Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan dan kelayakan

bahan ajar yang telah digunakan di sekolah dan untuk menyempurnakan bahan ajar

yang telah dipakai.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 dan

dilakukan di SMK N 40 Jakarta.

3.3 Karakteristik Model yang Dikembangkan

Model yang dikembangkan pada penelitian ini adalah model

pengembangan bahan ajar teks debat dengan metode mind mapping dan

simulasi (MISI). Metode mind mapping dan simulasi (MISI) merupakan

penggabungan dua metode pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran

yang dilakukan pada pengembangan model ini antara lain:

1) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5 orang

setiap kelompoknya.
2) Perwakilan kelompok mengambil undian untuk menentukan

berada di tim pro atau tim kontra.

3) Selanjutnya perwakilan kelompok mengambil undian yang telah

disiapkan mengenai topik debat hari ini.

4) Disajikan beberapa topik debat misalnya, Sosial media, hak asasi

manusia, ujian nasional berbasis komputer, dan lain sebagainya

5) Setiap topik yang disajikan akan berpasangan tim pro dan tim

kontra.

6) Peserta didik dengan seksama memerhatikan tayangan video debat

yang disajikan oleh pendidik.

7) Setelah memerhatikan video, peserta didik mulai berdiskusi

mengenai topik debat yang ia dapatkan.

8) Masing-masing tim memprediksi hal apa saja yang akan

dibicarakan mengenai topik debat yang mereka dapatkan

menggunakan mind mapping (peta konsep).

9) Setelah menuliskan peta pikiran, masing-masing tim bersiap untuk

melakukan simulasi debat.

10) Moderator (pendidik) mulai membacakan peraturan debat

11) Pembicara pertama, melakukan pembukaan, memperkenalkan

pembicara 2, 3, 4, 5.

12) Menyampaikan pengembangan tugas masing-masing pembicara

dan garis besar bahan yang akan disampaikan.


13) Mendefinisikan topik debat beserta batasan argumentasi

14) Menyampaikan argumen berdasarkan tugas pembicara pertama

sekaligus meringkasi hal-hal yang telah disampaikan.

15) Pembicara kedua, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap poin arugumen yang disampaikan pembicara pertama

(Tim lawan)

16) Menyampaikan poin-poin argumen baru

17) Meringkas poin-poin argument yang telah disampaikan

18) Pembicara ketiga, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap seluruh poin argumen (Tim lawan)

19) Menyampaikan poin-poin argumen baru

20) Meringkas poin-poin argumen baru

21) Pembicara keempat, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap seluruh poin argumen

22) Menyampaikan poin-poin argument baru

23) Meringkas poin-poin argumen

24) Pembicara kelima, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap seluruh poin argumen (Tim lawan)

25) Membuktikan dan merangkum seluruh argumen dari pembicara 1,

2, 3, dan 4.

26) Tidak diperbolehkan membawa argumen baru.


Setelah simulasi peserta didik kembali duduk dan memerhatikan pendidik

untuk mengulas apa yang telah mereka lakukan secara bersama-sama.

Hal ini dilakukan untuk mempermudah pendidik dalam proses pembelajaran

teks debat dan memberikan sumber bahan ajar dengan nuansa baru agar pembelajaran

tidak monoton dan membuat peserta didik bosan. Sehingga metode ini dapat

membantu peserta didik untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai.

3.4 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ini adalah metode Research and

Development model pengembangan Dick and Carey. Penelitian pengembangan

adalah suatu proses yang menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang dihasilkan

seperti bahan ajar, media pembelajaran, modul, strategi pembelajaran atau metode

pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan produk bahan ajar teks debat dengan

metode mind mapping dan simulasi (MISI). Model Dick and Carey terdiri dari

sepuluh langkah tetapi peneliti hanya mengambil empat langkah sederhana dari

model ini, yaitu: 1) analisis kebutuhan, 2) tujuan pembelajaran khusus, 3)

mengembangkan strategi pembelajaran, dan 4) penggunaan bahan ajar.

3.5 Langkah-langkah Pengembangan Model

3.5.1 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pengembangan bahan ajar teks debat sebelumnya

sudah pernah diteliti oleh Ranem, Widyatmike Gede Mulawarman,


Endang Dwi Sulistyowati dengan judul pengembangan bahan ajar

materi debat dengan metode role playing pada siswa kelas X

Sekolah Menengah Atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20

dari 25 siswa (80%) tuntas pada penilaian pengetahuan. Pada

penilaian sikap positif sudah mulai tampak dari pertemuan awal.

Penggunaan metode role playing juga menjadikan peserta didik

mampu mencapai tujuan pembelajaran hingga 96%. Berdasarkan

hasil diskusi dengan validator dan pengamat, pengembangan bahan

ajar materi debat dengan metode role playing secara umum “layak”

digunakan dalam proses pembelajaran dan efektif memperkuat

karakter peserta didik.

Penelitian debat sebelumnya pernah diteliti oleh Masnun

Hasan pada tahun 2010 dengan judul metafora dalam Debat politik

di TvOne suatu tinjauan semantik serta implikasinya bagi

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Berdasarkan hasil

penelitian ini banyak sekali metafora yang terkandung dalam debat

politik di Tvone. Implikasi penelitian ini bagi pembelajaran bahasa

di SMA adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

penggunaan dan pemahaman makna metafora dalam debat politik di

tvone. Dengan bertambahnya pengetahuan siswa tentang

penggunaan metafora tentang penggunaan metafora dalam debat

yang sesuai dengan pembelajaran bahasa, yakni siswa dapat


memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi,

serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-

macam tujuan, keperluan dan keadaaan.

3.5.2 Perencanaan Pengembangan Model

Metode penelitian dan pengembangan atau biasa dikenal

dengan metode Research and Development adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut. Salah satu model pengembangan yang

dapat digunakan ialah model pengembangan Dick and Carey.

Pengembangan model pembelajaran Dick & Carey terdiri dari sepuluh

tahapan dasar dan prosedur pengembangan. Tetapi pada tahap ini

peneliti hanya mengambil tahap sederhana yaitu empat langkah

prosedur pengembangan model Dick & Carey, antara lain:

a. Identifikasi Tujuan Pembelajaran ( Analisis kebutuhan)

Langkah ini dilakukan, dengan mengobservasi dan melakukan wawancaran

terhadap seorang guru Bahasa Indonesia di SMAN 75 Jakarta dan di SMKN 1

Bojong Gede. Dari hasil wawancara tersebut, kedua guru ini berpendapat bahwa

bahan ajar yang mereka gunakan belum cukup untuk mengembangkan potensi

peserta didik dalam hal keterampilan berbicara khususnya di materi debat. Ditambah

lagi, media dan metode yang digunakan oleh kedua guru tersebut dirasa kurang tepat.
Hal ini menyebabkan pembelajaran berjalan secara monoton dan hasil pembelajaran

belum memuaskan.

b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus

Dari hasil wawancara dan observasi, peneliti merumuskan tujuan

pembelajaran khusus fokus pada bahan ajar debat dan keterampilan berbicara

yang harus dikuasai oleh peserta didik.

c. Mengambangkan Strategi Pembelajaran

Pengembangan strategi pembelajaran meliputi penggabungan dua

metode pembelajaran, yaitu metode mind mapping dan simulasi (MISI).

Penggabungan metode ini dilakukan agar memudahkan pendidik dalam proses

pembelajaran teks debat.

d. Penggunaan Bahan Ajar

Pada tahap ini, bahan ajar yang telah dirancang khususnya bahan ajar teks

debat dengan metode mind mapping dan simulasi (MISI) ini dapat digunakan oleh

pendidik dalam pembelajaran debat oleh peserta didik kelas X.

3.5.2 Validasi, Evaluasi, dan Revisi Model

1) Validasi

Setelah produk selesai, langkah selanjutnya memasuki tahap validasi oleh ahli.

Tahap validasi materi dan metodologi dilakukan oleh dosen untuk mengetahui

kelayakan produk yang dikembangkan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan


terhadap produk bahan ajar teks debat dengan metode mind mapping dan simulasi

(MISI).

2) Evaluasi

Setelah melakukan tahapan validasi oleh ahli materi dan metodologi. Tahap

selanjutnya adalah tahap evaluasi. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi

produk yang telah dirancang sebelum dilakukan uji coba.

3) Revisi Model

Setelah melakukan tahap validasi oleh ahli materi dan ahli metodologi tahap

selanjutnya adalah tahap revisi atau perbaikan. Tahap perbaikan ini berlangsung

hingga peneliti mendapatkan produk yang dianggap layak oleh ahli materi dan

metodologi.

Anda mungkin juga menyukai