Anda di halaman 1dari 7

NAMA: NURAIDA DWI CIPTA

IDAYANTO

NIM: 0118029

KELAS: 2A

RESUME KONSEP TEORI PREMATURITAS, BBLR, RDS, ASPHYXIA


DAN HIPERBILIRUBINEMIA

A. PREMATURITAS
 Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir).
 Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan
berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, dkk, 2003).
 Klasifikasi bayi lahir prematur
1. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan
masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan usia
kehamilan.
2. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
tersebut
 Etiologi bayi baru lahir
1. Faktor ibu
Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia), Riwayat kelahiran
prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi dan anemia sel sabit,
Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
2. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain
kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan
kromosom.
3. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat
beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang
melelahkan dan merokok.
 Tanda dan Gejala
Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
1. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
2. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
3. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
4. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
5. Rambut lanugo masih banyak.
6. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
7. Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
8. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
 Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur
a. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan
usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP) Akibat terapi
oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley & Wong,
1995)
c. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
d. Necrotizing Enterocolitas (NEC)  (Bobak. 2005)

B. BBLR
 BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Amru sofian,2012).
 BBLR (Bayi berat lahir rendah) ialah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Huda dan Hardhi, 2013).
 BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,2009).
 Etiologi BBLR
1. Faktor ibu
Paritas, Abortus spontan sebelumnya, Infertilitas, Gizi saat hamil yang kurang, umur
kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat,
pekerjaan yang terlalu berat, Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah, perokok.
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, Komplikasi
kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim, Infeksi congenital (missal : rubella)(Huda dan
Hardhi ,2013).
 Tanda dan Gejala
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.(Huda dan Hardhi, 2013)
 Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20
tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang
terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok.
 Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur
preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent
ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia.
 Komplikasi BBLR
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara
residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk
yang berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati. (Maryunani, Anik. 2009)
C. RDS (RESPIRASI DISTRESS SYNDROME)
 Respirasi Distress Syndrome (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan adalah
sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
baru lahir dengan masa gestasi kurang (Malloy, 2000).
 Sindrom Distres Pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai hyalin membrane diseaser (Suriadi dan Yulianni, 2006).
 Etiologi
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
2. Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna.
3. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi
udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak
nafas.
4. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.
5. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
6. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru
Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks atau
pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH)
7. Bayi prematur atau kurang bulan diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan.
Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, semakin muda usia
kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
 Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna
karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal
tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan
asidosis respiratorik.
D. ASPHYXIA
 Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
 Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas secara
spontan dan adekuat (Wroatmodjo,2004).
 Etiologi
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya
2. Faktor Plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta tipis,
plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
 Tanda dan Gejala
1. Pernafasan terganggu
2. Detik jantung berkurang
3. Reflek / respon bayi melemah
4. Tonus otot menurun
5. Warna kulit biru atau pucat

E. HIPERBILIRUBIN
 Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002)
 Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl,
bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
 Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan.
Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
 Manifestasi klinis
1. Kulit berwarna kuning sampai jingga
2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Reflek hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologic
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa
12. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
13. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
 Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian
ASI)
2. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengekresi bilirbin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu.
Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan bilirunin dikulit melalui tinja dan urine dengan
oksidasi foto pada bilirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi
8. Terapi Obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati
yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.

Anda mungkin juga menyukai