Anda di halaman 1dari 4

Nama :sri astuti

Npm:018013560

1.jelaskan kapan dan bagaimana penegakan diagnosa HIV positif pada bayi baru lahir??

Jawab:

Biasanya, untuk pemeriksaan dalam rangka mendeteksi HIV pada anak bayi, dokter akan melakukan
tes yang disebut uji polymerase chain reaction (PCR). Tes ini berfungsi untuk mendeteksi keberadaan
DNA HIV, atau tes RNA assay, untuk mendeteksi adanya RNA HIV di dalam tubuh anak.

Bayi yang diduga terkena HIV sejak lahir dianjurkan untuk periksa dengan tes virologis paling awal
pada usia 6 minggu. Pasalnya, pada saat bayi baru lahir dan mencapai usia 3 bulan, keakuratan tes
umumnya mendekati

Tes PCR ini juga kemungkinan membantu untuk mendeteksi HIV pada bayi sebelum antibodinya
yang terinfeksi berkembang. Jika hasil tes pertama dinyatakan positif mengidap HIV, maka dokter
akan menganjurkan agar terapi antiretroviral (ART) segera dimulai.

Terapi ART dilakukan untuk menurunkan jumlah virus dalam darah (viral load), baiknya sampai pada
tingkat virus tidak lagi terdeteksi. Selain itu, bayi juga akan dilakukan pengambilan sampel darah
untuk tes virologis selanjutnya, yakni tes uji kualitatif (mendeteksi adanya virus) dan kuantitatif
(mendeteksi seberapa banyak virus).

Bagaimana cara kerja tes PCR?

Pemeriksaan HIV pada anak dengan tes PCR ini dilakukan dengan menggunakan enzim tertentu.
Enzim ini berfungsi untuk memperbanyak virus HIV yang diduga ada di dalam sampel darah.

Kemudian reaksi kimia akan menandai ada atau tidaknya virus HIV. Penanda adanya virus ini
bentuknya seperti pita (band) yang diukur dan digunakan untuk menghitung jumlah virus. Hasil
pengujian RNA biasanya memakan waktu beberapa hari sampai seminggu.

Hasil viral load HIV pada anak Anda bisa dikatakan tidak terdeteksi jika jumlahnya berada di bawah
40 sampai 75 kopi dalam satu kali sampel darah Anda. Angka tepatnya akan tergantung pada
laboratorium yang menganalisa tes Anda. Ketika hasil viral load tinggi, maka tandanya ada banyak
virus HIV di dalam tubuh anak. Ini juga menandakan bahwa sistem kekebalan tubuh anak gagal
membasmi HIV denga

2.Sebutkan satu diagnosa keperawatan beserta tindakan keperawatan sesuai diagnosa


keperawatan yg diangkat pada anak dgn HIV positif?

Jawab.:

Diagnosa keperawatan adalah kesiapan meningkatkan pengetahuan

tentang cara melakukan perawatan postnatal pasca operasi caesar dan

perawatan bayi.
Implementasi yang dilakukan antara lain :

mengkaji pengetahuan klien tentang perawatan ibu dan bayi; memberikan edukasi tentang

perawatan bayi seperti perawatan tali pusat, membedong dan memandikan bayi;

memberikan informasi tentang perawatan ibu seperti perawatan diri, nutrisi ibu

setelah melahirkan, istirahat/tidur, perawatan/bebat payudara; mendemonstrasikan

tentang perawatan bayi; memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar;

meminta klien untuk mengulang informasi yang telah diberikan; menganjurkan

klien untuk tidak lupa memberikan obat ARV untuk bayinya; memberi

reinforcement positif untuk ibu setelah mampu mengulang informasi yang telah

diberikan; melibatkan suami dalam pemberian pendidikan kesehatan.


3.jelaskan peran apa saja yg dapat dilakukan perawat dalam mengatasi fenomena LSL dengan
HIV/AIDS?

JAWAB:

Peran perawat

Perawat harus mampu membantu mereka keluar dari permaslahanya, bukan malah mencaci maki
mereka tetapi memberikan motivasi dan menjelaskan bahwa itu merupakan hal yg tidak baik,
karena banyak ditemukan dari latar belakang dan alasan-alasan yang lebih umum menunjukkan
bahwa aktifitas LSL yang mereka lakukan awalnya bukanlah keinginan diri yang bersifat
alamiah namun lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal, kontrol sosial, nilai agama dan
kematangan kepribadian. Peranan pergaulan, teman, dan media sangat berperan munculnya
perilaku ini. Tontonan dan komunikasi di media sosial yang yang tidak baik yang mengandung
konten pornografi menjadi pencetus mulanya perilaku tersebut.

4.jelaskan peran apa saja yg dpt dilakukan perawat dlm mengatasi fenomena LSL dengan
HIV/AIDS?

Jawab :

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan pendampingan, edukasi
yang benar tentang HIV / AIDS baik pada penderita, keluarga dan masyarakat. Mendukung
penderita, keluarga juga masyarakat dapat menerima kondisi dengan sikap yang benar dan
memberikan dukungan kepada penderita. Adanya bantuan dari berbagai pihak dapat mengatasi
berbagai stresor dan dapat membantu para penderita meningkatkan kualitas yang dapat
dihindarkan dari stres, depresi, kesulitan serta perasaan dikucilkan. (Susiloningsih)

Peran perawat :

1.Peran perawat dalam mengurangi beban psikis Lakukan pendampingan dan pertahankan
hubungan yang sering dengan pasien sehinggan pasien tidak perlu sendiri dan ditelantarkan.
Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya
diri klien.

2.Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan melakukan rujukan untuk VCT
(Sukarela, Konseling dan Tes) atau tes HIV. VCT penting untuk mengurangi beban psikis. Terkait
dengan masalah penularan HIV, cara tes, tes interpretasi, perjalanan penyakit, serta dukungan yang
dapat diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes juga negatif disampaikan dalam sesi konseling.
Dengan demikian orang yang akan menyetujui pengujian telah dipersiapkan untuk menerima hasil
apakah ini positif atau negatif.
1. Keterbukaan

Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa keterbukaan memang cukup sulit terwujud.
Keterbukaan akan terwujud memalui proses yang panjang, tidak cukup satu atau dua kali bertemu.
Pendekatan secara pribadi harus dilakukan secara terus menerus. Untuk mencapai keterbukaan ini,
salah satu cara yang dipakai oleh para MK adalah dengan mencari kesamaan latar belakang mereka.
Misalnya pasien yang berlatar belakang LGBT maka maka pendampingannya akan dilakukan oleh MK
yang memiliki latar belakang yang sama yaitu LGBT.

Sedangkan pasien yang berlatar belakang pecandu narkotika maka pendampingannya akan
dilakukan oleh MK yang berlatar belakang yang sama.

2. Empati

Ada 3 (tiga) karakteristik kemampuan seseorang dalam berempati, yaitu:

1. Mampu Menerima Sudut Pandang Orang Lain

2. Memiliki Kepekaan Terhadap Perasaan Orang Lain

3. Mampu Mendengarkan Orang Lain

Proses individu berempati melibatkan aspek afektif dan kognitif. Aspek afekif merupakan
kecenderungan seseorang untuk mengalami perasaan emosional orang lain yaitu ikut merasakan
ketika orang lain merasa sedih, menangis, terluka, menderita bahkan disakiti,sedangkan aspek
kognitif dalam empati difokuskan pada proses intelektual untuk memahami perspektif orang lain
dengan tepat dan menerima pandangan mereka, misalnya membayangkan perasaan orang lain
ketika marah, kecewa, senang, memahami keadaan orang lain dari; cara berbicara, dari raut wajah,
cara pandang dalam berpendapat.

3. Suport/dukungan

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap
defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal, karena orang defendif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman
yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.

Perilaku suportif dapat dilihat baik yang terucap (verbal) dengan yang tidak terucap (nonverbal)
seperti anggukan kepala, sorotan mata, atau senyuman yang dapat dipahami sebagai bentuk
dukungan positif terhadap seseorang. Dukungan lebih kepada bagaimana memberi saran dan
pendapat daripada mengevaluasi

Anda mungkin juga menyukai