tyorrees@yahoo.com
Jl. Veteran No. Banjarmasin
ABSTRAK: Cedera kepala merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak dilaporkan di
dunia. Hiperglikemia sebagai suatu komponen respon stres fase akut, hampir selalu ada pada cedera
kepala berat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan beratnya cedera kepala dengan kadar
gula darah sewaktu di RSUD Ulin Banjarmasin periode Mei – Juni 2013. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 57 sampel didapat secara purposive
sesuai kriteria inklusi dengan sebaran 33 pasien mengalami cedera kepala ringan (CKR), 13 pasien cedera
kepala sedang (CKS) dan 11 pasien mengalami cedera kepala berat (CKB). Sebanyak 27 pasien
mempunyai kadar gula darah yang normal (≤ 135), 19 pasien mengalami peningkatan kadar gula darah
(mild hyperglycemia > 135 – 199), dan 11 pasien mengalami peningkatan kadar gula darah sedang
(moderat hyperglycemia ≥ 200). Hasil analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara beratnya cedera kepala
dengan kadar gula darah sewaktu (p = 0,000). Disimpulkan bahwa pasien CKS dan CKB dapat
meningkatkan risiko kejadian peningkatan kadar gula darah dibandingkan pasien CKR.
ABSTRACT: Head injury is one of health problem which has so many reported cases around the
world. Hyperglycemia as a component of the acute phase of stress response , is almost always present in
severe head injury cases. The purpose of this study was to analyze the relationship between the severity of
head injury and blood sugar levels in RSUD Banjarmasin periode May - June 2013. It was a descriptive
study with cross sectional analytic. Total of 57 samples obtained by purposive sampling method
according to inclusion criteria described as 33 patients had mild head injury (MLHI), 13 patients had
moderate head injury (MDHI) and 11 patients had severe head injury (SEHI). The result showed 27
patients had normal blood sugar levels (≤ 135), 19 patients had elevated levels of blood sugar (mild
hyperglycemia> 135-199), and 11 patients had a moderate increased of blood sugar levels (moderate
hyperglycemia ≥ 200). Chi square statistical test with α = 0,05 obtained p = 0,000 (p<0,005) which
indicate there was a significant relationship between the severity of head injury and blood sugar levels. It
can be concluded from this study that patients with moderate and severe head injury are likely to have
incraising incidence of blood sugar levels than patients with mild head injury.
Cedera kepala merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak dilaporkan di dunia. Data
dari Central of Diseases Control and Prevention (CDC) periode 1997-2007 didapatkan angka
kejadian cedera kepala sekitar 1,7 juta per tahun di Amerika Serikat. Cedera kepala juga
merupakan sepertiga (30,5%) dari seluruh cedera yang menyebabkan kematian. Sekitar 75% dari
jumlah tersebut merupakan cedera kepala ringan. Berdasarkan data epidemiologi di Eropa,
insiden cedera kepala mencapai 235 per 100.000 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) 11 per
Mangunkusumo Jakarta periode Januari - Juni, tercatat sebanyak 172 kasus cedera kepala yang
datang ke IGD rumah sakit tersebut dan 69 pasien harus dirawat inap. Sebanyak 122 pasien
cedera kepala menderita cedera kepala ringan, 37 pasien menderita cedera kepala sedang dan 13
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (PKI) tahun 2006, cedera kepala merupakan
penyakit terbanyak ke-6 pada pasien rawat inap (2,18%) (3). Tercatat sebanyak 427 pasien rawat
inap di ruang Nusa Indah Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin akibat cedera kepala
Glukosa darah dibentuk dari proses metabolisme karbohidrat dan disimpan dalam bentuk
glikogen di hati dan otot rangka sebagai cadangan. Secara normal otak memerlukan oksigen dan
glukosa untuk menghasilkan energi melalui proses glikolisis dan siklus kreb, serta membutuhkan
± 4 x 1021 ATP per menit. Metabolisme aerob glukosa sangat efektif untuk menghasilkan energi
yang diperlukan. Oleh sebab itu, otak sangat rentan terhadap gangguan suplai oksigen dan
glukosa (5).
Hiperglikemia sebagai suatu komponen respon stres fase akut, hampir selalu ada pada
cedera kepala berat. Hiperglikemia akan memacu terjadinya cedera sekunder yang akhirnya
dapat menyebabkan kerusakan sel sehingga memperburuk defisit neurologis pasien cedera
kepala (6). Pasien cedera kepala berat dengan hiperglikemia akan menghasilkan glutamat yang
lebih banyak di otaknya. Selain itu, hiperglikemia juga mengakibatkan suplai darah ke otak
berkurang karena peningkatan osmolalitas darah, sehingga fosforilasi oksidatif dan pembentukan
ATP terganggu (5). Penelitian yang dilakukan Jeremitsky pada tahun 2005 mengemukakan
bahwa, hiperglikemia dapat meningkatkan mortalitas dan lamanya perawatan di rumah sakit (7).
Penelitian lain menyebutkan tingginya kadar glukosa darah berhubungan dengan hasil luaran
yang semakin buruk karena glukosa darah mempunyai hubungan buruk dengan asidosis jaringan
otak (8).
Oleh karena cukup tingginya kejadian cedera kepala, serta di RSUD Ulin Banjarmasin
sendiri belum pernah dilakukan penelitan tentang cedera kepala, maka peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan beratnya cedera kepala dengan kadar gula darah sewaktu di RSUD Ulin
Banjarmasin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beratnya cedera kepala dengan
kadar gula darah sewaktu, mengklasifikasikan cedera kepala pada pasien cedera kepala,
mengukur kadar gula darah sewaktu pada pasien cedera kepala, mengidentifikasi perbedaan
kadar gula darah sewaktu pada pasien cedera kepala berdasarkan derajat keparahannya, dan
menganalisis hubungan antara beratnya cedera kepala dengan kadar gula darah sewaktu di
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan khususnya bagi tenaga
kesehatan dalam memberikan penanganan kepada penderita cedera kepala secara cepat dan tepat.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian - penelitian
selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah pasien cedera kepala di IGD RSUD Ulin Banjarmasin periode Mei - Juni 2013 dan
bersedia menjadi subyek penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien cedera kepala yang
memiliki riwayat diabetes mellitus dan pasien yang di bawah pengaruh alkohol. Instrumen penelitian
meliputi kertas informed consent yang dibuat peneliti, glukometer, test strip, jarum penusuk
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Mei
– Juni 2013.
Penelitian mengenai hubungan beratnya cedera kepala dengan kadar gula darah sewaktu di
RSUD Ulin Banjarmasin telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Juni 2013, dan
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kasus cedera kepala ringan (CKR) yang paling
banyak terjadi, yaitu sebanyak 33 pasien (58%), cedera kepala sedang (CKS) sebanyak 13 pasien
menyatakan bahwa, dari 172 pasien cedera kepala di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta, sebanyak 122 pasien (71%) mengalami cedera kepala ringan, 37 pasien (21%)
mengalami cedera kepala sedang, dan 13 (8%) pasien mengalami cedera kepala berat (2).
Kasus cedera kepala berdasarkan kadar gula darah sewaktunya (GDS) dapat dilihat pada
Gambar 5.2.
Gambar 5.2. Distribusi Pasien Cedera Kepala Berdasarkan Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) di
IGD RSUD Ulin Banjarmasin Periode Mei – Juni 2013
Hasil pemeriksaan kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) pasien cedera kepala terlihat pada
grafik diatas. Sebanyak 27 pasien (48%) memiliki kadar gula darah yang normal (≤ 135), 19
pasien (33%) mengalami peningkatan kadar gula darah (mild hyperglycemia > 135 – 199), dan
11 pasien (19%) mengalami peningkatan kadar gula darah sedang (moderat hyperglycemia ≥
200).
Gambar 5.3. Distribusi Pasien Cedera Kepala Berdasarkan Derajat Keparahan dan Kadar Gula
Darah Sewaktu (GDS) di IGD RSUD Ulin Banjarmasin Periode Mei – Juni 2013
Hasil penelitian, dari 33 pasien CKR didapatkan sebanyak 24 pasien (73%) memiliki kadar
gula darah normal, 7 pasien (21%) mengalami peningkatan kadar gula darah (mild
hyperglycemia), dan 2 pasien (6%) mengalami peningkatan kadar gula darah sedang (moderat
hyperglycemia). Diantara 13 pasien CKS didapatkan, 2 pasien (15,5%) memiliki kadar gula
darah normal, 9 pasien (69%) mengalami peningkatan kadar gula darah (mild hyperglycemia),
dan 2 pasien (15,5%) mengalami peningkatan kadar gula darah sedang (moderate
hyperglycemia), sedangkan, dari 11 pasien CKB didapatkan 1 pasien (9%) memiliki kadar gula
darah normal, 3 pasien (27%) mengalami peningkatan kadar gula darah (mild hyperglycemia)
dan 7 pasien (64%) mengalami peningkatan kadar gula darah sedang (moderate hyperglycemia).
Hubungan antara beratnya cedera kepala dengan kadar gula darah sewaktu di RSUD Ulin
Banjarmasin diketahui dengan menguji hipotesis tersebut menggunakan uji chi-square dengan
tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan
hasil uji chi-square (p <0,05), yaitu terdapat hubungan antara beratnya cedera kepala dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Robertson et al (1998) secara
prospektif yang menyatakan bahwa, terjadi peningkatan kadar gula darah pada pasien cedera
kepala khususnya pada hari pertama. Peningkatan kadar gula darah terjadi pada cedera kepala
fase akut, yaitu beberapa jam setelah cedera kepala dan menjadi normal kembali pada minggu
pertama hingga minggu kedua setelah terjadinya cedera kepala (9). Penelitian lain yang
dilakukan Usha et al (2012) secara eksperimental menyatakan bahwa, terjadi peningkatan gula
darah secara signifikan setelah 30 menit terjadi trauma dan perlahan menurun dalam 5 - 10 hari
setelah trauma (10). Hasil penelitian lain oleh King et al, (1971) menyatakan bahwa, pasien
cedera kepala memiliki kadar gula darah lebih tinggi dan memiliki kadar insulin lebih rendah di
Saat trauma, beberapa hormon diaktifkan dan akan mengalami peningkatan seperti
utama tubuh untuk bereaksi terhadap cedera. Perubahan ini disebabkan oleh dampak adrenergik
glukoneogenesis yang terjadi di hati distimulus oleh hormon glukagon, kortisol dan growth
menstimulasi kedua proses tersebut. Resistensi insulin terjadi melalui proses penghambatan kerja
oleh hormon glukagon melalui pengikatan reseptor glukosa pada sel (13).
sumber energi bagi kelangsungan sel, karena glukosa yang terbentuk sangat dibutuhkan sebagai
bahan bakar utama bagi jaringan yang mengalami cedera. Rendahnya kadar insulin, disamping
resistensi insulin yang terjadi, menyebabkan terjadinya lipolisis dan mobilisasi cadangan lemak
tubuh sebagai upaya penyediaan energi. Glukosa diperoleh tubuh dari glikogen, tetapi hanya
bertahan untuk 12 – 18 jam, karena cadangan glikogen terbatas. Setelah itu, glukoneogenesis
dirangsang oleh kortikosteroid dan glukagon. Fase penghancuran protein otot untuk
dari respon metabolik pada trauma (13, 14, 15). Hiperglikemia pada trauma berhubungan erat
PENUTUP
Kesimpulan penelitian ini adalah sebanyak 33 (58%) pasien cedera kepala mengalami
cedera kepala ringan, 13 pasien (23%) mengalami cedera kepala sedang, dan 11 pasien (19%)
mengalami cedera kepala berat. Sebanyak 27 (48%) pasien cedera kepala memiliki kadar gula
darah normal dengan rata-rata 107,7 mg/dl, 19 pasien (33%) mengalami peningkatan kadar gula
darah (mild hyperglycemia) dengan rata-rata 164,4 mg/dl, dan 11 pasien (19%) mengalami
peningkatan kadar gula darah sedang (moderate hyperglycemia) dengan rata-rata 254,8 mg/dl.
Dari 33 pasien CKR, sebanyak 24 pasien (73%) memiliki gula darah normal, 7 (21%) pasien
mengalami peningkatan gula darah (mild hyperglycemia), dan 2 (6%) pasien mengalami
peningkatan kadar gula darah sedang (moderate hyperglycemia). Diantara 13 pasien CKS, 2
pasien (15,5%) memiliki kadar gula darah normal, 9 pasien (69%) mengalami peningkatan kadar
gula darah (mild hyperglycemia), dan 2 pasien (15,5%) mengalami peningkatan kadar gula darah
sedang (moderate hyperglycemia). Diantara 11 pasien CKB, 1 pasien (9%) memiliki kadar gula
darah normal, 3 pasien (27%) mengalami peningkatan kadar gula darah (mild hyperglycemia),
dan 7 pasien (64%) mengalami peningkatan kadar gula darah sedang (moderate hyperglycemia).
Terdapat hubungan yang bermakna antara beratnya cedera kepala dengan kadar gula darah
sewaktu di IGD RSUD Ulin Banjaramasin bulan Mei – Juni 2013 (p = 0,000).
Penelitian ini tidak melakukan penilaian terhadap luaran pasien cedera kepala yang
mengalami peningkatan kadar gula darah sewaktu, sehingga untuk peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian mengenai hubungan kadar gula darah sewaktu dengan luaran pasien cedera
kepala.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk memberikan masukan kepada bagian IGD
RSUD Ulin Banjarmasin untuk memperhatikan kadar gula darah sewaktu pada pasien yang
mengalami cedera kepala, sehingga dengan mengetahui kadar gula darah sewaktu pasien, dokter
dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya cedera sekunder yang dapat memperburuk pasien
cedera kepala.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 35.948 4 .000
Likelihood Ratio 32.730 4 .000
Linear-by-Linear Association 24.238 1 .000
N of Valid Cases 57
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.32.
Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for gcs (ckr /
cks)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 21.675 2 .000
Likelihood Ratio 23.884 2 .000
Linear-by-Linear Association 20.387 1 .000
N of Valid Cases 57
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5.05.
Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for GCS2 (1 / 2)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
DAFTAR PUSTAKA
Coronado VG, Likang Xu, Basavaraju SV, et al. Surveillance for traumatic brain injury-related
deaths – United States, 1997 – 2007. Centers for Disease Control and Prevention.
Morbidity and Mortality Weekly Report 2011; 60.
Wreksoatmodjo BR. Profil penderita cedera kepala di Unit Gawat Darurat (UGD) sebuah Rumah
Sakit di Jakarta. Majalah Kedokteran Damianus 2006; 5(2): 137-143.
Tim editor. Profil kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2007.
RSUD Ulin Banjarmasin. Laporan tahunan RSUD Ulin Banjarmasin. Banjarmasin. Bagian
IRNA. 2012.
Zauner A and Muizeelar JP. Brain metabolism and cerebral outflow. Head injury and
pathophysiology and management of severe closed injury. London: Chapman and Hall
Medical. 1997: 89-99.
Mandelow DA and Crawford PJ. Primary and secondary brain injury in patophisiology and
management of severe closed head injury. Eds. Reilly P, Bullock R, 6th ed. London:
Chapman and hall Medical. 1987. 1-21.
Jeremitsky E, Omert LA, Dunham CM, et al. The impact of hyperglycemia on patient with
severe brain injury. J Trauma 2005; 58 (1): 47-50.
Riahi D. Apoptosis pada cedera otak traumatika. Simposium: Apoptosis Charming to Death.
Jakarta. 2006.
Robertson CS, Clifton GL. Alteration in cerebral availability of metabolic substrates after head
injury. JTrauma 1998; 28: 1523-32.
Usha SA, Vickneshwaran V, Sanat KS. Significance of random blood sugar in traumatic brain
injury. Current Neurobiology 2012; 3(2): 103-106.
King LR, Knowles JR, McLaurin RL, et al. Glucose tolerance and plasma insulin in cranial
trauma. Annals of Surgery 1971; 173(3): 337-43.
Shahrokh YC, Masoomeh AD, Hanieh M, et al. Admission hyperglycemia in head injured
patients. Acte Medica Iranica 2009; 47(1): 57-60.
Mayumi P, Tiffany G, Daya A, et al. The pathophysiology of traumatic brain injury at a glance:
disease models and mechanisms. Los Angeles: The Company of Biologists. 2013.
Willy A, Asadul I. Inflamasi dan proses glukoneogenesis pada cedera kepala berat. The
Indonesian Journal of Medical Science 2009; 1: 368-379.