LP Chosy
LP Chosy
OLEH :
CHOSSY LESMANA
2018.22.055
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan dengan judul “Laporan
Pendahuluan Pada Anak dengan Diare” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu Keperawatan
Anak. Selain itu, pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang
berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan laporan ini sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat
memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dpat berguna dan
bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang........................................................................ 3
B Tujuan..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................... 5
A Definisi................................................................................... 5
B Epidemiologi........................................................................... 5
C Etiologi................................................................................... 6
D Patofisiologi............................................................................ 7
E Manifestasi Klinis................................................................... 8
F Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 9
G WOC....................................................................................... 12
H Penatalaksanaan Medis........................................................... 13
BAB III Laporan Kasus........................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare memiliki artian yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Sudoyo, 2014). Diare adalah
sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang
biasanaya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam (Irianto, 2015).
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang
sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit
yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak, menurut data World Health
Organization (WHO) ada sekitar empat miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun milliar kasus setiap tahunnya. Diare sering kali dianggap
sebagai masalah yang sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta
menunjukkan sebaliknya (WHO, 2017).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 terdapat 12,3% balita mengalami diare kemudian meningkat pada tahun
2018 menjadi 18,5%. Sedangkan di kota Jambi, jumlah balita yang mengalami diare
berjumlah 7,7% dari jumlah penduduk yang mengalami diare dan masuk dalal 5 besar
(Kemenkes RI, 2018).
Diare secara klinis dapat disebabkan oleh 6 golongan yaitu infeksi
(disebabkan oleh bekteri, virus atau infestasi parasit) malabsorpsi, alergi, keracunan
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di
lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Depkes RI, 2011).
B. Tujuan
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam
terkait diare.
a. Untuk mengetahui definisi diare
b. Untuk mengetahui epidemiologi diare
c. Untuk mengetahui etiologi diare
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga
kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar
dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare.
Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan
usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan
cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Betz, 2010).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Sudoyo, 2014). Diare adalah sebuah penyakit di
mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanaya terjadi paling
sedikit tiga kali dalam 24 jam (Irianto, 2015).Diare merupakan keadaan ketika
individu mengalami atau berisiko mengalami defekasi berupa feses cair atau feses
tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering (Lynda Juall, 2012). Diare adalah pasase
feses yang lunak dan tidak berbentuk (NANDA, 2012).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan situasi
dimana seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas
kemudian defekasi berupa feses yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta
dikeluarkan secara terus- menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
B. Epidemiologi
Menurut Depkes RI (2011), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai
berikut:
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan dan minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
6
C. ETIOLOGI
Menurut Depkes RI (2011) penyebab diare secara klinis dapat
dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu infeksi (disebabkan oleh bekteri, virus atau
infestasi parasit) malabsorpsi, alergi, keracunan imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah
diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2015).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling
sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius
dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin
yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi
terhadap laktosa.
7
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2015)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis.Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2010).
8
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
- Demam.
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile
ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
b. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas
diagnosis klinis yang paling mungkin:
10
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan
folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini
dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit
seliaka dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan
ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik
(misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan
berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn
atau bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara
paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2017) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.
11
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium
difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.
12
G. PATHWAY/WOC
Pathway diare
Isi usus
Penyerapan makanan di
usus
Diare
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan
kulit
cairan dan elektrolit
Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan
penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-
infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :
2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1
ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
- Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
16
3. Obat-obatan
Tabel anti diare (Kee, 2010)
Pemakaian dan
Obat Dosis
pertimbangan
Opiat
Tingfur opium TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 Untuk diare akut dan
tts, q.i.d. dicampur dengan air nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4
kali/ hari
Paregorik D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/ III
hari
Kodein D: PO: 15-30 mg, q.i.d. Untuk diare
Agen-agen opiat
related
Difenoksilat dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut, nonspesifik.
atropin (Lomotil) Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, Dosis untuk anak bervariasi
setiap hari dalam dosis terbagi sesuai dengan umur.
4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap
hari
Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk diare. Obat bebas
mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan
Tidak melebihi 16 mg/ hari. B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari
Adsorben
Kaolin-Pektin Sesuai dengan label Untuk diare. Diberikan
(Kaopectate) setelah setiap kali buang air
cair. Obat bebas.
Garam-garam bismut Sesuai dengan label Untuk diare, gangguan
(Pepto-Bismol) lambung. Dalam bentuk cair
atau tablet.
Kombinasi
Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen opiat related
atropin (Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung paregorik dan
kaopecatate
Donnagel D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung atropin dan
15-30 mg setelah setiap kali kaopectate
buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
kali buang air cair
18
BAB III
LAPORAN KASUS
19
A. IDENTIFIKASI
Nama : An. M
Umur / Tanggal Lahir : 3 tahun / 12 Maret 2017
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 15 kg
Tinggi Badan : 102 cm
Agama : Islam
Alamat :Jl. Cendrawasi Talang Bakung Kota Jambi
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
MRS : 1 Juni 2020
B. ANAMNESA
(anamnesis dengan ayah penderita, 1 Juni 2020, pukul 11.30 WIB)
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : mual muntah dan demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 2 hari yang lalu anak mengeluh buang air besar 4 kali dalam sehari dan cair,
demam (+) tidak terlalu tinggi, suhu tidak diketahui, terus-menerus, nyeri kepala (-),
nyeri dibelakang bola mata (-), batuk (+) tidak berdahak, pilek (+), nyeri menelan (+),
mimisan (-), gusi berdarah (-), mual muntah (+), sesak nafas (-), kejang (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama pernah diderita sebelumnya ±1
tahun yang lalu
Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
Riwayat alergi susu, makanan, dan obat disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Pedigree
20
Keterangan:
Riwayat Makan
ASI : 0 – 3 bulan
Susu Formula : 3 bulan – 3 tahun
Bubur nasi : 6 – 8 bulan
Nasi tim : 8 – 12 bulan
Nasi : 12 bulan – sekarang. Banyaknya 1-2 centong nasi
Daging : 12 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Tempe : 12 bulan – sekarang. Frekuensi 3x/minggu
Tahu : 12 bulan – sekarang. Frekuensi 3x/minggu
Sayuran : 10 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Buah : 10 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Kesan : Cukup
21
Kualitas : Baik
Riwayat Perkembangan
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 10 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berbicara : 18 bulan
Personal sosial: 2 tahun
Kesan : Perkembangan motorik kasar dan motorik halus dalam batas
normal
22
Riwayat Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
1 hari Hepatitis B-1
1 bulan BCG
2 bulan Hepatitis B-2, DPT-1, Polio-1
3 bulan Hepatitis B-3, DPT-2, Polio-2
4 bulan DPT-3, Polio-3
9 bulan Campak
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 1 Juni 2020
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah
2) Pengukuran tanda vital meliputi : TD, nadi, RR dan suhu tubuh.
a. Keadaan sistem tubuh
1) Mata : cekung, kering, sangat cekung
2) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
tidak bisa minum.
3) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
4) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang.
5) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 37,5o C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillaryrefill
time memajang > 2 dtk, kemerahan pada daerah perianal.
6) Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
D. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengankehilangan
cairan skunder terhadap diare.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare /output
berlebih dan intake yang kurang.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare.
d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
23
F. WOC/ Pathway
Diare
Mual muntah
Hilang cairan dan Kerusakan
elektrolit berlebihan Integritas Kulit
Nafsu makan
Gangguan Asidosis metabolik menurun
keseimbangan
elektrolit & cairan
Ketidakseimbangan
Sesak
Nutrisi Kurang dari
Dehidrasi
Kebutuhan Tubuh
Gangguan
Pertukaran Gas
Baughman, Diane C. (2010). Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth.Jakarta : EGC.
Behrman, Richard E, dkk. (2010). Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi
15.Alih Bahasa A. Samik Wahab.Jakarta : EGC.
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. (2010). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. (2010). Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti.Jakarta: EGC.
Depkes Ri. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Doctherman, J. McCloskey. (2010). Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing
Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.
Herdman, T. Heather. (2013). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Kemenkes, RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Muscari, Mary E. (2015). Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.
Nethina, Sandra, M. (2011). Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan,
dkk.Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Sudoyo Aru. W. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). (2010). Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.
1