Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN DIARE

OLEH :
CHOSSY LESMANA
2018.22.055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
TAHUN 2020
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan dengan judul “Laporan
Pendahuluan Pada Anak dengan Diare” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu Keperawatan
Anak. Selain itu, pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang
berguna bagi ilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan laporan ini sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat
memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dpat berguna dan
bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Jambi, Juni 2020

Penulis
2

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang........................................................................ 3
B Tujuan..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................... 5
A Definisi................................................................................... 5
B Epidemiologi........................................................................... 5
C Etiologi................................................................................... 6
D Patofisiologi............................................................................ 7
E Manifestasi Klinis................................................................... 8
F Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 9
G WOC....................................................................................... 12
H Penatalaksanaan Medis........................................................... 13
BAB III Laporan Kasus........................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare memiliki artian yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Sudoyo, 2014). Diare adalah
sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang
biasanaya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam (Irianto, 2015).
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang
sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit
yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak, menurut data World Health
Organization (WHO) ada sekitar empat miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun milliar kasus setiap tahunnya. Diare sering kali dianggap
sebagai masalah yang sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta
menunjukkan sebaliknya (WHO, 2017).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 terdapat 12,3% balita mengalami diare kemudian meningkat pada tahun
2018 menjadi 18,5%. Sedangkan di kota Jambi, jumlah balita yang mengalami diare
berjumlah 7,7% dari jumlah penduduk yang mengalami diare dan masuk dalal 5 besar
(Kemenkes RI, 2018).
Diare secara klinis dapat disebabkan oleh 6 golongan yaitu infeksi
(disebabkan oleh bekteri, virus atau infestasi parasit) malabsorpsi, alergi, keracunan
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di
lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Depkes RI, 2011).

B. Tujuan
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam
terkait diare.
a. Untuk mengetahui definisi diare
b. Untuk mengetahui epidemiologi diare
c. Untuk mengetahui etiologi diare
4

d. Untuk mengetahui patofisiologi diare


e. Untuk mengetahui manifestasi klinis diare
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga
kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar
dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare.
Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan
usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan
cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Betz, 2010).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Sudoyo, 2014). Diare adalah sebuah penyakit di
mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanaya terjadi paling
sedikit tiga kali dalam 24 jam (Irianto, 2015).Diare merupakan keadaan ketika
individu mengalami atau berisiko mengalami defekasi  berupa feses cair atau feses
tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering (Lynda Juall, 2012). Diare adalah pasase
feses yang lunak dan tidak berbentuk (NANDA, 2012).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan situasi
dimana seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas
kemudian defekasi  berupa feses yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta
dikeluarkan secara terus- menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali.

B. Epidemiologi
Menurut Depkes RI (2011), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai
berikut:
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan dan minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
6

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare


Faktor penjamu yang dapat meningkatkan insiden dan beberapa penyakit serta lama
diare. Faktor-faktor tersebut tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang
gizi, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak
terjadi pada golongan balita.
c. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan. Faktor yang paling
dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor tersebut
berinteraksi dengan perilaku manusia, sehingga apabila terdapat lingkungan yang
tidak sehat atau tercemar kuman diare dan terakumulasi dengan perilaku yang tidak
sehat seperti kurangnya hygiene sanitasi pengolahan makanan, maka akan
menimbulkan kejadian diare.

C. ETIOLOGI
Menurut Depkes RI (2011) penyebab diare secara klinis dapat
dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu infeksi (disebabkan oleh bekteri, virus atau
infestasi parasit) malabsorpsi, alergi, keracunan imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah
diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2015).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling
sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius
dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin
yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi
terhadap laktosa.
7

2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2015)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis.Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2010).
8

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
- Demam.
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

Bentuk klinis diare


Diagnose Didasarkan Pada Keadaan
Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01
atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
9

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
atau sedang a. Rewel gelisah dengan makanan untuk
b. Mata cekung dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi,
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile
ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
b. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas
diagnosis klinis yang paling mungkin:
10

- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan
folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini
dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit
seliaka dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan
ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik
(misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan
berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn
atau bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara
paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.

Menurut (Rubebsten dkk, 2017) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:

a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.
11

b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium
difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.
12

G. PATHWAY/WOC
Pathway diare

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air &


elektrolit
Hiperperistaltik

Isi usus
Penyerapan makanan di
usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan

Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan
kulit
cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik)

(Nurarif, Amin &


Kusuma, H., 2013)
13

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan
penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-
infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut
awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
14

Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

Metode Perbandingan BB dan Umur


Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan
<3 < 1 bln 150 125 25 300
3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 080 25 205
15-25 5-10 thn 080 025 25 130
Sumber: Ngastiyah (2010)
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.
NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
15

2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :
2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1
ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
- Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
16

- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya


susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan
kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Asam amino
a. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
a. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
b. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe
yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun
sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita
diare dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun.
Adapun bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram,
margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada
2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang
sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200
cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan.
Cara kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras,
margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas
api sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
17

3. Obat-obatan
Tabel anti diare (Kee, 2010)

Pemakaian dan
Obat Dosis
pertimbangan
Opiat
Tingfur opium TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 Untuk diare akut dan
tts, q.i.d. dicampur dengan air nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4
kali/ hari
Paregorik D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/ III
hari
Kodein D: PO: 15-30 mg, q.i.d. Untuk diare
Agen-agen opiat
related
Difenoksilat dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut, nonspesifik.
atropin (Lomotil) Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, Dosis untuk anak bervariasi
setiap hari dalam dosis terbagi sesuai dengan umur.
4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap
hari
Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk diare. Obat bebas
mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan
Tidak melebihi 16 mg/ hari. B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari
Adsorben
Kaolin-Pektin Sesuai dengan label Untuk diare. Diberikan
(Kaopectate) setelah setiap kali buang air
cair. Obat bebas.
Garam-garam bismut Sesuai dengan label Untuk diare, gangguan
(Pepto-Bismol) lambung. Dalam bentuk cair
atau tablet.
Kombinasi
Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen opiat related
atropin (Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung paregorik dan
kaopecatate
Donnagel D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung atropin dan
15-30 mg setelah setiap kali kaopectate
buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
kali buang air cair
18

Donnagel P-G D: PO: 15 mg, setiap 3 jam Mengandung opium, atropin,


dan kaopectate
Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >:
lebih dari; tts: tetes.

BAB III
LAPORAN KASUS
19

A. IDENTIFIKASI
Nama : An. M
Umur / Tanggal Lahir : 3 tahun / 12 Maret 2017
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 15 kg
Tinggi Badan : 102 cm
Agama : Islam
Alamat :Jl. Cendrawasi Talang Bakung Kota Jambi
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
MRS : 1 Juni 2020

B. ANAMNESA
(anamnesis dengan ayah penderita, 1 Juni 2020, pukul 11.30 WIB)
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : mual muntah dan demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 2 hari yang lalu anak mengeluh buang air besar 4 kali dalam sehari dan cair,
demam (+) tidak terlalu tinggi, suhu tidak diketahui, terus-menerus, nyeri kepala (-),
nyeri dibelakang bola mata (-), batuk (+) tidak berdahak, pilek (+), nyeri menelan (+),
mimisan (-), gusi berdarah (-), mual muntah (+), sesak nafas (-), kejang (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama pernah diderita sebelumnya ±1
tahun yang lalu
 Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
 Riwayat alergi susu, makanan, dan obat disangkal
 Riwayat asma disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

Pedigree
20

Keterangan:

Ayah sehat Ibu sehat

anak laki-laki sakit anak perempuan sehat

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Masa kehamilan : Cukup bulan, ANC 1x/bulan di bidan dan dokter
Partus : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Tanggal : 12 Maret 2017
Berat badan lahir : 3100 gram
Panjang badan lahir : 50 cm
Keadaan saat lahir : Langsung menangis

Riwayat Makan
ASI : 0 – 3 bulan
Susu Formula : 3 bulan – 3 tahun
Bubur nasi : 6 – 8 bulan
Nasi tim : 8 – 12 bulan
Nasi : 12 bulan – sekarang. Banyaknya 1-2 centong nasi
Daging : 12 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Tempe : 12 bulan – sekarang. Frekuensi 3x/minggu
Tahu : 12 bulan – sekarang. Frekuensi 3x/minggu
Sayuran : 10 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Buah : 10 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Kesan : Cukup
21

Kualitas : Baik

Riwayat Perkembangan
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 10 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berbicara : 18 bulan
Personal sosial: 2 tahun
Kesan : Perkembangan motorik kasar dan motorik halus dalam batas
normal
22

Riwayat Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
1 hari Hepatitis B-1
1 bulan BCG
2 bulan Hepatitis B-2, DPT-1, Polio-1
3 bulan Hepatitis B-3, DPT-2, Polio-2
4 bulan DPT-3, Polio-3
9 bulan Campak

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 1 Juni 2020
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah
2) Pengukuran tanda vital meliputi : TD, nadi, RR dan suhu tubuh.
a. Keadaan sistem tubuh
1) Mata : cekung, kering, sangat cekung
2) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
tidak bisa minum.
3) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
4) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang.
5) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 37,5o C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillaryrefill
time memajang > 2 dtk, kemerahan pada daerah perianal.
6) Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
D. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengankehilangan
cairan skunder terhadap diare.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare /output
berlebih dan intake yang kurang.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare.
d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
23

E. Rencana Tindakan Keperawatan


No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Gangguan Tujuan : Setelah 1. Pantau tanda dan 1. Deteksi dini
keseimbangan dilakukan tindakan gejala kekurangan memungkinkan
cairan dan keperawatan selama cairan dan elektrolit. terapi pergantian
elektrolit b.d 3x24 jam 2. Pantau intake dan cairan segera untuk
kehilangan cairan keseimbangan dan output. memperbaiki
skunder terhadap elektrolit dapat 3. Timbang berat deficit.
diare dipertahankan secara badan setiap hari. 2. Dehidrasi dapat
maksimal. 4. Anjurkan keluarga meningkatkan laju
Kriteria hasil : untuk memberi filtrasi glomerulus
 Tanda vital dalam minum banyak pada membuatkeluaran
batas normal (N: klien, 2-3 lt/hr. tak adekuat untuk
120-60 x/mnt, S: 36- 5. Kolaborasi membersihkan sisa
37,5o C, RR : <24 pemberian cairan metabolisme.
x/mnt ) parenteral ( IV line ) 3. Mendeteksi
 Turgor elastik sesuai dengan umur. kehilangan cairan ,
,membran mukosa penurunan 1 kg BB
bibir basah, mata sama
tidak cekung. dengankehilangan
 Konsistensi BAB cairan 1 lt.
lembek, frekwensi 1 4. Mengganti cairan
kali perhari. dan elektrolit yang
hilang secara oral.
5. Mengganti cairan
dan elektrolit
secara adekuat dan
cepat.
2. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Diskusikan dan 1. Serat tinggi,
kurang dari tindakan perawatan jelaskan tentang lemak,air terlalu
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam pembatasan diet panas / dingin
b.d diare/output kebutuhan nutrisi (makanan berserat dapat merangsang
berlebih dan terpenuhi tinggi, berlemak dan mengiritasi
tidak adekuatnya Kriteria Hasil : air terlalu panas atau lambung dan
24

intake.  Nafsu makan dingin). sluran usus.


meningkat. 2. Ciptakan lingkungan 2. Situasi yang
 BB meningkat atau yang bersih, jauh nyaman, rileks
normal sesuai umur. dari bau yang tak akan merangsang
sedap atau sampah, nafsu makan.
sajikan makanan 3. Mengurangi
dalam keadaan pemakaian energi
hangat. yang berlebihan.
3. Berikan jam istirahat 4. Ahli gizi yang
(tidur) serta kurangi mengetahui diet
kegiatan yang tepat bagi klien.
berlebihan.
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi.
3. Resiko Stelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh 1. Deteksi dini
peningkatan suhu tindakan perawatan setiap 2 jam. terjadinya
tubuh b.d proses selama 3x 24 jam 2. Berikan kompres perubahan
infeksi dampak tidak terjadi hangat. abnormal fungsi
sekunder dari peningkatan suhu 3. Kolaborasi tubuh ( adanya
diare. tubuh. pemberian infeksi).
Kriteria hasil : antipirektik. 2. Merangsang pusat
 Suhu tubuh dalam pengatur panas
batas normal ( 36- untuk menurunkan
37,5 C) produksi panas
 Tidak terdapat tanda tubuh.
infeksi (rubur, dolor, 3. Merangsang pusat
kalor, tumor, fungtio pengatur panas di
laesa) otak.

4. Resiko gangguan Setelah dilakukan 1. KIE mengenai 1. Kebersihan


integritas kulit tindaka keperawtan pentingnya menjaga mencegah
perianal b.d selama 3 x 24 jam tempat tidur. perkembang
peningkatan integritas kulit tidak 2. Demontrasikan serta biakan kuman.
frekwensi BAB terganggu. libatkan keluarga 2. Mencegah
25

(diare). Kriteria hasil : dalam merawat terjadinya iritassi


 Tidak terjadi iritasi : perianal. kulit yang tak
kemerahan, lecet, 3. Atur posisi tidur diharapkan oleh
kebersihan terjaga. atau duduk dengan karena kelembaban
 Keluarga mampu selang waktu 2-3 dan keasaman
mendemontrasikan jam. feces.
perawatan perianal 3. Melancarkan
dengan baik dan vaskulerisasi,
benar. mengurangi
penekanan yang
lama sehingga tak
terjadi iskemi dan
irirtasi.

F. WOC/ Pathway

Infeksi Makanan Psikologis

Berkembang diusus Toksik tak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air & Malabsorpsi KH,


Hiperperistaltik
elektrolit lemak, protein

Penyerapan makanan Meningkatnya


Isi usus
di usus menurun tekanan osmotik
26

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat

Mual muntah
Hilang cairan dan Kerusakan
elektrolit berlebihan Integritas Kulit

Nafsu makan
Gangguan Asidosis metabolik menurun
keseimbangan
elektrolit & cairan
Ketidakseimbangan
Sesak
Nutrisi Kurang dari
Dehidrasi
Kebutuhan Tubuh

Gangguan
Pertukaran Gas

Kekurangan Resiko peningkatan


Volume Cairan suhu tubuh
Daftar Pustaka

Baughman, Diane C. (2010). Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth.Jakarta : EGC.
Behrman, Richard E, dkk. (2010). Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi
15.Alih Bahasa A. Samik Wahab.Jakarta : EGC.
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. (2010). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. (2010). Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti.Jakarta: EGC.

Depkes Ri. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Doctherman, J. McCloskey. (2010). Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing
Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.
Herdman, T. Heather. (2013). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta.


Kee, Joyce L.(2010). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kemenkes, RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Muscari, Mary E. (2015). Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.
Nethina, Sandra, M. (2011). Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan,
dkk.Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.

Sudoyo Aru. W. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). (2010). Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.
1

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Dokumen1 halaman
    Lembar Observasi
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Dokumen34 halaman
    PROPOSAL
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner Penelitian
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen44 halaman
    Proposal
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Dokumen34 halaman
    PROPOSAL
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 New
    BAB 3 New
    Dokumen10 halaman
    BAB 3 New
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Newwww
    BAB 2 Newwww
    Dokumen25 halaman
    BAB 2 Newwww
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen36 halaman
    Bab 2
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen6 halaman
    Kuesioner Penelitian
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Konsulan
    Konsulan
    Dokumen52 halaman
    Konsulan
    umi sarah
    Belum ada peringkat