tahun).
(Wong,D.L,2009)
Menurut data dari WHO (world Health Organization) tahun 2011,
yang dikutip al ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati
yang telah luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah
gangguan jiwa di dunia, seperti fonomena gunung es dilautan, yang kelihatan
nya hanya puncanya, tetapi dasarnya lebihbnyak lagi yang belum terlacak.
Bahkan menurut laporan pusat psikiater amerika dibutuhkan dana sekitar US$
160 bilyun pertahun. Berarti gangguan jiwa berdampak dalam segi
kehidupan, ekonomi, politik, social, budaya, keamanan, dan seterusnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana askep sehat jiwa sepanjang rentang kehidupan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang askep sehat jiwa sepanjang
rentang kehidupan yang meliputi ibu hamil, bayi, toodler, prasekolah, usia
sekolah, remaja, dewasa, lansia.

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL

1. Pengkajian
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya
agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-
sekarang. Riwayat Obstetri meliputi hal-hal di bawali ini :
a) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan.
d) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan
perdarahan.
f) Komplikasi pada bayi.
g) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut.
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu adanya
penyakit infeksi, prosedur infeksi dan trauma pada persalinan sebelumnya
harus didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok
risiko tinggi untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel,
talasemia).

5
b) Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi.
c) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
d) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan
pinggang).
e) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan
tuberkulosis.
f) Riwayat dan perawalan anemia.
g) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
h) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan
minuman ringan.
i) Merokok (Jumlah batang per hari).
j) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan
risiko terinfeksi toxoplasma.
k) Alergi dan sensitif dengan obat.
l) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
m) Riwayat keluarga.
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit
kronis (menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung,
infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital
yang perlu dikumpulkan.
n) Riwayat kesehatan pasangan.
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang
berhubungan dengan masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi.
Penggunaan obat-obatan seperti kokain dan alkohol akan berpengaruh
pada kemampuan keluarga untuk menghadapi kehamilan dan
persalinan. Rokok yang digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada
ibu dan janin, terulama risiko mengalami komplikasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
a) Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena
posisi akan memengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya

6
tekanan darah diukur pada posisi duduk dengan lengan sejajar posisi
jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah
yang didapatkan.
b) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa
terjadi pada keadaan cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa
selama satu menit penuh untuk dapat menentukan keteraturan detak
jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai,
nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
c) Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per
menit. Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau
penyakit jantung. Suara napas hams sama bilateral, ekspansi paru
simetris, dan lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.
d) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan medis.
b. Sistem Kardiovaskuler
1. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap
bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi varises. Bendungan
vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva, dan rektum.
2. Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah pada
ekstremitas akibat perpindahan cairan intravaskular ke ruang
intertisial. Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol
menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting
edema. Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan
lanjut karena merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.

c. Sistem Muskuloskeletal
(1) Postur

7
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan.
Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
(2) Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat
menentukan kenaikan berat badan selama kehamilan. Berat badan
sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 150
cm ibu berisiko melahirkan bayi prematur dan berat badan lahir rendah.
Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat menyebabkan
diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio
caesarea, dan infeksi postpartum.
(3) Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan
diameternya yang berguna untuk persalinan per vaginam.
(4) Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus
diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis. Kandung kemih
harus dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menetukan
keakuratannya. Pengukuran metode Mc Donald dengan posisi ibu
berbaring.
d. Sistem Neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak
memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah.
Pemeriksaan refleks tendon sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi
menandakan adanya komplikasi kehamilan.
e. Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis,
jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi, hiperpigmentasi seperti
cloasma gravidarum, serta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan
strie perlu dicatat. Penampang kuku berwarna merah muda menandakan
pengisian kapiler baik.
f. Sistem Endokrin

8
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang
berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
g. Sistem Gatsrointestinal
a) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas dari
ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema akibat efek
peningkatan estrogen yang menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat
dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke dokter gigi secara teratur karena
penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya
persalinan prematur. Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi
b) Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman
untuk ibu hamil. Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron
pada otot polos, sehingga menyebabkan konstipasi. Peningkatan
bising usus terjadi bila menderita diare.
h. Sistem Urinarius
a) Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam
urine, hal ini menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit
ginjal, serta hipertensi pada kehamilan.
b) Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal
pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan
pemeriksaan gula darah.
c) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang
berat atau pemasukan cairan dan makanan yang tidak adekuat.
d) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi
saluran kemih yang biasa terjadi pada ibu hamil.
i. Sistem reproduksi

9
1) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puling, dan pengeluaran
kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada
payudara membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
2) Organ reproduksi eksternal , Kulit dan membran mukosa perineum,
vulva, dan anus perlu diperiksa dari eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan
jaringan parut pada perineum.
3) Organ reproduksi internal , Serviks berwarna merah muda pada ibu
yang tidak hamil dan berwarna merah kebiruan pada ibu hamil yang
disebut tanda Chadwik.

Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


. Keperawatan
1. Gangguan citra Setelah dilakukan suhan Intervensi :
1) Perawatan
tubuh b.d keperawatan selama 3x24 jam
prenatal
perubahan diharapkan gangguan citra Mandiri :
a. Anjurkan untuk
penampilan. tubuh dapat teratasi
menghadiri kelas
1) Citra tubuh Indikator : prenatal
b. Monitor kenaikan
a. Kepuasaan dengan
berat badan
penampilan tubuh c. Monitor
gangguan
b. Kesesuaian antara
hipertensi (mis,
realitas tubugh dan ideal tekanan darah,
edema
tubuh dengan
pergelangan kaki,
penampilan tubuh tangan dan wajah
dan proteinuria)
c. Penyusaian terhadap
d. Monitor status
perubahan tampilan fisik psikososial pasien
dan pasangan
d. Penyesuaian terhadap
pasien
perubahan status e. Diskusikan
bersama pasien
kesehatan
mengenai adanya
perubahan citra

2. Ketakutan b.d Setelahdilakukan 1) pengurangan


ketidakbiasaan asuhankeperawatanselama kecemasan

10
3x24 jamdiharapkanKetakutan mandiri :
dapatteratasi: -gunakan pendekatan
1) Tingkat Kecemasan yang tenang dan
- distres dipertahankan meyakinkan
pada 2 ( cukup berat - nyatakan dengan jelas
ditingkatkan ke 5 tidak ada) harapan terhadap prilaku
- Perasaan gelisah klien
dipertahankan pada 2 -berikan informasi
( cukup berat ditingkatkan faktual terkait diagnosis,
ke 5 tidak ada) perawatan, proknosis
- rasa takut yang Kolaborasi :
disampaikan secara lisan - dorong keluarga untuk
dipertahankan pada 2 mendampingi klien
( cukup berat ditingkatkan dengan cara yang tepat
ke 5 tidak ada) -kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
mengatur penggunaan
obat-obatan untuk
menurangi kecemasan
secara tepat

4. Ansietas b.d Setelahdilakukan 1)teknik menenangkan


ancaman asuhankeperawatanselama mandiri
terhadap 3x24 jamdiharapkanansietas -Berada disisi klien
konsep diri dapatteratasi: -yakinkan keselamatan
atau status 1)kontrol kecemasan diri dan keamanan klien
peran sekunder -mengurangi penyebab Koleborasi :
akibat kecemasan dipertahankan pada -koleborasi pada tim
kehamilan 2 (jarang dilakukan) kesehatan lain untuk
ditingkatkan ke 5 ( jarang memberikan obat anti
konsisten) kecemasan jika
- menggunakan strategi koping diperlukan
yang efektif dipertahankan

11
pada 2 (jarang dilakukan)
ditingkatkan ke 5 ( jarang
konsisten)
- mencari informasi
mengurangi kecemasan
dipertahankan pada 2 (jarang
dilakukan) ditingkatkan ke 5
( jarang konsisten)

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA BAYI

1. Perkembangan Psikososial Usia Bayi


a. Ciri-ciri Perkembangan Psikososial
1) Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan
memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang
yang dikenal
2) Usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak
sosial
3) Usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat
merangkak atau meraih sesuatu.
4) Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau
pengasuhnya dan
5) Usia 2 tahun mulai mengikuti perbuatan orang lain diluar ibu atau
pengasuhnya, bermain sendiri atau dengan orang lain. (Desmita :
2009).
b. Tahap Perkembangan Usia Bayi
Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi
menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki
dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang
tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase

12
selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa
sebelumnya.
Dari pendapat Erik Erikson tadi maka tahap-tahap perkembangan
psikososial yang dilalui bayi hanya ada satu yaitu sebagai berikut :
a) Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah
rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun
pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak dengan dunia luar
maka ia mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan rasa
percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang
digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut
dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi
dengan lingkungan adalah ibu.

c. Perkembangan Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gejolak
fisiologis dan perilaku yang tampak sekaligus. Emosi pun diklasifikasi
menjadi dua yaitu, afektifitas positif (antusiasme, kegembiraan,
kesabaran, dan ketenangan) dan afektifitas negatif (kecemasan,
kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan). Sedangkan, yang dinamakan
dengan emosionalitas pada perangai bayi adalah kecenderungan untuk
mengalami kesulitan (distressed). (Desmita : 2009).
Dalam perkembangan anak, emosi memiliki peranan-peranan
tertentu, seperti, media untuk penyesuaian diri dan mempertahankan
kelangsungan hidup (adaptation & survival). Emosi pun memiliki
fungsi sebagai media pengaturan diri (regulation).Dan juga berfungsi
sebagai media komunikasi. (Desmita : 2009).
Gejala awal perilaku emosional adalah keterangsangan umum
terhadap stimulus yang kuat. Keterangsangan berlebih-lebihan tampak
dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meski begitu,
reaksi emosional pada bayi yang masih dalam periode neo natal,
kurang spesifik, karena hanya menampakan reaksi terhadap

13
kesenangan dan ketidak senangan. Seiring pertambahan usianya,
ekspresi emosional bayi sekitar satu tahun, telah menyerupai ekspresi
yang ditampakkan oleh orang dewasa. (Desmita : 2009).
Biasanya, emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan menangis
dan tersenyum, karena kedua hal itu adalah mekanisme yang
terpenting untuk mengembangkan komunikasi bayi tersebut.
(Desmita : 2009).

Perkembangan Emosi Bayi:

NO UMUR UMUR EKSPRESI EMOSI

1. 0 – 1 bulan Senyuman sosial


2. 3 bulan Senyuman kesenangan
3. 3 – 4 bulan Kehati-hatian
4. 4 bulan Kelurahan
5. 4 – 7 bulan Kegembiraan, kemarahan
6. 5 – 9 bulan Ketakutan
7. 18 bulan Malu
d. Perkembangan Temperamen
Temperamen merupakan sebuah aspek karakter yang menyelubungi
seseorang secara umum, yang dibentuk oleh kecenderungan-kecenderungan
pola-pola khusus reaksi emosional, perubahan suasana hati, dan tingkat
kepekaan yang dihasilkan rangsangan. Temperamen juga bisa dilihat
sebagai reaksi seseorang terhadap respon lingkungannya. Temperamen
umumnya diperoleh seseorang melalui orang tuanya dengan cara
diturunkan, juga dipengaruhi lingkungan sekitar. Perbedaan kualitas dan
intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan
perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relatif stabil dan menetap
dari waktu ke waktu dan pada semua situasi yang dipengaruhi oleh interaksi
antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman. (Aziz Alimul Hidayat :
2008).
Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki dan mulutnya
tanpa henti-hentinya, tetapi bayi lain terlihat sangat tenang. Sebagian bayi
merespons dengan hangat kepada orang lain cerewet, rewel dan susah

14
diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan tempramen seorang bayi. (Aziz
Alimul Hidayat : 2008).
e. Tahap Attachment
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali
diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan
pertalian atau ikatan antara ibu dan anak. Kebanyakan ahli psikologi
perkembangan mempercayai bahwa attachment pada bayi merupakan
dasar utama bagi pembentukan kehidupan sosial anak di kemudian
hari. Menurut J. Bowlby, pentingnya attachment dalam tahun pertama
kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah
memiliki keinginan untuk membentuk suatu katerikatan. (Aziz Alimul
Hidayat : 2008).
Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi adalah sebagai
berikut :
a) Tahap Indiscriminate Sosiability (0-2 bulan)
Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan merasa senang
dengan atau menerima dengan senang orang yang dikenal dan yang
tidak dikenal.
b) Tahap Attachment Is The Makin (2-7 bulan)
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal,
tersenyum pada orang yang lebih dikenal.
c) Tahap Specific, Clear-Cut Attachment (7-24 bulan),
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh
pertama lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat
dengannya, akan menangis ketika berpisah dengannya.
d) Tahap Goal-Coordination Partenerships (24- seterusnya)
Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh
pertama, bayi tidak merasa sedih selama berpisah dengan ibunya
atau pengasuh pertamanya dalam jangka waktu yang lama. (Aziz
Alimul Hidayat : 2008).
2. Perkembangan Rasa Percaya

15
Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2
bulan) kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa
percaya dan rasa tidak percaya. Erikson meyakini bayi dapat mempelajari
rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa
tidak percaya dapat muncul apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan
yang baik. Gagasannya tersebut banyak persamaanya dengan konsep
Ainsworth tentang keterikatan yang aman (secure attachment).
Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun
pertama kehidupan saja. Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada tahap
perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada
saat anak-anak memasuki sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya
dapat mempercayai guru tertentu yang banyak memberikan waktu baginya
sehingga membuatnya sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada
kesempatan kedua ini, anak mengatasi rasa tidak percaya sebalumnya.
Sebaliknya, anak-anak yang meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya
pasti pada tahap selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang
mungkin terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang
tuanya. Erikson menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh
tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu. (Aziz Alimul Hidayat :
2008).

D. STIMULASI

1. 0-3 bulan
a. Motorik kasar:
1) latihan mengangkatkepala
2) berguling-guling
3) menahan kepalategak
b. Motorik halus;
1) Mainangantungan
2) Memperhatikan bendabergerak
3) Jatuhkan bendakecil
4) Letakkan benda kecil di tangan bayi(latihan megang danrasa/raba)

16
c. Bahasa/Kognitif :
1) Berbicara
2) Menirukan Bunyi ocehan bayi
3) Dengarkan berbagai bunyian (TV<Hp, kerincingan)
d. Sosial :
1) Rasa aman dan kasih sayang (pelukan)
2) Sering tersenyum
3) Mengamati sekitar
4) Mengayun dan meninabobo
2. 3-6 bulan
a. Motorik kasar:
1) Balikkan bayi dari posisi telentangke telungkup
2) Angkat pada posisi ketiak,turunkan hingga kaki menyentuhmeja
3) mengembangkan kontrol kepala (tarikke posisi duduk dr
posisitelentang)
4) Bantududuk
b. Motorik halus:
1) Letakkan mainan yg berayun atau bergerak di tempat tidur bayi
2) Ajak merasakan berbagai bentuk permukaan
3) Memegang, memakai kedua tanagn
4) Makan sendiri
5) Mengambil benda kecil
c. Bahasa/Kognitif:
1) Bicaralah sering, latih mendengar berbagai suara
2) mencari sumber suara
3) menirukan pembicaraan
d. Sosial :
1) Tenangkan dan bujuk ketika rewel
2) Senyum dan sering bicara
3) Permainan ciluk-ba
4) Melihat di kaca
5) Berusaha meraih mainan

17
3. 6-9 bulan
a. MotorikKasar:
1) Angkat bayi ke posisiberdiri
2) Bantu duduksendiri
3) Berjalan untuk mencapaisesuatu
4) Berjalan dgbantuan
5) Merangkak
b. Motorik halus :
1) Dorong makan sendiri
2) Usahakan mau memakai kedua tangan untuk mengambil benda
3) Memasukkan benda ke wadah
4) Bermain genderang
5) Mencoret-coret
6) Membuat bunyi-bunyian
7) Menyembunyikan dan mencari mainan
c. Bicara/kognitif :
1) Bicaralah yg sering, tirukan suara bayi, kenalkan berbagai jenis
suara dan bantu temukan sumber suara
2) Buku bergambar
d. Sosial :
1) Bermain cilukba. Lihat di kaca
2) Ajak dalam permainan bersama anda
4. 9-12 bulan
a. Motorik Kasar:
1) Bantu berjalan, mengambil mainandi luarjangkauan
2) Bermainbola
3) Membungkuk
4) Memanjattangga
b. Motorik halus:
1) Memasukkan benda kecil ke wadah
2) Menyusun balok/mainan
3) Menggambar

18
c. Sosial
1) main bersama bayi
2) Minum dr cangkir
3) makan bersama anggota keluarga
4) Mendapatkan mainan yg tak terjangkau
d. Bahasa/kognitif :
1) Melihat buku
2) Menirukan kata-kata
3) Boneka
4) Bersenandung dan bernyanyi

A. Tahap Bayi (Basic TrustVs Miss Trust)


1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia
ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini
merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi.
2. Karakteristik Perilaku
a. Karakteristik Normal
1) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2) Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3) Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak
dikenalnya
4) Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5) Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6) Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat
bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya
7) Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8) Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9) Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10) Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan
membantingnya. Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan
perkembangan infant
3. Intervensi

19
Intervensi Generalis
a. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
b. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
c. Memberi selimut saat bayi kedingingan
d. Mengajak berbicara dengan bayi
e. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
f. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
g. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan
pada bayi
h. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi
mengalami masalah kesehatan atau sakit.
Intervensi Spesialis Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia
0-18 bulan.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA TOODLER


1. Pengertian
Perkembangan psikososial pada usia kanak – kanak usia 18 bulan – 3
tahun adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk
mengembangkan kemandirian dengan cara memberi kebebasan dan
membiarkan anak untuk mempelajari dunianya. Bila anak tidak
difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti selalu dilindungi atau
dikendalikan, maka anak akan merasa ragu – ragu, takut, tidak berani,
dan malu untuk melakukan aktivitasnya sehingga anak akan bergantung
pada orang lain. Oleh karena itu orang tua dan pengasuh penting untuk
memahami dan memiliki kemampuan dalam menstimulasi anak untuk
mencapai tugas perkembangannya yaitu kemandirian.
2. Penyebab
Perkembangan psikososial pada usia toddler usia 18 bulan – 3 tahun,
adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan

20
kemandirian dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan anak
untuk mempelajari dunianya.
Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti terlalu
dilindungi atau dikendalikan, maka anak - anak akan merasa ragu-ragu,
takut, tidak berani dan malu untuk melakukan aktifitasnya sehingga
anak akan bergantung pada orang lain. Sebab itu penting bagi orangtua
atau pengasuh untuk memahami dan memiliki kemampuan dan
pengetahuan dalam menstimulasi anak untuk mencapai tugas
perkembangannya yaitu kemandirian.
Pohon Masalah

kemandirian

Simulasi tumbang (18


bulan – 3 tahun) optimal

Pengetahuan keluarga yang


efektif

3. Askep
a. Pengkajian
1) Bergaul dan mandiri :
a) Mengenal dan mengakui namanya
b) Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
c) Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya (api,
air, ketinggian, warna dan bentuk benda)
d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
e) Bertindak semaunya sendiri dan tidak mau diperintah
f) Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah

21
g) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar
keluarganya.
h) Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
i) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
j) Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
k) Mampu menyatakan akan buar air besar dan buang air kecil
2) Motorik kasar
Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling
sedikit 2 hitungan
3) Motorik halus
Mampu membuat garis lurus
4) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan
Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2 kata.
b. Analisa Data
1) Data Subjektif :
a) Klien mengenal dan mengakui namanya
b) Klien sering mengatakan : “jangan/tidak/nggak”
c) Klien banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya
(api, air, ketinggian, warna dan bentuk benda)
d) Klien mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air
kecil
2) Data Objektif :
a) Klien mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau
diperintah misalnya minum sendiri, makan sendiri,
berpakaian sendiri.
b) Klien mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
c) Klien mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain
diluar keluarganya.
d) Klien mau berpisah dengan orangtua hanya sebentar
e) Klien menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
f) Klien mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan
keluarga

22
g) Klien suka membantah dan tidak menurut perintah

c. Masalah Keperawatan
Potensial mengembangkan kemandirian
d. Intervensi Keperawatan
a. Tujuan :
Untuk anak
1) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan
kegiatan sehari – hari
2) Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara
orang lain.
Tindakan keperawatan bagi usia toddler
Tugas Perkembangan Tindakan keperawatan
Perkembangan yang normal a. Latih anak-anak melakukan kegiatan
kemandirian secara mandiri.
b. Puji keberhasilan yang dicapai anak
c. Tidak menggunakan kata yang
memerintah tetapi memberikan alternatif
untuk memilih.
d. Hindari suasana yang membuatnya
bersikap negatif (memisahkan dengan
orangtuanya, mengambil mainannya,
memerintah untuk melakukan sesuatu)
e. Tidak menakut-nakuti dengan kata-kata
maupun perbuatan.
f. Berikanan mainan sesuai usianya
(boneka, mobil-mobilan, balon, bola,
kertas gambar dan pensil warna )
g. Saat anak mengamuk (temper tantrum)
pastikan ia aman dari bahaya cedera
kemudian tinggalkan, awasi dari jauh.
h. Beritahu tindakan-tindakan yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, yang baik

23
dan yang buruk dengan kalimat positif.
Contoh :
1) Mau tidak permen Nonik
diambil orang? Kalau begitu
Nonik juga tidak boleh
mengambil permen Tono.
2) Supaya cantik bila akan pergi
Nonik harus memakai baju yang
rapi.
i. Libatkan anak dalam kegiaatan-kegiatan
keagamaan

b. Tujuan
Untuk keluarga
1) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial
2) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
(kemandirian)
3) Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan
kemandirian anak
4) Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan
kemandirian anaknya.
Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tugas Perkembangan Tindakan Keperawatan
Perkembangan yang Informasikan pada keluarga cara yang dapat
normal : dilakukan untuk :
Kemandirian a) Memfasilitasi perkembangan
psikososial anaknya.
1) Berikan aktivitas bermain yang
menggali rasa ingin tahu anak
seperti bermain tanah, pasir, lilin,
membuat mainan kertas,

24
mencampur warna, menggunakana
cat air, melihat
barang/binatang/tanaman/orang
yang menarik perhatiannya dengan
tetap menjaga keamanannya.
2) Berikan kebebasan pada anak
untuk melakukan sesuatu yang
diinginkan tetapi tetap memberi
batasan. Misalnya membolehkan
anak memanjat dengan syarat ada
yang mendampingi/mengawasi
atau mengajarkan cara agar tidak
jatuh
b) Menstimulasi /latihan
perkembangannya :
1) Melatih anak melompat ke depan
dengan kedua kaki diangkat
bersamaan.
2) Mengajak anak bermain
menumpuk dan menyusun balok
/kubus/ kotak menjadi “menara”,
“jembatan” dan lain-lain.
3) Melatih anak memilih dan
mengelompokkan benda menurut
jenisnya. (kancing, kelereng, uang
logam dan lain-lain)
4) Melatih anak menghitung jumlah
benda
5) Melatih anak mencocokan gambar
dengan benda sesungguhnya,
bicaralah tentang sifatnya, bentuk ,
warna dan sebagainya

25
6) Melatih anak menyebut namanya
7) Melatih anak menyebut nama
benda dan mengenal sifatnya
8) Melatih mencuci tangan/kaki dan
mengeringkannya sendiri.
9) Memberi kesempatan kepada anak,
untuk memilih baju yang akan
dipakai

26
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Anak S, 2 tahun laki-laki, merupakan anak tunggal dari pasangan
Bapak Rudy ( 23 tahun ) pekerjaan Satpam dan Ibu Siti ( 21 tahun )
sebagai ibu rumah tangga. Berat badan Anak S 12 kg dan tinggi badan
100 cm. Dari hasil wawancara : ibu Siti mengeluh perilaku Anak S
yang tidak bisa diatur dan sering membantah.
2. Diagnosa Keperawatan
Potensial mengembangkan kemandirian
3. Tujuan ( keluarga )
Kelarga mengerti tentang perkembangan psikososial pada usia toddler
(usia 18 bulan – 3 tahun) yang normal dan menyimpang serta cara
menstimulasi perkembangan anak.
4. Tindakan keperawatan :
a. Menjelaskan karakteristik perilaku usia toddler normal :
1) Mengenal dan mengakui namanya
2)Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
3)Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya (api,
air, ketinggian, warna dan bentuk benda)
4)Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
5)Bertindak semaunya sendiri dan tidak mau diperintah
6)Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
7)Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar
keluarganya.
8)Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
9)Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
10) Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
11) Mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
12) Motorik kasar : Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan
selama paling sedikit 2 hitungan
13) Motorik halus : Mampu membuat garis lurus

27
14) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan : Mampu menyatakan
keinginan paling sedikit dengan 2 kata.
b. Menjelaskan kepada orang tua cara-cara menstimulasi
perkembangan anak usia toddler.
1) Informasikan pada keluarga cara yang dapat dilakukan untuk
memfasilitasi perkembangan psikososial usia toddler.
a) Berikan aktivitas bermain yang menggali rasa ingin tahu anak
seperti bermain tanah, pasir, lilin, membuat mainan kertas,
mencampur warna,menggunakan cat air, melihat barang /
binatang / tanaman / orang yang menarik perhatiannya dengan
tetap menjaga keamanannya.
b) Berikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu yang
diinginkan tetapi tetap memberi batasan. Misalnya
membolehkan anak memanjat dengan syarat ada yang
mendampingi / mengawasi atau mengajarkan cara agar tidak
jatuh.
c) Sampaikan aturan umum yang dapat dimengerti oleh anak
seperti masuk rumah harus memberi salam, bila akan pergi
cium tangan dulu, sebelum dan sesudah makan cuci tangan.
d) Gunakan kata larangan yang bersifat positif contoh : main
hujan-hujanan menyebabkan pilek, bila rambut dan bajunya
berantakan S menjadi tidak ngganteng.
e) Berikan pilihan perilaku yang ingin dilakukan anak seperti
mau mandi atau makan dulu ?
f) Latih anak mengerjakan kegiatan yang dapat dilakukan
sendiri : pakai baju, kaus kaki, makan.
1)Melatih anak melompat ke depan dengan kedua kaki
diangkat bersamaan.
2) Mengajak anak bermain menumpuk dan menyusun balok
/kubus/ kotak menjadi “menara”, “jembatan” dan lain-lain.
3) Melatih anak memilih dan mengelompokkan benda menurut
jenisnya. (kancing, kelereng, uang logam dan lain-lain)

28
4) Melatih anak menghitung jumlah benda
5) Melatih anak mencocokan gambar dengan benda
sesungguhnya, bicaralah tentang sifatnya, bentuk , warna
dan sebagainya.
6) Melatih anak menyebut namanya
7) Melatih anak menyebut nama benda dan mengenal sifatnya.
8) Melatih mencuci tangan/kaki dan mengeringkannya sendiri.
9) Memberi kesempatan kepada anak, untuk memilih baju
yang akan dipakai
2) Diskusikan dengan keluarga cara apa yang akan digunakan
keluarga untuk menstimulasi perkembangan psikososial usia
toddler.
3) Latih keluarga melakukan metode tersebut dan mendampingi
saat keluarga melakukan stimulasi perkembangan anaknya.
4) Bersama keluarga menyusun tindakan yang akan dilakukan
dalam menstimulasi perkembangan anaknya.

2.4 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PRASEKOLAH


1. PENGERTIAN
Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu
sekitar 3-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya
sebagai pria dan wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet
training) dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya atau
mencelakakan dirinya (Yusuf, 2001). Perkembangan anak dipengaruhi
oleh lingkungan, dimana keadaan normal atau tidak normal dipengaruhi
oleh konflik pribadi individu dan hubungan individu dengan
masyarakatnya. Ada beberapa macam perkembangan umum pada anak
usia pra sekolah adalah :
2. Perkembangan FISIK
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan
perkembangan berikutnya.dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik
menyangkut berat badan dan tinggi badan, maupun kekuatannya
memungkinkan anak dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya
dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang
tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan keadaan

29
anak untuk lebih meningkatkan pemahaman dan penguasa terhadap
tubuhnya. Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, tulang kakinya
tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat
usia sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya semakin besar dan kuat,
pertumbuhan giginya semakin lengkap dan komplit sehingga dia sudah
menyenangi makanan padat. Untuk perkembangan fisik anak sangat
diperlukan gizi yang cukup, baik protein, vitamin dan mineral serta
karbohidrat (Yusuf, 2001)
3. Perkembangan Keterampilan
Perkembangan ketrampilan motorik dipelajari anak tergantung
sebagian pada kesiapan kematangan terutama kesempatan yang diberikan
untuk mempelajari dan bimbingan yang diperoleh dalam menguasai
ketrampilan ini secara cepat dan efisien. Implikasi perkembangan motorik
anak secara optimal memerlukan lingkungan pendidikan yang kondusif.
Oleh sebab itu diperlukan tempat dan perlengkapan permainan yang
memberikan peluang kepada mereka untuk dapat bergerak secara leluasa
(Hurlock, 1999).
Menurut Sudjiningsih (1998) ketrampilan motorik pada anak meliputi :
a. Motorik halus., ketrampilan menulis, menggambar sendiri,
mewarnai gambar, menggunakan gunting, bermain tanah liat
atau palm, menyisir rambut, berpakaian sendiri dan membuat
kue-kue.
b. Motorik kasar., Diantaranya adalah melompat dan berjalan cepat,
memanjat, naik sepeda roda tiga, berenang, lompat tali,
keseimbangan berjalan diatas pagar, sepatu roda dan menari.
c. Perkembangan bahasa, Selama masa pra sekolah anak-anak
memiliki kebutuhan dan dorongan yang kuat untuk belajar
berbicara. Hal ini disebabkan dua hal, pertama belajar berbicara
merupakan sarana pokok dalam sosialisasi; kedua, belajar
berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian.
Untuk meningkatkan komunikasi anak-anak harus meningkatkan
kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain
(Hurlock, 1999)

30
d. Perkembangan emosional, Menurut Walker (1995), beberapa
jenis emosi yang berkembang pada anak pra sekolah :
1. Takut, pembicaraan, peniruan dan ingatan tentang
pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting
dalam menimbulkan rasa takut.
2. Cemas, Kecemasan ini muncul dari situasi yang
dikhayalkan, berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh, baik perlakuan orang tua maupun buku-buku
bacaan. Salah satu perasaan cemas yang timbul pada anak
adalah dimana anak berada pada lingkungan yang asing,
yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya.
3. Marah, Penyebab marah yang paling umum adalah
pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya
keinginan dan serangan dari anak lain. Ungkapan marah
pada anak antara lain : menangis, berteriak, menggertak,
menendang, melompat-lompat atau memukul.
4. Cemburu, anak merasa tidak senang terhadap orang lain
yang dipandang telah mencurahkan kasih sayang
kepadanya. Sumber yang dapat menimbulkan rasa cemburu
selalu bersifat situasi sosial dan hubungan dengan orang
lain.
5. Gembira, Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada
anak, diantaranya terpenuhinya kebutuhan jasmaniah
(makan dan minum), keadaan jasmaniah yang sehat,
diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan bergerak
(bermain secara leluasa) dan memiliki mainan yang
disenanginya.
6. Kasih sayang, Anak merasa senang apabila diberi perhatian
dan perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
Perasaan ini berkembang berdasarkan pengalaman yang
tidak menyenangkan dalam hubungan dengan orang lain,
hewan atau benda. Kasih sayang anak kepada orang tua

31
atau saudaranya dipengaruhin oleh iklim emosional dalam
keluarganya. Apaila orang tua dan saudaranya menaruh
kasih sayang kepada anak, maka diapun akan menaruh
kasih sayang kepada mereka.
7. Ingin tahu, Anak mempunyai perasaan ingin mengenal,
mengetahui segala sesuatu atau obyek-obyek, baik yang
bersifat fisik atau kongkrit.
8. Perkembangan intelektual, Meningkatnya kemampuan
intelektual terutama kemampuan berpikir dan melihat
hubungan-hubungan dengan meningkatnya kemampuan
untuk menjelajah lingkungan karena bertambah besarnya
kemandirian dan mengendalikan motorik serta
meningkatnya kemampuan bertanya dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti orang lain. Maka
pengertian anak akan orang lain, benda dan situasi
meningkat dengan pesat. Anak mulai memperhatikan hal-
hal yang kecil yng tadinya tidak diperhatikan. Dengan
demikian anak tidak lagi bingung kalau menghadapi benda-
benda, situasi atau orang-orang yang memiliki unsur-unsur
yang sama (Hurlock, 1999).
9. Perkembangan sosial, Pada usia pra sekolah, perkembangan
sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai
aktif berhubungan dengan teman sebayanya.
Tanda-tanda perkembangan sosial antara lain :
a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga
maupun dalam lingkungan bermain.
b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
d. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman
sebayanya.
Perkembangan sosial sudah terjadi semenjak bayi mampu
membedakan antara manusia dan benda. Dasar pembentukan

32
perkembangan sosial terjadi pada masa perkembangan 0-2 tahun.
Perkembangan sosial akan tampak dalam bentuk komunikasi sosial yang
dinyatakan dalam tingkah laku sosial (Nelson,1995).
Menurut teori James mengatakan bahwa kemampuan sosial
bukanlah kemampuan bawaan atau kemampuan yang diperoleh semenjak
lahir, tetapi merupakan suatu potensi yang dikembangkan oleh lingkungan
terutama perkembangannya dengan melalui suatu proses sosialisasi.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak. Pengalaman sosial
yang pertama bagi bayi adalah berlangsungnya kontak fisik dan emosi
dengan ibunya. Kualitas kontak sosial awal ini menentukan kualitas
perkembangan sosial selanjutnya. Menurut Mann Leon hal yang penting
dalam perkembangan sosil adalah kulitas dari ”Mothering Contact and
Sensory Stimulation”.
Seorang anak yang dirawat ia tentu juga akan mengalami gangguan
hubungan sosial bila kebutuhan sosialnya tidak terpenuhi. Grey
mengatakan dari banyak penelitian sehubungan dengan anak, tekanan stres
yang diakibatkan dari pengalaman seperti dirawat, berobat, perpisahan,
kehilangan dan penderitaan merupakan suatu peristiwa yang memerlukan
suatu dukungan psikologik bagi anak (Walker, 1995).

33
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
 Keluarga
a. Pengetahuan keluarga
b. Peran orang tua
 Anak
1. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
a. Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per
tahun. Berat badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira
21 Kg terkait dengan nutrisi anak.
b. Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
c. Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan
koordinasi otot besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari
dengan baik, berjalan naik dan turun dengan mudah dan belajar
untuk melompat.
d. Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
2. Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
a. Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
b. Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang
perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah.
c. Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang
memungkinkan penggabungan berbagai personifikasi yang
berbeda.
3. Perkembangan psiko-sosial
a. Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
b. Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih
sosial, mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
4. Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup
mereka, sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang
tua untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu

34
anak-anak mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan
makan.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan;
a. Orang tua kurang pengetahuan
b. Dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
c. Stressor yang berkaitan dengan sekolah
d. Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial, bermain
atau pendidikan sekunder, akibat:
a. Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
b. Kurang stimulasi
c. Sedikitnya orang terdekat
d. Kehilangan teman sebaya.
e. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak.
f. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa No. 1
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area
fungsi, menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
c) Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju
sendiri, perawatan mulut, perawatan rambut.
d) Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan
berbagai mainan.
e) Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan
bermain.
f) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan
permintaan.

35
g) Beri pujian untuk perilaku yang positif.
2. Diagnosa No. 2
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b) Beri pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pertumbuhan
dan perkembangan anak.
3. Diagnosa No. 3
a) Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk:
1) Menggambarkan perilaku yang memengaruhi sosialisasi.
2) Bermain peran sesuai respon.
3) Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan
negatif.
4) Ajarkan orang tua untuk:
a) Menghindari ketidaksetujuan di depan anak
b) Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi dan
minta anak untuk mengulangi apa yang dikatakan.

2.5 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA USIA SEKOLAH


A. Pengertian
UU No. 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan UU No. 20
tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO, menyatakan usia anak
adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American
Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain
tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21
tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik
dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya dan
karakteristik kesehatannya. Anak adalah bukan miniatur orang dewasa
tetapi merupakan individu yang unik dan mempunyai kebutuhan khusus
sesuai dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhan (Ilyas, dkk, 1993 :
3).
Anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum
pernah kawin. Batasan umur ini ditetapkan oleh karena berdasarkan
pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan

36
kematangan mental seorang anak dicapai pada umur 21 tahun (Ilyas, dkk,
1993 : 3). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilo gram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseibangan metabolik
(retensi kalium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995 : 1).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill), struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil pematangan (Soetjiningsih,
1995 : 1).
B. Teori Perkembangan Anak
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa ini.
Menurut Frankenburg & Dodds (1981) dalam Soetjiningsih (1995 :
29), ada 4 parameter perkembangan :
1. Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisai
dan berinteraksi dengan lingkungan.
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat, misal : kemampuan untuk menggambar
suatu benda.
3. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
4. Gross motor (Perkembangan motorik kasar)

37
Aspek yang berhubungan dengan gerak dan sikap tubuh.
(Soetjiningsih, 1995 : 29)
a) Teori Pertumbuhan Anak
Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal,
apabila diberikan lingkungan biofisika-psikososial yang adekuat. Untuk
mengetahui pertumbuhan fisik anak perlu parameter tertentu antara lain :
1. Ukuran Antropometik
Dalam ukuran ini dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Tergantung umur
- BB terhadap umur
- TB terhadap umur
- Lingkar kepala terhadap umur
- Lila terhadap umur
b. Tidak tergantung umur
- BB terhadap TB
- Lila terhadap TB
Lain-lain, LILA dibandingkan dengan standar/ baku, lipatan kulit,
pada trisep, sub skapular, abdominal dibandingkan dengan baku, kemudian
hasil pengukuran antropometrik dibanding dengan suatu baku tertentu
misalnya baku harvard, NCHS atau baku nasional. (Soetjiningsih, 1995 : 37-
38)

2. Berat Badan (BB)


Indikator BB dimanfaatkan untuk :
a. Bahan informasi menilai keadaan gizi baik yang akut maupun kronis,
tumbuh kembang dan kesehatan.
b. Memonitor keadan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.
c. Dasar penghitungan dosis obat dan makan yang perlu diberikan
(Soetjiningsih, 1995 : 38).
Untuk memperkirakan BB anak dapat digunakan rumus dikutip oleh
Behrman, 1992 yaitu :
Perkiraan BB dalam kg

38
1) Lahir : 3,25 kg
2) 3-12 bulan : umur (bulan) + 9
2
3) 1-6 bulan : umur (tahun) x 2 + 8
4) 6-12 bulan : umur (tahun) x 7 – 5
(Soetjiningsih, 1995 : 20)
3. Tinggi Badan (TB)
Merupakan ukuran antropometri kedua yang terpenting, keistimewaannya
adalah pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal
dicapai. Kenaikan berfluktuasi, dimana meningkat pesat pada masa bayi,
kemudian melambat pesat kembali (Adolesen) melambat lagi dan berhenti
umur 18-20 tahun.
Tinggi rata-rata pada waaktu lahir = 50 cm
Secara garis besar tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai berikut :
- 1 tahun = 1,5 x TB lahir
- 4 tahun =2 x TB lahir
- 6 tahun = 1,5 x TB lahir
- 13 tahun =3 x TB lahir
- Dewasa = 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Perkiraan tinggi badan dalam centimeter
- Lahir = 50 cm
- 2-12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
(Soetjiningsih, 1995 : 21)
Anak usia sekolah dengan cirinya masa pertumbuhan masih sangat
cepat dan aktif belajar, sehingga kerja otak harus mendapat makanan yang
bergizi dalam kuantitas dan kualitas yang tepat. Faktor yang mempengaruhi
pola pertumbuhan secara umum yaitu:
a. Keturunan
b. Lingkungan
c. Hormon
d. Nutrisi atau asupan zat gizi yang bervariasi antar individu

39
B. Pertumbuhan Dan Perkembangan Selama Usia Sekolah
Usia
Tahu Fisik dan motorik Mental Adaptif Personal-sosial
n
6 Penambahan berat Mengembangkan Di meja, Dapat berbagi atau
badan dan konsep angka menggunakan bekerjasama
pertumbuhan Menghitung 13 uang pisau untuk dengan lebih baik
berlanjut dengan logam mengoleskan Mempunyai
lambat Mengetahui pagi mentega atau kebutuhan yang
Berat badan atau siang selai di atas roti lebih besar untuk
16 - 23,6 kg; Mendefinisikan Pada saat bermain, anak seusianya
Tinggi objek umum memotong, Akan curang untuk
106,6-123,5 cm seperti garpu dan melipat, menang
Pemunculan gigi kursi dalam istilah memotong Sering masuk dalam
incisor mandibular penggunaannya mainan kertas, permainan kasar
tengah Mematuhi tiga menjahit dengan Sering cemburu
Kehilangan gigi macam perintah kasar bila diberi terhadap adik
pertama sekaligus jarum Melakukan apa
Peningkatan Mengetahui tangan Mandi tanpa yang orang
bertahap dalam kanan dan kiri pengawasan, dewasa lakukan
ketangkasan Mangatakan melakukan Kadang mengalami
Usia aktivitas; bagaimana yang sendiri aktivitas tempertantrum
aktivitas kontan cantik dan mana tidur Bermulut besar
Sering kembali yang jelek dari Membaca dari Lebih mandiri,
menggigit jari segi gambar wajah ingatan, kemungkinan
Lebih menyadari Menggambarkan menikmati pengaruh sekolah
tangan sebagai objek dalam permainan Mempunyai cara
alat gambar daripada mengeja sendiri untuk
Suka menggambar, menyebutkan satu Menyukai melakukan
menulis dan per satu permainan di sesuatu
mewarna Masuk kelas satu meja, permainan Meningkatkan
Penglihatan kartu sederhana sosialisasi
mencapai Banyak tertawa
maturitas terkikik-kikik
Kadang mencuru
uang atau barang
yang menarik
Mengalami
kesulitan
mengakui
kelakuannya
yang buruk
Mencoba
kemampuan
sendiri
7 Mulai bertumbuh Memperlihatkan Menggunakan Menjadi anggota

40
sedikitnya 5 cm bahwa bagian pisau meja untuk sejati dari
setahun tertentu hilang dari memotong kelompok
Berat badan gambar daging, keluarga
17,7-30 kg Dapat meniru memerlukan Mengambil bagian
Tinggi badan gambar permata bantuan dengan dalam kelompok
111,8-129,7 cm Ulangi tiga angka belajar atau bermain
Gigi insisi kebelakang bagian kulit Anak laki-laki lebih
maksilar dan Mengulang konsep Menyikat dan suka dengan anak
insisi mandibular waktu; membaca menyisir rambut laki-laki, dan
lateral muncul jam biasa atau jam dengan pantas perempuan
Lebih waspada tangan dengan tanpa bantuan bermain dengan
pada pendekatan benar sampai Mungkin mencuri perempuan
penampilan baru seperempat jam Menyukai bantuan Banyak
Mengulangi terdekat; dan membuat menghabiskan
kinerja untuk menggunakan jam pilihan waktu sendiri,
memahirkan untuk tujuan Penolakan tidak memerlukan
Rahang mulai praktis berkurnag dan banyak teman
lebar untuk Masuk kelas dua keras kepala
mengakomodasi Lebih mekanis
gigi permanen dalam membaca;
sering tidak
berhenti pada akhir
kalimat, meloncati
kata seperti ia,
sebuah.
8-9 Melanjutkan Member kemiripan Menggunakan lat- Lebih sengang
pertumbuhan 5 dan perbedaan alat umum berada di rumah
cm dalam 1 tahun antara dua hal dari seperti palu, Menyukai system
Berat badan: memori jarum atau penghargaan
19,6-39,6 kg Menghitung mundur sekrup Mendramatisasi
Tinggi badan: dari 20 sampai 1, Menggukan alat Lebih dapat
117-141,8 cm memahami rumah tangga bersosialisasi
Gigi insisi lateral monsep kebalikan dan alat menjahit Lebih sopan
(maksilar) dan Mengulang hari Membantu tugas Tertarik pada
kaninus dalam seminggu rumah tangga hubungan laki-
mandibular dan bulan rutin seperti perenpuan tetapi
muncul berurutan, mengelap dan tidak terikat
Aliran gerak: sering, mengetahui menyapu Pergi ke rumah dan
lemah lembut dan tanggal Menjalankan masyarakat
tenang Menggambar objek tanggung jawab dengan bebas,
Selalu terburu-buru, umum dengan untuk berbagi sendiri, atau
melompat, lari, mendetail, tidak tugas-tugas dengan teman
meloncat semata-mata rumah Menyukai
Peningkatan penggunaannya Mencari kebutuhan kompetisi dan
kehalusan dan Membuat perubahan sendiri saat di permainan
kecepatan dalam lebih dari meja Menunjukkan
control motorik seperempatnya Membeli artikel kesukaan dalam
halus, Masuk kelas tiga yang bermanfaat, berteman dan

41
menggunakan dan empat melatih beberapa berkelompok
tulisan sambung Lebih banyak pilihan dalam Bermain paling
Berpakian lengkap membaca, membuat banyak dalam
sendiri berencana untuk pembelian kelompok dengan
Suka melakukan mudah terbangun Melakukan pesan jenis kelimn yang
sesuatu secara hanya untuk yang bermanfaat sama tetapi mulai
berlebihan, sukar membaca Menyukai majalah bercampur
diam setelah Membaca buku bergambar Mengembangkan
istirahat klasik, tetapi juga Menyukai sekolah, kerendahan hati
Lebih lentur; tulang menyukai komik inginmenjawab Menikmati
tumbuh lebih Lebih menyadari semua kelompok
cepat daripada waktu; dapat pertanyaan olahraga
ligamen dipercaya untuk Takut tidak naik
pergi ke sekolah kelas,
tepat waktu dipermalukan
Dapat menangkap karena bodoh
konsep bagian dan Lebih kritis tetang
keseluruhan diri sendiri
(fraksi) Mengambil
Memahami konsep pelajaran music
ruang, penyebab dan olahraga
dan efek,
menggabungkan
(puzzle),
konservasi (massa
dan volume
permanen)
Mengklasifikasikan
objek lebih dari
satu kualitas;
mempunyai
koleksi
Menghasilakn
gambar atau
lukisan sederhana
C. Pengkajian Anak Sehat
1. Identitas/ Biodata
Nama : Identitas
Umur : Umur paling rawan adalah masa balita untuk mengetahui dasar
perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995 : 10).
2. Jenis kelamin
Pada masyarakat awam, wanita mempunyai status yang lebih rendah
dibanding laki-laki, sehingga angka kematian bayi dan mal nutrisi masih
tinggi pada wanita (Soetjiningsih, 1995 : 10).

42
3. Anak Ke…
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial
ekonominya cukup akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih
sayang yang diterima, belum ditambah lagi bila jarak anak terlalu dekat
(Soetjiningsih, 1995 : 10).
4. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan mulai anak-anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntut umatnya untuk
berbuat kebaikan dan kebajikan (Soetjiningsih, 1995 : 10).
5. Penanggung Jawab
a. Nama orang tua sebagai penanggung jawab
b. Pendidikan ayah/ ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik maka orang
tua dapat menerima sebagai informasi tentang kesehatan anaknya.
c. Dengan pendapatan keluarga yang memadai menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
d. Alamat
Untuk mengetahui dimana tempat tinggal sewaktu dibutuhkan.
(Soetjiningsih, 1995 : 10)
6. Riwayat Kedehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan ibu, gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil, akan menghasilkan BBLR atau bayi lahir mati dan
menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada BBL, mudah terkena infeksi, abortus dan lain-lain
(Soetjiningsih, 1995 : 2).
7. Riwayat Parental
Riwayat kesehatan ibu
Gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil,
akan menghasilkan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau bayi lahir mati
dan menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat pertumbuhan otak

43
janin, anemia pada bayi baru lahir, BBL mudah terkena infeksi, abortus
dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995 : 2).
8. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang
teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada pada kemampuan genetik dan mekanisme
homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu
dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awan
dalam proses tumbuh kembang anak khususnya tumbuh kembang otak.
Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat yang permanen (Soetjiningsih, 1995 : 4-5).
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan
pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang (Soetjiningsih, 1995 : 2).
10. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal
yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan sosial, juga
menegakkan diagnosa dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari
penyebabnya (Soetjiningsih, 1995:7).
11. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisai diharapkan anak terhindar dari penyakit-
penyakit tertentu yag bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat imunisai lengkap
(Soetjiningsih, 1995: 7).

Umur Jenis Imunisasi


0-7 hari Hb 1
1 bulan BCG
2 bulan HB2, DPT1, Polio 1
c) bulan HB3, DPT2, Polio 2
4 bulan DPT3, Polio 3
9 bulan Campak, Polio 4
Sumber : (Depkes RI-JICA, 1997 : 27)

44
12. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nautrisi/ gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperi : protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin (Ilyas, dkk, 1993 : 10-11).
b. Eliminasi BAB/ BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. 2,5-3
tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih
dulu berhenti mengompol, bila umur 3-4 tahun masih mengompol,
dicari penyebabnya. Toilet training (latian defekasi perlu dimulai
penyebabnya agar evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur
yang mempermudah kelancaran pemberian makanan)
(Abdoerrachman, dkk, 1985 : 55).
c. Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahtnya.
Karena kegiatang fisiknya meningkat seperti bermain. Kebutuhan tidur
2 hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari.
(Suryanah, 1996 : 80).
d. Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktifitas fisiologi dan dimulai
perkembangan otot-otot (Ilyas, dkk, 1993 : 16).
e. Personal Hygiene
Anak mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, ptong kuku 1 kali
seminggu, membersihkan mulut dan gigi.
f. Tanda-tanda Vital
Menurut Ilyas, dkk (1995 : 8-9) :
1. Suhu
Nilai normal suh anak rata-rata :
Usia Nilai Suhu (derajat)
3 bulan 37,5 oC
6 bulan 37,5 oC
1 tahun 37,7 oC
3 tahun 37,2 oC
5 tahun 37 oC

45
7 tahun 36,8 oC
9 tahun 36,7 oC
11 tahun 36,7 oC
13 tahun 36,6 oC

Keterangan :
Frekuensi kenaikan suhu pada bayi sering berbeda sekitar 0,5-1
derajat celcius masih dalam batas normal.

A. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
.
1. Resiko cidera Intervensi berdasarkan macam cidera:
berhubungan dengan
a. Kendaraan bermotor
peningkatan aktivitas
- Ajari anak tentang penggunaan
sabuk pengaman yang tepat pada
saat berada di dalam mobil
- Pertahankan disiplin ketika berada
di dalam mobil misalnya tidak
mengeluarkan anggota badan, tidak
bersandar di pintu atau mengganggu
pengemudi
- Tekankan perilaku pejalan kaki
yang aman
- Tetap menggunakan pakaian aman
misalnya helm
b. Tenggelam
- Ajari anak untuk berenang
- Ajari anak tentang aturan dasar
keamanan air
- Pilih tempat yang aman dan diawasi
untuk berenang
- Berenang dengan seorang teman

46
- Gunakan alat pelampung yang tepat
dalam air atau kapal
- Advokasi untuk legislasi yang
memerlukan olahraga di sekitar
kolam
- Pelajari RJP (Resusitasi Jantung
Paru)
c. Luka bakar
- Instruksikan pada anak tentang
perilaku di daerah yang melibatkan
kontak dengan bahaya kebakaran
(misalnya bensin, korek api, api
unggun atau pemanggang, cairan
yang mudah terbakar, petasan, alat-
alat masak, bahan-bahan kimia)
- Hindari memanjat atau
menerbangkan layangan di sekitar
kabel tegangan nutrisi
- Instruksikan pada anak perilaku
yang tepat di tempat kebakaran
(misalnya pakaian kebakaran di
rumah, sekolah dsb.)
- Ajarkan anak tentang memasak
yang aman (gunakan panas rendah,
hindari menggoreng, hati-hati
dengan pembakaran uap, mencuci
dengan air panas, meletupkan
makanan khususnya dari
microwave)
d. Keracunan
- Ajari anak tentang bahaya
menggunakan obat-obat dan bahan

47
kimia yang tidak diresepkan,
termasuk aspirin dan alcohol
- Ajarkan anak untuk mengatakan
tidak bila ditawari obat-obat
berbahaya atau ilegal atau alcohol
- Jaga agar produk-produk yang
berbahaya diletakkan di wadah
yang diberi label dengan tepat-lebih
baik jika jauh dari jangkauan.
e. Cidera tubuh
- Bantu memberikan fasilitas untuk
aktivitas yang diawasi
- Anjurkan untuk bermain di tempat
yang aman
- Ajarkan anak agar tidak mengusik
anjing, memasuki teritorialnya,
mengambil mainan anjing atau
mengganggunya dengan makanan
anjing
- Tekankan perlindungan mata,
telinga atau mulut bila
menggunakan objek atau alat
berbahaya atau bila melakukan
olahraga yang berpotensi berbahaya
- Ajarkan keamanan mengenai
penggunakan alat korektif
(kacamata; bila anak menggunakan
lensa kontak, pantau durasi
penggunaan untuk mencegah
kerusakan kornea)
- Tekankan pemilihan penggunaan
dan perawatan alat olahraga yang

48
tepat dan rekreasi yang tepat seperti
skate board dan in line skate
- Tekankan pengkondisian yang
tepat, praktik yang aman, dan
penggunaan alat yang aman untuk
olahraga atau aktivitas rekreasi
- Waspadai olahraga yang berbahaya
seperti yang melibatkan trampoline
- Gunakan kacamata pelindung dan
terali pada area berkaca lebar
seperti pintu kaca seluncur
- Ajarkan nama, alamat dan nomer
telepon dan bagaimana caranya
meminta bantuan dari orang yang
tepat bila tersesat
- Pasang identifikasi pada anak
- Ajarkan keamanan pribadi: hindari
pakaian pribadi di tempat umum,
jangan pernah pergi dengan orang
asing, beritahu orang tua bila
seseorang membuat anak merasa
tidak nyaman dengan cara apapun,
selalu mendengarkan masalah anak
mengenai perilaku orang lain
- Katakan tidak bila dihadapkan pada
situasi yang tidak nyaman

2. Resiko ketidakseimbangan - Kaji jadwal aktivitas anak baik di


nutrisi: Kurang dari sekolah maupun aktivitas sosialnya
kebutuhan tubuh - Kaji apakah anak lebih banyak
berhubungan dengan makan di luar rumah atau makan di
kurangnya pengetahuan rumah
tentang pemenuhan nutrisi

49
- Berikan pendidikan pada keluarga
mengenai diet anak untuk
mensuplai energi yang adekuat,
terkait dengan peningkatan
aktivitas fisik, dan persiapan masa
pubertas
- Berikan pendidikan pada keluarga
mengenai pentingnya penekanan
pola makan yang teratur karena
anak mulai memiliki kebiasaan dan
kesukaan/ketidaksukaan pada
makanan tertentu
- Ajarkan pada orang tua cara
menghitung kebutuhan kalori anak
disesuaikan dengan kebutuhan dan
aktivitas fisiknya
- Berikan pendidikan kesehatan pada
keluarga mengenai pentingnya
memperhatikan dan mengontrol
kebiasaan makan anak dan jenis
makanan anak
- Tekankan pada orang tua dan anak
mengenai pentingnya makan
bersama di rumah
- Biasakan sarapan pada pagi hari
untuk kebutuhan energi anak dalam
berpikir dan konsentrasi dalam
menerima pelajaran
- Berikan pendidikan kesehatan pada
orang tua untuk tidak hanya
mengajarkan kebiasaan makan
yang baik, tetapi juga efek negatif

50
dari alkohol dan nikotin.

3. Resiko ketidakseimbangan - Kaji tingkat aktivitas anak dan


nutrisi lebih dari kebutuhan energinya
kebutuhan tubuh - Kaji pengetahuan orang tua
berhubungan dengan mengenai pemenuhan kebutuhan
disfungsi pola makan nutrisi anak
- Pantau diet anak terhadap glukosa
seperti permen, coklat, dll
- Biasakan anak untuk sarapan setiap
pagi sebagai pemenuhan kebutuhan
energi dalam berpikir dan
konsentrasi belajar
- Tekankan pada orang tua dan anak
mengenai pentingnya makan
bersama di rumah
- Pantau kebiasaan makan dan jenis
makanan anak baik di sekolah
maupun di rumah
- Ajarkan pada orang tua cara
menghitung kebutuhan kalori yang
dibutuhkan anak sesuai dengan usia
dan aktivitasnya
- Berikan bekal makan siang pada
anak sebagai alternatif kebiasaan
jajan anak selama di sekolah
- Berikan pendidikan kesehatan pada
orang tua mengenai perhatian dan
kontrol terhadap diet anak
- Berikan diet tinggi protein daripada
tinggi lemak pada anak untuk
mempersiapkan masa pubertas

51
- Kurangi kudapan pada anak dan
sebagai gantinya beri anak buah-
buahan atau makanan yang bergizi

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA REMAJA


A. Tinjauan Teori
1. Teori Keperawatan (Fawcet, 1984)
1) Teori perkembangan
a) terjadi perubahan dan pertumbuhan pada remaja
b) Perubahan fisik, perlu disiapkan mental dan emosional terhadap
dampak perubahan
2) Teori interaksi
a) Menekankan pada peran, komunikasi dan konsep diri
b) Remaja menuju tahap kedewasaan
c) Bagaimana keluarga mampu melakukan interaksi dengan remaja
d) Anak mampu bernegosiasi dalam pembagian tugas
e) Keluarga mampu mnyeimbangkan kebebasan dengan tanggung
jawab, berkomunikasi secara terbuka

3) Teori Sistem
a) Menekankan adanya saling ketergantungan antar anggota
keluarga
b) Dampak terhadap anggota keluarga lain
a. Program Promosi untuk peningkatan kesehatan Keluarga dengan anak remaja
1. Malnutrisi
a) Menjelaskan tentang triguna makanan dan contoh makanan
b) Menjelaskan kecukupan nilai gizi bagi tubuh sesuai usia
c) Memperkenalkan tentang teori Restraint (teori tentang mengontrol
makanan/diet)
d) Memperkenalkan tentang macam-macam penyimpangan pola makan
seperti anoreksia dan bulimia.
e) Mengajarkan tentang gaya hidup yang sehat dan menyusun menu
makanan sehat
f) Mengajarkan pemilihan makanan yang tepat termasuk jika berada di
sekolah.
g) Pengukuran tinggi badan dan berat badan secara periodic
h) Program latihan teratur
i) Mengajarkan tentang kesehatan mental.
2. Kehamilan pada Remaja

52
a) Memperkenalkan pada keluarga tentang fase perkembangan remaja dan
tugas perkembangan anak remaja.
b) Memperkenalkan pada keluarga tentang tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja.
c) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja.
d) Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi
remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang
dimiliki keluarga.
e) Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan sebagai
perubahan dalam kehidupan agar dapat bertanggung jawab.
f) Membiasakan komunikasi terbuka.
g) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial,
emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan
otonomi dan tanggung jawab.
h) Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan.
3. Ketergantungan Obat
a) Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan
tugas yang akan dilaluinya.
b) Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga.
c) Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok.
d) Membantu mengenali cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif.
e) Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya.
f) Membantu remaja dan keluarga mengenal masalah-masalah
ketergantungan zat dan dampaknya.
g) Membantu memilih alternatif rekreasi yang sehat.
h) Pendidikan kesehatan mengatasi manajemen stress.
4. Perilaku Kekerasan
a) Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan
tugas yang akan dilaluinya.
b) Mengajarkan stimulus kontrol dan manajemen marah yang sederhana
pada remaja dan keluarga.
c) Menjelaskan pada keuarga tanda dan gejala remaja yang mengalami
perilaku kekerasan.
d) Membantu remaja untuk memunculkan potensi yang dimiliki.
e) Membantu cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif.
f) Membantu cara menyalurkan hobi yang berkaitan dengan penyaluran
energi.
b. Respon Koping dan Reaksi yang mungkin Timbul pada Kaus Risti Remaja
1. Kehamilan
a) Senang dengan kehamilan (mempertahankan kehamilan)
1) Risiko kelahiran BBLR, keracunan kehamilan, anemia]

53
2) angka kematian 2x lipat dibanding pada usia > 20 tahun
b) Tidak senang dengan kehamilan
1) Menggugurkan kehamilan
2) Perdarahan dan kematian
c) Marah karena bingung dengan kehamilan
d) Penolakan terhadap kehamilan atau anak yang dilahirkan
1) terjadi akibat tugas perkembangan yang tidak selesai
e) Putus sekolah.
2. Ketergantungan Obat
a) Merasa lebih baik, terlihat lebih sosial, lebih berenergi.
b) Bila respon dari disfungsi keluarga  tidak peduli
c) Depresi
d) Merasa sudah tidak berdaya  bertambah menggunakan obat-obatan
e) Mencari teman kelompok yang mempunyai masalah yang sama (positip
atau negatip)
f) Masalah baru: BBLR, kelainan kongenital, kecelakaan, bunuh diri,
penyakit kronis, dll.
g) Keluhan masalah kesehatan lain: sulit tidur, lemah, kaku otot, perubahan
mood  menggunakan kembali obat
h) Gejala adiksi : berbohong, menyalahkan, merubah subjek pembicaraan,
marah, dll.
3. Malnutrisi
a) Mencoba diet sesuai standar
b) Meningkatkan interaksi sosial dengan yang lain
c) Menampilkan hal terbaik
d) Lebih tidak memperhatikan  karena prognosis buruk (obesitas)
e) Sangat tidak berdaya
f) Isolasi karena malu
g) Putus asa

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA DEWASA

A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran
yang dapat diukur secara kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi
tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola
pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang. Akan tetapi, laju

54
pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berbeda.
2. Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan
kemajuan keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Perkembangan merupakan aspek perilaku dari
pertumbuhan.
B. Perkembangan Orang Dewasa
1. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa
Karakteristik perkembangan orang dewasa adalah sebagai
berikut:
1. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus
berjalan sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan
serta hobi-hobi aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia
yang secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga
yang cukup besar. Kekuatan dan kesehatan ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan hidup,
kebiasaan makan, dan pemeliharaan kesehatan.
2. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus
berkembang lebih meluas atau komprehensif dan mendalam.
Perkembangan ini tergantung pada pengetahuan dan informasi
yang dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan
informasi yang dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan
berpikir.
3. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui
pengalaman moral, orang dewasa mengubah pemikiran-
pemikiran moral menjadi perbuatan moral.
4. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan
karakteristik utama dari masa dewasa
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

55
Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orang
dewasa adalah sebagai berikut:
a) Faktor genetik
a) Faktor keturunan — masa konsepsi;
b) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan;
c) Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras,
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan
beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.
b) Faktor eksternal / lingkungan
Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi
sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya.
a) Keluarga
Fungsikeluargayaitusebagai tempat bertahan hidup, rasa aman,
perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai
masyarakat dan dunia,
danmembantumempelajariperandanperilaku.
b) Kelompok teman sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur
yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan
gaya perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok teman sebaya
adalah sebagai tempat belajar kesuksesan dan kegagalan,
memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan,
mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai
manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga serta untuk
mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan
harapan.
c) Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu
berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.

56
d) Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap
lingkungan dan respon orang lain pada individu. Kesehatan
prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dari fetal (janin). Ketidakmampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan karena kesehatan
terganggu akan mengakibatkan tumbuh kembang juga terganggu.
e) Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial ekonomi
juga mempengaruhi perkembangan seseorang.
3. Perbedaan Individual Orang Dewasa
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual orang
dewasa adalah faktor lingkungan, pembawaan dan pengalaman.
2. Unsur-unsur perbedaan individu yang disebabkan oleh perbedaan
lingkungan dan pembawaan adalah perbedaan dalam minat,
kepribadian, dan kecakapan (kecerdasan).
3. Penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh lingkungan
(pengalaman) ditentukan oleh:
a). Kekuatan daya pendukung The IQ dan daya kendali dari
super ego
b). Cita-cita dan hasrat (Alfred Adler);
c). Kadar rasa harga diri (Kunkel);
d). Kesadaran pribadi dalam mempertahankan dan
mengembangkan dirinya (Stern)
e). dangan subjektif terhadap partisipasinya dengan lingkungan
(Rullo May);
f) Kemampuan membaca situasi atau kerangka berpikir
(Lewin), serta
g) Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan).
h) Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan)
C. Dewasa Muda (20-40 tahun)
1. Tahap Perkembangan

57
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah
dapat memikul tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan
mengharapkan hal uang sama dari orang lain. Mereka menghadapi berbagai
tugas dalam hidup dengan sikap realistis dan dewasa, membuat keputusan dan
bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
1) Perkembangna Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20a-an.
Semua sistem pada tubuh(seperi kardio vaskuler, pengelihatan,
pendengaran dan reproduktif) juga berfungsi pada efesiensi puncak.
Perubahan fisik pada tahap ini minimal, berat badan dan massa otot
dapat berubah akikab diet dan olah raga.
2) Perkembangan Psikososial
Individu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman serta
perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa, mereka
harus membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan,
perkawinan, memulai rumah tangga, dan untuk membesarkan anak.
Tanggungjawab sosial meliputi membentuk hubungan pertemanan
yang baru dan menjelani beberapa kegiatan di masyarakat.
Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa muda, yaitu:
a) Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan unutk
mencapai hubungan seksual yang matur (mengacu pada teori
Freud)
b) Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada
pemikiran Havighurst:
Memilih pasangan, belajar untuk hidup bersama pasangan,
membentuk sebuah keluarga, membesarkan anak, mengatur
rumah tangga, memulai suatu pekerjaan, memikul tanggung
jawab sebagai warga negara, menemukan kelompok sosial
yang cocok
3) Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi kurang
lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut, operasi

58
formal(contoh: membuat hipotesis) menandakan pemikiran selama
massa dewasa, egosentrismenya terus berkurang. Mereka mampu
memahami dan menyeimbangkan argumen yang diciptakan oleh
logika dan emosi.
4) Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari
pengharapan dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan
moralitas terkait prinsip moral. Saat mempersepsikan konflik
dengan norma dan hukum masyarakat, mereka membuat penilaian
berdasarkan prinsip pribadi mereka.
5) Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu dewasa
yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan pertanyaan yang
bersifat filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari akan hal
spiritual tersebut. Ajaran-ajaran agama yang diperoleh semasa
kecil, sekarang dapat diterima/didefenisikan kembali
2. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang muncul dan seringkali ditemui pada
kelompuk usia ini meliputi kecelakaan, bunuh diri, penyalahgunaan
zat, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS), penganiayaan
terhadap wanita dan keganasan tertentu.
1) Kecelakaan
Cedera tak-disengaja(terutama tabrakan kendaraan bermotor)
merupakan penyebab kematian utama pada kelompok usia 1-44
tahun. Oleh sebab itu pendidikan mengenai tindakan
kewaspadaan keselamatan dan pencegahan kecelakaan merupakan
peran utama perawat dalam meningkatkan kesehatan orang
dewasa muda.
2) Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan penyebab kelima kematian pada individu
dewasa muda di AS(Murray & Zentner, 2001 dalam Kozier dkk,
2011).

59
Secara umu, tindakan bunuh diri disebabkan oleh
ketidakmampuan individu dewasa muda untuk menghadapi
berbagai tekanan, tanggung jawab, dan tuntutan di masa dewasa.
Peran perawat dalam mencegah upaya bunuh diri meliputi
mengidentifikasi perilaku yang mengindikasikan masalah
potensial: depresi; berbagai keluhan fisik seperti penurunan berat
badan, gangguan tidur, dan gangguan pencernaan; penurunan
minat dalam peran sosial dan pekerjaan, serta seringnya individu
mengurung diri; menyediakan informasi mengenai tanda awal
bunuh diri dalam program pendidikan. Apabila terindentifikasi
berisiko melkukan bunuh diri maka harus dirujuk ke profesional
kesehatan jiwa atau pusat penenangan kritis.
3) Hipertensi
Masalah ini dipengaruhi oleh faktor keturunan, merokok,
obesitas, diet tinggi-natrium, dan tingkat stres yang tinggi.
4) Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunan zat merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan individu dewasa muda. Alkohol, mariyuana,
amfetamin, dan kokain misalnya, dapat menimbulkan perasaan
bahagia pada individu yang memiliki masalah penyesuaian dan
akan berakibat buruk pada masalah kesehatan di kemudian hari.
Sebagai contoh, penyalahgunaan obat selama kehamilan dapat
menyebabkan gangguan pada janin, penggunaan alkohol dalam
waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit berbahaya.
Strategi perawat berkaitan penyalahgunaan obat meliputi
penyuluhan tentang komplikasi penggunaan obat itu, upaya
pengubahan sikap individu terhadap penyalahgunaan obat, dan
konseling tentang berbagai masalah yang menyebabkan
penyalahgunaan obat.
5) Penyakit Menular Seksual (PMS)

60
PMS, seperti AIDS, sifilis, gonore merupakan jenis infeksi yang
umum terjadi pada individu dewasa muda. Fungsi perawat disini
terutama sebagai pendidik.
6) Kekerasan
Tindakan pembunuhan akibat kekerasan merupakan penyebab
kedua kematian pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun.
7) Penganiayaan terhadap Wanita
Masalah ini terjadi pada keluarga di seluruh tingkat
sosioekonomi. Kondisi stres yang memicu keluarga untuk
melakukan penganiayaan meliputi masalah keuangan, perpisahan
keluarga dan dukungan masyarakat, serta isolasi fisik dan sosial.
Perawat yang menangani wanita tersebut harus
a. memiliki komunikasi terbuka yang mendorong mereka
mengemukakan masalahny
b. membantu mereka meningkatkna harga dirinya
c. terus mendikung dan mendidik wanita agar memahamo
sebab dan akibat perilaku kekerasann dan penganiayaan.
8) Keganasan
Masalah keganansan yang sering muncul pada pria usia 20-34
tahun adalah kanker testis. Pemeriksaan testis harus diadakan
sebulan sekali sebagai identifikasi dini terjadinya kanker
skrotum(Barkauskas dkk, 2002 dalam Kozier, 2011).
Sedangkan pada wanita adalah kanker payudara yang meningkat
setelah usia 30 tahun. Kanker payudara merupakan penyebab
kematian utama yang terjadi pada wanita.
D. Dewasa Menengah/Paruh Baya (40-65 tahun)
a) Tahap Perkembangan
b) Perkembangan Fisik
Pada perkambangan ini, banyak berubahan fisik yang terjadi,
antara lain sebagai berikut:
a) Penampilan

61
Rambut mulai tipis dan beruban, kelembapan kulit berkurang,
muncul kerutan pada kulit, jaringan lemak diretribusikan
kembali sehingga menyebabkan deposit lemak di area
abdomen.
b) Sistem muskuloskeletal
Massa otot skeletal berkurang sekitar usia 60-an. Penipisan
diskus interverbal menyebabkan penurunan tinggi badan
sekitar 1 inci. Kehilangan kalsium dari jaringan tulang lebih
sering terjadi pada wanita pasca menstruasi. Otot tetap tetap
bertumbuh sesuai penggunaan.
c) Sistem kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan menjadi lebi
tebal
d) Presepsi sensori
Ketajaman visual menurun, seringkali terjadi diakhir usia 40-
an, khususnya untuk pengelihatan dekat(presbiopia).
Ketajaman pendengaran untuk suara frekuansi tinggijuga
menurun(presbikusis), khususnya pada pria. Sensasi perasa
juga berkurang.
e) Metabolisme
Metabolisme lambat, menyebabkan kenaikan berat badan
f) Sistem pencernaan
Penurunan tonus usus besar secara bertahap dapat
menyebabkan kecendrungan terjadinya konstipasi pada
individu.
g) Sistem perkemihan
Unit nefron berkurang selama periode ini, dan laju filtrasi
glomelurus menurun.
h) Seksualitas
Perubahan hormonal terjadi pada pria maupun wanita
c) Perkembangan Psikososial

62
Menurut havighurst, individu paruh baya memiliki tugas
perkembangan psikososial sebagai berikut:
a). Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara dewasa dan
tanggung jawab sosial;
b) Membangun dan mempertahankan standar ekonomi hidup;
c) Membantu anak yang beranjakremaja untuk menjadi individu
dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab;
d) Mengembangkan berbagai aktivitas untuk mengisi waktu
luang;
e) Berinteraksi dengan pasangan sebagai seorang individu;
Menerima dan menyesuaikan perubahan fisk di masa paruh
baya;
f) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang mulai lansia.

d) Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya tidak
banyak mengalami perubahan. Proses kognitif meliputi waktu
rekreasi, memori, persepsi, pembelajaran, pemecahan masalah,
dan kreativitas.
e) Perkembangan Moral
Pada tahap ini, individu perlu memiliki pengalaman yang luas
tentang pilihan moral personal serta tanggung jawab.
f) Perkembangan Spiritual
Pada tahap ini, individu dapat memandang “kebenaran” dari
sejumlah sudut pandang. Mereka cenderung tidak terlalu fanatik
terhadap keyakinan agam, dan agama seringkali membrikan lebih
banyak kenyamanan pada diri individu di masa ini dibandingkan
sebelumnya. Individu kerap kali bergantung pad akeyakinan
spiritual untuk membantu mereka menghadapi penyakit,
kematian, dan tragedi.
c) Masalah Kesehatan

63
Resiko munculnya masalah kesehatan pada kelompok usia ini lebih
besar daripada kelompok usia dewasa muda, antara lain:
1. Kecelakaan
Faktor perubahan fisiologis, dan kekhawatiran terhadap tanggung
jawab personal dan pekerjaan dapat meningkatkan angka
kecelakaan pada individu paruh baya, terutama kecelakaan
kendaraan bermotor.
2. Kanker
kanker merupakan penyebab kematian kedua para individu yang
berusia antara 25 dan 64 tahun di AS. Pria memiliki insiden
penyakit kanker paru dan kandung kemih yang tinggi. Pada
wanita, penyakit kanker payudara menempati posisi tertinggi,
diikuti kanker kolon dan rektum, uterus, dan kanker paru.

3. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di
AS. Faktor penyebabnya meliputi merokok, obesitas, hipertensi,
diabetes melitus, gaya hidup kurang gerakriwayat keturunan atau
riwayat kematian mendadak pada ayah saat berusia kurang dari 55
tahun atau ibu saat berusia kurang dari 65 tahun, serta faktor usia
individu.
4. Obesitas
Obesits merupakan faktor resiko untuk banyak penyakit kronis
seperti dibaetes dan hipertensi. Klien harus mencegah obesitas
dengan mengurangi asupan kalori dan berolahraga secara teratur.
5. Alkoholisme
Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan
masalah pengangguran, keretakan dalam rumah tangga,
kecelakaan, dan berbagai penyakit.
6. Perubahan Kesehatan Mental
Stresor perkembangan, seperti menopause, penuaan, dan masa
pensiun yang semakin dekat, serta stresor situasional, seperti

64
perceraian, pengangguran, dan kematian pasangan, dapat memicu
peningkatan depresi di masa paruh baya. Klien dapat memperoleh
manfaat dari kelompok pendukung atau terapi individu untuk
mengatasi masalah ini.
E. Dewasa Tua/Lansia (Lebih dari 65 tahun)
1) Tahap Perkembangan
a) Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa inia dalah integritas ego
versus putus asa. Seseorang yang mencapai integritas ego memandang
kehidupan dengan perasaan utuh dan meraih kepuasan dari keberhasilan
yang dicapai di masa lalu. Mereka memandang kematian sebagai akhir
kehidupan yang dapat diterima. Sebaliknya, orang yang putus asa sering
kali merasa pilihannya salah dan berharap dapat mengulang kembali waktu
Tugas perkembangan lansia menurut Peck tahun 1968, antara lain:
a. Usia 65-75 tahun
1) Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan fisik
yang menurun
2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan
yang menurun
3) Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua, pasangan,
dan teman
4) Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru bersama
anak-anak yang sudah dewasa
5) Menyesuaikan diri dengan waktu luang
6) Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan kognitif yang
melambat
b. Usia 75 tahun atau lebih
1) Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
2) Menjaga kesehatan fisik dan mental
3) Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di panti
jompo
4) Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain

65
5) Menemukan makna hidup
6) Mengurus akan kematiannya kelak
7) Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
8) Membuat perencanaan hidup yang memuaskan seiring
penuaan
b) Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring bertambahnya usia.
Diyakini bahwa terjadi penurunan jumlah neuron yang progresif. Selain
itu, aliran darah ke otak menurun, dan metabolisme otak melambat.
Penurunan intelektual umumnya mnecerminkan proses penyakit, seperti
arterosklerosis. Pada lansia, proses penarikan informasi dari memori
jangka panjang dapat menjadi lebih lambat. Lansia cenderung melupakan
kejadian yang baru saja berlalu. Dan mereka memerlukan waktu yang
lebih banyak dalam belajar
c) Perkembangan Moral
Kebanyakan lansia berada pada tingkat prakonvensional perkembangan
moral, mereka mematuhi setiap aturan agar tidak menyakiti atau
menyusahkan orang lain. Sedangkan pada tingkat konvensional, mereka
mengikuti kaidah sosial yang berlaku sebagai respons terhadap harapan
orang lain.
d) Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi makna baru bagi
lansia, yang dapat memberikan kenyamanan, penghiburan, dan penguatan
dalam kegiatan keagamaan”. Banyak lansia memiliki keyakinan agama
yang kuat dan terus menghadiri pertemuan atau ibadah keagamaan.
Keterkaitan lansia dalam hal keagamaan kerap membantu mereka dalam
mengatasi berbagai masalah yang nerkaitan dengan makna hidup,
kesengsaran, atau nasib baik.
F. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang mungkin dialami lansia, antara lain:
B. Kecelakaan

66
Pencegahan kecelakaan merupakan fokus perhatian utama bagi
lansia. Healthy People 2010 melaporkan bahwa sebanyak 87% dari
seluruh kasus fraktur yang terjadi pada lansia di atas 65 tahun
disebabkan oleh insiden jatuh. Karena penurunan fungsi
penglihatan, refleks yang semakin lambat, dan kondisi tulang yang
rapuh, lansia harus selalu berhati-hati pada saat menaiki anak
tangga, menegmudikan mobil, dan bahkan saat berjalan.
C. Penyakit Ketunadayaan Kronik
Penyakit ini dapat menimbulkan gangguan fungsi yang serius, seperti
artritis, osteoporosis, penyakit jantung, stroke, perubahan penglihatan
dan pendengaran, pneumonia, fraktur, trauma akibat jatuh, atau insiden
lainnya yang menyebabkan masalah kesehatan kronis.
D. Penggunaan dan Penggunasalahan Obat
Lansia yang menderita suatu jenis penyakit kronis lebih kerap
memerlukan obat-obatan. Kerumitan yang ditemui dalam pemberian
obat itu secara mandiri dapat menimbulkan berbagai situasi
penggunasalahan, seperti mengonsumsi obat terlalu banyak atau terlalu
sedikit, mengonsumsi obat bersama alkohol, mengonsumsi obat resep
bersama obat bebas, atau mengonsumsi obat milik orang lain tanpa
sengaja.
E. Alkoholisme
Mengonsumsi alkohol selama bertahun-tahun membawa pengaruh
buruk pada semua sistem tubuh, menyebabkan kerusakan progresif
pada hati dan ginjal, merusak lambung dan organ lain yang terkait, serta
memperlambat respons mental yang kerap mengakibatkan kecelakaan
dan kematian.
F. Demensia
Demensia merupakan proses yang membahayakan dan berlangsung
lambat, yang mengakibatkan hilangnya fungsi kognitif secara progresif.
Tipe dimensia yang paling sering ditemui adalah penyakit Alzheimer.
G. Penganiayaan Lansia

67
Penganiayaan lansia yang paling sering terjadi adalah pada wanita di
atas usia 75 tahun yang mengalami gangguan fisik atau mental dan
bergantung pada pelaku dalam perawatan diri. Penganiayaan dapat
berupa penganiayaan fisik, psikologis, atau emosi; penganiayaan
seksual; penganiayaan keuangan; dan pelanggaran terhadap
HAM.Secara psikologis, lansia dapat mengalami kekerasan verbal,
ancaman, penghinaan, atau ejekan.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA LANSIA

A. Pengkajian
1. Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya?
2.  Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi,
meliputi
Mini Mental Status Exam (MMSE)

(Menurut Flostein, MS. Dkk, 1995)

I. ORIENTASI
a) Tanyakan hari ini tanggal berapa?
b) Kemudian tanyakan hal-hal terkait, misalnya sekarang ini musim apa?
II. REGISTRASI
a) Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya ingatnya
(memori).
b) Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata-kata seperti BOLA,
BENDERA, POHON. Dengan jarak per kata 1 detik. Sesudah itu
minta pasien untuk mengulanginya. Jawaban pertama menentukan
skornya, tetapi mintalah pasien untuk mencoba terus (misalnya hingga
6 kali) bila gagal tes ini kurang bermakna.
III. PERHATIAN DAN PERHITUNGAN
a) Minta pasien untuk menghitung mundur dari 100 dengan selisi 7.
Berhenti setelah 5 jawaban. Berilah skor 1 untuk setiap jawaban yang
benar.

68
b) Bila dia tidak mampu menghintung, mintakan padanya untuk mengeja
suatu kata dari arah belakang (misalnya RUMAH--------H-A-M-U-R),
beri skor satu untuk setiap huruf yang ditempatkan benar. Catatlah
jawaban pasien.
IV. DAYA INGAT
a) Minta pasien unutk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan
kepadanya diatas tadi.
V. BAHASA
a) Menyebutkan : perlihatkan arloji anda sambil menanyakan : “apa ini?”
Ulangi hal yang sama untuk pensil. Beri skor satu untuk setiap
jawaban yang benar.
b) Pengulangan : minta pasien untuk mengulangi : ‘bukan, itu
bukan……………!, tetapi itu ………dan………! Beri skor 1 point
bila pengulangan benar.
c) Perintah tiga langkah. Beri pasien secarik kertas kosong dan katakana :
“ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakan dilantai.”

Beri skor 1 poin untuk setiap langkah yang bena


3. Data Demografi
a) Ras dan suku apa ?
b) Jenis kelamin laki…… perempuan……
c) Pernah sekolah sampai ?
1) Strata 2
2) Strata 1
3) Program diploma
4) SMA/ Sederajat
5) SMA (tidak tamat)
6) SMP ke bawah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur b.d ansietas.
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori,
degenerasi neuron irreversible.

69
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan
kognitif.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist).
5. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan
dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
6. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
pengaruh penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pola tidur b.d ansietas.
a) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien
memiliki pola tidur yang teratur.
b) Kriteria Hasil:
a. Klien mampu memahami factor penyebab gangguan pola tidur.
b. Klien mampu menentukan penyebab tidur inadekuat.
c. Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani
atau mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat.
d. Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan
penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun).
e. Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
c) Intervensi
a. Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat
efek negative terhadap tidur pada malam hari.
Rasional: irama sikardian (siklus tidur bangun) yang
tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat.
b. Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur.
Rasional: derangement psikis terjadi bila terdapat penggunaan
kortikosteroid termasuik perubahan mood, insomnia.
c. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan
kebiasaan klien (member susu hangat).
Rasional: mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan
klien pada malam hari terbukti mengganggu tidur.

70
d. Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.
Rasional: hambatan kortikal pada formasi retikuler akan berkurang
selama tidur, meningkatkan respon otomatik, karenanya respon
kardiovaskuler terhadap suara meningkat selama tidur.
e. Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih
lama.
Rasional: gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan
mengganggu pemulihan sehubungan dengan gangguan psikologis
dan fisiologis, sehingga irama sikardian terganggu.
f. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan massage
punggung.
Rasional: meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
g. Putarkan music yang lembut atau “suara yang jernih”.
Rasional: menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara
lain dari lingkungan sekitar yang akan menggaggu tidur.
h. Berikan obat sesuai indikasi seperti amitriptilin.
Rasional: Efektik menangani pseudodemensia atau depresi
menigkatkan kemampuan untuk ttidur, tetapi antikolinergik dapat
mencetuskan bingung, memperburuk kognitif an efek samping
hipertensi ortostatik.
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori,
degenerasi neuron irreversible.
a) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien
dapat berpikir rasional.
b) Kriteria hasil :
1) Klien mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk
menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan
terhadap emosi dan pikiran tentang diri.
2) Klien mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi
anggapan diri yang negative.
3) Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau
tingkah laku dan factor penyebab.

71
4) Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang
tidak diinginkan, ancaman, dan kebingungan.
c) Intervensi:
a. Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat
yang terapeutik.
Rasional: mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan,
meningkatkan pengembanagan evaluasi diri yang positif dan
mengurangi konflik psikologis.
b. Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang
perhatian, kemampuan berfikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai
perubahan perilaku.
Rasional: memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan
memengaruhi rencana intervensi. Catatan: evaluasi orientasi secar
berulang dapat meningkatkan risiko yang negative atau tingkat frustasi.
c. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
Rasional: kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan
gangguan neuron.
d. Tatap wajah klien ketika sedang berbicara dengan klien.
Rasional: menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan
gangguan perceptual.
e. Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat
klien mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan
kecemasan.
Rasional: lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi.
Orientasi pada realita meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan
diri dan kemuliaan (kebahagiaan personal).
f. Hormati klien dan evaluasi kebutuhan secara spesifik.
Rasional: klien dengan penurunan kognitif pantas mendapatkan
penghormatan, penghargaan, dan kebahagiaan.
g. Bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya. Berikan
label gambar atau hal yang diinginkan klien. Jangan menentang.

72
Rasional: menurunkan defensive jika klien menyadari kesalahan.
Membantah klien tidak akan mengubah kepercayaan dan menimbulkan
kemarahan.
h. Berikan obat sesuai indikasi seperti, siklandelat.
Rasional : meningkatkan kesadaran mental.
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan
kognitif.
1)Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien tidak
mengalami cedera.
2)Kriteria hasil :
a. Klien mampu meningkatkan tingkat aktivitas.
b. Klien dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko
trauma atau cedera.
c. Klien tidak mengalami trauma atau cedera.
d. Keluarga mampu mengenali potensial di lingkungan dan
mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya.
3)Intervensi:
a. Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan
persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifkasi risiko terjadinya bahaya
yang mungkin timbul.
Rasional: mengidentifikasi risiko di lingkungan dan mempertinggi
kesadaran perawat akan bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsive
berisiko trauma karena kurang mampu mengendalikan perilaku.
Penurunan persepsi visual berisiko terjatuh.

b. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.


Rasional: klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah awal
terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan
keamanan dasar.

c. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi atau berbahaya, seperti memanjat


pagar tempat tidur.

73
Rasional: mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi
yang meningkatkan risiko terjadinya trauma.

d. Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik atau kebutuhan klien.


Rasional: perlambatan proses metabolism mengakibatkan hipotermia.
Hipotalamus dipengaruhi proses penyakit yang menyebabkan rasa
kedinginan.

e. Kaji efek samping obat, tanda keracuna (tanda ekstrapiramidal, hipotensi


ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
Rasional: klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat
menimbulkan kadar tolsisitas pada lansia. Ukuran dosis/penggantian obat
diperlukan untuk mengurangi gangguan.

f. Hindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga


tinggal bersama klien selama periode agitasi akut.
Rasional: membahayakan klien, meningkatkan agitasi dan timbul risiko
fraktur pada klien lansia (berhubungan dengan penurunan kalsium tulang).

4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,


transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologis ).
1) Tujuan: setelah dilakukan dilakukan keperawatan kunjungan tidak terjadi
penurunan lebih lanjut pada persepsi sensori klien.
2) Kriteria hasil :
a. Klien mengalami penurunan halusinasi.
b. Klien mampu mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi
stress atau mengatur perilaku.
c. Klien mampu mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi.
3) Intervensi:
a. Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau
pendengaran.

74
Rasional : keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat
asimetris menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada salah satu
sisi tubuh. Klien tidak dapat mengenali rasa lapar atau haus.

b. Anjurkan memakai kacamata atau alat bantu dengar sesuai kebutuhan


Rasional : meningkatkan masukan sensori, membatasi atau menurunkan
kesalahan intepretasi stimulasi.

c. Pertahankan hubungan orientasi realita. Memberikan petunjuk pada


orientasi realita dengan kalender, jam, atau catatan.
Rasional : menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping
terhadap frustasi karena salah persepsi dan disorientasi. Klien menjadi
kehilangan kemampuan mengenali keadaan sekitar.

d. Ajarkan strategi mengatasi stress.


Rasional : menurunkan kebutuhan akan halusinasi.

e. Libatkan dalam aktivitas sesuai indikasi dengan keadaan tertentu,


seperti satu ke satu pengunjung, kelompok sosialisasi pada pusat
demensia, terapi okupasi.
Rasional : memberi kesempatan terhadap stimulasi partisipasi dengan
orang lain.

5. kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan


dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
2) Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber pribadi atau
komunitas yang dapat memberikan bantuan.
3) Intervensi:
a. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri.
Rasional: memahami penyebab yang mempengaruhi intervensi.
Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan
konsultasi dari ahli.

75
b. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
Rasional: seiring perkembangan penyakit kebutuhan kebersihan dasar
mungkin dilupakan.

c. Lakukan pengawasan dan berikan kesempatan untuk melakukan sendiri


sesuai kemampuan.
Rasional: mudah sekali terjadi frustasi jika kehilangan kemandirian.
d. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas
Rasional: pekerjaan yang tadinya mudah sekarang menjadi terhambat
karena penurunan motorik dan perubahan kognitif.
e. Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Rasional: meningkatkan kepercayaan hidup.
6. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan
dengan pengaruh penyimpngan jangka panjang dari proses penyakit.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x kunjungan koping
keluarga efektif.
2) Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi atau mengungkapkan sendiri untuk
mengatasi keadaan.
b. Keluarga mampu menerima kondisi orang yang dicintai dan
mendemonstrasikan tingkah laku koping positif dalam mengatasi
keadaan.
c. Klien mampu menggunakan system pendukung yang ada secara efektif.
3) Intervensi:
a. Bantu keluarga mengungkapkan persepsinya tentang mekanisme
koping yang digunakan.
Rasional: keluarga dengan keterbatasan pemahaman tentang strategi
koping memerlukan informasi akibat konflik.
b. Libatkan keluarga dalam pendidikan dan perencanaan perawatan
dirumah.
Rasional: memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi
dirumah.

76
c. Fokuskan pada masalah spesifik sesuai dengan yang terjadai pada klien.
Rasional: penurunan penyakit mengikuti perkembangan yang tidak
menentu.
d. Realistis dan tulus dalam mengatasi semua permasalahan.
Rasional: menurunkan stress yang menyelimuti harapan yang keliru.
e. Anjurkan untuk tidak membatasi pengunjung.
Rasional: kontak kekeluargaan merupakan dasar dari realitas, terbebas
dari kesepian.
f. Rujuk pada sumber pendukung seperti perawatan lansia, pelayanan
dirumah, berhubungan dengan asosiasi penyakit demensia.
Rasional: memberikan tanggung jawab pada tempat perawatan,
mengurangi kejenuhan dan resiko terjadinya isolasi social dan
mencegah kemarahan keluarga.

77
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Perubahan Peran Selama Kehamilan Seiring dengan bertambahnya


usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan psikologis dan pada saat
ini pula wanita akan mencoba untuk beradaptasi terhadap peran barunya
melalui tahapan sebagai berikut : Tahap Antisipasi Dalam tahap ini wanita
akan mengawali adaptasi perannya dengan merubah peran sosialnya
melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus kehamilan) dan
informal melalui model peran (role model). Meningkatnya frekuensi
interaksi dengan wanita hamil dan ibu muda lainnya akan mempercepat
proses adaptasi untuk mencapai penerimaan peran barunya sebagai
seorang ibu.
Temperamen merupakan sebuah aspek karakter yang
menyelubungi seseorang secara umum, yang dibentuk oleh
kecenderungan-kecenderungan pola-pola khusus reaksi emosional,
perubahan suasana hati, dan tingkat kepekaan yang dihasilkan rangsangan.
Temperamen juga bisa dilihat sebagai reaksi seseorang terhadap respon
lingkungannya. Temperamen umumnya diperoleh seseorang melalui orang
tuanya dengan cara diturunkan, juga dipengaruhi lingkungan sekitar.
Perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri
yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang
relatif stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi
yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan
pengalaman. (Aziz Alimul Hidayat : 2008

78
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat : 2008
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume I. EGC: Jakarta
Carpenito & Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta
Sunaryo. 2005. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta
Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usi Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia.Jakarta: EGC
Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003.

79

Anda mungkin juga menyukai