Anda di halaman 1dari 138

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

S MASA HAMIL SAMPAI


DENGAN KELUARGA BERENCAN DI KLINIK HELEN
TARIGAN SP. SELAYANG MEDAN TUNTUNGAN
TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:
KASUMA DEWI HARAHAP
NIM :P07524114015

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2017
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S MASA HAMIL SAMPAI
DENGAN KELUARGA BERENCAN DI KLINIK HELEN
TARIGAN SP. SELAYANG MEDAN TUNTUNGAN
TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya


Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan Medan
Poltekkes Kemenkes RI Medan

Oleh:
KASUMA DEWI HARAHAP
NIM :P07524114015

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA MAHASISWA : KASUMA DEWI HARAHAP


NIM : P07524114015
TANGGAL UJIAN : 20 JULI 2017
JUDUL LTA : ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S MASA
HAMIL SAMPAI DENGAN KELUARGA
BERENCANA DI KLINIK BERSALIN
HELEN TARIGAN SP. SELAYANG MEDAN
TUNTUNGAN TAHUN 2017

Telah Diterima Dan Disetujui Dan Diseminarkan Dihadapan Penguji


Medan, 20 Juli 2017

PEMBIMBING UTAMA PEMBIMBING PENDAMPING

(Idau Ginting,SST, M.Kes) (Wildan SST.M.Kes)


NIP. 195408191980032002 NIP. 197401252002122001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN

(Betty Mangkuji,SST, M.Keb)


NIP. 196609101994032001
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : KASUMA DEWI HARAHAP


NIM : P07524114015
TANGGAL UJIAN : 20 JULI 2017
JUDUL LTA : ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S MASA
HAMIL SAMPAI DENGAN KELUARGA
BERENCANA DI KLINIK BERSALINHELEN
TARIGAN SP. SELAYANG MEDAN
TUNTUNGAN TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPANTIM


PENGUJI UJIAN SIDANGLAPORAN TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDIKEBIDANANMEDAN
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
PADA TANGGAL 20 JULI2017

MENGESAHKAN
TIM PENGUJI

KETUA PENGUJI ANGGOTA PENGUJI

(Eva Mahayani Nasution,SST, M.Kes) (Jujuren Sitepu,SST,M.Kes)


NIP. 198103022002122001 NIP. 196312111995932002

ANGGOTA PENGUJI ANGGOTA PENGUJI

(Idau Ginting,SST, M.Kes) (Wildan SST.M.Kes)


NIP. 195408191980032002 NIP. 197401252002122001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN

(Betty Mangkuji,SST, M.Keb)


NIP. 196609101994032001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN D-III KEBIDANAN MEDAN
LTA, JULI 2017

KASUMA DEWI HARAHAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S MASA HAMIL SAMPAI DENGAN


KELUARGA BERENCANA DI RUMAH BERSALIN HELEN TARIGAN
SIMPANG SELAYANG MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2017

IX + 120 HALAMAN + 8 TABEL + 9 LAMPIRAN

RINGKASAN ASUHAN KEBIDANAN

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut Survey


Penduduk Antar Sensus pada tahun 2015 Angka Kematian ibu (yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) 305 per 100.000 KH, sedangkan
menurut WHO tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) diseluruh dunia
31/1.000 KH.
Asuhan ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan ibu
selama proses kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB yang dilakukan
secara continuity of care. Asuhan kebidanan dilakukan pada NY S GIII PII A0
Masa Hamil Sampai dengan KB di Rumah Bersalin Helen Tarigan Simpang
Selayang Tahun 2017. Asuhan yang diberikan pada Ny S masa hamil adalah
kunjungan sebanyak 3 kali, persalinan, nifas (kunjungan sebanyak 4 kali), bayi
baru lahir (kunjungan 3 kali) dan asuhan Keluarga Berencana.
Selama melakukan asuhan pada Ny.S dapat disimpulkan bahwa semua
asuhan yang diberikan dapat terlaksana dengan baik tanpa ada komplikasi.
Disarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan untuk dapat menerapkan
asuhan continuity of care ini di lapangan dan di masyarakat dalam melakukan
pelayan kesehatan yang dapat membantu menurunkan Angka Kematian Ibu di
Indonesia.

Kata Kunci : Ny S 32 tahun GIIIPIIA0, Asuhan Kebidanan Continuity of


care
Daftar Pustaka : 20 ( 2012-2015)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat-
Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Ny.S Masa Hamil Sampai Dengan pelayanan Keluarga
Berencana Di Klinik Helen Tarigan Sp. Selayang Medan Tuntungan Tahun 2017”
sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada
Program Studi Kebidanan Medan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Medan.
Dalam hal ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan,
yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan
Tugas Akhir ini.
3. Suryani, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan
Tugas Akhir ini.
4. Idau Ginting, SST, M.Kes selaku pembimbing Utama yang telah memberikan
arahan dan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Wildan, SST, M.kes selaku pembimbing Pendamping yang telah memberikan
bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
6. Eva Mahayani Nst, SST M.Kes selaku ketua penguji yang meluangkan waktu
memberikan masukan berupa kritikan dan saran kepada Penulis dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Jujuren Sitepu, SST, M.Kes selaku penguji pendamping yang meluangkan
waktu, memberikan masukan berupa kritikan dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Dodoh Khodijah, SST, M.Kes selaku pembimbing akademik yang banyak
memberikan masukan selama penulis menempuh pendidikan di Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
9. Bapak, Ibu Dosen dan Staff Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
yang telah membantu saya dalam memenuhi kebutuhan Laporan Tugas Akhir
saya.
10. Pemilik klinik Helen Tarigan dan seluruh pegawai klinik yang telah memberi
kesempatan untuk melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir di Klinik
Helen Tarigan.
11. Ibu Sakdiah dan keluarga responden atas kerjasamanya yang baik
12. Sembah sujud penulis yang tak terhingga kepada Ayah tercinta H.Habibuddin
Harahap dan mama tercinta Anna Sari Siregar, S.Pd, yang telah membesarkan
membimbing, dan mengasuh penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang
yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis dan juga telah memberikan
dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan pendidikan .
13. Yang tersayang Kakak dan Abang kandung penulis yang paling terkasih
Sarnita Nur Harahap S.Pd, Sarlutan Harahap Sp, Abdul Rahman Budi yang
selalu memberikan doa dan dukugan kepada penulis.
14. Terimakasih kepada sahabat penulis Cempaka 20, mawar 6, Yeni, Leni,
Siska, suwita, sunita
15. Yang terkasih dan yang selalu ada Sabriyadi Sojuangan Siregar S. Kep
16. Kepada adik penulis adek PJ Palem 17, Sira, sartina, melvita, melisa, palem
18, nova merry yuni, suci palem 19 putri, silvia, suci, ratih lili, nia, sana,
tati,vebiola, resmi, ingke, nurhanifa, sarah, putriTerimakasih kepada teman
seperjuangan Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala
atas segala amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir
ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkannya.
Medan, juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan ..................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 4
1.4 Sasaran, tempat dan waktu Asuhan Kebidanan ................................... 5
1.4.1 Sasaran ........................................................................................ 5
1.4.2 Tempat ........................................................................................ 5
1.4.3 Waktu ......................................................................................... 5
1.5 Manfaat ................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan ............................................................................................. 7


2.1.1 Konsep Kehamilan .................................................................... 7
2.1.2 Perubahan psikologi trimester III. .............................................. 7
2.1.3 Kebutuhan kesehatan ibu ............................................................ 10
2.1.4 Tanda bahaya Trimester III. ....................................................... 13
2.1.5 Asuhan Kehamilan .................................................................... 14
2.2 Persalinan .............................................................................................. 25
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan ............................................................ 25
2.2.2 Tanda-tanda persalinan. .............................................................. 25
2.2.3 Tahapan persalinan ..................................................................... 26
2.2.4 Perubahan persalinan .................................................................. 27
2.2.5 Kebutuhan dasar bersalin........................................................... 30
2.2.6 Asuhan persalinan....................................................................... 32
2.3 Nifas ...................................................................................................... 45
2.3.1 Konsep Dasar Nifas .................................................................... 45
2.3.2 Perubahan Nifas. ......................................................................... 45
2.3.3 Kebutuhan Dasar Nifas. .............................................................. 49
2.4 Bayi baru lahir ...................................................................................... 53
2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir ................................................... 53
2.4.2 Fisiologis Bayi Baru Lahir ......................................................... 54
2.4.3 Asuhan pada Bayi Baru Lahir. ................................................... 57
2.5 Keluarga Berencana .............................................................................. 60
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana ............................................ 60
2.5.2 Tujuan Program KB. .................................................................. 61
2.5.3 Konseling KB. ............................................................................ 61
2.5.4 Jenis-jenis alat kontrasepsi. ........................................................ 62

BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil ...................................................... 70
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin .................................................. 83
3.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ................................................... 93
3.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi baru lahir ............................................. 102
3.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana ..................................... 109

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Kehamilan ............................................................................................. 111

4.2 Persalinan ............................................................................................. 113


4.3 Nifas ..................................................................................................... 115
4.4 Bayi Baru Lahir .......................................................................................... 116
4.5 Keluarga Berencana ............................................................................. 127

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 119

5.2 Saran ..................................................................................................... 120


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Status gizi pra kehamilan ................................................................... 17

Tabel 2.2 Ukuran fundus uteri sesuai usia kehamilan ......................................... 18

Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil ........................................... 18

Tabel 2.4 Daftar diagnosa nomenklatur kebidanan ............................................ 23

Tabel 2.5 Penilaian dan intervensi selama kala 1 ............................................... 33

Tabel 2.6 Tinggi fundus uteri dan berat uterus masa involusi ............................. 46

Tabel 2.7 Perkembangan Sistem Pulmoner ........................................................ 55

Tabel 2.8 Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi baru lahir ...................... 59
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu


AKB : Angka Kematian Bayi
WHO : World Health Organization
KH : Kelahiran Hidup
SDGs : Sustainable Development Goals
ANC : Antenatal Care
NKKBS : Nilai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
SBR : Segmen Bawah Rahim
TFU : Tinggi fundus uteri
PAP : Pintu Atas Panggul
TT : Tetanus Toksoid
ASI : Air Susu Ibu
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
IMT : Indeks Massa Tubuh
LILA : Lingkar Lengan Atas
DJJ : Denyut Jantung Janin
PUS : Pasangan Usia Subur
KB : Keluarga Berencana
AKDR : Alat Kontrasepsi Bawah Rahim
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
IMS : Infeksi Menular Seksual
MAL : Metode Amenorea Laktasi
ISR : Infeksi Saluran Reproduksi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lemberan Pemerintahan Menjadi Subyek

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Ijin Praktik Klinik

Lampiran 4 Surat Balasan Klinik

Lampiran 5 Lampiran Partograf

Lampiran 6 Bukti Persetujuan Perbaikan Proposal

Lampiran 7 Bukti Persetujuan Perbaikan LTA

Lampiran 8 Kartu Bimbingan LTA

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu (AKI)
di dunia tahun 2015 mencapai 216/100.000 Kelahiran Hidup (KH) Angka
Kematian Bayi (AKB) diseluruh dunia 31/1.000 KH dan hampir semua kematian
ibu (99%) terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara
berkembang pada tahun 2015 adalah 239/100.000 KH dibandingkan dengan
negara maju yang hanya 12/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015
(Kemenkes, 2015).
Berdasarkan hasil Survey AKI dan AKB yang dilakukan oleh dinas
kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan FKM-USU tahun 2010 menyebutkan
bahwa AKI di Sumatera Utara sebesar 268/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
hasil survey maka angka kematian ini tidak mengalami penurunan sampai tahun
2013 (Dinkes Prop. SU, 2014)
Penyebab kematian ibu di Indonesia didominasi oleh tiga penyebab kematian
yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%, Infeksi 7,3%.
Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan terinfeksi cenderung
mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih
dari 25% kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK
(Kemenkes, 2015).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih difasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu

1
dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi pada ibu dan bayi,
kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga
berencana. Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan
terdiri dari yaitu 1) pelayanan kesehatan ibu hamil, 2) pelayanan imunisasi
Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil, 3) pelayanan kesehatan ibu
bersalin, 4) pelayanan kesehatan ibu nifas, 5) pelayanan/penanganan komplikasi
kebidanan, dan 6) pelayanan kontrasepsi (Kemenkes, 2015).
Intervensi yang dapat juga dilakukan untuk menurunkan angka kematian
dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu 1) peningkatan pelayanan antenatal yang
mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai, 2)
pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil,
pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, serta 3) pelayanan emergensi obstetrik
dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau
secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes, 2015)
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator cakupan K1 dan K4. Secara nasional, indikator kinerja cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2014 belum mencapai target
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan ditahun yang sama, yakni
sebesar 95%. Dapat diketahui bahwa terdapat tiga provinsi yang memiliki
cakupan pelayanan ibu hamil K4 yang kurang dari 50%, yakni Papua Barat
(39,74%), Maluku (47,87%), dan Papua (49,67%). Cakupan K1 tahun 2014
Sumatera Utara mengalami kenaikan yaitu 92,35%. Cakupan K4 Pada tahun 2014
yaitu 86,32%. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2014
adalah sebesar 86,70% (Kemenkes, 2014).
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada
tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong
persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian
pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Dalam analisis
Riskesdas terlihat bahwa penolong persalinan terbanyak dilakukan oleh bidan
(68,6%), kemudian oleh dokter (18,5%), lalu non tenaga kesehatan (11,8%).
Namun sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3%
kelahiran saja yang ditolong oleh perawat (Kemenkes, 2014).
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan dilakukan
untuk mengurangi resiko tersebut, antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28
hari) minimal tiga kali, satu kali di usia 0-7 hari pada kujungan neonatal pertama
(KN1) dan dua kali lagi di usia 8-28 hari pada kujungan neonatal ketiga (KN3)
kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) yang diukur dengan indikator
kunjungan neonatal (KN) yang dimana pencapaian KN lengkap 93,33% dan KN1
97,07% di Indonesia pada tahun 2014. Capaian ini telah memenuhi target Renstra
tahun 2014 sebesar 90% untuk KN1 dan 88% untuk KN lengkap. Terdapat 17
provinsi yang telah memenuhi target tersebut, salah satunya Provinsi Sumatera
Utara dengan cakupan KN1 95,84% dan KN lengkap 89,97% (Kemenkes, 2015).
Pada ibu nifas perlu diperhatikan pelayanan untuk menurunkan angka
kematian ibu karena merupakan masa kritis bagi ibu. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu pada masa nifas dalam 24 jam pertama yaitu perdarahan post
partum. Pada ibu nifas perlu pelayanan kesehatan yang sesuai standar, yang
dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada
enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai
dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
pasca persalinan. Pada tahun 2014, cakupan kunjungan nifas di Provinsi Sumatera
Utara sudah mencapai 94,15% (Kemenkes, 2014).
Sejalan dengan peraturan pemerintah Keluarga Berencan (KB) merupakan
salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi
4T yaitu terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia
35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang
lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin
(Kemenkes, 2014) .
Untuk mencegah semakin parahnya “4T” dan penyebab kematian ibu yang
lainnya seperti perdarahan, preeklamsi, dan abortus yaitu dengan cara membatasi
atau mengatur jarak, salah satunya yang memungkinkan dengan program KB. Di
Indonesia didapatkan data persentase unmet need(PUS yang bukan peserta KB)
pada tahun 2014 sebesar 14,87% (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan data diatas untuk mendukung pembangunan kesehatan, maka
saya tertarik melakukan Asuhan Kebidanan continuity of care pada Ny.S usia 32
tahun dengan G3 P2 A0 usia kehamilan 32 minggu dimulai dari masa kehamilan
sampai KB di Klinik Bersalin Helen pada tahun 2017 sebagai Laporan Tugas
Akhir. Penulis memilih Klinik Bersalin Helen sebagai tempat melakukan Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil sampai dengan KB dimana klinik tersebut terjangkau
dengan rumah pasien yaitu Ny.S dan klinik tersebut memiliki fasilitas yang
lengkap dan memadai serta pelayanan yang baik dimana klinik melayani
kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi, dan KB.

1.2. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan


Ruang lingkup asuhan diberikan pada ibu hamil, bersalin, masa nifas,
neonatus dan KB, maka pada penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mahasiswa
melakukan secara continuity of care (asuhan berkelanjutan).

1.3. Tujuan Penyusunan LTA


1.3.1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan Asuhan Kehamilan pada Ny.S di Klinik Bersalin
Helen
2. Melaksanakan Asuhan Persalinan pada Ny.S di Klinik Bersalin
Helen
3. Melaksanakan Asuhan Nifas pada Ny.S di Klinik Bersalin Helen
4. Melaksanakan Asuhan Bayi Baru Lahir pada Ny.S di Klinik
Bersalin Helen
5. Melaksanakan Asuhan Keluarga Berencana pada pada Ny.S di
Klinik Bersalin Helen
6. Melaksanakan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan yang telah
dilakukan pada Ny.S mulai dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, sampai keluarga berencana.

1.4. Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan


1.4.1. Sasaran
Ibu hamil usia 32 tahun, G3 P2 A0, usia kehamilan 32 minggu
1.4.2. Tempat
Klinik Helen Jln. Bunga Rinte Gg Mawar I
1.4.3. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan mulai dari bulan Februari
2017 sampai dengan bulan juni 2017

1.5. Manfaat
1.5.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Pelayanan
Kebidanan serta referensi bagi mahasiswa dalam memahami
pelaksanaan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.
b. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam
proses perkuliahan serta mampu memberikan asuhan Kebidanan
secara berkesinambungan yang bermutu dan berkualitas.
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di
lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan neonatus dan KB
b. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan
mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan secara komprehensif dan untuk tenaga kesehatan
dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing
kepada mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang
berkualitas.
c. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang komprehensif yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Walyani, dkk, (2015) Kehamilan adalah hasil dari “kencan”
sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk memenuhi sel
telur (ovum) betul – betul penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang
di keluarkan, hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat sel telur.
Dari jumlah yang sudah sedikit hanya 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur.
Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,yaitu :
Trimester pertama : dari konsepsi sampai 3 bulan(0-12 minggu)
Trimester kedua : dari bulan kempat sampai 6 bulan (13-27 minggu)
Trimester ketiga : dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)
2.1.2 Perubahan Kehamilan
1. Perubahan dan adaptasi psikologi trimester III
Menurut Rukiyah, dkk, (2013) perubahan psikologi yang terjadi selama
trimester III sering disebut sebagai periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk
yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran sangbayi. Perasaan was-
was mengingat bayi dapat lahir kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan
memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Respon psikologi trimester ketiga, calon ibu sudah menyusuaikan diri,
kehidupan psikologi emosional dikuasi oleh perasaan dan pikiran mengenai
persalinan yang akan datang rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan
kelahiran meningkat, yang menjadi perhatian yaitu rasa sakit, luka saat
melahirkan, kesehatan bayinya, kemampuan menjadi ibu yang bertanggung
jawab, dan bagaimana perubahan hubungan dengan suami, ada gangguan tidur.
Harus di jelaskan tentang proses persalinan dan kelahiran sejelas-jelasnya agar
timbul kepercayaaan diri pada ibu bahwa dia dapat melalui peroses persalinan
dengan baik informend consent, komunikasi yang baik dengan ibu.
2. Perubahan dan Fisiologis Kehamilan trimester III
Menurut Rukiah, dkk, 2013) Perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester
III adalah sebagai berikut :
A. Perubahan Fisiologis
1. Uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram
(berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5
cm. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat
penting diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah
wanita tersebut hamil fisiologi, hamil ganda atau menderita penyakit
seperti molahidatidosa dan sebagainya. Pada kehamilan 28 minggu,
fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat atau 1/3 jarak antara
pusat ke prosssus xipoideus. Atau 24 – 25 cm di atas sympisis.
a. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara ½ jarak
pusat dan prossesus xipoideus atau 27 cm di atas sympisis.
b. Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari
dibawah prossesus xipoideus. Atau 30 cm diatas sympisis. Pada
trimester III, istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah
rahim (SBR). Pada kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas
uterus menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis (tampak
batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran
retraksi fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih
tebal daripada SBR.
2. Serviks Uteri
Vaskularasi ke serviks meningkat selama kehamilan, sehingga
serviks menjadi lunak dan warnanya jadi biru perubahan serviks
terutama terdiri atas jaringan fibrosa. Glandula serviks mensekresikan
lebih banyak mucus dan plack bahan mukus yang akan menutupi
kanalis servikalis. Fungsi utama dari plak mukus ini adalah untuk
menutup kanalis servikalis dan untuk memperkecil resiko infeksi
genitel meluas keatas. Menjelang akhir kehamilan kadar hormon
relaksin memberikan pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada
serviks.
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis
servikalis setinggi ostium interna bersama – sama isthmus uteri.
Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak
serta berdilatasi selama minggu – minggu terakhir kehamilan sehingga
memungkinkan segmen tersebut menampung presenting part janin.
Serviks bagian bawah baru akan menipis dan menegang setelah
persalinan terjadi.
4. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami
perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula
tampak lebih merah dan agak kebiru-biruan (livide) disebut tanda
chadwick. Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah
alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat.
Apabila terjadi kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka
perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan
kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai
meningkat dan lebih kental.
5. Sirkulasi Darah
Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak usia
kehamilan 32 minggu. Walaupun kadar hemoglobin ini menurun
menjadi ± 120 g/L. Pada minggu ke-32, wanita hamil mempunyai
hemoglobin total lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak
hamil. Bersamaan itu, jumlah sel darah putih meningkat, demikian
juga hitung trombositnya. Untuk mengatasi pertambahan volume
darah, curah jantung akan meningkat ± 30% pada minggu ke-30.
Kebanyakan peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh
meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung
meningkat ± 15%. Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat
kecenderungan peningkatan tekanan darah.
6. Sistem Pernapasan
Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang
membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak. Hal tersebut mengakibatkan kebanyakan wanita hamil
mengalami derajat kesulitan bernafas.
7. Traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan
sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan
kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh
adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga
laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%.
2.1.3. Kebutuhan Kesehatan Ibu
Menurut Walyani (2015) kebutuhan kesehatan ibu hamil trimester III
adalah sebagai berikut :
A.Kebutuhan Nutrisi
1. Kalori
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000 – 80.000 kilo
kalori (kkal), dengan pertamabahan berat badan sekitar 12,5 kg.
Pertambahan kalori ini diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir.
Untuk itu tambahan kalori yang diperlukan setiap hari adalah sekitar
285 - 300 (kkal). Agar kebutuhan kalori terpenuhi anda harus
mengkonsumsi makanan dari sumber karbohidrat dan lemak.
2. Vitamin B6
Vitamin ini diperlukan untuk menjalankan lebih dari 100 reaksi kimia
didalam tubuh yang melibatkan enzim. Selain membantu metabolisme
asam amino, karbohidrat, lemak dan pembentukan sel darah merah.
Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah sekitar 2,2
miligram sehari. Makanan hewani adalah sumber yang kaya akan
vitamin ini.
3. Yodium
Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang berperan
mengontrol setiap metabolisme sel baru yang tebentuk. Bila kekurangan
senyawa ini, akibatnya proses perkembangan janin, termasuk otaknya
terhambat dan terganggu. Janin akan tumbuh kerdil. Angka yang ideal
untuk konsumsi yodium adalah 175 mikrogram perhari.
4. Tiamin (vitamin B1), Riboflavin (B2), Nitasin (B3)
Deretan Vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur
metabolisme sistem pernafasan dan energi. Ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi tiamin sekitar 1,2 miligram perhari, riboflavin sekitar
1,2 miligram perhari, dan niasin sekitar 11 miligram perhari. Ketiga
vitamin ini bisa anda dapat konsumsi dari keju, susu, kacang-kacangan,
hati dan telur.
5. Air
Kebutuhan ibu hamil di trimester III ini bukan hanya dari makanan tapi
juga dari cairan. Air sangat penting untuk pertumbuhan sel – sel baru,
mengatur suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolisme
zat-zat gizi, serta mempertahankan volume darah yang meningkat
selama masa kehamilan. Sebaiknya minum 8 gelas air putih perhari.
Selain air putih bisa pula dibantu dengan jus buah, dan buah-buahan.
B. Personal Hygiene
Personal hygien pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan
oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang
kotor yang banyak mengandung kuman – kuman. Kebersihan harus dijaga
pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu
hamil cenderung mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri
terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan
cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut
perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang,
terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa
hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat
menimbulkan caries gigi.
C. Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia
termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil
sehingga akan mengganggu kebutuhan oksigen pada ibu yang akan
berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut
diatas perlu dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen, maka ibu hamil
perlu melakukan :
1. Latihan nafas melalui senam hamil
2. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
3. Makan tidak terlalu banyak
4. Kurangi atau hentikan merokok
5. Konsulkan ke dokter bila ada keluhan atau kelainan.
D. Kebutuhan Pakaian
Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk/pita
yang menekan bawah dibagian perut/pergelangan tangan, pakaian juga
tidak baik terlalu ketat dileher, stoking tungkai yang sering digunakan oleh
sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi
darah. Pakaian wanita hamil harus ringan dan menarik karena wanita
hamil tubuhnya akan tambah menjadi besar. Sepatunya harus terasa pas,
enak dan aman, sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik bagi
kaki, khususnya pada saat kehamilan ketika stabilitas tubuh terganggu dan
cidera kaki yang sering terjadi.
E. Seksual
Hubungan seksual selama masa kehamilan tidak dilarang selama tidak
ada riwayat penyakit seperti berikut ini :
1. Sering abortus dan kelahiran prematur
2. Perdarahan perpaginam
3. Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan
4. Bila ketuban sudah pecah coitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intra uteri.
5. Pada trimester pertama minat menurun pada trimester (3 bulan)
pertama, biasanya gairah seks menurun. Jangankan kepingin bangun
tidur saja sudah didera morning sicknes, lemas, malas. Fluktuasi,
kelelahan dan rasa mual dapat menghisap semua keinginan untuk
melakukan hubungan seks. Pada trimester kedua minat meningkat
kembali, umumnya libido timbul kembali. Tubuh sudah dapat
menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan. Pada trimester ketiga
minat menurun lagi, libido dapat turun kembali ketika kehamilan
memasuki trimester ketiga karena rasa pegel di punggung dan pinggul,
tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya
janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual, itulah
beberapa penyebab menurunnya minat seksual.
2.1.4. Tanda Bahaya pada Ibu Hamil Trimester III
Menurut Walyani (2015) tanda-tanda bahaya kehamilan adalah sebagai
berikut :
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah
perdarahan pada trimester dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada
kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan
kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.
2. Sakit Kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Sakit kepala
yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsi.
3. Penglihatan Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah
dalam kehamilan, perubahan ringan normal. Masalah visual yang
mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa ibu adalah perubahan
visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang.
4. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan
fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan
preeklampsi.
5. Keluar Cairan Pervaginam
Keluar cairan berupa air dari vagina sebelum proses persalinanberlangsung
merupakan pertanda ketuban pecah dini.
6. Gerakan janin tidak terasa.
2.1.5. Asuhan Kehamilan
a. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetric untuk optimalisasi maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan (P.Sarwono, 2014).
b. Jadwal Pemeriksaan ANC
Frekuensi pelayanan ANC oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu
hamil dalam pelayanan ANC, selama kehamilan dengan ketentuan:
1. 1 kali kunjungan pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2. 1 kali kunjungan pada trimester kedua (antara 14 – 28 minggu)
3. kali kunjungan pada trimester ketiga (Sebelum 28 - 36 minggu)
c. Asuhan Trimester III
Menurut Kemenkes (2014), Asuhan yang dilakukan pada kehamilan
trimester III membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan ibu
dan ibu hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan
pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan, memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan ibu menghadapi komplikasi, mendorong perilaku yang sehat (Gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya), kewaspadaan khusus mengenai
preeklamsi, palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda,
deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran
di rumah sakit.
Tanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia dapat pada trimester III
kehamilan sebelumnya dan tanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan
ibu. Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi asuhan kehamilan tersebut pada
kehamilan sekarang (Walyani, dkk. 2015).
Tujuan dari peninjauan data kunjungan kunjungan pertama adalah agar bidan
dapat menemukan masalah, persoalan dan aspek kasus yang berhubungan dengan
ibu hamil tersebut.
Pemeriksaan pada kunjungan ulang
1. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat dasar kunjungan ulang di buat untuk mendeteksi tiap gejala
atau indikasi keluhan atau ketidaknyamanan yang mungkin dialami ibu
hamil saat kunjungan terakhirnya. Ibu hamil di tanya tentang hal
tersebut:
1. Gerakan janin
2. Setiapmasalah atau tanda-tanda bahaya
a) Nyeri kepala
b) Gangguan penglihatan
c) Bengkak pada muka dan tangan
d) Gerakan janin yang berkurang
e) Nyeri perut yang sangat hebat
3. Keluhan –keluhan yang lazim saat kehamilan
a) Mualdan muntah
b) Sakit punggung
c) Kram kaki
4. Kehawatiran-kehawatiran lainnya
a) Cemas menghadapi persalinan
b) Rasa hawatir akan kondisi kandung/janin
d. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal
Menurut Walyani (2015) Pelayanan antenatal yang di lakukan diupayakan
memenuhi standar kualitas 10 T, yaitu :
1. Timbang berat badan dan tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil
pengukuran < 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau
berkunjungan untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.
Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata 6,5 Kg – 16 Kg. Indeks Massa
Tubuh (IMT) merupakan indikator sederhana dari korelasi antara tinggi
dan berat badan. Pada Tabel dibawah ini dijelaskan status gizi IMT
prakehamilan dan total penambahan berat badan selama kehamilan. Cara
ini digunakan untuk mengukur ideal atau tidaknya berat badan ibu
selama hamil.

IMT = BB(kg)
TB (m)²
Tabel 2.1
Status Gizi Pra Kehamilan
Status gizi pra Rata – rata kenaikan Total penambahan
kehamilan berat di trimester 2 berat badan selama
dan 3 Kg / minggu kehamilan (Kg)
IMT <19,8 (Kurus) 0,5 12,5 – 18
IMT 19,8- 26 0,4 11,5 -16
(Normal)
IMT 26 - 29 (Over weight) 0,3 7 - 11,5
IMT > 29 (Obesitas) 0,2 ≥7
Gemeli 16-20,5
Sumber : Walyani S.E. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan , Yogyakarta hal.58
2. Tekanan Darah Tekanan Darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjungan. Deteksi tekanan
darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan
preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan kearah anemia.
Tekanan darah normal 110/80 mmhg atau 120/80 mmhg.
3. Nilai Status Gizi ( Ukur Lingkar Lengan Atas )
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan suatu cara
untuk mendeteksi dini adanya, Kurang Energi Kronis (KEK) atau
kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer
nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan
berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Kurang Energi Kronis atau KEK (ukuran LILA <23,5 cm), yang
menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam
jumlah maupun kualitasnya.
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri.
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri menggunakan teknik
Mc.Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu
dan hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil pemeriksaan anamnesis
hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai
dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan usia kehamilan (UK)
dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT. Pada Tabel dibawah ini
dapat kita lihat ukuran fundus uteri yang sesuai dengan usia kehamilan.
Tabel 2.2
Ukuran Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU) Tinggi Fundus
(Minggu) Menurut Leopold Uteri (TFU)
Menurut
Mc.Donald
12-16 Minggu 1-3 jari diatas simfisis 9 Cm
16-20 Minggu Pertengahan pusat simfisis 16-18 Cm
20 -24Minggu 3 jari di bawah pusat simfisis 20 Cm
24 -28Minggu Setinggi pusat 24-25 Cm
28-32 Minggu 3 jari di atas pusat 26,7 Cm
32-34 Minggu Pertengahan pusat - prosesus 29,5-30 Cm
xiphoideus (PX)
36-40 Minggu 2-3 jari dibawah prosesus 33 Cm
xiphoideus (PX)
40 Minggu Pertengahan pusat prosesus 37,7 Cm
xiphoideus (PX)
Sumber : Sofian Amru,2013
5. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Lengkap
Imunisasi Tetanus Toksoid harus segera di berikan pada saat seorang
wanita hamil untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping
TT yaitu nyeri kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat
penyuntikan. Dilakukan secara intermusculer (IM), dengan dosis 0,5 ml.
Pada Tabel dibawah ini dijelaskan jadwal kunjungan Imunisasi TT yang
harus diberikan pada wanita hamil.

Tabel 2.3
Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
Antigen Interval (Selang Waktu Lama %
Minimal) Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99
hidup
Sumber : Walyani S.E. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan, Yogyakarta, hal 81
6. Pemberian Tablet Zat Besi, Minum 90 Tablet Selama Kehamilan.
Dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat
besi 60) dan asam folat 500 mikogram. Minimal masing - masing 90
tablet besi. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin C bersama dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin C dapat membantu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi
yang dikonsumsi dapat diserap sempurna oleh tubuh.
7. Tentukan Persentasi Janin dan Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ)
Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi dari dini ada
atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut
(hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan dan infeksi).
Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk
memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan
pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu/4 bulan. DJJ Normal : antara 120-160 kali /menit.
8. Pelaksanaan temuwicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling termasuk keluarga berencana
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), Pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
pernah dilakukan sebelumnya)
10. Tatalaksana kasus
e. Asuhan yang Diberikan
Asuhan yang diberikan kepada ibu hamil menurut (Walyani 2015) adalah :
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang diambil dari hasil anamnese/pertanyaan
yang diajukan kepada klien sendiri atau keluarga. Dalam anamnesa hal yang perlu
dikaji adalah sebagai berikut :
a. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama dan alamat
b. Keluhan Utama
Sadar/tidak akan memungkinkan hamil, apakah semata-mata ingin periksa
hamil, atau ada keluhan atau masalah lain yang dirasakan.
c. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang meliputi HPHT dan apakah normal, gerak janin
(kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi), masalah atau
tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-
obatan (termasuk jamu-jamuan), kekwatiran-kekwatiran yang dirasakan oleh ibu.
d. Riwayat Kebidanan yang Lalu
Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup,
persalinan aterm, persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (forceps, vakum, atau operasi seksio sesaria), riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan, atau nifas sebelumnya, kehamilan dengan
tekanan darah tinggi, berat badan bayi <2.500 gram atau >4.000 gram, dan
masalah-masalah lain yang dialami ibu.
e. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat dahulu dan
sekarang seperti masalah-masalah cardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria,
penyakit menular seksual (PMS), atau HIV/AIDS, dan lain-lain.
f. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan keluarga
terhadap kehamilan ibu, riwayat keluarga berencana(KB), dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan
makan, kebiasaan hidup sehat, merokok dan minuman-minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan
petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan.
2. Data objektif
Pemeriksaan umum seperti keadaan umum ibu hamil yang fisiologis baik dan
kesadaran umumnya juga composmentis. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan, suhu badan. Berat badan, tinggi badan, dan lingkar
lengan atas(LILA), serta indeks massa tubuh (IMT).
a. Inspeksi
 Muka
Periksa palpebra, konjungtiva, dan sklera. Periksa palpebra untuk memperkirakan
gejala oedem umum. Periksa konjungtiva dan sklera untuk memperkirakan adanya
anemia dan ikterus
 Mulut/ gigi
Periksa adanya karies, tonsilitis dan faringitis. Hal tersebut merupakan sumber
infeksi.
 Jantung
Infeksi bila ada sesak, kemungkinan ada kelainan jantung yang dapat
meningkatkan terjadinya resiko yang lebih tinggi baik bagi ibu mupun bayinya.
 Payudara
Bentuk payudara, benjolan, pigmentasi putting susu. Palpasi adanya benjolan
(rumor mamae) dan colostrum
 Abdomen
Inspeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan kemungkinan
asites, tumor, ileus dan lain-lain)
 Tangan dan tungkai
Inspeksi pada tibia dan jari untuk melihat adanya adanya oedema dan varises. Bila
terjadi oedem pada tempat-tempat tersebut kemungkinan terjadinya preeklampsia
 Vulva
Inspeksi untuk mengetahui adanya oedem, varises, keputihan, perdarahan, luka,
cairan yang keluar dan sebagainya.
b. Palpasi
Adapun palpasi yang dilakukan menurut leopold adalah sebagai berikut :
1) Leopold I: Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada di
bagian fundus dan mengukur tinggi fundus uteri
2) Leopold II : Untuk mengetahui bagian janin yang terletak dikiri atau dikanan
3) Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin atau presentasi janin
4) Leopold IV : Untuk menentukan bagian janin yang sudah masuk PAP
Tafsiran berat badan janin (TBJ) menurut (Kusmiyati, 2010) menggunakan
rumus dengan usia kehamilan :
(TFU-n) x 155 = ... gram
N= 13 jika kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP)
N= 12 jika kepala berada di atas pintu atas panggul (PAP)
N= 11 jika kepala sudah masuk pintu atas panggul (PAP)
c. Auskultasi
Auskultasi dengan menggunakan stestoskop monoral atau doopler untuk
menentukan DJJ setelah umur kehamilan 18 minggu, yang meliputi frekuensi,
keteraturan dan kekuatan DJJ. DJJ normal adalah 120 sampai 160 per menit.
d. Perkusi
1) Nyeri ginjal mengetahui adanya peradangan/ infeksi nyeri pada perkusi
2) Pada lutut untuk mengetahui refles patela pada ibu
3. Analisa
Diagnosa Kebidanan ditegakkan berdasarkan daftar Diagnosa Nomenklatur
Kebidanan

Tabel 2.4
Daftar Diagnosa Nomenklatur Kebidanan
1. Persalinan Normal 37. Malaria Berat Dengan
2. Partus Normal Komplikasi
3. Syok 38. Malaria Ringan dengan
4. DJJ tidak normal Komplikasi
5. Abortus 39. Mekonium
6. Solusio Plasenta 40. Meninghitis
7. Akut Pyelonephritis 41. Metritis
8. Amnionitis 42. Migrain
9. Anemia Berat 43. Kelamilan Mola
10. Apendiksitis 44. Kehamilan Ganda
11. Atonia Uteri 45. Partus Macet
12. Infeksi Mammae 46. Posisi Occiput Posterior
13. Pembengkakan Mamae 47. Posisi Occiput Melintang
14. Presentasi Bokong 48. Kista Ovarium
15. Asma Bronkialis 49. Abses Pelvik
16. Presentasi Dagu 50. Peritonitis
17. Disproporsi Sevalo Pelvik 51. Plasenta Previa
18. Hipertensi Kronik 52. Pneumonia
19. Koagilopati 53. Preeklampsi ringan/ berat
20. Persentasi Ganda 54. Hipertensi karena
21. Cytitis Kehamilan
22. Eklampsia 55. Ketuban Pecah Dini
23. Kelainan Ektopik 56. Partus Prematurus
24. Ensephalitis 57. Prolapsus Tali Pusat
25. Epilepsi 58. Partus Fase Laten Lama
26. Hidramnion 59. Partus Kala II Lama
27. Presentasi Muka 60. Sisa Plasenta
28. Persalinan Semu 61. Retensio Plasenta
29. Kematian Janin 62. Ruptur Uteri
30. Hemorargik Antepartum 63. Bekas Luka Uteri
31. Hemorargik Postpartum 64. Presentasi Bahu
32. Gagal Jantung 65. Distosia Bahu
33. Inersia Uteri 66. Robekan Servik dan
34. Infeksi Luka Vagina
35. Invertio Uteri 67. Tetanus
36. Bayi Besar 68. Letak Lintang
4. Perencanaan
Setiap Kehamilan dalam perkembangannya mempunyai resiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh kerena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan
secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal berkualitas
seperti :
1. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat
2. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/ komplikasi
kehamilan
3. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
4. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi
5. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
bila diperlukan
6. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan gizi ibu hamil, menyiapakan persalinan dan kesiagaan
apabila terjadi penyulit/koplikasi.
2.1. Persalinan
2.2.1. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir (Sondakh, dkk, 2013). Persalinan adalah serangkaian
kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir
cukup bulan disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Kuswanti, dkk, 2014).
2.2.2. Tanda tandaPersalinan
Menurut Walyani (2015) tanda-tanda mulainya persalinan adalah sebagai
berikut :
1. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Pada multigravida tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
3. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian tertekan oleh bagian terbawah janin
4. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi –
kontraksi lemah dari uterus, kadang – kadang disebut dengan fase labor
pains
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah,
bisa bercampur darah (bloody show).
Tanda- tanda inpartu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan– robekan kecil pada serviks
b. Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya
c. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
2.2.3. Tahapan Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala,
1. Kala I : Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase Laten
Fase yang di mulai pada pembukaan serviks 0 dan berakhir sampai
pembukaan serviks mencapai 3cm. Pada fase ini kontraksi uterus
meningkat. Frekuensi, durasi dan intensitasnya setiap 10 – 20 menit,
lama 50 – 20 detik dengan intensitasnya yang kuat.
b. Fase aktif ( kuswanti, dkk, 2014 )
Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu:
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjad 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap atau 10 cm.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan
mendorong janin hingga keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas
a) His terkodinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.
b) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan.
c) Tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB
d) Anus membuka lama pada kala II ini pada primi dan multipara
berbeda yaitu:
1. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
2.Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
3. Kala III (Pengeluaran Uri)
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi
lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, beberapa saat kemudian timbul his
pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit placenta terlepas dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan, seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pada pengeluaran plasenta
biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4.Kala IV (Tahap Pengawasan)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan selama kurang lebih dua jam. Di tahap ini ibu masih
mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, berasal dari pembuluh
darah didinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa
hari ibu akan mengeluarkan cairan sedikit yang disebut lokia yang berasal
dari sisa-sisa jaringan.
2.2.4 Perubahan persalinan
1. Perubahan Psikologis
Menurut Walyani, dkk, 2015 Perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar
terjadi pada setiap orang, namun ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan
penolong persalinan. Perubahan psikologi pada persalinan perubahan psikologi
keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi,
tergantung pada persiapan dan bimbingan yang ia terima selama persiapan
menghadapi persalinan, dukungan yang di terima dari pasangannya, orang
terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, maupun lingkungan tempat wanita
tersebut berada Perubahan psikologi yang dapat terjadi pada ibu dalam persalinan
sebagai berikut :
a. Perasaan tidak enak
b. ibu merasa cemas
c. takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapinya
d. sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
e. menganggap persalinan sebagai percobaan
f. apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
g. apakah bayinya normal atau tidak
h. apakah ia sanggup merawat bayinya.
i. Perasaan nyaman dan tenang ibu pada masa persalinan dapat
diperoleh dari dukungan suami, keluarga, penolong persalinan, dan
lingkungan. Perasaan ini dapat membantu ibu untuk mempermudah
proses persalinan
2. Perubahan fisiologis pada persalinan
a) Perubahan fisiologis pada kala 1 (Kuswantidkk,2014)
1. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-
rata 5-10 mmHg. Tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk
persalinan.
2. Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat akan naik secara
perlahan. Kenaikan ini disebabkan oleh kecemasan serta kegiatan
otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat
tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, dan
kehilangan cairan
3. Perubahan suhu badan
Selama persalinan suhu badan akan sedikit meningkat, suhu
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera turun setelah
persalinan. Kenaikan dianggap normal jika tidak melebihi 0,5-1o.
4. Perubahan denyut jantung
Denyut jantung di antara kontrasi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Denyut
jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal,
meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk
mengidentifikasi adanya infeksi.
5. Pernapasan
Pernapasan terjadi sedikit kenaikan dibanding dengan sebelum
persalinan, kenaikan pernapasan ini dapat disebabkan karena adanya
rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan tekhnik pernapasan yang
benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan
pernapasan (untuk menghindari hiperventilasi).
6. Perubahan hematologis
Hb akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan dan kembali ke
tingkat prapersalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila
tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan.
7. Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastric serta penyerapan makanan padat
berkurang. Lambung yang penuh dapat menimbulkan adanyan rasa
ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan tidak makan terlalu
banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum semuanya
untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
b. Perubahan fisiologis Kala II
Perubahan fisiologis yang secara umum terjadi pada persalinan kala II
adalah :
1) His menjadi lebih kuat dan lebih sering
2) Timbul tenaga untuk meneran
3) Perubahan dalam dasar panggul
4) Lahirnya fetus
c. Perubahan fisiologi kala III(Walyani, dkk,2016 )
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di
atas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya, tempat implementasi plasenta
mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi
lanjutan sehingga plasenta terlepaskan dari perlengketannya dan
pengumpulan darah, pelasenta akan mendorong plasenta keluar.
d. Perubahan fisiologi kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta
lahir hal-hal yang perlu di perhatikan adalah kontraksi uterus sampai
uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan
rangsangan taktil (masase) untuk merangsang terus berkontraksi baik dan
kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak
ada yang tersisa dalam uterus serta benar-benar di jamin tidak terjadi
perdarahan lanjut.
2.2.5 Kebutuhan dasar ibu bersalin
Kebutuhan dasar ibu bersalin menurut Walyani, dkk (2016) adalah sebagai
berikut:
a. Dukungan fisik dan psikologis
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan
takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara. Perasaan takut bisa
meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu menjadi cepat lelah, yang
pada akhirnya akan menghambat proses persalinan. Bidan adalah orang yang di
harapkan ibu sebagai pendamping persalinan yang dapat di andalkan serta mampu
memberikan dukungan, bimbingan, dan pertolongan persalinan. Bidan harus
mampu memberikan kehadiran dengan kondisi sebagai berikut :
1) Selama bersama pasien, bidan harus berkonsentrasi penuh untuk
mendengarkan dan melakukan observasi.
2) Membuat kontak fisik, misalnya mencuci muka pasien, menggosok
punggung, memegang tangan pasien, dan lain-lain.
3) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang dan
bisa menenangkan pasien).
Ada lima kebutuhan dasar bagi perempuan dalam persalinan menurut
lesser dan keane:
a. Asuhan fisik dan psikologis
b. Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus
c. Pengurangan rasa sakit
d. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
e. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
b. Kebutuhan makanan dan cairan
Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, karena
makanan padat lebih lama tinggal dalam lambung daripada makanan cair,
sehingga proses pencernaan berjalan lebih lambat selama persalinan. Bila ada
pemberian obat, dapat juga merangsang terjadinya mual/muntah, yang bisa
mengakibatkan terjadinya aspirasi ke dalam paru-paru. Untuk mengurangi
dehidrasi, pasien boleh diberi minuman segar (jus, buah, sup, dll) selama proses
persalinan, namun bila mual atau muntah dapat diberikan cairan IV (RL).
c. Kebutuhan eliminasi
Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan.
Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila pasien
tidak mampu berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi, karena kandung
kemih yang penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain itu,
juga akan meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali pasien, karena
bersamaan dengan munculnya kontraksi uterus. Rectum yang penuh akan
mengganggu penurunan bagian terbawah janin, namun bila pasien mengatakan
ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk
pada kala II.
d. Posisioning dan aktifitas
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa
disadari, dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar
tenang dan rileks, bisa mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi
yang di inginkan ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan bidan adalah
mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun, menyarankan alternatif-
alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi diri
sendiri maupun bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk
melayani sebagai pendamping ibu, bidan bisa menawarkan dukungan pada orang
yang mendampingi tersebut. Saat bidan memberikan dukungan fisik dan
emosional dalam persalinan, atau membantu keluarga untuk memberikan
dukungan persalinan, bidan harus melakukan semuanya dengan penuh kasih
sayang, meliputi:
a. Aman, sesuai evidence based, dan memberi sumbangan pada keselamatan
jiwa ibu.
b. Memungkinkan ibu merasa nyaman dan aman secara emosional serta
merasa didukung dan didengarkan.
c. Menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan agama, dan ibu beserta
keluarganya sebagai pengambil keputusan.
d. Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai
teknologi canggih.
e. Memastikan bahwa informasi yang diberikan telah memadai serta dapat
dipahami ibu
Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut Varney’s
Midwifery :
a) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan
b) Pengaturan posisi
c) Relaksasi dan latihan pernapasan
d) Istirahat dan privasi
e) Penjelasan mengenai proses/ kemajuan/ prosedur yang akan dilakukan
f) Asuhan diri
g) Sentuhan dan masase
h) Pijatan ganda pada pinggul
i) Penekanan pada lutut
j) Pengeluaran suara
k) Visualisasi dan pemusatan perhatian

2.2.6 Asuhan Persalinan


a. Asuhan persalinan normal kala I (Kemenkes, 2013)
Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin pada kala I adalah :
1. Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
2. Jika ibu tampak gelisah/kesakitan biarkan ia berganti posisi sesuai
keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan untuk miring kiri, biarkan
ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya, serta
anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh muka
ibu, dan ajari tekhnik bernapas.
3. Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang
lain tanpa seizin ibu.
4. Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
besar/kecil.
5. Jaga kondisi ruangan sejuk untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
baru lahir, suhu ruangan minimal 25°C dan semua pintu serta jendela
harus tertutup.
6. Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
7. Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
8. Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograf.

Tabel 2.5
Penilaian dan Intervensi Selama Kala I

Parameter Frekuansi pada kala I Frekuansi pada kala I


laten aktif
Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Kontraksi tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Penuruna kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Warna cairan amnion Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Sumber : Kemenkes, 2013
9. Pasang infus intervena untuk pasien yang terindikasi
10. Isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien
11. Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan
12. Persiapan rujukan jika terjadi komplikasi

b. Asuhan persalinan pada kala II (Sarwono prawirohardjo, 2014)


Melihat tanda dan gejala kala dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua yaitu ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin
pada rektum atau vaginanya, perineum menonjol dan vulva membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan, dan mematahkan
ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
4. Lepas semua perhiasan yang di pakai, kemudian cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan keringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/ bersih.
5. Memakai sarung tangan steril atau DTT untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dan meletakkan
kembali di partus set atau wadah steril tanpa mengontaminasi tabung
suntik.
Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan
kapas atau kasa yang sudah di basahi air DTT dan buang kapas atau
kasa yang terkontaminasi dan lepas sarung tangan apabila
terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, lakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan
amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat kepala
sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160)
kali/menit. Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
Menyiapakan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
17. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi Lahirnya kepala
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering,
sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi. Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali
pusat lewat kepala bayi atau jika terlalu ketat, klem tali pusat di dua
titik lalu gunting diantaranya.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut
gerakka kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis. Gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jar-jari lainnya).
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, ambl tindakan yang sesuai.
30. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
c. Asuhan persalinan pada kala III (Sarwono prawirohardjo, 2014)
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu bagian tangan di atas kain yang berada di perut ibu,
tepat di tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus kearah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu kontraksi berikutnya.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali
pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah
15 menit menegangkan tali pusat, berikan dosis ulang oksitosin 10 unit
IM, lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh, minta keluarga
untuk menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya, segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 setelah bayi
lahir, jika terjadi perdarahan lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek,
lakukan eksplorasi.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan
jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil/masase.
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42. Menilai ulang uterus, pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan
tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan
klorin , membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau mengikat dengan simpul mati
sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat lagi satu simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan
kain bersih dan kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uuterus dan perdarahan
pervaginam yaitu setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin,
setiap 15 menit pada 1 jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam
kedua pascasalin Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana
atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik. Jika ditemukan
laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anastesi local dengan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis.
51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
52. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca salin dan setiap 30 menit selama
jam kedua pascasalin. Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama
2 jam pertama pascasalin dan lakukan tindakan yang sesuai untuk
temuan yang tidak normal.
d. Asuhan persalinan pada kala IV (Sarwono prawirohardjo, 2014)
Kebersihan dan Keamanan
53. Semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
55. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberi ASI dan anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minum dan makan.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.
b. Partograf
Pencatatan pada partograf menurut Kemenkes (2013) adalah sebagai berikut :
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi,
anamnesa, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan. Hal tersebut sangat
penting khususnya untuk membuat 1 keputusan klinis selama kala1 persalinan.
1. Pencatatan selama fase laten persalinan
Kala 1 dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif, yang
dibatasi oleh pembukaan serviks. Selama fase laten persalinan, semua
asuhan, pengamatan, dan pemeriksaan harus dicatat. Tanggal dan waktu
harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan.
Semua intervensi harus dicatat . kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan
dicatat secara seksama, yaitu sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin diperiksa setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus diperiksa setiap ½ jam
3) Nadi diperiksa setiap ½ jam
4) Pembukaan serviksa diperiksa setiap 4 jam
5) Penurunan diperiksa setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh diperiksa setiap 4 jam
7) Produksi urine, aseton, dan protein diperiksa setiap 2 sampai 4 jam
a. Pencatatan selama fase aktif persalinan
1. Informasi tentang ibu
2. Keselamatan dan kenyamanan janin
a. Denyut jantung janin
Penolong harus waspada bila DJJ dibawah 120 kali permenit
atas diatas 160 kali per menit
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam dan
nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat
temuan-temuan yang di temukan dan gunakan lambang-lambang
berikut :
U : Ketuban utuh belum pecah
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
c. Moulage (penyusupan tulang kepala janin)
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan
kepala janin, dan catat hasil nya menggunakan lambang-
lambang di bawah ini :
0 : tulang–tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat di palpasi
1 : tulang kepala janin dapat saling bersentuhan
2 : tulang–tulang kapa janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat dipisahkan
3 : tulang –tulang kapa janin saling tumpang tindih, dan tidak
dapat dipisahkan
3. Kemajuan persalinan
a. Pembukaan serviks
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “ X “ harus ditulis
di gais waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan
serviks pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah janin
Kata-kata “Turunya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5,
tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.
Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika kepala bisa di palpasi 4/5, tuliskan tanda “O” di
nomor 4, hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
bertindak pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan fase aktif
persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam ), maka harus dipertimbangkan
adanya penyulit.
4. Jam dan waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-6. Setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
5. Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima jalur kotak dengan
ditulis “ kontraksi per 10 menit “ setiap otak dinyatakan satu
kontraksi. Setiap 10 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam
10 menit dan lamanya kontraksi dalam satu detik.
Adapun simbol kontraksinya adalah sebagai berikut :
a. Beri titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya kurang dari 20 detik
b. Beri garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya kurang dari 20-40 detik
c. Beri garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya lebih 40 detik
6. Obat-obatan
a. Oksitosin
b. Obat-obatan lain dan cairan IV
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Nadi (•) tekanan darah ( ↕ ) dan suhu
8. Volume urine, protein atau aseton

2.2.6 Inisiasi Menyusui Dini (Rohani, dkk, 2014)


Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara
eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak
kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi
dapat menyusui sendiri. Apabila ruangan dingin, bayi diberi topi dan diselimuti.
Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses
menyusui dini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk
menyusu dan menolong bayi bila diperlukan. Keuntungan inisiasi menyusu dini
bagi ibu dan bayi adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
a.Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
b. Kontak memastikan prilaku optimum menyusui berdasarkan insting dan
diperkirakan dapat :
1. Menstabilkan pernapasan
2. Mengendalikan temperature tubuh bayi
3. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan
efektif
4. Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali pada berat lahirnya
dengan lebih cepat)
5. Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi
6. Memperbaiki pola tidur yang lebih baik
7. Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama
8. Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi
sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi
9. Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih
cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir
10. Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama
beberapa jam pertama hidupnya
2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu
1) Oksitosin :
a)Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pascapersalinan
lebih rendah
b) Merangsang pengeluaran kolostrum
c) Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi
d) Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir
dan prosedur pascapersalinan lainnya
2). Prolaktin :
a) Meningkatkan produksi ASI
b) Membantu ibu mengatasi stress
c) Menunda ovulasi
3). Keuntungan menyusu dini bagi bayi
a) Meningkatkan kecerdasan
b) Mencegah kehilangan panas
c) Merangsang kolostrum segera keluar
d) Memberikan kekebalan pasif yang segerakepada bayi
e) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
4). Keuntungan menyusu dini bagi ibu
1) Merangsang oksitosin dan prolaktin
2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
3) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
2.3. Nifas
2.3.1 Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian nifas
Masa Nifas atau Masa postpartum adalah mulai setelah partus selesai,
dengan berakhirnya setelah 6 minggu akan tetapi, seluruh otot genetalia baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan( Astutik, dkk 2015).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus menjalani
terselenggaranya pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu (prawirohardjo, 2014)
2.3.2 Perubahan Nifas
1. Perubahan Psikologis Ibu Masa Nifas
Adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas berbeda antara individu satu
dengan yang lainnya. Periode ini diekspresikan oleh reva rubin yaitu dalam
memasuki peran menjadi seorang ibu, seorang wanita mengalami masa adaptasi
psikologi yang terbagi dalam beberapa fase yaitu (Astutik, 2015).
a) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Hal ini membuat ibu
cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya.
b) Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai
perasaan sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung dan marah.
c) Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu (walyani,2015)
2. Perubahan fisiologis ibu masa nifas
1) Sistem kardiovaskuler
denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat setelah melahirkan
karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban
jantung meningkat yang dapat diatasi dengan hemakonsentrasi sampai
volume darah kembali normal dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula (Walyani ,dkk, 2015)
2) Sistem raproduksi
a.Uterus
Setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus
uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis,
atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan
kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalamrongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi dari luar (Saleha,
2013).
Tabel 2.5
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi TFU Berat
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, atau 2 jari 1.000 gr
dibawah pusat
1 minggu Pertengan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
Sumber : Siti Saleha, 2013 . Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifashal 84
c. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas (Walyani, dkk,2015)
Macam-macam lochea :
a) Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel disidua, verniks kasesosa, lanugo, dan mekonium, selama
2 hari pospartum.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari 3-7 postpartum
c) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berwarna lagi,
pada hari ke 7-14 postpartum
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
f) Lochea statis : lochea tidak lancar keluarnya
1. Serviks
Servik mengalami involusi bersam-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3
jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
2. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yangsangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil.
3. Perineum
Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal hari ke 5 perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan.
4. Payudara
Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron
menurun, prolaktin dilepaskan dan sintetis ASI dimulai. Suplai
darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan
vasculer sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli
dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi
untuk keberlangsungan laktasi. Pelepasan oksitosin dari kelenjer
hipofisis posterior distimulasi oleh isapan bayi. Oksitosin juga
menstimulasi kontraksi miometrium pada uterus, yang biasanya
dilaporkan wanita sebagai afterpain (nyeri kontraksi uterus setelah
melahirkan). Asi yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya
±150-300 ml, asi dapat dihasilkan oleh kelenjar susu yang
dipengaruhi oleh kerja hormon-hormon, di antaranya hormon
laktogen. Asi yang akan pertama muncul pada awal nifas adalah asi
yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan
kolostrum. Kolostrum ini menjadi imun bagi bayi karena
mengandung sel darah putih.
Perubahan pada payudara :
a) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan
peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.
b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi
pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan
c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi.
5. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian
ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
2.3.3 Kebutuhan dasar masa nifas
Kebutuhan dasar masa nifas menurut ( Saleha, 2013) yaitu :
a. Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2. Makan dan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat giji, setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya malalui ASI
b.Ambulasi
Ambulasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang ibu
postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48
jam posrpartum. Keuntungan ambulasi dini adalah sebagai berikut :
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi
2. Faa; usus dan kandung kemih lebih baik
3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit misalnya
memandikan, mengganti pakaian, dam memberi makan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan ekonomi. Menurut penelitian-
penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai
pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang
abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau
retrotexto uteri.
c. Eliminasi
a. Buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau
ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk
kateterisasi.
b. Buang air besarIbu postpartum diharapkan dapat buang air besar
(difekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga balum
juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal.
Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka
lakukan klisma.
c. Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan dearah sekitar
anus. Nasihat ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari atau menyentuh daerah
tersebut.
d. Istirahat dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat
dan tidur adalah sebagai berikut :
a) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi
bayi tidur.
c) Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
d) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
e. Aktivitas Seksual
Syarat aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas yaitu:
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
b.Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hariatau 6 minggu
setelah persalinan.
f. Latihan dan Senam Nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai
akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya
striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu.
Oleh karena itu, ajarkan ibu latihan senam nifas untuk mengembalikan
bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula.
2.3.4 Kunjungan Masa Nifas
Menurut Saleha (2013) adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan
kunjungan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Kunjungan pertama (6-8 Jam setelah persalinan) dengan tujuan antara lain:
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
1. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut
2. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
3. Pemberian ASI awal
4. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
5. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
6. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2. Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan) dengan tujuan antara lain:
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3. Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan) dengan tujuan antara lain:
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
4. Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan) dengan tujuan antara
lain Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dia atau bayi
alami dan memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.4 Bayi baru lahir


2.4.1 Konsep Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi Baru Lahir (BBL) memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin
kekehidupan ekstra uterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari, neonatus lanjut adalah bayi
berusia 7-28 hari dan masa neonatel adalah masa sejak lahir sampai dengan 4
minggu (28 hari) sesudah kelahiran.(Marmi, dkk, 2015)
2.4.2 Fisiologi Bayi Baru Lahir
A. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Berikut ini ciri-ciri yang dapat dilihat dari Bayi Baru Lahir Normal Marmi
dan kukuh (2015) adalah sebagai berikut:
a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 48 -52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingakar kepala 33-35 cm
e. Frekuensi jantung 120-160 x/menit
f. Pernapasan ± 40-60 x/menit
g. Apgar score > 7
h. Kulit Kemerahan-merahan dan licin
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Genetalia ;
perempuan labia mayor, sudah menutupi labia minor
laki – laki testis sudah turun skorotum sudah ada
l. Rekleks hisap dan menelah sudah terbentuk dengan baik
m. Rekflek moro sudah baik bila dikagetkan
n. Refleks graf atau menggengam sudah baik
o. Eliminasi baik, mokonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium warna hitam kecoklatan.
B. Perubahan fisiologis pada Bayi Baru lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis. Bila terdapat
gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.
1. Jantung dan sirkulasi darah
Perubahan sistem kardiovaskuler terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Terdapat hukum yang
menyatakan bahwa darah akan mengalir pada derah-daerah yang
mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan resitensi
tersebut langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah. Hal ini terutama penting jika mengingat bahwa sebagian
besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen (asfiksia).
2. Perubahan urinarius
Neonatus harus miksi dalam waktu 24 jam setelah lahir, dengan jumlah
urine sekita 20-30 ml/ dan meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada
waktu akhir minggu pertama. Urinenya encer, warna kekuning-
kuningan dan tidak berbau. Warna coklat akibat lendir bebas membran
mukosa dan udara acid dapat terjadi dan hilang setelah banyak minum.
Garam uri acid dapat menyebabkan noda merah jambu namun ini bukan
suatu masalah
3. Sistem pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernafasn yang pertama kali. Dan
proses pernafasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah
dipersiapkan lama sejak intrauteri

Tabel 2.6
Perkembangan Sistem Pulmoner
Umur Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru- paru terbentuk
26 – 28 hari Dua broncki membesar
6 minggu Dibentuk segmen bronckus
12 minggu Diferensiasi lobus
16 minggu Dibentuk bronckiolus
24 minggu Dibentuk alveolus
28 minggu Dibentuk surpaktan
34 – 36 minggu Maturasi struktur (paru – paru dapat
mengembangkan sistem alveoli dan
tidak mengempis lagi)

Sumber : Marmi,2013. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan anak Prasekolah,yogyakarta, hal14.
4. Perubahan gastrointestinal
Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung pada ukuran
bayi, sekita 30-90 ml. Pengosongan dimulai dalam beberapa menit pada
saat pemberian makanan dan pengosongan. Ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain waktu dan volume makanan, jenis dan suhu makanan
serta stres fisik. Neonatus memiliki enzim lipase dan amylase dalam
jumlah sedikit sehingga noenatus kehilangan untuk mencerna karbohidrat
dan lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam
beberapa jam. Terdengar bunyi isi perut dalam 1 jam pertama kelahiran
5. Perubahan hepar
Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfologis
berupa kenaikkan kadar protein dan penurunan kadar lemak glikogen.
Enzim hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan trasnferase
glukoni sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus
neonaturum fisiologis. Daya detoksifikasi hepar pada neonatus juga belum
sempurna.
6. Perubahan sistem imun
Sistem imun BBL belum matur sehingga neonatus rentan mengalami
infeksi dan alergi. Bayi memiliki imunoglobulin pada saat lahir, namun
lingkungan rahim yang aman membatasi bayi untuk beraksi terhadap
antigen tertentu. Ada 3 macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi, yang
ditandai dengan huruf untuk masing- masing golongan, yaitu IgG, IgA dan
IgM, dan hanya IgG yang cukup kecil untuk melewati sawar plasenta
7. Perubahan produksi panas
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami sterss fisik
akibat perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di
dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6 °C sangat berbeda
dengan kondisi diluar uterus. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan harus berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
normal pada neonatus adalah 36,5-37,5°C melalui pengukuran di aksila
dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5°C maka bayi mengalami
hipotermi.
2.4.2 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
Adapun asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir menurut menurut
Marmi,dkk (2015) adalah sebagai berikut :
1. Pastikan bayi tetap hangat, dengan memastikan bayi tetap hangat dan
terjadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu, gantilah kain yang
basah atau handuk yang basah dan bungkus dengan selimut yang
kering dan bersih. Selain itu, dengan memeriksa telapak kaki bayi
setiap 15 menit, apabila terasa dingin segera periksa suhu aksila bayi.
2. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi
kurang bulan. Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali
pusat telah di klem dengan baik, untuk mencegah terjadinya
perdarahan. Membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja
tambahan.
3. Inisiasi menyusi dini :
a. Bayi mendapat kontak langsung kulit dengan kulit ibunya segera
setelah bayi lahir selama paling sedikit 1 jam
b. Bayi harus mengguanakan naluri alamiahnya untuk melakukan
inisiasi menyusui dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap
untuk menyusui
4. Perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir dengan obat mata
eritromicin 0,5 % atau tetrasiklin 1% untuk mencegah infeksi mata
karena klamidia
5. Memberikan identitas pada bayi, dengan memasang alat pengenal
bayi segera setelah lahir. Pada alat pengenal (gelang) tercantum
nama bayi atau ibu, tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin serta
unit. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak dalam
catatanyang tidak mudah hilang. Semua hasil pemeriksaan
dimasukkan kedalam rekam medis
6. Memberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan karena
desifiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Bayi perlu diberikan
vitamin K parental dosis dengan dosis 0,5- 1 mg IM.
7. Memberikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian
ASI, perawatan tali pusat dan megawasi tanda- tanda bahaya
8. Melakyaukan pemeriksaan fisik dengan prinsip sebagai berikut:
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
dan pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan
dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.
Tabel 2.6
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi baru lahir

Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal


Lihat postur, tonus dan aktivitas. Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi sehat akan bergerak
aktif
Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah
muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding Frekuensi napas normal 40-60 kali permenit dan tidak ada
dada bawah ketika bayi sedang tidak tarikan dinding dada bawah yang dalam
menangis
Hitung denyut jantung dengan meletakkan Frekuensi denyut jantung normal 120- 160 kali per menit
stetoskop di dinding dada kiri setinggi apeks
kordis
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan Suhu normal adalah 36,5- 37.50 c
termometer
Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam waktu
48 jam. Ubun- ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat
sedikit membonjol saat bayi menangis
Lihat mata Tidak ada kotoran/ sekret
Lihat bagian dalam mulut Bibir, gusi, langit- langit utuh dan tidak ada bagian yang
Masukkan satu jari yang menggunakan terbelah. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat
sarung tangan ke dalam mulut, raba langit- jari pemeriksa.
langit
Lihat dan raba perut. Lihat tali pusat Perut bayi datar, teraba lemas dan tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat
atau kemerahan sekitar tali pusat.
Lihat punggung dan raba tulang belakang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada
tulang belakang
Lihat ekstremitas Hitung jumlah jari tangan dan kaki, lihat apakah posisinya
baik atau bengkok keluar atau kedalam dan lihat gerakan
ekstremitas
Lihat lubang anus terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium seudah
Hindari memasukkan alat atau jari dalam keluar, biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah
memeriksa anus dan tanyakan pada ibu lahir
apakah bayi sudah buang air besar
Lihat dan raba alat kelamin luar bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna
tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang putih atau kemerahan , bayi laki-laki terdapat lubang uretra
air kecil pada ujung penis dan pastikan bayi sudah buang air kecil
dalamn 24 jam setelah lahir.
Timbang bayi berat lahir 2,5-4 kg dan dalam minggu pertama, berat bayi
timbang bayi dengan menggunakan selimut, mungkin turun dahulu baru kemudian naik kembali.
hasil dikurangi selimut Penurunan berat badan maksimal 10%
Mengukur lingkar dan panjang kepala bayi panjang lahir normal 48-52 cm, lingkar kepala normal 33-
37 cm
Menilai cara menyusui, minta ibu untuk kepala dan badan dalam garis lurus, wajah bayi menghadap
menyusui bayinya payudara, ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya
Sumber : Kemenkes 2013
9. Catat seluruh hasil pemeriksaan, bila terdapat kelain
10. Catat seluruh hasil pemeriksaan, bila terdapat kelainan lakukan
rujukan sesuai pedoman MTBS
11. Berikan ibu nasihat merawat tali pusat dengan benar, yaitu dengan
cara : Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali
pusat, jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat
12. Pemulangan bayi
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan
minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak
dijumpai kelainan kunjungan ulang terdapat minimal tiga kali
kunjungan ulang bayi baru lahir:
Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1), pada usia 3-7 hari (
kunjungan neonatal 2) dan pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal
3)
13. Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif, tingkatkan kebersihan,
rawat kulit, mata serta tali pusat dengan baik, ingatkan orang tua
untuk mengurus akte kelahiran, rujuk bayi untuk mendapatkan
imunisasi pada waktunya dan jelaskan kepada orngtua untuk
waspada terhadap tanda bahaya pada bayinya.

2.5 Keluarga Berencana


2.5.1 Konsep Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Kelurga berencana merupaka usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkn. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan danperencanaan keluarga. Prinsip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur
wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang di dalam rahim (Purwoastuti, 2015). Program
Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 ( tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera ) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. ( Handayani, 2014 )
2.5.2 Tujuan Program KB
1. Tujuan umum :
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.(Purwoastuti,
2015)
2. Tujuan khusus :
Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dengan cara pengaturan
jarak kehamilan ( Purwoastuti,2015)
2.5.3 Konseling KB
A. Defenisi Konseling
Suatu proses pembelian bantuan yang dilakukan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman
tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibabat di dalamnya (
Purwoastuti, 2015)
B. Tujuan Konseling KB
1. Meningkatkan penerimaan
2. Menjamin pilihan yang cocok
3. Menjamin penggunaan yang efektif
4. Menjamin kelangsung yang lebih lama
C. Prinsip konseling
Terdapat enam prinsip koseling yaitu:
1. Melayani masing-masing klien dengan baik : membuka pembicaraan
yang memperlihatkan perhatian, memperlihatkan bahwa klien dapat
membuka rasa pembicaraan yang sensitif dan menjawab pertanyaan
setiap klien.
2. Berinteraksi : mendengarkan, mempelajari dan merespon pasien.
3. Tujuan informasi kepada klien : mendengarkan klien dan mengusulkan
informasi yang mungkin lebih penting.
4. Hindari informasi yang berlebihan: klien memerlukan informasi untuk
menentukan pilihan tetapi informasi berlebihan membuatnya sulit untuk
mengingat.
5. Melayani metode yang diinginkan klien : membantu klien untuk
menentukan pilihannya dan menghargai pilihan klien.
6. Bantu klien dan mengingat: menunjukkan contoh-contoh bahan, dan
menerangkan dengan gambar.Konseling
2.5.4 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
Jenis-jenis alat kontasepsi yang sering digunakan di indonesia menurut
Handayani (2014) adalh sebagai berikut :.
1. Metode amenorrhea laktasi
Metode amenorrhea laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan
ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan atau minuman apapun.
a. Efektifitas
Efektifitas metode ini tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan I pasca
persalinan)
b. keuntungan
1) Segera efektif
2) Tidak mengganggu senggama
3) Tidak ada efek samping secara sistemik
4) Tidak perlu pengawasan medis
5) Tidak perlu obat atau alat
6) Tanpa biaya
c. keuntungan non-kontrasepsi
Untuk bayi :
1) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan
lewat ASI)
2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayiyang optimal
3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu
lain atau formula atau alat minum yang dipakai
Untuk ibu :
1) Mengurangi perdarahan pascapersalinan
2) Mengurangi resiko anemia
3) Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi
d. kerugian
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
3) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV
dan HIV/AIDS
e. indikasi
1) ibu yang menyusui secara eksklusif
2) bayi berumur kurang dari 6 bulan
3) ibu belum mendapatkan haid sejak melahirkan
f. kontraindikasi
1) Sudah mendapat haid sejak setelah bersalin
2) Tidak menyusui secara eksklusif
3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
2. Pil
a. Pengertian
Pil merupaka pil kontrasepsi yang berisi hormon sistesi
progesteron
b. Cara kerja
1. Menghambat Ovulasi
2. Mencegah Implantasi
3. Memperlambat transport gamet/ovum
4. Mengentalkan lendir servic yang kental
c. Efektifitas
Sangat efektif 98,5 %. Pengguna jangan sampai lupa 1 atau 2 pil,
jangan sampai muntah, diare karena kemungkinan terjadi hamil
sangat besar.
d. Keuntungan
1. Sangat efektif bila digunakan secara benar
2. Tidak mengganggu hubungan seksual
3. Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
4. Segera kembali ke kondisi kesuburan bila dihentikan
e. Kurugian/kekurangan
1. Menyebabkan perubahan dalam pola perdarahan haid
2. Sedikit pertambahan atau pengurangan berat badan bisa
terjadi
3. Bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terus-
menerus dan pemakaian setiap hari)
4. Harus dimakan pada waktu yang sama setiap hari
5. Kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metoda
6. Pasokan ulang harus selalu tersedia
3. Suntik
a. Pengertian
Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi
hormon sintesis estrogen dan progesteron
b. Mekanisme Kerja
a. Menekan ovulasi
b. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
c. Mempertebal mukus serviks (mencegah penetrasi sperma
d. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga
menyulitkan prose implantasi
c. Keuntungan
1. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
2. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
3. Klien tidak perlu menyimpan obat
4. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
5. Jangka panjang
d. Kerungian
1. Perubahan pola haid
2. Awal pemakaian dapat menyebabkan mual, pusing, nyeri pada
payudara
3. Ketergantungan klien pada petugas kesehatan
4. Efektifitas turun jika interaksi dengan obat epilepsi
4. Implant
a. Defenisi
Salah satu alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari
sejenis karet silatik yang berisi hormon, yang dipasang pada
lengan atas
b. Cara kerja
1. Menghambat ovulasi
2. Perubahana lendir serviks menjadi kental dan sedikit
3. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
c. Keuntungan
1. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan
bersifat reversibel
3. Efek kontrasepsinya berakhir setelah implantnya dikeluarkan
4. Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah
d. Kerugian
1. Implant harus dipasang dan diangkat pada petugas kesehatan
yang terlatih
2. Lebih mahal
3. Sering timbul perubahan pola haid
5. IUD
a. Pengertian
Alat yang disebut copper T380A, atau copper T bahkan terus
efektif dalam mencegah kehamilan setahun setelah alat ini
ditanamkan dalam rahim.
b. Mekanisme Kerja
1. Sifat – sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-
perubahanpada pemakaian AKDR yang menyebabkan
blastokista tidak dapat hidup dalam uterus.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang
menyebabkan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian
AKDR yang dapat menghalangi nidasi.
c. Keuntungan
1. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
2. Metode jangka panjang 5-10 tahun
3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
4. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
lagi untuk hamil
5. Tidak mempengaruhi kualitas ASI
6. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
d. Kerugian
1. Perubahan siklus haid
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan ( spoting ) antara menstrusi
4. Saat haid lebih sakit
5. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
6. Kondom
a. Pengertian
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.
b. Mekanisme Kerja
Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin
dengan cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina.
Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane
(plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane..
c. Keuntungan
1. Kondom tidak mempengaruhi kesuburan jika digunakan dalam
jangka panjang
2. Kondom mudan didapat dan tersedia dengan harga yang
terjangkau
d. Kerugian
1) Kurang efisien
2) Karena sangat tipis kondom mudah sobek
3) Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ekresinya saat
menggunakan kondom
4) Kondom yang terbuat dari latex dapat menimbulkan alergi
2.5.5 Memilih Metode Kontrasepsi
Adapun metode kontrasepsi menurut Saroha Pinem (2014) adalah sebagai
berikut :
A. Kontrasepsi pasca persalinan
Pada umumnya, pascapersalinan klien ingin menunda kehamilan
berikutnya sedikitnya 2 tahun lagi atau tidak ingin hamil lagi. Pada
klien pasca persalinan yang tidak menyusui, masa infertilitas
berlangsung rata-rata 6 minggu sedangkan pada klien yang menyusui,
masa infertilitas lebih lama, tetapi kembalinya kesuburan tidak dapat
diperkirakan. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan adalah :
1. Metode amenorea laktasi (MAL) sampai 6 bulan.
2. Kontrasepsi kombinasi digunakan setelah 6-8 minggu pasca
persalinan.
3. Suntik 3 bulan ( hormon Progestin
4. AKDR dapat dipasang langsung pasca persalinan, sewaktu secsio
cesarea, sesudah 48 jam pasca persalinan, sesudah 4-6 minggu
pasca persalinan, dan jika sudah haid.
5. Kondom, spermisida, koitus itereptus atau abstinensia dapat
digunakan setiap saat.
6. Diafragma sebaiknya digunakan 6 minggu pasca persalinan.
7. Kontrasepsi mantap digunakan 48 jam pasca persalinan atau tunggu
sampai 6 minggu pasca persalinan.
B. Kontrasepsi pasca keguguran
Kontrasepsi pasca keguguran perlu segera dimulai karena ovulasi
dapat terjadi 11 hari sesudah terapi keguguran (abortus). Jenis
kontrasepsi yang dapat digunakan yaitu:
1. Segera mulai: pil kombinasi, kontrasepsi progestin, suntikan
kombinasi, implant.
2. Pada TM I sesudah keguguran: AKDR
3. Pada TM II sesudah keguguran: AKDR, kondom, KBalamiah,
tubektomi.
C. Kontraepsi darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan
bila digunakan segera setelah hubungan seksual. Sebutan kontrasepsi
darurat menekankan bahwa cara KB ini lebih baik daripada tidak ada sama
sekali namun tetap kurang efektif dibandingkan dengan cara KB yang
sudah ada. Indikasi penggunaan kontrasepsi darurat adalah bila terjadi
kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi, pemerkosaan dan tidak
menggunakan kontrasepsi Jenis kontrasepsi darurat yaitu:
1. AKDR (copper T, multiload, nova T) digunakan dalam waktu 5 hari
pasca senggama.
2. Pil ( microgynon, ovral, neogynon, nordiol, eugynon) pemberian dalam
waktu 3 hari pasca senggama dengan dosis 2x2 tablet dan dosis kedua
12 jam kemudian.
D. Kontrasepsi untuk perempun berusia lebih dari 35 tahun.
Perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun akan mengalami
peningkatan morbiditas atau mortalitas jika mereka hamil. Oleh karena itu
mereka memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif. Adapun metode
yang dapat digunakan yaitu:
1. Pil kombinasi/suntikan kombinasi: sebaiknya tidak digunakan
perempuan > 35 tahun yang perokok
2. Kontrasepsi progestin (implant, suntikan progestin, pil progestin): dapat
digunakan pada masa peri menopause, perempuan berusia > 35 tahun
dan perokok.
3. AKDR: dapat digunakan perempuan usia > 35 tahun yang tidak
terpapar dengan infeksi saluran reproduksi (ISR).
4. Kontrasepsi mantap: sangat tepat untuk pasangan yang tidak ingin
menambah anak lagi.
BAB 3
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Tanggal : 09-03-2017 Pukul : 11.30WIB
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny.S Nama : Gunawan
Umur : 32 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Mandailing Suku : Mandailing
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Namo Gajah Alamat : Jl.Namo Gajah
Kel.Selayang Kel.Selayang
No.Telepon/HP : 081260811487

S : Subjektif
1. Alasan kunjungan saat ini : Ibu mengatakan ini kunjungan ulang
Keluhan utama : Nyeri pinggang, sering BAK, adanya rasa
sesak didada
2. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinan yang pertama
3. Riwayat menstruasi
Menarche : umur 14 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak teratur : teratur
Lamanya : 7 hari
4. Riwayat Kehamilan
HPHT : 29-06-2016 TTP : 5-4-2017
a.Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 8 minggu di klinik Helen, Jl. Bunga Rinte
Frekuensi : Trimester I : 2 kali
Trimester II : 2 kali
Trimester III : 1 Kali-
b.Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 18 minggu pergerakan
janin dalam 24 jam terakhir adalah 15 kali.
c. Pola eliminasi
BAK : 8 kali sehari, warna jernih
BAB : 2 kali sehari, warna coklat, konsistensi lunak
d. Pola aktivitas sehari-hari
Istirahat dan tidur : Siang : 30 menit, Malam : 8 jam
Seksualitas : 1x seminggu
e. Pola makan dan minum
Makan : 3 kali sehari, 1 piring nasi, 1 mangkok sayur, 1 potong ikan,
dan buah-buahan
Minum : 8 gelas air putih/hari
f. Personal hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari pada saat pagi dan sore hari. Membersihkan alat
kelamin dilakukan pada saat mandi, BAB dan pada saat BAK. Mengganti
pakaian 2 kali sehari.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
G3P2A0
Hamil Persalinan Nifas
ke Tangga Umur Jenis Penol Komplika Jenis BB Laktasi Kelai
l lahir keha persal ong si kelamin nan
milan inan Ibu Ba lahir
yi
1. 17-4- 9 Spont Bidan - - Peremp 3300 Normal -
2010 bulan an uan gr 2 bln
2. 19-6- 9 Spont Bidan - - Laki- 3300 Normal -
2012 bulan an laki gr 2 thn
3 hari
3. H A M I L I N I
Keterangan :anak pertama mninggal pada umur 2 bulan
6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
7. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang sedang/pernah diderita : tidak ada
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : tidak ada
c. Riwayat keturunan kembar : tidak ada
d. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok : tidak ada
Minum jamu-jamuan : tidak ada
Minum-minuman keras : tidak ada
Makanan-minuman pantang : tidak ada
Perubahan pola makan (termasuk ngidam,nafsu : tidak ada
makan turun, dll)
8. Keadaan psikososial spiritual
a. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : diterima
b. Dukungan suami/keluarga terhadap kehamilan : ada dukungan
c. Pengambil keputusan dalam keluarga : ibu hamil

O : Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
b. Pemeriksaan Fisik Umum
BB sebelum hamil :70 kg
IMT : 28(overwight)
Kenaiakan berat badan yang disarankan : 7-11,5 kg
BB : 78kg
TB : 158 cm
LILA : 31 cm
c. Tanda Vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan :22 x/i
Suhu :36,ºC
d. Kepala
Kulit kepala :bersih
Distribusi rambut :merata
e. Wajah
Oedema wajah :tidak ada
loasma gravidarum :tidak ada
f. Mata
Conjungtiva :merah muda
Sklera :putih bersih
Odem palpebra :tidak ada
g. Hidung
Polip :tidak ada
Pengeluaran :tidak ada
h. .Mulut
Lidah :bersih
Stomatitis :tidak ada
Karang gigi :tidak ada
Gigi berlubang :tidak ada
Epulis pada gusi :tidak ada
Tonsil :tidak meradang
Pharynx :tidak meradang
i. Telinga
Serumen :tidak ada
Pengeluaran :tidak ada
j. Leher
Luka bekas operasi :tidak ada
Kelenjar thyroid :tidak membesar
Pembuluh limfe :tidak membesar
k. Dada
Mammae :simetris
Aerola mammae :hyperpigmentasi
Putting susu :menonjol
Benjolan :tidak ada
Pengeluaran dari putting susu :ada, colostrum
l. Aksila
Pembesaran kelenjar getah bening :tidak ada
m. Abdomen
Linea :nigra
Striae :tidak ada
Bekas luka operasi :tidak ada

Palpasi Leopold
Leopold I :TFU 4 jari di bawah Prossesus xifodeus teraba bagian bulat,
lunak, dan tidak melenting
Leopold II :teraba satu bagian panjang memapan, lurus, keras di sisi kanan
perut ibu dan bagian-bagian kecil di sisi kiri perut ibu.
Leopold III :di atas simfisis teraba bagian bulat, keras dan tidak melenting
Leopold IV :teraba bagian terbawah janin sudah masuk PAP divergen
TFU :30 cm
TBBJ :2945 gram (30 cm (TFU) - 11 (sudah masuk PAP)x155)
= 30 – 11 x 155
= 2945 gram

Auskultasi
DJJ : punctum maksimum : kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi : 120 x/menit, regular
n.Genetalia
Vulva : pengeluaran : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Perineum :bekas luka/luka parut : ada
o.Pinggang (periksa ketuk “CVAT”)
Nyeri : tidak ada
p.Ekstremitas
Odem pada tangan/jari : tidak ada
Odem ekstremitas bawah : tidak ada
Varices : tidak ada
Refleks patella : + (ka/ki)

2. Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,4 gr%

A : Analisa
Ny.S G3P2A0 usia kehamilan 34-36 minggu, janin hidup, intra uterin, janin
tunggal, PUKA, presentasi kepala, sudah masuk PAP, keadaan ibu dan janin baik.
Masalah : Ibu merasakan adanya sesak saat tidur

P : Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
Ibu sudah mengetahui keadaan umum ibu dan janinnya baik.
2. Memberitahu ibu bahwa sesak nafas yang dialami ibu adalah normal. Rasa
sesak tersebut disebabkan karena ibu sering tidur terlentang perut ibu yang
semakin membesar sehingga menekan diafragma. Tetapi rasa sesak tersebut
dapat dikurangi dengan posisi tidur ibu miring ke kiri atau kanan dan akan
memperlancar detak jantung janin (DJJ).
Ibu mengerti dan akan melaksanakannya.
3. Memberikan penkes tentang asupan nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan 1 piring nasi, 1 mangkok sayur, lauk (ikan,
daging, ayam, telur, tahu, tempe), buah-buahan. Minum air putih minimal 8
gelas/hari, konsumsi zat besi.
Ibu mengerti tentang penkes yang diberikan.
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa kadar haemoglobin ibu baik dan ibu tidak
mengalami anemia serta jelaskan bahaya anemia pada kehamilan ibu.
Ibu mengetahui keadaannya dan bahaya anemia pada kehamilannya
5. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti :
a. Perdarahan pada hamil tua
c. Sakit kepala dan kejang
d. Demam atau panas tinggi
e. Tidak ada pergerakan janin
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan dan bersedia datang jika
mengalaminya.
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu kemudian atau pada saat
ada keluhan.
Ibu mengatakan akan datang 2 minggu lagi untuk pemeriksaan

Pelaksana Asuhan

(Kasuma Dewi Harahap)


3.1.1 Catatan Perkembangan
Tanggal : 21 maret 2017 Pukul : 13.30 Wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan mengetahui
perkembangan janinnya, ibu mengatakan keluhan yang dialaminya adalah
normal, ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan
dan mengetahui kadar hb ibu normal, dan sudah mengetahui tanda bahaya pada
kehamilan, dan bersedia datang jika ada keluhan

O : Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
2. Tanda vital
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 78 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Temp : 36,5 ºc
BB : 80 kg
Pemeriksaan khusus kebidanan
Leopold I : TFU 3 jari di bawah Prossesus xifodeus teraba bagian
bulat, lunak, dan tidak melenting.
Leopold II : Teraba satu bagian panjang memapan, lurus, keras di sisi
kanan perut ibu dan bagian-bagian kecil di sisi kiri perut
ibu
Leopold III : Di atas simpisis teraba bagian bulat, keras, dan tidak
melenting di bagian bawah perut ibu
Leopold IV : Teraba bagian terbawah janin sudah masuk PAP(divergen)
TFU : 31 cm
TBBJ : 3100 gram (31cm(TFU)-11(sudah masuk PAP)x155)
=31 – 11 x 155 = 3100
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi : 130 x/i, regular
Reflek patella : kanan/kiri +/+

A : Analisa
Ny.S G3P2A0 dengan usia kehamilan 36-38 minggu, janin hidup, intra uterin,
tunggal, punggung kanan, presentasi kepala, sudah masuk PAP, keadaan ibu dan
janin baik.

P : Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan bahwa keadaan ibu dan janinnya baik serta memberitahukan bahwa
ibu diperkirakan akan melahirkan pada tanggal 5 april 2017
Ibu sudah mengetahui keadaan umum ibu dan janinnya baik serta perkiraan
kelahiran bayinya.
2. Menganjurkan ibu agar tetap tidur miring ke kiri, dan miring ke kanan agar
Detak Jantung janin (DJJ) ibu semakin meningkat.
Ibu mengerti tentang penkes yang di berikan
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pinggang yang dirasakan ibu merupakan
hal yang fisiologis dalam kehamilan, karena perut ibu yang semakin membesar
menekan bagian bawah perut ibu sehingga terasa nyeri pinggang.
Ibu mengerti dan tidak merasa khawatir.
4. Memberikan penkes tentang asupan nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan 1 piring nasi, 1 mangkok sayur, lauk (ikan,
daging, ayam, telur, tahu, tempe), buah-buahan. Mengurangi karbohidrat dan
menambahkan protein. Minum air putih minimal 8 gelas/hari, konsumsi zat
besi.
Ibu mengerti tentang penkes yang diberikan.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti :
a. Perdarahan pada hamil tua
b. Bengkak di kaki, tangan, wajah
c. Sakit kepala dan kejang
d. Demam atau panas tinggi
e. Tidak ada pergerakan janin
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan dan bersedia datang jika
mengalaminya.
6. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan seperti nyeri yang menjalar
sampai ke pinggang, dan keluar lendir bercampur darah. Jika ibu merasakan
hal tersebut ibu harus segera datang ke klinik Helen
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan
7. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan alat kelaminnya
Ibu mengerti dan akan melaksanakannya
8. Memberikan ibu tablet Fe dan calcium, menjelaskan cara pemberiannya.
Ibu sudah mengerti dan akan memakan obat dengan teratur
9. Memberitahu Ibu tentang pemakaian KB yang sesuai dengan ibu seperti KB
IUD atau Kb Implant
Ibu mengerti dan belum memastikan KB yang akan di gunakan
10.Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu kemudian atau pada saat
ada keluhan.
Ibu mengatakan akan datang 2 minggu lagi untuk pemeriksaan atau jika ada
keluhan.

Pelaksana Asuhan

(Kasuma Dewi Harahap)


3.1.2 Catatan Perkembangan
Tanggal : 29 maret 2017 Pukul : 16.00 Wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, ibu sudah tidur miring
kekiri dan miring ke kanan, ibu sudah mengetahui nyeri pinggang yang
dirasakan ibu adalah normal, ibu sudah mengkonsumsi makanan sesuai yang di
anjurkan, ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan, ibu sudah
mengetahui tanda-tanda persalinan, ibu mengatakan sudah menjaga
kebersihannya sesuai yang di anjurkan, ibu mengatakan sudah meminum tablet
fe dan calsium, ibu belum mengetahui kb apa yang cocok pada ibu.

O : Objektif
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
2. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Temp : 36 ºc
BB : 81 kg
Pemeriksaan khusus kebidanan
Leopold I : TFU 3 jari di bawah Prossesus xifodeus teraba bagian
bulat, lunak, dan tidak melinting
Leopold II : Teraba satu bagian panjang memapan, lurus, keras di sisi kanan
perut ibu dan bagian-bagian kecil di sisi kiri perut ibu
Leopold III : di atas simpisis teraba bagian bulat, keras, dan tidak melenting
Leopold IV : Teraba bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)
TFU : 33 cm
TBBJ : 3410 gram (33 cm(TFU)-11(masuk PAP)x155)
= 33 – 11 x 155 =3410
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : kuadran kiri bawah pusat
Frekuensi : 135x/i, regular
Reflek patella : kanan/kiri +/+

A : Analisa
Ny.S G3P2A0 dengan usia kehamilan 36-38 minggu, janin hidup, intra uterin,
tunggal, punggung kanan, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.

P : Penatalaksanaan
1 . Memberikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan bahwa keadaan ibu dan janin baik serta memberitahukan bahwa ibu
diperkirakan akan melahirkan pada tanggal 5 april 2017
Ibu sudah mengetahui keadaan umum ibu dan janinnya baik serta perkiraan
kelahiran bayinya.
2. Menganjurkan kembali kepada ibu agar tidur miring ke kiri dan ke kanan agar
detak jantung janin ibu semakin meningkat
Ibu sudah tidur miring kekiri dan ke kanan
3. Menjelaskan kembali kepada ibu bahwa nyeri pinggang yang dirasakan ibu
merupakan hal fisiologi dalam kehamilan, karena perut ibu yang semakin
membesar menekan bagian bawah perut ibu sehingga terasa nyeri pinggang.
Ibu mengerti dengan keadaanya
4. Memberikan penkes tentang asupan nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan 1 piring nasi, 2 mangkok sayur seperti (daun
katuk), lauk (ikan, daging, ayam, telur, tahu, tempe), dan buah. Mengurangi
karbohidrat dan menambahkan protein. Minum air putih minimal 8 gelas/hari,
konsumsi zat besi
Ibu mengerti tentang penkes yang diberikan
5. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti :
a. Perdarahan pada hamil tua
b. Bengkak di kaki, tangan, wajah
c. Sakit kepala dan kejang
d. Demam atau panas tinggi
e. Tidak ada pergerakan janin
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan dan bersedia datang jika
mengalaminya.
6. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan seperti nyeri yang menjalar
sampai ke pinggang, dan keluar lendir bercampur darah. Jika ibu merasakan
hal tersebut ibu harus segera datang ke klinik Helen tarigan
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan
7. Menganjurkan kepada ibu untuk mempersiapkan pakaian ibu, pakaian bayi,
transportasi, dan biaya untuk persalinan nanti
Ibu mengerti dan akan mempersiapkannya
8. Menjelaskan kembali kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan alat
kelaminnya
Ibu mengerti dan akan melaksanakannya
9. Memberikan ibu tablet Fe dan calcium, menjelaskan cara pemberiannya.
Ibu sudah mengerti dan akan memakan obat dengan teratur
10. Memberitahukan kembali kepada ibu tentang pemakaian KB yang sesuai
dengan ibu
Ibu mengerti dan ingin memasang KB alami
11. Menganjurkan kembali kepada ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu
kemudian atau pada saat ada keluhan.
Ibu mengatakan akan datang 2 minggu lagi untuk pemeriksaan atau jika ada
keluhan.
12. Menjelaskan kepada ibu tentang IMD dan ASI Eksklusif yang harus
diberikan pada bayi sejak lahir
Ibu mengerti dan akan melakukan pada bayinya setelah bayinya lahir.

Pelaksana Asuhan

(Kasuma Dewi Harahap)


3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

S : Subjektif
Pada Tanggal : 10 april 2017 Pukul : 09.00 WIB
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny.S Nama : Gunawan
Umur : 32 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Mandailing Suku : Mandailing
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Namo Gajah Alamat : Namo Gajah
Kel.Selayang Kel.Selayang

1.Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar lendir darah sejak jam 04.15 WIB
pada tanggal 10april 2017
2. Hamil anak ketiga dan tidak pernah keguguran
3. HPHT : 29-06-2016
TTP : 05-04- 2017
4. Pemeriksaan ANC sebanyak 7 kali. TM I : 2 kali, TM II :2 kali, TM III : 3 kali
5. Tidak pernah ada riwayat penyakit sistemik dan keturunan

O : Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
2. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Suhu : 36,5 º
3. Pemeriksaan khusus
Abdomen
Inspeksi : membesar dengan arah memanjang, terdapat linea nigra dan
Striae albican dan tidak ada bekas luka operasi.
4. Palpasi Leopold
a. Leopold I
Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting, TFU 4 jari di bawah px
b. Leopold II
Teraba satu bagian panjang memapan, lurus, keras disisi kanan perut ibu dan
bagian kecil di sisi kiri perut ibu
c. Leopold III
Teraba bagian bulat, keras dan melenting
d. Leopold IV
Teraba bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen) penurunan kepala
3/5
e. TFU : 33 cm
f. TBBJ : 3410 (33(TFU) – 11 (sudah masuk PAP) x 155
g. Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi : 138 x/i
His/kontraksi : Ada,4x dalam 10 menit, lamanya
35 detik
Pemeriksaan dalam : Pembukaan 6 cm, Ketuban utuh

5. Ekstremitas
a. Edema : tidak ada
b. Varices : tidak ada
c. Refleks patella : + ka/ki
d. Kuku : tidak panjang dan bersih
A : Analisa
Ibu G3P2A0, usia kehamilan 40-41 minggu, janin hidup tunggal, pu-ka, presentasi
kepala + inpartu kala I fase aktif

P : Penatalaksanaan
Pukul : 09.00 WIB
1. Menginformasikan proses dan kemajuan persalinan
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu dan
keluarga yaitu: Pembukaan 6 cm, Td : 110/70 mmHg, HR : 80 x/mnt,
RR : 24x/mnt, suhu 36,5 C dengan DJJ 138x/mnt, His 4x10 menit, lamanya 35
detik dilakukan observasi tiap 30 menit di masukkan ke lembar patograf
Ibu mengatakan sudah mengetahui keadaannyaa dan hasil pemeriksaannya
3. Menyiapkan alat-alat partus set
4. Persiapan fisik dan mental ibu untuk menghadapi persalinan
a. Persiapan fisik
1. Pemberian nutrisi dan cairan karena ibu membutuhkan tenaga untuk
Persalinan
2. Menjaga kandung kemih untuk tetap kosong, ibu di anjurkan berkemih
sesering mungkin
3. Menganjurkan melakukan perubahan posisis sesuai dengan keinginan
ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya ibu miring ke kiri atau
ke kanan
4. Mengajarkan ibu tekhnik mengedan, ibu diminta mengambil nafas
panjang kemudian membatukkannya sewaktu terasa adanya kontraksi
b. Persiapan Mental
1. Memberi dukungan kepada ibu bahwa ibu bisa/mampu dalam
menghadapi persalinan
2. Mengajak keluarga ibu/suami untuk memahami agar ibu merasa nyaman
dan untuk memberikan minum diantara kontraksi
5. Mempersiapkan alat dan tempat persalinan yang bersih dan aman.
Menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman seperti miring ke kiri dan
miring ke kanan dan menganjurkan ibu cara mengedan yang baik jika timbul
kontraksi
6. Mengajak keluarga ibu/suami untuk memahami agar ibu merasa nyaman dan
dan memberi minum diantara kontraksi
7. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan, Am. Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


3.2.1 DATA PERKEMBANGAN PADA KALA II
Pukul : 11.25 WIB
S : Subjektif
Ibu mengatakan perutnya semakin sering mules dan merasa ingin BAB.

O : Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/i
Pernapasan : 24 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : kandung kemih kosong, tidak ada luka bekas operasi
b. Anogenital : perineum menonjol, vulva membuka, adanya tekanan pada
anus, terlihat kepala di introitus vagina.
c. Vagina Toucher
a) Vulva/vagina : tidak ada kelainan
b) Portio : tidak teraba
c) Pembukaan : lengkap (10 cm) pada pukul 11.30 Wib)
d) Ketuban : pecah
e) Presentasi : kepala
f) Sisa cairan ketuban : tidak ada

A : Analisa
Ibu inpartu kala II

P : Penatalaksanaan
1. Mempersiapkan ibu secara fisik dan mental dan ibu memilih posisi yang
nyaman di dampingi oleh suami.
Ibu mengerti dan memilih posisi yanng nyaman
2. Mendekatkan alat –alat partus set pada ibu, petugas memakai APD (alat
pelindung diri)
3. Memimpin ibu untuk meneran setiap ada kontraksi. Saat ada kontraksi ibu
merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku,
merangkat kepala hingga dagu mengenai dada, dan mulut di katup.
Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu.
Tampak kepala bayi telah membuka vulva dengan diamet 5-6 cm, maka
lahirlah UUK ( ubun–ubun kecil), UUB (ubun –ubun besar) dahi, mata,
hidung dan mulut bayi, bayi lahir ‘bugar’ tanggal 10 april 2017 pukul
12.00 WIB, Jenis kelamin prempuan segera menangis kuat.

Mengetahui,
Pimpinan Klinik HelenTarigan Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


3.2.2 DATA PERKEMBANGAN PADA KALA III
Pukul : 12.01Wib

S : Subjektif
Ibu merasa lelah dan perut terasa mules.

O : Objektif
TD 100/70 mmHg, Nadi 84 x/menit, TFU setinggi pusat, tidak ada janin kedua,
tali pusat terlihat di vulva.

A : Analisa
Ibu inpartu kala III

P : Penatalaksanaan
1. Memastikan bayi tunggal dan TFU setinggi pusat
Bayi tunggal tidak ada janin kedua
2. Menginformasikan kepada ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 IU di
paha bagian luar (1/3 paha lateral) untuk merangsang terjadinya kontraksi
agar mempercepat lahirnya plasenta
Ibu bersedia dan telah diberikan suntikan oksitosin
3. Memotong tali pusat dengan menggunakan klem lakukan penjepitan tali
pusat dengan klem pertama sekitar 3 cm pada pangkal pusat bayi dan
dengan klem kedua, 2 cm dari jepitan pertama kemudian potong dengan
gunting dan lindungi tubuh bayi dari pemotongan dan ikat tali pusat
menggunakan benang DTT atau steril.
4. Mengganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut dengan baik,
agar tidak terjadi hipotermi
5. Meletakkan bayi di dada ibu dengan skin to skin untuk melakukan
inisiasi menyusu dini (IMD) dan tetap menjaga kehangatan bayi
6. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Dilakukan PTT dengan memegang tali
pusat dan klem dengan tangan yang lain. Menunggu uterus berkontraksi
kemudian melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan
lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus
secara dorso kranial dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri namun uteri masih belum terlepas seluruhnya,
dilakukan PTT kedua, setelah dilakukan penegangan tali plasenta terjadi
tanda-tanda pelepasan plasenta dengan tali plasenta bertambah panjang
dan keluar semburan darah tiba-tiba lalu plasenta terlihat di introitus
vagina melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua
tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilim dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut plasenta lahir spontan pada pukul
12:15 wib
7. Melakukan masase uterus selama 15 detik dengan gerakan searah jarum
jam. Masase sudah dilakukan, kontraksi baik, uterus teraba keras dan bulat
8. Melakukan pemeriksaan plasenta di dapati kotiledon lengkap berjumlah 20
buah, selaput ketuban utuh, panjang tali pusat 50 cm
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan urinya

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Tarigan Pelaksana Asuhan

( Helen Tarigan Am.Keb ) (Kasuma Dewi Harahap)


3.2.3 DATA PERKEMBANGAN KALA IV
Pukul : 12.30 Wib

S : Subjektif
Ibu masih merasa lelah tetapi senang dan gembira dengan kelahiran bayi

O : Objektif
TD 110/70 mmHg, Nadi 82 x/i, Suhu 37,1 ºC, TFU 2 jari di bawah pusat, uterus
teraba bulat dan keras, perineum tidak ada robekan, perdarahan ± 100 cc

A : Analisa
Ibu inpartu kala IV

P : Penatalaksanaan
1. Mengajarkan kepada ibu/keluarga cara melakukan masase uterus, yaitu dengan
meletakkan telapak tangan di atas rahim dan melakukan gerakan memutar
searah jarum jam. Ibu dan suami sudah mengerti dan memperaktekannya
dengan benar didepan petugas
2. Mengobservasi keadaan ibu 2 jam pertama. Satu jam pertama 4 kali setiap 15
menit, satu jam kedua 2 kali setiap 30 menit (terlampir)
TD : 110/70 mmHg, Suhu 37,1 ºC, RR:24x/menit, Nadi : 82x/menit dan ibu
tidak ada perdarahan
3. Membersihkan ibu dan mendekontaminasikan alat dan tempat
a. Membersihkan ibu memakai washlap dan air DTT. Memasang doek dan
mengganti pakaian ibu. Ibu sudah di bersihkan
b. Merendam peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
4. Memberitahu ibu tanda dan bahaya kala IV. Seperti rahim tidak berkontraksi,
perdarahan pervaginam seperti air mengalir. Ibu mengerti dan sudah
mengetahui tanda bahaya kala IV.
5. Menyuntikkan Vik K dan salep mata setelah 1 jam bayi lahir
Mengetahui,
Pimpinan Klinik HelenTarigan Pelaksana Asuhan

(HelenTarigan Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


3.3 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Pada tanggal : 10-04-2017 Pukul : 19.00 Wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ketiga
2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar dan perutnya masih merasa mules

O : Objektif
1. Keadaan umum :baik kesadaran :stabil
2. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,4 ºC
RR : 24 x/i
Pols : 80 x/i
3. Pengeluaran pervaginam : berwarna merah
4. Payudara
Pengeluaran : ada
Bentuk : simetris
Putting susu : menonjol
5. Uterus
Konsistensi uterus : keras
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus : baik
6. Perineum : tidak ada jahitan
7. Kandung kemih : kosong
8. Lochea : rubra
9. Ekstremitas
Odem : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Refleks patella : + Ka/Ki
A
Ibu umur 32 tahun post partum 7-8 jam

P : Penatalaksanaan
1. Mengobservasi keadaan umum ibu dengan melakukan vital sign dan memantau
keadaan ibu.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 37,2 ºC
RR : 22 x/i
Pols : 80 x/i
Kandung kemih : kosong
Hasil pemeriksaan baik
2. Memastikan involusi uteri ibu berjalan dengan normal, tinggi fundus uteri 2
jari di bawah pusat dan tidak ada perdarahan, lochea berwarna merah
Keadaan ibu normal
3. Melakukan rooming in ibu dan bayinya
Ibu dan bayi berada dalam satu kamar
4. Menganjurkan ibu memberi ASI sesering mungkin kepada bayinya, supaya
dapat mempererat hubungan ibu dengan bayi
Ibu sudah memberikan ASI pada bayinya
5. Menganjurka keluarga agar membantu ibu untuk melakukan mobilisasi dini
yaitu miring ke kanan atau ke kiri. Keluarga sudah mengerti dan ibu sudah
melakukn mobilisasi
Ibu mengerti dan akan melakukan mobilisasi dini
6. Memberitahu kepada ibu secara konseling tanda bahaya pada masa nifas,
Seperti, Perdarahan pervaginam, Sakit kepala yang hebat, Pembengkakan di
wajah, tangan dan kaki, Payudara yang berubah merah, panas dan terasa sakit.
Demam, muntah dan nyeri berkemih.
Ibu mengerti tentang bahaya nifas
7. Menjelaskan kepada keluarga mengenai kebutuhan istirahat untuk mencegah
terjadinya gangguan psikologi pada fase taking in seperti postpartum blues
pada ibu, dengan cara memberikan perhatian dengan dukungan melalui
kehadiran suami atau keluarga serta membantu ibu dalam perawatan bayinya
seperti mengganti popoknya karena ibu postpartum membutuhkan istirahat
yang cukup.

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


3.3.1 DATA PERKEMBANGAN PADA 6 HARI POST PARTUM
Tanggal : 16 April 2017 Pukul : 14.00 wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan ASInya sudah mulai lancar keluarnya dan bayinya mau
menyusui
2. Ibu mengatakan masih ada keluar darah berwarna merah kecoklatan
bercampur lendir dari kemaluannya.

O : Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Emosional : Stabil
4. Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Suhu : 36,5 °C
5. Payudara : terdapat pengeluaran ASI dan tidak ada pembengkakan
6. Uterus teraba keras
7. TFU pertengahan pusat-simpisis
8. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan berlendir ( sanguinolenta)

A : Analisa
Ibu umur 32 tahun post partum 6 hari

P : Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/i
Pernapasan : 22x/i
Suhu : 36,5 C
Ibu sudah mengetahui keadaanya
2. Memastikan involusi uteri berjalan normal uterus berkontraksi TFU
Pertengahan simfisis pusat, tidak ada perdarahanan abnormal, tidak ada bau
3. Menganjurkan ibu untuk makan asupan nutrisi yang cukup, seperti ibu makan
3x/hari dengan pola makan 1 piring nasi, 1 potong ikan, 1 mangkok sayur dan
minum 1 gelas air putih, minum 8 gelas/hari dan ibu istirahat saat bayinya tidur
4. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Ibu tidak mengalami tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit pada bagian payudara ibu
6. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat tidak
boleh basah jika basah diganti dengan kasa kering steril dan tidak diberikan
alkohol maupun betadine, menjaga bayi agar tetap hangat dengan cara
membedongnya dan merawat bayi sehari-hari
Ibu mengerti mengenai asuhan pada bayi dan mau melakukan apa yang sudah
dijelaskan oleh petugas kesehatan.

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Tarigan Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


3.3.2 DATA PERKEMBANGAN PADA 2 MINGGU POST PARTUM
Tanggal :24 april 2016 Pukul : 10.00 wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah memberikan ASI kepada bayinya sesering mungkin dan
bayinya mau menyusu serta tidak ada kesulitan pada saat memberikan ASI
kepada bayinya.
2. Ibu mengatakan tidak ada keluar darah lagi dari kemaluannya hanya cairan
berwarna kuning kecoklatan

O : Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Emosional : Stabil
4. Tanda vital
TD : 110/70mmHg
Nadi : 78 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Suhu : 36,5°C
5. Payudara : ada pengeluaran ASI, tidak ada pembengkakan
6. TFU tidak teraba lagi
7. Pengeluaran pervagina berwarna kuning kecoklatan (lochea serosa)

A : Analisa
Ibu post partum 2 minggu

P : Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
TD : 110/70mmHg Nadi : 78 x/i RR: 24x/i
2. Memastikan involusi uteri berjalan normal TFU tidak teraba lagi, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
3. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
Ibu tidak mengalami tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit pada bagian payudara ibu
Ibu menyusui dengan baik
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dengan cara membedongnya dan merawat
bayi sehari-hari (tali pusat sudah lepas, tidak adanya tanda-tanda infeksi di
sekitar tali pusat)
Ibu mengerti mengenai asuhan pada bayi dan mau melakukan apa yang
sudahdijelaskan oleh petugas kesehatan.

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Tarigan Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan Am.Keb) (Kasuma Dewi harahap)


3.3.3 DATA PERKEMBANGAN PADA 6 MINGGU POST PARTUM
Tanggal : 20mei 2017 Pukul : 14.00 wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan keadaanya sudah semakin sehat dan tidak ada keluhan, Ibu
tampak senang

O : Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Emosional : Stabil
4. Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
HR : 70 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 36,8°C

A : Analisa
Ibu 6 minggu postpartum

P : Penatalaksanaan
Tanggal :7 mei 2016 Pukul : 14.00 wib

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu


TD : 120/80 mmHg
HR : 62x/i
RR : 24x/i
Temp : 36,3°C
Ibu sudah mengetahui keadaannya
2. Memastikan ibu menyusui bayinya dan mengingatkan ibu kembali agar terus
memberikan ASI selama 6 bulan tanpa memberi makanan pendamping.
Ibu berjanji akan memberikan bayinya ASI selama 6 bulan tanpa memberikan
makanan pendamping.
3. Setelah memberi ibu waktu untuk memikirkan alat kontrasepsi apa yang harus
ibu pakai, ibu memilih untuk menggunakan waktu KB Suntik 3 bulan

Pimpinan Klinik Helen Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan,Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


3.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Pada Tanggal : 10 april 2017 Pukul : 18.00 wib

S : Subjektif
1. Bayi lahir tanggal 10-04-2017, pukul 12.00 wib di tolong oleh bidan. Riwayat
G3 P2 A0. Usia kehamilan aterm, anak hidup.

O : Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Nilai APGAR
1 menit pertama : 8/10
5 menit kedua : 9/10
c. Antropometri
BB : 3200 gram
PB : 50 cm
d. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,7 ºC
Nadi : 124 x/i
Pernafasan : 55 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Tidak terdapat caput succedaneum
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar lengan : 10 cm
b. Mata : simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran
c. Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut : tidak ada labio palatoskizis
Reflek rooting : positif
Reflek sucking : positif
Reflek swallowing : positif
e. Telinga : simetris kanan dan kiri
f. Leher :tidak ada pembengkakan dan reflek tonic neck
positif
g. Dada :simetris
h. Lengan tangan :tidak ada fraktur
i. Perut :normal, bentuknya cembung, ada bising usus,
tidakadapembesaran hepar, tali pusat basah
dan tidak adaperdarahan
j. Kulit :kemerahan, turgor baik, ada verniks kaseosa
k. Punggung :tidak ada spina bifida
l. Anus :ada lubang dan tidak ada kelainan
m. Ekstremitas :jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ikterus,
tidak sianosis
n. Genetalia :terdapat labiya mayor dan minor

A : Analisa
Neonatus cukup bulan 6 jam, sesuai dengan masa kehamilan dengan kondisi baik

P : Penatalaksanaan
1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan eliminasi bayi
Tanda tanda vital
Suhu : 36,7 ºC
Nadi : 124 x/i
Pernafasan : 55 x/i
BB : 3200 gram
PB : 50 cm
Bayi dalam keadaan baik
2. Menjaga bayi tetap hangat agar tidak terjadi hipotermi dengan cara
membedong dan menyelimuti bayi
Bayi sudah di bedong dan diselimuti
3. Melakukan perawatan tali pusat dengan cara menjaga tali pusat tetap dalam
keadaan kering dan membungkusnya dengan kassa steril
Tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
4. Memberikan salep mata pada bayi 1 jam setelah lahir untuk pencegahan
Infeksi mata dan kontak dini dengan ibu agar terjalin bounding attachment
dan memberikan ASI kepada bayi dengan segera
Bayi mau mengisap ASI
5. Memberikan suntikan Vit.K 0,5 ml secara IM
dipaha kiri anterolateral bayi
6. Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral bayi,
setelah satu jam pemberian Injeksi vit.k
imunisasi hepatitis B sudah diberikan
7. Mengobservasi tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir, seperti :
a. Pernafasan lebih cepat
b. Suhu badan yang tinggi
c. Tali pusat merah dan bernanah
d. Mata bengkak
Tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi.

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan, Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


3.4.1 DATA PERKEMBANGAN PADA 6 HARI NEONATUS
Tanggal : 16 April 2017 Pukul :10.00 wib

S : Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat dan mau menyusui

O : Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Bayi menangis kuat dan bergerak aktif
3. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 ºC
Pernafasan : 42 x/i
Nadi : 120 x/i
4. Refleks menghisap kuat saat menyusui
5. Tali pusat belum lepas dan tidak ada perdarahan
6. Eliminasi
BAK : sering
BAB : 3-4 kali/hari

A : Analisa
Bayi Ny.S cukup bulan neonatus 6 hari dengan keadaan baik

P : Penatalaksanaan
1. Mengobservasi tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 ºC
Nadi : 120 x/i
Pernafasan : 42 x/i
Bayi dalam keadaan baik
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi sehat.
Ibu mengerti dan merasa senang.
3. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan
memberitahu ibu sesudah menyusui punggung bayi ditepuk-tepuk secara
lembut agar bayi bersendawa serta tidak memberikan makanan tambahan lain
sampai bayi berusia 6 bulan.
Ibu tidak memberikan makanan atau susu formula, ibu mengaku hanya
memberikan ASI saja dan akan melaksanakan ASI eksklusif dan akan menepuk
punggung bayi sesudah memberi ASI
4. Memberikan konseling tentang cara merawat tali pusat agar tetap menjaga
kebersihan dan kekeringan tali pusat dan tidak memberikan alkohol ataupun
betadine.
Ibu mengerti dan akan melaksanakannya

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Tarigan Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan, Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


DATA PERKEMBANGAN PADA 2 MINGGU NEONATUS
Tanggal : 24april 2017 Pukul : 11.00 wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya sehat tidak ada keluhan apa-apa
2. Ibu mengatakan bayinya mau menyusui

O : Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda vital
Suhu : 36,7°C
Nadi : 120 x/i
RR : 40 x/i
3. Refleks menghisap kuat saat menyusui
4. Tali pusat sudah lepas
5. Eliminasi
BAK sering dan BAB 4-5 kali/hari

A : Analisa
Bayi Ny.S Neonatus 2 minggu dengan kondisi baik.

P : Penatalaksanaan
1. Mengobservasi tanda-tanda vital
Suhu : 36,7 ºC
Nadi : 120 x/i
Pernafasan : 40 x/i
BB : 3800 Kg
Bayi dalam keadaan baik
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya sehat.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya dan merasa senang karena
bayinya sehat
3. Memastikan pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa
diberikan pendamping ASI atau susu formula.
Ibu mengatakan bahwa bayi selalu diberi ASI dan tidak diberikan makanan
tambahan lainnya.
4. Memberitahu ibu apabila ada keluhan/kelainan pada bayinya agar segera
datang ke klinik
Ibu akan segera datang ke klinik jika ada keluhan/kelainan pada bayi
5. Memberitahu ibu 2 minggu lagi setelah imunisasi BCG akan terjadi
pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, seterusnya timbul bisul
kecil dan menjadi luka parut.
Ibu sudah mengetahui efek yang akan terjadi setelah imunisasi BCG

Mengetahui,
Pimpinan Klinik Helen Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan Am.Keb) (Kasuma dewi Harahap)


4.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana
Tanggal : 20 Mei 2017 Pukul : 15.00 wib

S : Subjektif
1. Ibu mengatakan memiliki 1 orang anak
2. Ibu mengatakan masih memberikan ASI kepada anaknya
3. Ibu mengatakan ingin ber-KB yang sesuai dengannya yaitu Kb untuk ibu
menyusui
4. Ibu mengatakan belum berhubungan seksual dengan suami sampai sekarang

O : Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital
TD : 120/70 mmHg
HR : 74 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 36,7 °C

A : Analisa
Ibu akseptor KB suntik 3 bulan

P : Penatalaksanaan
Tanggal :20 Mei 2017 Pukul : 15.00 wib

1. Melakukan pemeriksaan kepada ibu dengan hasil


TD : 120/70 mmHg
HR : 74 x/i
RR : 22x/i
Temp : 36,7°C
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Menjelaskan kepada ibu dan suami Kb yang cocok untuk ibu menyusui adalah
a. Kb suntik 3 bulan
b. IUD
c. MAL (Metode Amenore Laktasi) yaitu Kb dengan cara pemberian ASI
selama 6 bulan kepada bayi tanpa memberikan makanan pendamping
lainnya
Ibu memilih Kb suntik 3 bulan .
3. Menjelaskan kepada Ibu metode kontrasepsi suntik 3 bulan, tentang
Menjelaskan Kelebihan suntik KB 3 bulan yaitu, sangat efektif menyusuidan
cocok untukibu yang sedang menyusui karena tidak mengganggu proses laktasi,
ibu hanya perlu ke klinik 1x dalam 3 bulan untuk mendapatkan suntik KB, serta
pencegahan kehamilan jangka panjang
4. Menjelaskan kepada ibu bagaimana cara penggunaan KB suntik 3 bulan, yaitu
akan disuntikkan di daerah bokong, akan sedikit terasa sakit hanya seperti
gigitan semut saja. Ibu mengerti dan mengatakan setuju akan diberi suntikan
5. Mengajurkan pada ibu untuk datang kembali
Ibu mengerti dan akan datang kembali pada tanggal pada tanggal 13-8-2017

Mengetahui, ,
Pimpinan Klinik Helen Tarigan Pelaksana Asuhan

(Helen Tarigan Am.Keb) (Kasuma Dewi Harahap)


BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan yang dilakukan penulis kepada Ny.S sejak


kehamilan trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai dengan pelayanan
keluarga berencana maka didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1 Kehamilan
Ny. S usia 32 tahun dengan G3 P2 A0 melakukan kunjungan ANC selama
masa hamil Trimester I sebanyak 2 kali, Trimester 2 sebanyak 2 kali, dan pada
Trimester III, Ny. S melakukan ANC sebanyak 7 kali. Menurut WHO (2014)
kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal
sebaiknya empat kali selama kehamilan, yaitu satu kali pada trimester pertama,
satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga, penulis
berasumsi ibu sangat peduli dengan kehamilannya. Pada saat kunjungan dilakukan
pengkajian data subjektif dan data objektif. Hasil anamnese HPHT tanggal 29-06-
2016 dan TTP tanggal 05-04-2017.
Pada Kunjungan Pertama tanggal 09 maret 2017, ibu mengeluh sering
buang air kecil, susah tidur dan adanya rasa sesak didada. Menurut Rukiah, dkk
(2013) sering buang air kecil, susah tidur dan adanya rasa sesak didada pada
kehamilan Trimester III merupakan ketidaknyamanan fisiologis yang dialami ibu
hamil, hal tersebut terjadi karena bagian terbawah janin mulai turun ke pintu atas
panggul sehingga bagian terbawah janin menekan kandung kemih. Menurut
penulis ibu mengalami keluhan dalam batas normal. Untuk mengatasi hal tersebut,
dalam penatalaksanaan ibu dianjurkan untuk BAK sebelum tidur, berbaring
miring kiri saat tidur untuk meningkatkan diuresis. Menjelakan kepada ibu bahwa
sesak dialaminya diakibatkan karena janin yang terus berkembang menekan
diafragma sehingga posisinya naik adapun cara mengatasinya yaitu dengan cara
tidur menyamping ke sisi kiri, ambil jeda istirahat saat sedang berjalan kaki,
olahraga ringan secara teratut, mengatur relaksasi dan mengatur pernapasan dan
untuk mengatasi susah tidur yang dialami ibu pada penatalaksanaan
menganjurkan mengatur posisi tidur senyaman mungkin, lakukan kegiatan lain
saat tidak bisa tidur, minum segelas susu hangat, biasakan berolahraga setiap hari,
atur jadwal tidur dengan benar, hindari bayak minum pada malam hari. Pada
kunjungan ANC yang kedua tanggal 21 Maret 2017, dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu Hb. Hasil pemeriksaan kadar Hb ibu 11,4 gr/dl, ibu tidak mengalami
anemia tetapi ibu tetap mengkonsumsi sayur-sayuran khsusnya bayam supaya ibu
tidak merasa pusing dan cepat lelah.
kunjungan ANC yang ketiga tanggal 29 maret 2017 keluhan yang dirasakan
Ny.S merupakan ketidaknyamanan fisiologis yang dialami selama kehamilan,
tidak ada keluhan yang serius, keadaan ibu dan janin normal. Keluhan yang dialami
Ny.S sudah diatasi dengan memberikan nasihat atau anjuran sesuai dengan keluhan
yang dirasakan dan Ny. S melakukan apa yang dianjurkan.
Pelayanan antenatal care yang diberikan pada Ny.S mengikuti dengan standar
minimal pelayanan 10 T, Standar Pelayanan Antenatal Care dalam melaksanakan
pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan
oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T yaitu Timbang berat
badan ibu selama kehamilan naik sesuai yang di sarankan dari BB sebelum hamil
70 kg, menjadi 82 kg.Kenaikan BB ibu hamil yang mengalami overweight
menurut Walyani dkk,(2015) 7 Kg – 11,5 Kg, Tekanan darah ibu selama
kehamilan dalam batas normal, Ukur Tinggi fundus uteri Ny. S selama kehamilan
bertambah sesuai dengan usia kehamilan ibu, Frekuensi DJJ pada teori di asuhan
Walyani dkk(2015) berkisar antara 120-160x/menit, pada Ny. S di dapat setiap
pemeriksaan berkisar antara 120– 150x/menit, hal ini sesuai dengan teori dan
tidak ada tanda-tanda komplikasi pada janin, ibu mendapatkan suntikan TT
sampai TT ke 3 yang lama perlindungannya sampai 5 tahun, sewaktu kehamilan
kedua.
Berdasarkan data-data yang terkumpul dari anamnesa, pemeriksaan fisik
pemeriksaan khusus kebidanan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
tidak di temukan adanya masalah dengan demikian kehamilan Ny.S adalah
normal. Kehamilan normal adalah kehamilan dengan gambaran ibu sehat, tidak
ada riwayat obstetrik yang buruk serta pemeriksaa fisik dan laboratorium normal.
(Walyani 2015)
Selama kunjungan kehamilan Ny. S selalu mendapat pendidikan kesehatan
berupa konseling, informasi dan edukasi (KIE) seputar kehamilan dan persalinan
dalam rangka persiapan rujukan.

4.2 Persalinan
Ny.S dengan usia kehamilan 40-41 minggu diantar keluarga datang ke
klinik Helen Tarigan, ibu mengeluh mules-mules sejak jam 04.15 dan telah keluar
lendir bercampur darah. Ini merupakan tanda-tanda awal persalinan yaitu his yang
datang lebih kuat dan teratur, diikuti dengan keluarnya lendir bercampur darah
yang menandakan bahwa jalan lahir mulai membuka. Kemudian bidan melakukan
pemeriksaan dan didapatkan hasil Ny.S sedang dalam proses persalinan. Dimana
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari ibu (Kuswanti.2014).
A. Kala I
Kala 1 persalinan dimulai ketika ada kontraksi yang adekuat sering dan
teratur serta adanya dilatasi serviks dan berakhir saat pembukaan lengkap.
Menurut walyani 2015. Asuhan sayang ibu yang dilakukan kala I yaitu
menginformasikan pada ibu bahwa ibu akan menghadapi persalinan,
menganjurkan suami atau keluarga untuk menemani ibu, menjaga privasi ibu,
mengajurkan ibu untuk makan dan minum serta membantu ibu memilih posisi
yang nyaman, sehingga ibu dapat nyaman dengan dirinya. Kemudian bidan
melakukan dengan hasil yaitu ketuban utuh, portio tipis lunak, pembukaan
serviks 6 cm, bagian terbawah janin sudah berada di bidang hodge III dan his
kuat. Kemudian pembukaan 10 cm (lengkap) dan bagian terbawah janin sudah
berada di bidang hodge IV. Kala I Ny.S berlangsung ± 7 jam dan
mendokumentasikan ke dalam partograf.
B. Kala II
Selama Kala II berlangsung selama 30 menit. Menurut teori yang ada, kala
dua berlangsung 30 menit sampai 1 jam pada multi dan pada primi 1,5 jam -2
jam. Dalam hal ini sesuai dengan teori dan praktek hal ini dikarenakan Ibu
yang multipara, his yang terkordnir kuat dan cepat, (Kuswanti, dkk, 2014). Ibu
mengatatakan ibu masih bisa memasak pada pagi hari dan sempat jalan-jalan
di dampingi oleh suami.
Ny.S dipimpin meneran ketika ada his dan menganjurkan untuk minum di
sela-sela his untuk menambah tenaga ibu, kemudian Ny. S mengatakan bahwa
ia ingin BAB dan sudah ada tanda-tanda persalinan yaitu adanya dorongan
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka. Kala II
Ny.S berlangsung selama ± 30 menit, pada pukul 12.00 wib, jenis kelamin
perempuan, bayi menangis kuat, tonus otot aktif dan bayi berwana kemerahan.
Penulis berasumsi tidak ada kesenjangan antara teori dan dengan kenyataan
untuk lama kala II.
C. Kala III
Kala III dimulai sejak penyuntikan oksitosin sampai pengeluaran plasenta,
sebelumnya bidan sudah memeriksa bahwa janin tunggal, kemudian
menyuntikkan oksitosin di paha kiri bagian luar. Setelah ada tanda-tanda
pelepasan plasenta, bidan melakukan PTT (Penegangan Tali pusat
Terkendali). Kala III pada Ny.Sberlangsung selama ±15 menit dengan
perdarahan ±100 cc. Segera bidan melakukan massase pada uterus ibu. Setelah
itu memeriksa kelengkapan plasenta. MAK III ( Manajemen Aktif Kala III)
berlangsung 15-30 menit. Dilakukan MAK III untuk meminimalkan kejadian
komplikasi yaitu menyuntikkan oksitosin, melakukan PTT, melahirkan
plasenta, massase uterus untuk memastikan kontraksi uterus ibu baik, agar
tidak terjadi atonia uteri (Rohani, 2014).
D. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan. Penulis
melakukan observasi pada Ny.S adalah tanda vital dalam batas normal,
kontraksi uterus baik, lochea rubra, kandung kemih kosong. 1 jam pertama
dipantau 15 menit sekali, kemudian 1 jam kedua dipantau 30 menit sekali.
Setelah proses persalinan selesai maka bidan memantau kondisi ibu selama 2 jam
diantaranya yaitu melakukan pemantauan tanda-tanda vital untuk memastikan
keadaan umum ibu dan bayi, memantau perdarahan, tinggi fundus uteri, apabila
kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan kecil, pada
saat plasenta lahir kandung kemih harus kosong agar uterus dapat berkontraksi
dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan.

4.3 Nifas
Asuhan Kebidaanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
6 jam postpsrtum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu
postpartum. Pada pukul 19.00 wib dilakukan asuhan pada 6 jam pertama Ny.S
sudah memberikan ASI pada bayinya. Dilakukan pemeriksaan tanda vital,
memeriksa kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan. Hasil pemeriksaan tanda vital
berada pada batas normal, uterus berkontraksi dengan baik, TFU 2 jari di bawah
pusat, perdarahan dalam batas normal.
Asuhan pada 6 jam pertama yang perlu dipantau adalah kehilangan darah,
tanda-tanda vital, tanda-tanda bahaya, rasa nyeri yang hebat dan pola istirahat ibu.
Asuhan yang diberikan pada 6 jam post partum mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut memberikan konseling
pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia,
jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
Pada 6 hari pertama setelah persalinan tanggal 16 April 2017 dilakukan
kunjungan nifas pada Ny.S Ibu mengatakan perdarahan sedikit berwarna merah
kecokelatan dan berlendir, keadaanya semakin membaik dan tidak ada kesulitan
saat menyusui bayinya. Setelah dilakukan pemeriksaan, tanda vital dalam batas
normal, TFU pertengahan pusat-simfisis, lochea sanguilenta dan tidak berbau
busuk, perdarahan sedikit. Asuhan yang diberikan pada masa nifas 6 hari pertama
adalah memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal pada ibu, memastikan ibu
mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
Pada Kunjungan ke-3 pada ibu tanggal 24 April 2017, asuhan yang
diberikan pada ibu adalah memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
,memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan) pada tanggal 20 Mei
2017, asuhan yang diberikan dengan tujuan antara lain menanyakan pada ibu
tentang penyulit-penyulit yang dia atau bayi alami dan memberikan konseling
untuk KB secara dini.

4.4 Bayi Baru Lahir


Bayi Ny.S lahir pada tanggal 10 April 2017 pukul 12.00 wib, bayi lahir
spontan dan segera menangis, warna kulit kemerahan, bayi bergerak aktif, BB
3200 gram, PB 50 cm dengan jenis kelamin perempuan. Asuhan yang paling
utama pada bayi baru lahir adalah menjaga agar tubuh bayi tetap dalam keadaan
hangat, sehingga tidak terjadi hipotermi. Kemudian setelah itu melakukan
pelaksanaan IMD segera setelah bayi lahir, tali pusat sudah dipotong dan diikat,
serta pemberian HB0 dan Vit K pada bayi Marmi dkk,(2015)
Setelah 6 jam bayi lahir, asuhan yang diberikan yaitu memandikan bayi
dengan air hangat dan sabun, bayi tidak dimandikan karena sudah malam dan
mencegah hipotermi pada bayi, bayi dimandikan pagi pada jam 07.30 Wib
menimbang berat badan bayi, BB bayi 3200 gram, melakukan perawatan tali
pusat dimana tali pusat dibungkus dengan kassa kering steril, membedong bayi
untuk menjaga kehangatan bayi, segera mengganti popok dan pakaian bayi saat
BAB dan BAK, memberikan bayi pada ibu untuk menetekkan bayinya, bayi
diberikan ASI setiap 2 jam dan apabila bayi menangis. Bayi baru lahir jangan
langsung dimandikan, bayi boleh dimandikan 6 jam setelah lahir .
Selama kunjungan neonatal ke-2 sampai hari ke-7, asuhan yang diberikan
menjaga tali pusat dalam keaadaan bersih dan kering. Menjaga kebersihan bayi,
melakukan pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan 4 jam dan masalah pemberian ASI,
memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam dalam 2
minggu pasca persalinan, menjaga keaamanan bayi, menjaga suhu tubuh bayi dan
tidak ada kesulitan saat menyusui (Marni, 2013). Selanjutnya dilakukan
pemantauan sampai 28 hari, BB bayi bertambah 600 gram menjadi 3800 gram,
bayi masih diberi ASI secara eksklusif dan belum diberikan makanan yang lain,
bayi menyusu kuat, tidak ada tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda bahaya yang
terlihat pada bayi, dan berat badan semakin meningkat bayi, dan berat badan
semakin meningkat.
Penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi dari kunjungan neonatal
ke-1, kunjungan neonatal ke-2 dan kunjungan neonatal ke-3 terpantau berjalan
dengan normal, tidak ditemukan penyulit pada bayi, tidak terjadi ikterus, tidak
terdapat kesulitan saat menyusu dan tumbuh kembang bayi bertambah sesuai
dengan KMS

4.5 Keluarga Berencana


Asuhan Keluarga berencana pada Ny. S dilakukan 6 minggu masa nifas
Ny.S dimana penulis melakukan kunjungan ulang yang terakhir serta menanyakan
penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas dan juga memberikan
konseling KB. Penulis sudah menjelaskan macam-macam alat kontrasepsi seperti
MAL, suntik 3 bulan, implant, IUD. Setelah bidan menjelaskan tentang KB maka
bidan memberitahu kepada ibu untuk memilih KB apa yang harus digunakan.
Berdasarkan hal tersebut Ny.S memilih KB suntik 3 bulan, karena ibu tidak ingin
produksi ASInya tergganggu. Ibu tidak mau menggunakan KB yang lain. Suntik
KB 3 bulan dengan memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya berhubung
ibu mengetahui alat kontrasepsi suntik KB 3 bulan lebih efektif untuk menunda
kehamilan
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Asuhan antenatal care yang diberikan kepada Ny.S pada usia kehamilan
34-36 minggu sampai 40-41 minggu sudah sesuai dengan kebijakan
program pelayanan/Asuhan Standart 10 T. Proses kehamilan Ny.S
fisiologis.
2. Asuhan intanatal care pada Ny.S dari kala I berlangsung ± 7 jam, kala II
berlangsung 30 menit, kala III berlangsung ± 15 menit, dan kala IV
berlangsung 2 jam dilakukan sesuai dengan proses persalinan normal,
tidak tanda ada penyulit dan komplikasi
3. Asuhan kebidanan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
tanggal 10 April 2017 dilakukan kunjungan nifas 6-8 jam setelah
persalinan (sebelum pulang), pada tanggal 16 April 2017 dilakukan
kunjungan ulang nifas 6 hari setelah persalinan, pada tanggal 24 April
2017 dilakukan kunjungan ulang nifas 2 minggu setelah persalinan, dan
pada tanggal 20 Mei 2016 dilakukan kunjungan ulang nifas 6 minggu
setelah persalinan dengan tujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir, mencegah dan mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang
terjadi. Selama memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas tidak
ditemukan adanya masalah atau komplikasi.
4. Asuhan pada bayi baru lahir Ny.S yang dilakukan secara asuhan
kebidanan yaitu pada tanggal 10 April 2017 di lakukan kunjungan 6 jam
post natal, tanggal 16 April 2017 di lakukan kunjungan ulang 6 hari post
natal, dan tanggal 24 April 2017 neonatus normal 28 hari guna untuk
menangani masalah yang terjadi. Selama penulis melakukan asuhan tidak
terdapat masalah atau komplikasi yang terjadi.
5. Asuhan keluarga berancana yang diberikan pada Ny.S tentang alat
kontrasepsi, Ibu memilih KB 3 bulan karna ibu ingin memberikan ASI
kepada bayinya, ibu bersedia melaksanakan metode tersebut untuk
mencegah kehamilan serta tidak ditemukan kesulitan menyusui pada ibu

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang telah diberikan di klinik lahan praktik pada klien sudah
cukup baik dan dengan komunikasi yang efektif, namun hendaknya lebih
meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih
baik sesuai dengan standar kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan kebidanan agar dapat menerapkan setiap asuhan
kebidanan.
5.2.2 Diharapkan dengan adanya konseling KB, ibu dapat mengetahui efek
samping, kerugian ataupun keuntungan dari setiap alat kontrasepsi.
Sehingga ibu dapat memilih alat kontrasepsi sesuai dengan keinginan
ibu, dan ibu dapat mengetahui jarak kehamilan normal apabila ibu ingin
mempunyai anak kembali.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada pimpinan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
khususnya jurusan Kebidanan Medan untuk menyediakan sumber
referensi buku yang lebih up to date dan jurnal dan dengan penerbit
yang lebih dipercaya di perpustakaan Kebidanan Medan untuk
menunjang penyusunan LTA, sehingga penyusunan LTA di tahun
depan lebih berjalan baik dan tidak kekurangan referensi lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, Reni Yuli. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta :
Trans Info Media

Dinkes Provsu, 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2014.


www.depkes.go.id/.../profil/PROFIL_KES.../02_Sumut_2014. (diakses
tanggal 23 Februari 2017)

Handayani, Sri. 2014. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Kuswanti, I. dan Melina F. 2014. ASKEB II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Kemenkes, 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. http://www.depkes.go.id/reso


urces/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
indonesia-2014.pdf (diakses tanggal 21 Januari 2017).
Kemenkes, 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2014.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV
INSI_2014/02_Sumut_2014.pdf (diakses tanggal 21 Januari 2017).
Kemenkes, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015http://www.depkes.go.id/resou
rces/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
Indonesia-2015.pdf (diakses tanggal 21 Januari 2017).
Marmi, dan Rahardjo K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mangkuji Betty, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo,S 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Purwoastuti, T. E. dan Walyani E.S (2015). Panduan Materi Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyaakarta: Pustakabarupress.
Rohani, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
Rukiyah A, dkk. 2013. Asuhan Kebidana I (kehamilan). Jakarta :Trans Info Media
Sondakh, dkkk 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir Jakarta:
Erlangga
Pinem, Saroha. 2014. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta :EGC
Saleha, Sitti 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Jakarta: Salemba Medika:
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan . Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS
Walyani, E. S dan Purwoastuti T. E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS
WHO. 2015. Trends In Maternal Mortality : 1990 to 2015.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/194254/1/9789241565141_eng.pd
f?ua=1 (diakses tanggal 19 Februari 2017)
L
A
M
P
I
R
A
N
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI SUBJEK

Berkaitan dengan penyusunan Propsal Laporan Tugas Akhir ( LTA ), yang


akan dilakukan secara berkesinambungan ( Continuiy Care) yaitu memberikan
Asuhan Kebidanan meliputi :

1. Asuhan Kehamilan minimal 3 kali atau sesuai kebutuhan sebelum proses


persalinan
2. Asuhan persalinan normal dilengkapi dengan penggunaan partograf dan
pelaksanaan Insiasi Menyusui Dini ( IMD)
3. Asuhan pada Bayi Baru Lahir ( KN1, KN2 dan KN3)
4. Asuhan pada Masa Nifas minimal 3 kali ( 6 jam, 6 hari dan 6 minggu)
atau sesuai kebutuhan.
5. Asuhan pada akseptor Keluarga Berencana (KB) baik itu konseling prasaat
dan pasca menjadi akseptor, serta pemberian atau penggunaan obat/alat
KB
Kegiatan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
dari program studi Kebidanan Poltekkes RI Medan. Saya sangat mengharapkan
kesediaan dan partisipasi ibu menjadi subjek dalam proposal Laporan Tugas
Akhir (LTA) dengan senang hati dan sukarela ibu brhak mendapat asuhan
kebidanan selama kehamilan sampai masa nifas selama proses yang berjalan
fisiologis dan bisa mengundurkan diri kapan saja apabila merasa tidak nyaman

Medan,09 Maret 2017


Penulis

Kasuma Dewi Harahap


INFORMED CONSENT MENJADI SUBJEK LTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Sakdiah
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Namo Gajah Kel. Selayang
Dengan ini saya menyatakan untuk bersedia berpartisipasi sebagai subjek
Laporan Tugas Akhir dengan senang hati menerima Asuhan Kebidanan secara
berkesinambungan (continuity of care) yang dilakukan oleh mahasiswa
Nama : Kasuma Dewi Harahap
NIM : P07524114015
Semester/ Tahun Akademik : VI 2016/2017
Asuhan Kebidanan yang diberikan meliputi :
1. Asuhan Kehamilan minimal 3 kali atau sesuai kebutuhan sebelum proses
persalinan
2. Asuhan persalinan normal dilengkapi dengan penggunaan partograf dan
pelaksanaan Insiasi Menyusui Dini ( IMD)
3. Asuhan pada Bayi Baru Lahir ( KN1, KN2 dan KN3)
4. Asuhan pada Masa Nifas minimal 3 kali ( 6 jam, 6 hari dan 6
minggu) atau sesuai kebutuhan.
5. Asuhan pada akseptor Keluarga Berencana (KB) baik itu konseling prasaat
dan pasca menjadi akseptor, serta pemberian atau penggunaan alat KB
Telah di Informasikan hak-hak yaitu mendapatkan Asuhan Kebidanan selama
Kehamillan sampai dengan Keluarga berencana yang berjalan fisiologis. Apabila
saya mengundurkan diri, maka saya bersedia mengganti kerugian yang ada.

Medan, 23 Maret 2017

( Sakdiah )
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI
Nama : Kasuma Dewi Harahap
Tempat/TanggalLahir :Gunungtua Tonga, 27 Sesember 1995
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
AnakKe : 4 Dari 4 Bersaudara
Telp : 082277508052
E-Mail : Kasumaharahap63@gmail.com
Alamat : Desa Gunung Tua Tonga, Kec.Padang Bolak, Kab.
PALUTA

2. DATA ORANG TUA


Nama Ayah : H. HABIBUDDIN HARAHAP S.pd
NamaIbu : ANNASARI SIREGAR S.pd

3. RIWAYAT PENDIDIKAN
No. TahunAjaran AsalSekolah
1. 2002-2008 SD Negeri 2 Padang Bolak
2. 2008-2011 SMP Negeri 1 Padang Bolak
3. 2011-2014 SMA Negeri 1 Padang Bolak
4. 2014-2017 PoltekkesKemenkes RI Medan
Prodi D-III Kebidanan Medan

Anda mungkin juga menyukai