Anda di halaman 1dari 8

Lex Administratum, Vol. V/No.

2/Mar-Apr/2017

ANALASIS ATAS PERMINTAAN PENYIDIK ahli atau memiliki keahlian khusus”. Keterangan
UNTUK DILAKUKANNYA VISUM ET REPERTUM ahli diterangkan pada Pasal 1 butir ke-28
MENURUT KUHAP1 KUHAP yang menyatakan: “keterangan ahli
Oleh : Yosy Ardhyan2 adalah keterangan yang diberikan oleh seorang
yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
ABSTRAK diperlukan untuk membuat terang suatu
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk perkara pidana guna kepentingan suatu perkara
mengetahui bagaimana kewenangan penyidik pidana”.
terhadap permintaan visum et repertum pada Kenyataannya dalam penegakan hukum
tahap penyidikan menurut KUHAP dan baimana khususnya pada proses penyidikan dalam
peranan visum et repertum dalam pemeriksaan mengungkap kasus tindak pidana penganiayaan
tindak pidana pada tahap penyidikan perkara hampir semuanya memerlukan keterangan
pidana. Dengan menggunakan metode dokter ahli forensik untuk mengawali
penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. penyidikan itu, dengan keterangan dokter ahli
Penyidik berwenang melakukan pemeriksaan diakui cukup efektif di dalam penyidikan tindak
seorang korban baik luka, keracunan ataupun pidana penganiayaan. Pengertian secara
mati yang diduga karena peristiwa yang harfiah Visum Et Repertum adalah berasal dari
merupakan tindak pidana, dapat mengajukan kata Visual, yaitu melihat dan Repertum yaitu
permintaan keterangan ahli kepada ahli melaporkan, berarti; apa yang dilihat dan
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau diketemukan, sehingga Visum Et Repertum
ahli lainnya secara tertulis yang di dalamnya merupakan suatu laporan tertulis dari dokter
disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, perihal
luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti
bedah mayat. Jika si korban yang luka dibawa hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti
ke rumah sakit untuk diadakan pemeriksaan, ia lain kemudian dilakukan pemeriksaan
harus diantar oleh Polisi dan disertai dengan berdasarkan pengetahuan yang sebaik-
surat keterangan. Korban mati (mayat) yang baiknya.3 Atas dasar itu selanjutnya diambil
oleh penyidik pada pengiriman untuk kesimpulan yang juga merupakan pendapat
pemeriksaan dokter kehakiman atau dokter dari seorang ahli ataupun kesaksian (ahli)
pada rumah sakit haruslah diberi label yang secara tertulis sebagaimana yang tertuang
memuat identitas mayat, dilakukan dan diberi dalam bagian pemberitaan (hasil
cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari kaki pemeriksaan).4 Sementara itu menurut Subekti
atau bagian lain badan mayat. 2. Fungsi visum dan Tjitrosudibio menyatakan bahwa, Visum Et
et repertum dalam pemeriksaan tindak pidana Repertum adalah suatu keterangan dokter yang
pada tahap penyidikkan antara lain mendukung memuat kesimpulan suatu pemeriksaan yang
upaya kelancaran penyidikan tindak pidana telah dilakukan misalnya atas mayat seseorang
serta keakuratan penemuan barang bukti untuk menentukan sebab kematian dan lain
dalam pembuktian tindak pidana yang terjadi. sebagainya, keterangan mana diperlukan oleh
Kata kunci: Permintaan penyidik, visum et hakim dalam suatu perkara.5
repertum, Pada proses penyidikan perkara pidana yang
menyangkut dengan tubuh, kesehatan, dan
PENDAHULUAN nyawa manusia memerlukan bantuan seorang
A. Latar Belakang Penulisan ahli dokter. Bantuan seorang dokter dengan
Permintaan bantuan penegak hukum ilmu kedokteran kehakiman yang dimilikinya
kepada seorang ahli untuk mengungkap suatu sebagaimana tertuang dalam Visum Et
perkara pidana ditegaskan pada Pasal 120 ayat Repertum yang dibuatnya mutlak diperlukan.
(1) KUHAP yang berbunyi: “Dalam hal penyidik
menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat
3
Tjiptomartono Agung Legowo,. Penerapan Ilmu
Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan, Karya
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Frans Maramis, SH, Unipres, Jakarta, 1982, hal 15
4
MH; Eske Worang, SH, MH Tholib Setiady,. Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Kehakiman, Cet Ke-2, Alfabeta, Bandung, 2009, hal. 39-40.
5
120711549 Ibid, hal.40.

111
Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Visum Et Repertum sebagai laporan tertulis HASIL DAN PEMBAHASAN


untuk kepentingan peradilan atas permintaan A. Permintaan Penyidik Polisi Untuk di
penegak hukum yang berwenang di sini Lakukannya Visum et Repertum Menurut
khususnya oleh penyidik. Visum Et Repertum KUHAP
dibuat oleh dokter sesuai apa yang dilihat dan Pejabat yang dapat meminta visum et
diketemukanya pada pemeriksaan barang repertum atas seseorang korban tindak pidana
bukti, berdasarkan sumpah kedokteran, serta kejahatan terhadap kesehatan dan nyawa
berdasarkan pengetahuanya.6 Terhadap tanda- manusia adalah penyidik dan penyidik
tanda kekerasan yang merupakan salah satu pembantu polisi, baik POLRI maupun Polisi
unsur penting untuk pembuktian tindak Militer, sesuai dengan jurisdiksinya masing-
pidana, hal tersebut dapat diketemukan pada masing. Selain itu jaksa penyidik berwenang
hasil pemeriksaan yang tercantum dalam Visum pula meminta visum et repertum pada perkara
Et Repertum. Penyidik tentunya akan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Hakim juga
menentukan langkah lebih lanjut terhadap dapat meminta visum et repertum (psikiatrik)
proses penyidikan perkara pidana tersebut sesuai dengan Pasal 180 jo Pasal 187 KUHAP,
agar diperoleh kebenaran materiil dalam biasanya melalui jaksa penuntut umum.
perkara tersebut dan terungkap secara jelas Penasehat hukum tersangka tidak diberi
tindak pidana yang terjadi. kewenangan untuk meminta visum et repertum
Berdasarkan penjelasan di atas penulis kepada dokter, demikian pula tidak boleh
tertarik untuk melakukan penelitian lebih meminta salinan visum et repertum langsung
lanjut tentang peranan Visum Et Repertum yang dari dokter. Penasehat hukum tersangka dapat
diwujudkan dalam penulisan skripsi dengan meminta salinan visum et repertum dari
judul: Analisis Terhadap Permintaan penyidik penyidik atau dari pengadilan pada masa
atas dilakukannya visum et repertum menurut menjelang persidangan.8
KUHAP. Korban atau keluarga korban juga tidak
memiliki kewenangan untuk meminta visum et
B. Perumusan Masalah repertum langsung dari dokter. Akan tetapi
1. Bagaimanakah kewenangan penyidik mereka berhak memperoleh informasi tentang
terhadap permintaan visum et repertum korban pada saat yang tepat dari penyidik, dan
pada tahap penyidikan menurut KUHAP ? mereka juga dapat memperoleh salinan visum
2. Baimanakah peranan visum et repertum et repertum dari penyidik atau dari pengadilan
dalam pemeriksaan tindak pidana pada pada masa menjelang persidangan. Dalam hal
tahap penyidikan perkara pidana? visum et repertum tersebut merupakan hasil
pemeriksaan atas seseorang korban hidup,
C. Metode Penelitian maka dokter pemeriksa berhak untuk
Metode penelitian yang digunakan adalah memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada
tipe penelitian yuridis normative, maka korban. Sikap ini masih dapat dibenarkan dari
pendekatan yang digunakan dalam penelitian segi etika kedokteran, dan berkaitan dengan
ini adalah: hak pasien atas informasi medis dirinya.
a. Pendekatan perundang-undangan (statue Berbeda dengan prosedur pemeriksaan
approach). Pendekatan ini dimaksudkan korban mati yang telah mempunyai ketentuan
melakukan pengkajian peraturan perundang- yang mengaturnya dan bahkan mempunyai
undangan yang berhubungan dengan pokok ancaman hukuman bagi pelanggarnya,
bahasan. prosedur permintaan visum et repertum
b. Pendekatan konseptual (conceptual korban hidup (luka, keracunan dan kejahatan
approach) yaitu dengan cara seksual / abortus) tidak diatur secara rinci di
mengidentifikasi dan menganalisa konsep- dalam KUHAP.
konsep hukum dalam teori maupun praktik Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang
hukum.7 pemeriksaan apa saja yang harus dan boleh

6 8
Tjiptomartono Agung Legowo,. Op Cit, hal. 1. Tjiptomartono Agung Legowo,. Penerapan Ilmu
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan, Karya
Jakarta, 2005, hlm 119. Unipres, Jakarta, 1982, hal. 1.

112
Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

dilakukan oleh dokter (dalam pasal 133 hanya barang bukti.25 Yang merupakan "barang bukti"
tertulis pemeriksaan luka). Hal ini berarti pada tubuh korban hidup tersebut adalah
bahwa pemilihan jenis pemeriksaan yang perlukaannya beserta akibatnya, dan segala
dilakukan diserahkan sepenuhnya kepada sesuatu yang berkaitan dengan perkara
dokter dengan mengandalkan tanggung-jawab pidananya. Sedangkan orangnya sebagai
profesi kedokteran. KUHAP juga tidak memuat manusia tetap diakui sebagai subyek hukum
ketentuan tentang bagaimana menjamin dengan segala hak dan kewajibannya. Dengan
keabsahan seseorang korban sebagai "barang demikian, oleh karena barang bukti tersebut
bukti".24 Ketentuan tentang perlakuan terhadap tidak dapat dipisahkan dari orangnya, maka
korban hidup tidak menunjukkan bahwa ia tidak dapat disegel maupun disita. Yang dapat
adalah barang bukti; ia tidak diberi label dan dilakukan adalah "menyalin" barang bukti
tidak disegel, apalagi disita oleh negara. Situasi tersebut ke dalam bentuk visum et repertum.
tersebut membawa kita kepada keadaan, Adanya keharusan membuat visum et repertum
dimana dokter turut bertanggung-jawab atas atas seseorang korban tidak berarti bahwa
pemastian kesesuaian antara identitas yang korban tersebut, dalam hal ini sebagai pasien,
tertera di dalam surat permintaan visum et untuk tidak dapat menolak sesuatu
repertum dengan identitas korban yang pemeriksaan. Keadaan ini berbeda dengan
diperiksa. korban mati yang tidak merangkap perannya
Dalam praktek sehari-hari, orang dengan sebagai pasien dengan segala haknya. Korban
luka-luka akan dibawa langsung ke dokter, baru hidup adalah juga pasien sehingga mempunyai
kemudian dilaporkan ke penyidik. Hanya hak untuk memperoleh informasi medik
korban dengan luka ringan atau tampak ringan tentang dirinya, hak menentukan nasibnya
saja yang akan lebih dahulu melapor ke sendiri (rights to self determination), hak untuk
penyidik sebelum pergi ke dokter. Hal ini menerima atau menolak suatu pemeriksaan
membawa kemungkinan bahwa surat dan hak memperoleh pendapat kedua (second
permintaan visum et repertum korban luka opinion), serta tentu saja hak untuk
akan datang "terlambat" dibandingkan dengan dirahasiakan ihwalnya.
pemeriksaan korbannya. Sepanjang Umumnya korban tidak akan menolak
keterlambatan ini masih cukup beralasan dan pemeriksaan dokter bila telah dijelaskan
dapat diterima, maka keterlambatan ini tidak manfaatnya bagi korban sendiri sehubungan
boleh dianggap sebagai hambatan pembuatan dengan perkara pidananya. Terlebih bila diingat
visum et repertum. Sebagai contoh bahwa biasanya pemeriksaan tersebut
keterlambatan seperti ini adalah keterlambatan dikaitkan dengan upaya pengobatan dirinya.
pelaporan kepada penyidik seperti yang Apabila suatu pemeriksaan dianggap perlu oleh
dimaksud di atas, kesulitan komunikasi dan dokter pemeriksa tetapi pasien menolaknya,
sarana perhubungan, overmacht (berat lawan) maka hendaknya dokter meminta pernyataan
dan noodtoestand (keadaan darurat). Syarat tertulis singkat penolakan tersebut dari pasien
pembuatan visum et repertum sebagai alat disertai alasannya atau bila hal itu tidak
bukti surat sebagaimana tercantum dalam mungkin dilakukan, agar mencatatnya di dalam
pasal 187 butir c sudah terpenuhi dengan catatan medis.26 Ketentuan hukum mengenai
adanya surat permintaan resmi dari penyidik. siapa yang paling berwenang dalam
Tidak ada alasan bagi dokter untuk menolak pembuatan visum et repertum korban
permintaan resmi tersebut. kejahatan seksual tidaklah jelas. Selama ini para
Perlu diingat bahwa selain sebagai korban dokter spesialis kebidanan dan penyakit
(pidana), ia juga berperan sebagai pasien, yaitu kandungan, yang memang terbiasa memeriksa
seorang manusia yang merupakan subyek pasien wanita, dianggap paling berwenang
hukum, dengan segala hak dan kewajibannya. dalam pembuatan visum et repertum korban
Hal ini berarti bahwa seseorang korban hidup kejahatan seksual.
tidak secara "en block" (seutuhnya) merupakan

25
Njowito Hamdani., Ilmu Kedokteran Kehakiman,
24
Kuffal, Pemahaman Bukti Petunjuk dalam Hukum Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 1992 ,hal 128.
26
Pidana,. Press UI, Jakarta, 2011, hal 23. Ibid.

113
Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Namun apabila diingat bahwa korban pidana, maka visum et repertum mempunyai
kejahatan seksual pada dasarnya adalah korban peran sebagai berikut42:
"perlukaan", dan bahwa pemeriksaan yang a. Sebagai alat bukti yang sah.
harus dilakukan bukan hanya sekedar Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
pemeriksaan fisik dan tujuannya adalah untuk KUHAP Pasal 184 ayat (1) jo Pasal 187 huruf c.
pembuktian, maka dokter spesialis forensik b. Bukti penahanan Tersangka
tampaknya akan mempunyai peranan yang Didalam suatu perkara yang mengaharuskan
lebih besar.27 Hal ini juga didukung oleh segi penyidik melakukan penahanan tersangka
keilmuan yang digunakan dalam memeriksa pelaku tindak pidana, maka penyidik harus
korban kejahatan seksual, yaitu ilmu-ilmu mempunyai bukti-bukti yang cukup untuk
forensik dan bukan ilmu obstetri maupun melakukan tindakan tersebut. Salah satu bukti
ginekologi. Hal penting yang harus adalah akibat tindak pidana yang dilakukan oleh
diperhatikan adalah bahwa pemeriksa adalah tersangka terhadap korban. Visum Et Repertum
dokter yang memiliki pengetahuan dan yang dibuat oleh dokter dapat dipakai oleh
ketrampilan yang memadai, baik di bidang penyidik sebagai pengganti barang bukti untuk
ginekologi maupun di bidang kedokteran melengkapi surat perintah penahanan
forensik. tersangka.
c. Sebagai bahan pertimbangan hakim.
B. Fungsi Visum et Repertum Dalam Meskipun bagian kesimpulan Visum Et
Pemeriksaan Tindak Pidana Repertum tidak mengikat hakim, namun apa
Terkait dengan peranan Visum Et Repertum, yang diuraikan di dalam bagian pemberitaan
sebelum kita mengulas tentang bagaimana sebuah Visum Et Repertum adalah merupakan
peranan Visum Et Repertum maka kita akan bukti materiil dari sebuah akibat tindak pidana,
telaah terlebih dahulu dengan apa yang di disamping itu bagian pemberitaan ini adalah
maksud dengan kata “peranan”. Dalam kamus dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti
Besar Bahasa Indonesia kata “peran” diartikan yang telah dilihat dan ditemukan oleh dokter.
sebagai seperangkat tingkat yang diharapkan Dengan demikian dapat dipakai sebagai bahan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam pertimbanganbagi hakim yang sedang
masyarakat”. Sedangkan kata “peranan” menyidangkan perkara tersebut.43
diartikan yaitu “bagian dari tugas yang harus Berkaitan dengan di atas bahwa
dijalankan”. Kata “pemeranan” diartikan pemeriksaan perkara pidana adalah mencari
“proses, cara, perbuatan memahami, perilaku kebenaran materiil, maka setiap masalah yang
yang diharapkan dan diikatkan dengan berhubungan dengan perkara pidana tersebut
kedudukan seseorang.41 harus dapat terungkap secara jelas. Demikian
Dari definisi tentang “peranan” di atas yang halnya dengan visum et repertum yang dibuat
berartikan sebagai tugas yang harus dijalankan, oleh dokter spesialis forensik atau atau dokter
maka kemudian ketika kata “peranan” ahli lainnya, dapat memperjelas alat bukti yang
disandingkan dengan kalimat Visum Et ada bahwa tindak pidana benar-benar terjadi
Repertum maka yang di maksud adalah tugas, dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.
fungsi dari pada Visum et repertum yang Sehubungan dengan hakekat pemeriksaan
khususnya dalam hal kewenangan polisi untuk perkara pidana adalah mencari kebenaran
memintakan visum et Repetum pada tingkat materiil maka kemungkinan menghadapkan
pemeriksaan pendahuluan. Dokter untuk membuat visum et repertum
Menurut H.M. Soedjatmiko, sebagai suatu adalah suatu hal yang wajar demi kepentingan
keterangan tertulis yang berisi hasil pemeriksaan dan pembuktian. 44Mengenai
pemeriksaan seorang dokter ahli terhadap dasar hukum peranan visum et repertum dalam
barang bukti yang ada dalam suatu perkara fungsinyamembantu aparat penegak hukum
menangani suatu perkara pidana, hal ini
27
Kuffal,. Op-Cit, hal 25
41 42
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Soedjatmiko, H.M,. Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Edisi Kedua, Kedokteran UNIBRAW, Malang, Malang, 2001, hal
43
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Ibid,. hal 7.
44
1994, hal, 751. Yahya Harahap, Op-Cit

114
Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

berdasarkan ketentuan dalam KUHAP yang tertulis semuanya termasuk dalam pasal 184
memberi kemungkinan dipergunakannya KUHAP tentang alat bukti yang sah.
bantuan tenaga ahli untuk lebih memperjelas Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam
dan mempermudah pengungkapan dan KUHAP diatas, maka baik tindakan dokter
pemeriksaan suatu perkara pidana. dalam membantu proses peradilan (dimana
Ketentuan dalam KUHAP yang memberi dalam hal ini tindakan membuat visum et
dasar hukum bahwa pada tahap penyidikan repertum untuk kepentingan penanganan
penyidik dapat meminta keterangan ahli, perkara pidana) maupun tindakan penyidik
dimana hal ini meliputi pula keterangan ahli dalam meminta bantuan tersebut, keduanya
yang diberikan oleh dokter pada visum et mempunyai dasar hukum dalam
repertum yang dibuatnya atas pemeriksaan pelaksanaannya.
barang bukti, adalah sebagai berikut : Barang bukti seperti Visum Et Repertum
a) Pasal 7 KUHAP mengenai tindakan yang sangat diperlukan untuk kepentingan-
menjadi wewenang Penyidik, khususnya kepentingan sebagai berikut:
dalam hal mendatangkan orang ahli yang a. mendukung kelancaran upaya penyidikkan
diperlukan dalam pemeriksaan perkara. perkara.
b) Pasal 120 KUHAP. Pada ayat (1) pasal ini b. mendukung keakuratan hasil pemeriksaan
disebutkan : “Dalam hal penyidik medis Visum Et Repertum.
menganggap perlu, ia dapat minta pendapat c. dijadikan sebagai sarana pembuktian pada
orang ahli atau orang yang memiliki keahlian sidang pengadilan.
khusus.” Dengan digunakannya Visum Et Repertum
c) Pasal 133 KUHAP dimana pada ayat (1) sebagai alat bukti di pengadilan maka sangat
dinyatakan : “Dalam hal penyidik untuk diharapkan dapat menekan dan mengurangi
kepentingan peradilan menangani seorang terjadinya tindak pidana di masyarakat.
korban baik luka, keracunan ataupun mati Tugas dokter dalam ilmu kedokteran
yang diduga karena peristiwa yang Kehakiman adalah membantu para petugas
merupakan tindak pidana, ia berwenang kepolisian, kejaksaan dan kehakiman dalam
mengajukan permintaan keterangan ahli mengungkap suatu perkara pidana yang
kepada ahli kedokteran kehakiman atau berhubugnan dengan pengrusakan tubuh,
dokter atau ahli lainnya”. kesehatan dan nyawa manusia, sehingga
Ayat (2) Pasal 133 KUHAP menyebutkan : bekerjanya harus obyektif dengan
“Permintaan keterangan ahli sebagaimana mengumpulkan kenyataan-kenyataan dan
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara menghubungkannya satu sama lain secara logis
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan untuk kemudian mengambil kesimpulan, maka
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau oleh karenanya pada waktu memberi laporan
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan dalam pemberitaan dari visum et repertum itu
bedah mayat.” Sedangkan mengenai dasar harus yang sesungguh-sungguhnya dan
hukum tindakan dokter dalam memberikan seobyektif-obyektifnya tentang apa yang dilihat
bantuan keahliannya pada pemeriksaan dan diketemukan pada waktu pemeriksaan dan
perkara pidana, hal ini tercantum dalam Pasal dengan demikian visum et repertum
179 KUHAP dimana pada ayat (1) disebutkan : merupakan kesaksian tertulis.
“Setiap orang yang diminta pendapatnya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter secara tegas dinyatakan dalam Pasal 133,
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan menyebutkan:
ahli demi keadilan.”45 (1) “Dalam hal penyidik untuk kepentingan
Bantuan dokter untuk proses peradilan peradilan menangani seorang korban
dapat diberikan secara lisan (berdasar Pasal 186 baik luka, keracunan ataupun mati yang
KUHAP), dapat juga secara tertulis (berdasar diduga karena peristiwa yang
Pasal 187 KUHAP). Bantuan dokter untuk merupakan tindak pidana, ia
proses peradilan baik secara lisan ataupun berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kedokteran kehakiman
45
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dan atau dokter dan atau ahli-ahli lainnya.
Penjelasannya, Yayasan Pelita Jakarta, 1982, hal. 43

115
Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

(2) Permintaan keterangan ahli dimaksud dalam Pasal 133 ayat (3)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Undang-Undang ini”.51
dilakukan secara tertulis yang dalam Kewajiban penyidik untuk memberitahukan
surat itu disebutkan dengan tegas terlebih dahulu kepada keluarga korban jika
untuk pemeriksaan luka atau diperlukan bedah mayat, membawa
pemeriksaan mayat dan atau konsekwensi bahwa penyidiklah yang akan
pemeriksaan bedah mayat. menghadapi dan wajib menerangkan dengan
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan
kedokteran kehakiman atau dokter perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
pada rumah sakit harus diperlakukan Apabila keluarganya tetap berkeberatan dan
secara baik dengan penuh menentang/ menghalang-halangi untuk
penghormatan terhadap mayat diadakan pemeriksaan bedah mayat, maka
tersebut dan diberi label yang memuat terhadap mereka diancam dengan ketentuan
identitas mayat, dilakukan dengan Pasal 222 KUHP yang berbunyi : “Barang siapa
diberi cap jabatan yang diletakkan pada dengan sengaja menghalang-halangi,
ibu jari kaki atau bagian lain badan merintangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat”.50 mayat untuk pengadilan dihukum penjara
Jadi, menurut ketentuan Pasal 133 ayat (2) selama-lamanya sembilan bulan atau denda
KUHAP bahwa permintaan keterangan kepada setinggi-tingginya Rp.4.500,-“52
ahli kedokteran kehakiman atau dokter/ahli Memori penjelasan Pasal 222 KUHP
lainnya harus dilakukan secara tertulis, menyebutkan : “Pemeriksaan mayat untuk
sehingga bagi dokter/ahli yang bersangkutan pengadilan = pemeriksaan yang dilakukan oleh
sudah benar-benar mendapat perlindungan seorang ahli atas perintah hakim, jaksa atau
hukum dan dengan demikian mereka tidak polisi dalam pemeriksaan perkara, untuk
akan ragu-ragu dalam mengetahui sebab matinya orang”.53
melaksanakan/melakukan tugas kewajibannya Menyimpang dari penjelasan Pasal 222 KUHP
serta tanpa ada suatu kekhawatiran akan tersebut, KUHAP sebagai hukum acara pidana
timbul keberatan dari pihak manapun. Dan yang positif secara expresis verbis erdasarkan
kalau memang ada keberatan dari pihak ketentuan Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 133 ayat
keluarganya untuk dilakukan bedah mayat (1) telah menyebutkan bahwa penyidik bila
(autopsy) maka Pasal 134 KUHAP menentukan : menganggap perlu dan untuk
(1) “Dalam hal sangat diperlukan dimana kepentinganperadilan menangani seorang
untuk keperluan pembuktian bedah korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
mayat tidak mungkin lagi dihindari, diduga karena peristiwa yang merupakan
penyidik wajib memberitahukan tindak pidana ia berwenang mengajukan
terlebih dahulu kepada keluarga permintaan keterangan ahli kepada ahli
korban. kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
(2) Dalam hal keluarga korban keberatan, ahli lainnya. Berdasarkan ketentuan termaksud,
penyidik wajib menerangkan dengan mutatis mutandis telah jelas bagi kita bahwa
sejelas-jelasnya tentang maksud dan yang mengajukan permintaan Visum et
tujuan perlu dilakukannya Repertum (secara tertulis) adalah penyidik.
pembendahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada PENUTUP
tanggapan apapun dari keluarga atau A. Kesimpulan
pihak yang perlu diberitahu tidak 1. Penyidik berwenang melakukan pemeriksaan
diketemukan, penyidik segera seorang korban baik luka, keracunan
melaksanakan ketentuan sebagaimana
51
Yahya Harahap,. Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010. hal.209
52
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
50
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Politeia Bogor,1982, hal.151.
53
Dan Penjelasannya, Yayasan Pelita Jakarta, 1982, hal. 42. Ibid.

116
Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

ataupun mati yang diduga karena peristiwa DAFTAR PUSTAKA


yang merupakan tindak pidana, dapat Abdul Mun’in Idries dan Agung Legowo
mengajukan permintaan keterangan ahli Tjiptomartono, Penerapan Ilmu Kedokteran
kepada ahli kedokteran kehakiman atau Kehakiman Dalam Proses Penyidikan , Karya
dokter dan atau ahli lainnya secara tertulis Unipres, Jakarta, 1982.
yang di dalamnya disebutkan dengan tegas Amri Amir, Amri Amiruddin. Pelayanan Visum
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan et Repertum jenazah dengan pemeriksaan
mayat atau pemeriksaan bedah mayat. Jika luar dan pemeriksaan sebagian, Kongres
si korban yang luka dibawa ke rumah sakit IAPI VI, Denpasar,1989.
untuk diadakan pemeriksaan, ia harus Atang R. Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran
diantar oleh Polisi dan disertai dengan surat Kehakiman (Forensic Science), Tarsito,
keterangan. Korban mati (mayat) yang oleh Bandung, 1983.
penyidik pada pengiriman untuk C. S. T. Kansil., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
pemeriksaan dokter kehakiman atau dokter Hukum Indonesia,: Balai Pustaka,Jakarta,
pada rumah sakit haruslah diberi label yang 2002.
memuat identitas mayat, dilakukan dan Gerry Muhammad Rizki, KUHP & KUHAP , Surat
diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu Putusan MK nomor 6/PUU - V/2007 Tentang
jari kaki atau bagian lain badan mayat. Perubahan Pasal 154 Dan 156 Dalam KUHP.
2. Fungsi visum et repertum dalam Harahap, Yahaya. Pembahasan Permasalahan
pemeriksaan tindak pidana pada tahap dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
penyidikkan antara lain mendukung upaya Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
kelancaran penyidikan tindak pidana serta -------------------, Keterangan Ahli berdasarkan
keakuratan penemuan barang bukti dalam KUHAP, Makalah Seminar Nasional
pembuktian tindak pidana yang terjadi. Pengakan Hukum Pidana, 2011.
Hartono,. Penyidikan dan Penegakan Hukum
B. Saran Pidana melalui Pendekatan Hukum
1. Diperlukan satu jalinan kerjasama yang baik Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
dan efektif di antara kalangan yang terlibat Setiady, Tholib,. Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran
dalam visum, sehingga pelayanan visum et Kehakiman, Cet Ke-2, Alfabeta, Bandung,
repertum oleh dokter kepada penegak 2009.
hukum dapat mencapai sasaran yang Njowito Hamdani., Ilmu Kedokteran
dikehendaki. Untuk menghadapi famili Kehakiman, Gramedia Pustaka Utama.
korban, sangat diperlukan penempatan Jakarta, 1992.
petugas Polri di kamar jenazah. Hendaknya Soedjatmiko, H.M,. Ilmu Kedokteran Forensik,
dapat dikeluarkan suatu keputusan Fakultas Kedokteran UNIBRAW, Malang,
bersama sampai berapa hari dokter dapat Malang, 2001
menunggu kapan pencabutan dapat Soesilo R., Kitab Undang-Undang Hukum
dilakukan baik untuk kasus yang menunggu Pidana (KUHP) Serta Komentar-
pencabutan visum maupun korban yang Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
tidak ada familinya. Politeia Bogor. 1982.
2. Sampai sekarang belum dapat ditentukan ------------------, Taktik dan Teknik Penyidikan
siapa yang menanggung biaya untuk Perkara Kriminal,: politea, Bogor, 1980.
menerbitkan visum.. Laporan tertulis dari Satochid Kartanegara,. Hukum Acara Pidana,
seorang dokter (ahli) atas Jilid I Jakarta, Medio April 1965.
perintah/permintaan tertulis dari penyidik Tjiptomartono Agung Legowo,. Penerapan Ilmu
terhadap hasil pemeriksaan (yaitu yang Kedokteran Kehakiman Dalam Proses
telah dilihat dan ditemukan berdasarkan Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, 1982.
pengetahuan sebaik-baiknya) atas barang Tjiptomartono Agung Legowo,. Penerapan Ilmu
bukti baik benda hidup atau benda mati Kedokteran Kehakiman Dalam Proses
untuk peradilan, dengan mengingat Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, 1982.
sumpah atau janji pada waktu menerima Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam
jabatan. Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum

117
Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Praktik Kedokteran , Djambatan, Jakarta,


2000.

Sumber Lain,
KUHP
KUHAP.
Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia”,
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/U
U KEPOLISIAN.pdf, diakses 14 Juli 2016
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Edisi Kedua,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Balai Pustaka, 1994.
Kejari, “Hukum Acara Pidana, UU No 8 tahun
1981”, http://www. kejari
jaksel.go.id/useruploads/uu/pdf, diakses 16
Juli 2016

118

Anda mungkin juga menyukai