Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KEBUTUHAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT SELAMA PANDEMI


COVID-19
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas II

Disusun oleh :
Rahayu Ciptaning Budi
CKR0170205

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“KEBUTUHAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT SELAMA PANDEMI
COVID-19”. Di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan
Komunitas II Tahun Ajaran 2019-2020.
Makalah ini berisikan hasil kuesioner kebutuhan kesehatan bagi masyarakat
selama masa pandemi corona. Materi yang diangkat dimulai dari dukungan
layanan kesehatan, kebutuhan akan layanan kesehatan, kebutuhan informasi
kesehatan, dampak pandemi, dan perilaku sosial msyarakat selama masa pandemi.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, saya menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat keselahan dalam
makalah ini. Saya pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik
dan sarannya kepada saya agar di kemudian hari saya bisa menyusun makalah
yang lebih sempuna lagi.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir khususnya:
1. Ns. H. Kanapi., S. Kep., M.Kep. selaku koordinator kampus II STIKKU.
2. Ns. Nanang Saprudin., S.Kep., M.kep selaku ketua Prodi SI Ilmu
Keperawatan STIKKU.
3. Ns. Asmadi., S.Kep., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Komunitas II.
4. Orang tua, keluarga, dan teman yang mendukung saya.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Cirebon, 01 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................i


Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Penulisan ........................................................................2
BAB II Tinjauan Teori ...............................................................................................3
2.1 Dukungan Layanan Kesehatan .................................................................3
2.2 Meningkatnya Kebutuhan Layanan Kesehatan ........................................5
2.3 Kebutuhan Masyarakat Akan Informasi Kesehatan .................................6
2.4 Dampak Pandemi COVID-19 ..................................................................7
2.5 Perilaku Sosial Masyarakat .....................................................................11
BAB III Hasil Kajian Data Kuesioner .......................................................................16
Tabel 3.1 .........................................................................................................16
Tabel 3.2 .........................................................................................................16
Tabel 3.3 .........................................................................................................17
Tabel 3.4 .........................................................................................................17
Tabel 3.5 .........................................................................................................18
Tabel 3.6 .........................................................................................................18
Tabel 3.7 .........................................................................................................19
Tabel 3.8 .........................................................................................................19
Tabel 3.9 .........................................................................................................20
Tabel 3.10 .......................................................................................................20
Tabel 3.11 .......................................................................................................21
Tabel 3.12 .......................................................................................................21
Tabel 3.13 .......................................................................................................22
Tabel 3.14 .......................................................................................................22
Tabel 3.15 .......................................................................................................23
Tabel 3.16 .......................................................................................................23
Tabel 3.17 .......................................................................................................23

ii
Tabel 3.18 .......................................................................................................24
Tabel 3.19 .......................................................................................................24
Tabel 3.20 .......................................................................................................25
Tabel 3.21 .......................................................................................................25
Tabel 3.22 .......................................................................................................26
BAB IV Pembahasan Hasil Kajian Data ....................................................................27
BAB V Penutup .........................................................................................................33
5.1 Kesimpulan...............................................................................................33
5.2 Saran ........................................................................................................33
Daftar Pustaka ............................................................................................................34
Lampiran ....................................................................................................................35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sehat merupakan salah satu kebutuhan yang harus dicapai oleh setiap
manusia. Banyak hal yang akan dicapai apabila manusia itu sehat dan akan rugi
apabila mereka tidak menjaga kesehatannya. Saat ini, perilaku masyarakat
merupakan faktor utama yang menyebabkan masalah kesehatan, oleh sebab itu
upaya untuk pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan
sehat menjadi prioritas utama dalam program kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat memerlukan pengetahuan dan sikap yang positif .
Pemenuhun kebutuhan kesehatan pada masyarakat sangat penting apalagi
ketika sedang menhadapi pandemi seperti saat ini. Pada 11 Maret 2020 lalu,
World Health Organization (WHO) sudah mengumumkan status pandemi
global untuk penyakit virus corona 2019 atau yang juga disebut corona virus
disease 2019 (COVID-19). Dalam istilah kesehatan, pandemi berarti terjadinya
wabah suatu penyakit yang menyerang banyak korban, serempak di berbagai
negara. Sementara dalam kasus COVID-19, badan kesehatan dunia WHO
menetapkan penyakit ini sebagai pandemi karena seluruh warga dunia berpotensi
terkena infeksi penyakit COVID-19.
Dengan ditetapkannya status global pandemic tersebut, WHO sekaligus
mengonfirmasi bahwa COVID-19 merupakan darurat internasional. Artinya,
setiap rumah sakit dan klinik di seluruh dunia disarankan untuk dapat
mempersiapkan diri menangani pasien penyakit tersebut meskipun belum ada
pasien yang terdeteksi. Adanya pandemi ini berdampak pada semua aspek
biopsikososiospritual masyarakat. Pada aspek biologis masyarakat jadi rentan
akan terpapar oleh infeksi virus corona. Banyak nya korban yang terpapar infeksi
corona tidak hanya berpengaruh secara fisik tapi juga psikologinya, baik pada
pasien, keluarga pasien atau masyarakat yang mengetahui informasinya.
Psikologi masyarakat pada masa pandemi ini cenderung tidak stabil karena
rasa cemas dan takut akan bahaya virus corona. Ditambah lagi dengan adanya
kebijakan yang dibuat pemerintah terkait pembatasan aktivitas sosial (social

1
distancing) membuat masyarakat harus melaukan segala aktivitas sehari-hari dari
rumah. Jika hal ini dilakukan dalam waktu lama akan memunculkan stress karena
merasa bosan di rumah. Aspek spiritual juga ikut terpengaruh dengan adanya
pandemi ini salah satu contohnya yaitu kesulitan ketika ingin beribadah secara
berjamah, alasannya perkumpulan akan membuat risiko tinggi penyebaran
COVID-19. Oleh karena itu kebutuhan kesehatan selama masa pandemi sangat
penting bagi masyarakat untuk meminimalisir dampak biopsikososialspritual
yang terjadi akibat pandemi.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui kebutuhan
kesehatan bagi masyarakat selama pandemi COVID-19.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat selama
pandemi COVID-19.
2. Untuk mengidentifikasi dukungan kesehatan untuk membantu memenuhi
kebutuhan kesehatan selama pandemi COVID-19.
3. Untuk mengetahui perilaku masyarakat saat menghadapi pandemi
COVID-19.

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Pada makalah ini pembahsan berfokus pada materi :
1. Mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dimasyarakat di tengah pandemi.
2. Untuk mengidentifikasi dukungan kesehatan selama pandemi COVID-19.
3. Data hasil kuesionaer pada lima belas responden terkait tanggapan dan
aktivitas responden selama masa pandemi corona.
4. Pembahasan hasil kuesioner pada lima belas responden terkait tanggapan
dan aktivitas responden selama masa pandemi corona.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Dukungan Layanan Kesehatan Selama Masa Pandemi Corona


1. Memberikan promosi kesehatan peningkatan imunitas
Meningkatan imunitas fisik dalam rangka mencegah infeksi dari virus
COVID-19, di antaranya dapat diupayakan melalui:
a. Makanan seimbang (karbohidrat, protein, sayur, buah-buahan yang
mengandung vitamin dan mineral), jika diperlukan tambahan vitamin;
b. Minum yang cukup, orang dewasa minimal 2 liter per hari;
c. Olah raga minimal 30 menit sehari;
d. Berjemur di pagi hari seminggu dua kali;
e. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
2. Peningkatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari psikososial dapat
tingkatkan melalui:
a. Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan
hobby yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman;
b. Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal
yang positif (positiveself-talk ), responsif (mencari solusi) terhadap
kejadian, dan selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi;
c. Hubungan sosial yang positif : memberi pujian, memberi harapan antar
sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan ikatan
emosi dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif,
dan saling memberi kabar dengan rekan kerja, teman atau seprofesi;
d. Secara rutin tetap beribadah di rumah atau secara daring.
3. Pencegahan penularan
a. Jarak sosial (Social distancing): Jarak sosial adalah jarak interaksi
sosial minimal 2 meter, tidak berjabat tangan, dan tidak berpelukan
sehingga penularan virus dapat dicegah. Jarak sosial ini sepertinya
membuat interaksi menjadi semakin jauh, rasa sepi dan terisolasi. Hal

3
b. ini dapat diatasi dengan meningkatkan intensitas interaksi sosial melalui
media sosial yang tidak berisiko terkena percikan ludah.
c. Jarak fisik (Physical distancing): Jarak fisik adalah jarak antar orang
dimanapun berada minimal 2 meter, artinya walaupun tidak berinteraksi
dengan orang lain jarak harus dijaga dan tidak bersentuhan. Tidak ada
jaminan baju dan tubuh orang lain tidak mengandung virus COVID-19
sehingga jarak fisik dapat mencegah penularan.
d. Cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sebelum dan sesudah
memegang benda. Tangan yang memegang benda apa saja mungkin
sudah ada virus COVID-19, sehingga cuci tangan pakai sabun dapat
menghancurkan kulit luar virus dan tangan bebas dari virus. Hindari
menyentuh mulut, hidung dan mata, karena tangan merupakan cara
penularan yang paling berbahaya.
e. Pakai masker kain yang diganti setiap 4 jam. Pada situasi pandemi tidak
diketahui apakah orang lain sehat atau OTG (yang tidak
memperlihatkan tanda dan gejala pada hal sudah mengandung virus
corona), jadi pemakaian masker kain bertujuan tidak menularkan dan
tidak ketularan.
f. Setelah pulang ke rumah. Pada situasi yang terpaksa harus ke luar
rumah, maka saat pulang ke rumah upayakan meninggalkan sepatu di
luar rumah, lalu segera mandi dan pakaian segera dicuci.Oleh karena itu
setiap orang diminta tinggal di rumah (stay at home) artinya bekerja
dari rumah, belajar dari rumah, beribadah dari rumah, dan semua
aktifitas dilakukan di rumah. Hindari pertemuan-pertemuan seperti
pesta ulang tahun, pesta perkawinan, ibadah berjamaah, dan kerumunan
orang banyak.

4
2.2 Meningkatnya Kebutuhan Layanan Kesehatan Selama Masa Pandemi
Corona
Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar terhadap perubahan status
kesehatan masyarakat dunia tidak terkecuali di Indonesia. Seluruh warga dunia
memiliki risiko untuk terpapar virus corona. Setelah makin banyak korban yang
terkana virus corona di Indonesia, masyarakat menjadi lebih peduli akan
kesehatannya. Semua orang berusaha untuk melindungi dirinya dengan cara
memperbaiki pola hidupnya menjadi lebih sehat. Pola hidup sehat yang sering
dianjurkan adalah dengan konsumsi makanan begizi, olahraga teratur, menjaga
emosi agar tetap stabil semuanya akan membantu meningkatkan imunitas. Banyak
juga promosi kesehatan mengenai pencegahan penularan COVID-19 dengan cara
rajin cuci, selalu menggunakan masker ketika sakit atau akan beraktivitas di luar
rumah, dan menjaga jarak dengan orang lain (phsycal distancing).
Di tengah situasi wabah pandemi COVID-19, tentu kebutuhan akan adanya
layanan kesehatan terus meningkat. Layanan kesehatan tidak hanya dibutuhkan
oleh orang yang sudah terkena corona, tetapi juga hampir seluruh masyarakat
ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di situasi pandemi ini. Rasa khawatir
yang besar membuat mereka ingin berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Namun, mereka juga merasa takut untuk pergi ke puskesmas, rumah sakit atau
tempat pelayanan kesehatan lainnya karena tempat itu memiliki risiko tinggi
penyebaran COVID-19.
Hal ini memunculkan fenomena baru yaitu mendapatkan layanan kesehatan
secara online. Istilahnya yaitu telemedicine sebagai pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendiagnosis, mengobati, mencegah, dan mengevaluasi
kondisi kesehatan seseorang yang berada dalam kondisi yang jauh dari fasilitas
kesehatan (WHO, 2010). Ada beberapa aplikasi kesehatan yang menyediakan
layanan kesehatan yang dapat di akses oleh penggunanya. Di aplikasi tersebut
masyarakat dapat berkonsultasi secara online dengan tenaga medis profesional
untuk menangani masalah kesehatan.
Aplikasi ini ternyata cukup efektif dalam pelayanan kesehatan di saat
pandemi seperti ini. Buktinya Juru Bicara Indonesia untuk Covid-19, Achmad

5
Yurianto mengatakan bahwa data yang didapatkan sebanyak lebih dari 300.000
ribu masyarakat memanfaatkan telemedicine. Oleh karena itu diharapakan dengan
semakin mudahnya akses akan pelayanan kesehatan bisa membantu masyarakat
memenuhi kebutuhan kesehatan baik secara fisik mau psikologi di masa pandemi
ini.

2.3 Kebutuhan Masyarakat Akan Informasi Kesehatan Selama Masa


Pandemi Corona
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ruang lingkup pelayanan publik
yang sangat luas, termasuk di dalamnya adalah terkait pelayanan komunikasi dan
informasi. Maka pada kondisi pandemi COVID-19 ini pelayanan informasi
menjadi penting, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan informasi yang
memadai. Penyelenggara pelayanan publik perlu memberikan pelayanan
informasi seluas-luasnya kepada masyarakat sebagai bentuk upaya memberikan
perlindungan kesehatan kepada masyarakat dan menjaga stabilitas keamanan yang
diakibatkan oleh informasi bohong (hoaks) sehingga menimbulkan kepanikan
masyarakat yang berlebihan saat pandemi COVID-19.
Arus informasi yang "sangat bebas" diterima oleh masyarakat
mengakibatkan masyarakat menjadi khawatir dan panik saat mendapatkan
informasi yang tidak berimbang antara informasi yang relevan dan valid dengan
informasi bohong (hoaks). Perlu dipastikan pelayanan informasi penanganan
pandemi COVID-19 diberikan secara terstruktur, masif dan sistemik. Misal
terkait informasi perubahan standar pelayanan pada instansi penyelenggara
pelayanan publik, informasi terkait wilayah penyebaran virus, informasi jumlah
status pasien yang teridentifikasi COVID-19, informasi terkait protokol
penanganan pandemi COVID-19 yang sudah disiapkan, informasi terkait
kesiapsiagaan rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 dan sampai dengan
informasi pengaduan masyarakat terkait penanganan COVID-19 harus secara
terbuka dan luas diinformasikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat
menjalankan fungsi sebagai pengawas eksternal sebagaimana amanat Pasal 35 UU
Pelayanan Publik. Maka diharapkan dengan upaya bersama yang kita lakukan
pandemi COVID-19 akan segera berakhir.

6
2.4 Dampak Pandemi COVID-19
Virus corona yang mewabah di berbagai penjuru dunia dan langkah-langkah
preventif yang dilakukan tentu menimbulkan perubahan yang signifikan terhadap
kehidupan masyarakat dunia. Lantas, bagaimana dampak dari pandemi corona ini
yang tentu membekas dalam kehidupan masyarakat, atau bahkan menimbulkan
kondisi yang tak lagi sama dengan sebelumnya.
2.4.1 Dampak Negatif
1. Penyalahgunaan narkoba dan alkohol meningkat
Kebebasan yang dibelenggu tak jarang menimbulkan tindakan
buruk untuk mengusir kebosanan dan perasaan serta fisik yang
terkungkung bak dalam penjara. Masyarakat yang biasanya bebas
beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan atau menjalankan pekerjaan,
tiba-tiba ‘dipaksa’ untuk tetap berada di dalam rumah tentu
menimbulkan kejenuhan yang luar biasa. Utamanya bagi mereka yang
memang tidak bisa anteng dan berdiam diri di rumah.
Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat merasa stres
bahkan frustasi sehingga mengalihkannya pada hal-hal yang kurang
positif dan mendukung produktivitas. Salah satunya adalah
penyalahgunaan narkoba dan alkohol, untuk sekadar menghabiskan
waktu atau menghibur diri dalam kejenuhan yang belum bisa
dipastikan akan berakhir kapan.
2. Kepanikan belanja dan kelangkaan barang
Korban virus corona dari hari ke hari semakin meningkat.
Informasi mengenai keganasan virus ini pun simpang siur, sehingga
masyarakat kurang teredukasi dengan baik. Alhasil, timbullah
kepanikan yang luar biasa di kalangan masyarakat. Apalagi
pemerintah mengimbau untuk tetap berada di rumah, termasuk bagi
mereka yang bekerja pun harus dirumahkan dalam arti bekerja dari
rumah (work from home) untuk memutus rantai penyebaran virus.
Kepanikan masyarakat yang ingin selamat dari pandemi corona
ini ditambah anjuran tetap di rumah mengakibatkan panic buying.
Akibatnya, terjadi kelangkaan beberapa barang sebagai alat pelindung

7
diri dari virus seperti masker, hand sanitizer, alkohol, dan lainnya.
Kelangkaan ini menyebabkan harga barang-barang tersebut melonjak
di pasaran.
Tak hanya barang-barang pelindung diri dari virus, bahkan
vitamin yang menunjang daya tahan tubuh pun ludes dari rak-rak toko
dan apotik. Bahkan di Indonesia sendiri, rempah-rempah penunjang
stamina seperti jahe, temu lawak, dan lainnya juga mengalami
lonjakan harga akibat banyaknya permintaan.
Terjadinya kelangkaan berbagai barang bahkan untuk kebutuhan
medis sekalipun seperti masker dan APD (Alat Pelindung Diri)
menunjukkan bahwa pemerintah tidak siap menghadapi pandemi virus
corona ini. Para tenaga medis sebagai garda terdepan dalam
‘peperangan’ melawan virus corona tidak dilengkapi dengan ‘senjata’
yang memadai. Akibatnya, tak sedikit tenaga medis baik dokter
maupun perawat yang turut menjadi korban keganasan virus corona.
3. Tenaga medis mengalami kelelahan fisik dan mental
Tenaga medis baik dokter maupun perawat merupakan garda
terdepan dalam ‘peperangan’ melawan virus corona. Mereka
melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh jutaan orang
awam. Mereka memiliki keahlian, pengetahuan, dan keterampilan
yang mumpuni untuk mengatasi pasien-pasien yang terinfeksi virus
corona.
Jumlah pasien corona yang meningkat setiap harinya memaksa
para tenaga medis untuk bekerja ekstra keras. Hal ini jelas
menimbulkan kelelahan baik secara fisik maupun psikis. Mereka pun
terancam mengalami stres, sakit hati, frustasi, bahkan depresi.
Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya ketersediaan
peralatan medis yang dibutuhkan untuk melindungi diri seperti masker
dan APD (Alat Pelindung Diri). Padahal merekalah kelompok yang
paling rentan tertular virus tersebut. Benar saja, tak sedikit dokter dan
perawat yang terinfeksi virus corona dan sebagian di antaranya gugur
saat bertugas.

8
Duka yang dirasakan para tenaga medis tentu bukan hanya
kehilangan teman sejawat dan ketakutan terinfeksi, tetapi juga harus
jauh dari keluarga. Kebanyakan mereka tidak berani pulang dan lebih
memilih untuk tetap tinggal di rumah sakit. Mereka memposisikan diri
sebagai carrier (pembawa virus) yang berisiko menularkan kepada
keluarganya.
4. Perubahan dalam berinteraksi dan bersosialisasi
Penularan virus corona terjadi dari droplet atau cairan yang
keluar saat bersin atau batuk. Ketika virus dalam droplet tersebut
menempal pada media seperti meja, baju, kertas, dan lainnya, mereka
mampu bertahan dalam hitungan jam bahkan hari. Oleh sebab itu,
sejak merebaknya virus corona terjadi perubahan sosial dalam
masyarakat berkenaan dengan cara berinteraksi.
Masyarakat kini menghindari jabat tangan, cipika cipiki atau
mencium pipi kanan dan kiri, berpelukan, bahkan untuk berbicara pun
mereka menjaga jarak minimal satu meter. Hal ini jelas di luar
kebiasaan masyarakat dalam bersosialisasi dan menjalin keakraban.
Jika sebelum adanya virus corona, masyarakat begitu mudahnya
saling bersentuhan secara umum. Namun, kini tidak lagi.
5. Penurunan penggunaan transportasi umum
Penyediaan transportasi umum massal oleh setiap pemangku
negara bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas publik dan
mengurangi kemacetan serta polusi. Sebelum virus corona muncul,
transportasi massal memang benar-benar dimanfaatkan masyarakat
untuk mencapai tempat tujuan lebih cepat tanpa terjebak macet. Setiap
harinya pengguna transportasi massal baik bus maupun kereta api
lokal selalu dipadati penumpang. Artinya, dalam satu armada bus atau
gerbong kereta terdapat kerumunan massa.
Kini masyarakat takut untuk menggunakan transportasi umum
massal. Sebab, risiko penularan virus corona tinggi, di mana orang-
orang berjubel dalam satu armada transportasi, sehingga tidak
memungkinkan adanya physical distancing.

9
Ke depannya, masyarakat akan lebih selektif dalam
menggunakan transportasi umum massal. Mereka cenderung akan
lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi guna menunjang
aktivitas dan mobilitasnya sehari-hari.
6. Peningkatan transaksi non tunai
Transaksi non tunai mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Hal ini ditunjang dengan perkembangan teknologi e-commerce
yang semakin maju sehingga memungkinkan masyarakat untuk
melakukan transaksi jual beli secara online.
Kini sejak virus corona menyebar ke berbagai negara, jumlah
transaksi non tunai semakin meningkat. Banyak merchant atau toko
yang membatasi bahkan tidak menerima transaksi tunai, dan dialihkan
ke transaksi non tunai, baik transfer maupun gesek kartu debet atau
kredit pada mesin EDC (Electronic Data Capture).
Peningkatan transaksi non tunai ini dipicu oleh ketakutan
masyarakat terhadap ketidakamanan uang secara fisik. Sebab, uang
baik kertas maupun logam berisiko menjadi media penularan virus
corona. Memang benar adanya, mengingat bahwa uang fisik mudah
dan cepat berpindah tangan dari konsumen yang satu ke konsumen
yang lain, sehingga riskan dihinggapi berbagai kuman penyakit dan
virus, termasuk corona.
2.4.2 Dampak Positif
1. Kesadaran masyarakat akan pola hidup bersih dan sehat meningkat
Salah satu cara yang sangat dianjurkan untuk mencegah
penularan virus corona adalah sering-sering mencuci tangan dengan
sabun pada air yang mengalir. Sebelumnya banyak dari masyarakat
yang abai terhadap kebersihan tangan, bahkan ketika hendak makan.
Kini, mereka benar-benar menjaga kebersihan diri termasuk
tangannya untuk mencegah penularan virus corona dan menjaga agar
diri tetap sehat.
Tak hanya sekadar cuci tangan, masyarakat pun mulai
menerapkan pola hidup sehat, dengan menjaga asupan gizi sehari-hari.

10
Mereka mengonsumsi sayur dan buah secara seimbang untuk menjaga
imunitas tubuh secara alami.
Kewaspadaan masyarakat tak hanya sebatas pada kebersihan
dan kesehatan tubuh saja, tetapi juga lingkungan. Dengan pandemi
virus corona ini, masyarakat menjaga kebersihan lingkungan masing-
masing dengan menyemprotkan disinfektan secara berkala untuk
membunuh kuman dan virus penyakit.
2. Langit cerah, polusi berkurang
Mobilitas masyarakat yang tinggi terutama di kota-kota besar
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, yakni timbulnya
polusi dari asap kendaraan dan juga pabrik. Munculnya virus corona
jenis covid-19 ini memaksa dihentikannya aktivitas ekonomi, di mana
pekerja bekerja dari rumah dan pabrik-pabrik mengurangi atau bahkan
menghentikan operasionalnya.
Dampaknya udara menjadi lebih bersih dan sehat untuk dihirup,
karena polusi berkurang. Tak hanya itu langit pun tampak biru
kembali cerah. Sungai-sungai tampak lebih jernih. Diakui atau tidak,
pandemi virus corona ini seolah merupakan tombol reset alam untuk
melakukan recovery.

2.5 Perilaku Sosial Masyarakat Selama Masa Pandemi Corona


Wabah virus corona kini menjadi realitas sosial yang harus dihadapi
masyarakat dunia, khususnya bagi bangsa Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa
dengan beredarnya kabar virus corona yang telah menjangkiti Indonesia
berdampak pada sikap masyarakat yang menjadi lebih over-protectif terhadap
lingkungan sekitarnya. Ketakutan terhadap virus corona akan memberikan
pengaruh terhadap sikap sosial masing-masing individu. Kita akan lebih mudah
menaruh curiga pada orang yang batuk, bersin, atau terlihat pucat di sekitar
lingkungan kita.
Kita akan lebih cenderung memutuskan menjauh ketimbang menanyakan
kabar atau sekadar menunjukkan bentuk kepedulian kecil lainnya. Asumsi-asumsi
ini sifatnya memang masih spekulatif, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa

11
ancaman virus corona ini tidak hanya akan merenggut kesehatan seseorang tetapi
juga merenggut rasa sosial kita terhadap sesama.Ketidakmampuan kita dalam
mengelola rasa curiga, takut, sikap over-protektif dalam merespons isu corona ini
memiliki potensi untuk merusak hubungan sosial dengan individu lain. Apalagi,
jika kita hidup dan aktif dalam lingkungan pergaulan di kantor, sekolah,
masyarakat, bahkan keluarga.
Hal yang manusiawi ketika kita mulai memberikan respons antisipatif dalam
melihat situasi. Namun, ada etika sosial yang perlu dijunjung tinggi dan dipelihara
agar hubungan dengan sesama tetap terjaga. Sebagai contoh, jika kita tengah
mengalami kondisi badan yang kurang sehat segera berobat ke dokter. Segera
gunakan alat proteksi diri seperti masker jika hendak bersosialisasi kendati dokter
tidak memberi diagnosis positif corona atau penyakit parah lainnya. Selain itu,
kita juga perlu memiliki inisiatif untuk mengurangi interaksi bersentuhan dengan
orang lain seperti berjabat tangan dan berpelukan.
Hal ini dilakukan sebagai upaya “sadar diri” dan memastikan orang lain
aman dan nyaman bersama kita. Lain halnya jika kita dalam kondisi sehat dan
menemukan orang di sekitar kita yang terlihat tidak baik-baik saja. Etika sosial
kita terhadap mereka bisa ditunjukkan dengan membujuk mereka untuk pergi ke
klinik atau rumah sakit terdekat untuk periksa, atau sekadar bertanya kabar dan
memberikan nasihat secara baik untuk menjaga kesehatan.Tindakan-tindakan
sederhana tersebut kita lakukan dengan tetap menjaga kehati-hatian. Hal ini
dilakukan sebagai wujud antisipasi kolektif, tindakan melindungi diri dengan
memastikan orang-orang di sekitar kita juga terlindungi. Sikap seperti ini adalah
cermin dari etika sosial kita terhadap sesama, bahkan dalam kondisi genting
sekalipun.
Wabah corona menjadi ketakutan kita bersama. Namun, jangan sampai
wabah ini merenggut cara kita memanusiakan sesama. Selain mengedepankan
aspek materil seperti menjaga perilaku hidup sehat, mengenakan masker,
berolahraga rutin, dan asupan bergizi, aspek non materil juga perlu dipelihara
seperti etika sosial kita terhadap sesama yang tercermin dari sikap peduli, saling
pengertian, dan sadar dengan lingkungan sosial kita. Corona mungkin bisa

12
merenggut nyawa manusia, tetapi ada satu hal yang tidak bisa direnggut olehnya,
kemanusiaan.
Sebenarnya rasa cemas dan ketakutan pada diri masyarakat atas wabah virus
corona adalah hal yang manusiawi. Namun hal ini jika tidak diatasi, secara
sosiologis akan menimbulkan disorganisasi dan disfungsi sosial di masyarakat.
Perlu dipahami, ciri otentik dari masyarakat adalah kedinamisan dalam perubahan
di tatanan sosialnya saat mendapat stimulus tertentu – dalam hal ini rasa takut atas
wabah virus corona. Kondisi perubahan ini bersifat interpenden. Artinya, sulit
untuk dapat membatasi perubahan – perubahan pada masyarakat karena
masyarakat merupakan mata rantai yang saling terkait. Oleh karena itulah,
diorganisasi dan disfungsi sosial menjadi suatu keniscayaan.
Disorganisasi pada masyarakat akan mengarah pada situasi sosial yang tidak
menentu. Sehingga dapat berdampak pada tatanan sosial di masyarakat. Wujud
nyatanya berupa prasangka dan diskriminasi. Hal ini bisa kita lihat bagaimana
reaksi masyarakat saat ada warga Indonesia positif terjangkit virus corona.
Misalnya, ada masyarakat yang mulai membatasi kontak sosialnya untuk tidak
menggunakan angkutan umum, transportasi online, dan menghindari berinteraksi
diruang sosial tertentu (seperti pasar dan mall) karena kuatir tertular virus corona.
Prasangka masyarakat ini tentu memiliki alasan logis. Sebab dalam
perspektif epidemiologi, terjadinya suatu penyakit atau masalah kesehatan tertentu
disebabkan karena adanya keterhubungan antara pejamu (host) – dalam hal ini
manusia atau makhluk hidup lainnya, penyebab (agent) – dalam hal ini suatu
unsur, organisme hidup, atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya
suatu penyakit, serta ingkungan (environment) – dalam hal ini faktor luar dari
individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan sosial. kondisi
keterhubungan antara pejamu, penyebab dan lingkungan adalah suatu kesatuan
yang dinamis yang jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan
diantaranya, inilah yang akan menimbulkan kondisi sakit. (Kenneth
J.Rothman,dkk,dalam buku modern epidemiology).
Berawal dari prasangka, akhirnya dapat muncul sikap diskriminasi. Sikap
diskriminasi yang paling nyata terjadi berupa kekerasan simbolik. seperti tidak
mau menolong orang lain secara kontak fisik langsung dengan orang yang diduga

13
terjangkit virus corona. Selain disorganisasi sosial, disfungsi sosial juga terjadi
akibat rasa takut atas wabah virus corona. Disfungsi sosial membuat seseorang
atau kelompok masyarakat tertentu tidak mampu menjalankan fungsi
sosialnya.individu sebagai makhluk sosial mulai membatasi kontak sosialnya
dengan tidak mau menolong orang yang belum tentu positif terjangkit virus
corona. Disfungsi sosial membuat individu justru mengalami gangguan pada
kesehatannya. Dalam perspektif sosiologi kesehatan, kondisi sehat jika secara
fisik, mental, spritual maupun sosial dapat membuat individu menjalankan fungsi
sosialnya. Jika kondisi sehat ini terganggu – dalam kasus ini terganggu sosialnya.
Tentu individu ini dinyatakan sakit.
Kondisi sakit di sini sebagaimana yang dikemukakan Talcott Parsons (1951)
dalam bukunya “The Social System”, bahwa ia tidak setuju dengan dominasi
model kesehatan medis dalam menentukan dan mendiagnosa individu itu sakit.
Bagi Parsons, sakit bukan hanya kondisi biologis semata, tetapi juga peran sosial
yang tidak berfungsi dengan baik. Parsons melihat sakit sebagai bentuk perilaku
menyimpang dalam masyarakat. Alasannya karena orang yang sakit tidak dapat
memenuhi peran sosialnya secara normal dan karenanya menyimpang dari norma
merupakan suatu yang konsensual.
Terjadinya diorganisasi dan disfungsi sosial akan memicu efek bola salju
(snowball effect) pada sektor kehidupan lainnya. Efek paling nyata adalah bidang
ekonomi. Dampak dari diorganisasi dan disfungsi sosial karena wabah virus
corona, membuat individu atau kelompok masyarakat mengalami penurunan
produktivitas kegiatan ekonominya. Mulai dari kegiatan produksi, hingga kegiatan
konsumtif. Penurunan produktivitas kegiatan ekonomi warga negara akan
berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi negara. Maka untuk itu, perlu
upaya yang terintegrasi dalam pendekatan penanganan wabah virus corona ini.
Wabah virus corona yang mempunyai dampak,menciptakan kematian ,penyakit,
kekurangnyamanan, kekurang-puasan, serta kemelaratan.
Dengan dampak yang ditimbulkan oleh wabah Virus ini yang sangat lah
serius, Oleh karena itulah untuk menanggulangi wabah virus corona tidak hanya
dilakukan dengan intervensi dibidang kesehatan saja, tetapi harus dilakukan
secara terpadu (lintas sektoral), seperti melakukan Intervensi sosial

14
Intervensi sosial dilakukan sebagai upaya mengantisipasi kondisi masyarakat yang
disorganisasi dan disfungsi sosial. Dengan adanya intervensi sosial, diharapkan
dapat memperbaiki fungsi sosial atau mencegah individu atau kelompok
masyarakat tertentu mengalami disfungsi akibat fenomena wabah virus corona.
Intervensi sosial yang dapat dilakukan oleh negara, antara lain: memberikan
pelayanan sosial, pelayanan fisik, pelayanan psikososial, pelayanan ketrampilan
dalam mencegah agar tidak terjangkit virus corona atau ketrampilan hidup sehat,
pelayanan spiritual, pelayanan pendampingan, dan pelayanan advokasi.

15
BAB III
HASIL KAJIAN KUESIONER

Tabel 3.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden n=15


No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-laki 1 6,7%
2. Perempuan 14 93,3%
Jumlah 15 100%
Interepretasi tabel:
Dari 15 responden, 14 (93,3%) responden diantaranya berjenis kelamin
perempuan.

Tabel 3.2 Distribusi Umur Responden n=15


No. Umur Frekuensi Persentase
1. 20-30 tahun 13 86,7%
2. 31-40 tahun 2 13,3%
3. 41-50 tahun 0 0%
4. 51-60 tahun 0 0%
5. >60 tahun 0 0%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden umur yang paling banyak yaitu pada rentang umur 20-30 tahun
dengan jumlah 13 (86,7%) responden.

16
Tabel 3.3 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden n=15
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1. SD 0 0%
2. SMP 1 6,7%
3. SMA 11 73,3%
4. Diploma 0 0%
5. S1/S2/S3 3 20%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Pendidikan terakhir dari 15 responden yang paling banyak yaitu pada jenjang
pendidikan SMA dengan jumlah 11 (73,3%) responden.

Tabel 3.4 Distribusi Pekerjaan Responden n=15


No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1. Pedagang 1 6,7%
2. ASN 1 6,7%
3. TNI/POLRI 0% 0%
4. Pelajar/mahasiswa 11 73,3%
5. Pegawai swasta/karyawan 1 6,7%
6. Buruh 0 0%
7. Yang lain 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, 13 (73,3%) diantaranya masih pelajar atau mahasiswa.

17
Tabel 3.5 Distribusi Responden n= 15 Yang Mengikuti Perkembangan
Informasi Mengenai Penyakit Corona
Anda selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai penyakit corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Ya 14 93,3%
2. Tidak 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden ada 14 (93,3%) responden yang selalu mengikuti
perkembangan informasi mengenaia penyakit corona.

Tabel 3.6 Distribusi Perasaan Responden n=15 Dengan Main Banyak


Pemberitaan Mengenai Corona
Yang anda rasakan dengan makin banyaknya pemberitaan mengenai penyakit
corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Merasa hidup tidak nyaman/aman 3 20%
2. Biasa saja tidak mempengaruhi kehidupan saya 1 6,7%
3. Membuat saya lebih berhati-hati 9 60%
4. Merasa bosan/jenuh dengan pemberitaan 2 13,3%
penyakit corona
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, ada 9 (60%) responden merasa lebuh berhati hati dengan
banyaknya pemberitaan mengenai penyakit corona.

18
Tabel 3.7 Distribusi Yang Dilakukan Responden n=15 Ketika Mendengar
Berita Mengenai Penyakit Corona
Yang saudara lakukan ketika mendengar berita atau postingan mengenai penyakit
corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Mengikuti/membaca informasi tersebut sampai 14 93,3%
selesai
2. Mengalihkan kepada informasi/berita lain 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi hasil:
Dari 15 responden. sebanyak 14 (93,3%) responden mengikuti atau membaca
informasi menegnai penyakit sampai selesai.

Tabel 3.8 Distribusi Selera makan Responden n=15 Selama Masa Pandemi
Corona
Selera makan anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja 13 86,7%
2. Menurun 1 6,7%
3. Meningkat 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 13 (86,7%) responden merasa selere makannya biasa
saja selama masa pandemi corona.

19
Tabel 3.9 Distribusi Istirahat/tidur Responden n=15 Selama Masa Pandemi
Corona
Istirahat/tidur anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja seperti biasanya 8 53,3%
2. Menurun/terganggu 3 20%
3. Meningkat/makin nyenyak 4 26,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 13 (53,3%) responden memiliki waktu istirahat
istirahat/tidurnya biasa saja seperti biasanya pada masa pandemi corona.

Tabel 3.10 Distribusi Aktivitas Olahraga Responden n=15 Selama Masa


Pandemi Corona
Aktivitas olahraga anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja seperti biasanya 6 40%
2. Menurun/terganggu 4 26,7%
3. Makin rajin olahraga 5 33,3%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, ada 6 (40%) responden yang memiliki ativitas olaharaga
biasasaja sama seperti biasanya pada masa pandemi corona.

20
Tabel 3.11 Distribusi Aktivitas Membersihkan Rumah responden n=15
Selama Masa Pandemi Corona
Aktivitas membersihkan rumah anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja seperti biasanya 8 53,3%
2. Menurun/terganggu 0 0%
3. Makin rajin membersihkan rumah 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, ada 8 (53,3%) responden melakukan aktivitas membersihkan
rumahnya biasa saja sama seperti biasanya selama masa pandemi corona.

Tabel 3.12 Distribusi Aktivitas Membuka Pintu dan Jendela Rumah


Responden n=15 Selama Masa Pandemi Corona
Aktivitas membuka pintu dan jendela rumah anda setiap pagi hari selama masa
pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja seperti biasanya 11 73,3%
2. Menurun/terganggu 1 6,7%
3. Makin rajin 3 20%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 11 (73,3%) responden membuka pintu dan jendela
rumahnya biasa saja sama seperti biasanya selama masa pandemi corona.

21
Tabel 3.13 Distribusi Aktivitas Pergaulan Responden n=15 Selama Masa
Pandemi Corona
Aktivitas pergaulan anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja tidak terganggu 1 6,7%
2. Malas berinteraksi secara langsung 1 6,7%
3. Lebih sering berinteraksi dengan 13 86,7%
orang melalui media sosial
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 13 (86,7%) responden lebih memilih melakukan
aktivitas berinteraksi dengan orang melalului media sosial.

Tabel 3.14 Distribusi Emosi Responden n=15 Selama masa Pandemi Corona
Emosi anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja seperti biasanya 10 66,7%
2. Mudah tersinggung 1 6,7%
3. Lebih sering menahan emosi 4 26,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 10 (66,7%) responden merasakan emosi biasa saja
sama seperti biasanya selama masa pandemi corona.

22
Tabel 3.15 Distribusi Aktivitas Mencuci Tangan Responden n=15 Selama
Masa Pandemi Corona
Aktivitas mencuci tangan anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja 1 6,7%
2. Makin rajin cuci tangan 14 93,3%
3. Malas cuci tangan 0 0%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 14 (93,3%) responden menjadi main rajin cuci
tangaan selama masa pandemi corona.

Tabel 3.16 Distribusi Konsumsi Obat Suplemen Vitamin Responden n=15


Selama Masa Pandemi Corona
Anda lebih sering meminum obat suplemen vitamin selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Ya 9 60%
2. Tidak 6 40%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 rseponden, sebanyak 9 (60%) responden menjadi lebih sering konsumsi
obat suplemen vitamin selama masa pandemi corona.

Tabel 3.17 Distribusi Aktivitas Keagamaan Responden n=15 Selama Masa


Pandemi Corona
Aktifitas keagamaan anda selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja 5 33,3%
2. Makin rajin 10 66,7%
3. Tidak bersemangat 0 0%
Jumlah 15 100%

23
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 10 (66,7%) responden memiliki ativitas keagamaan
yang main rajin selama masa pandemi corona.

Tabel 3.18 Distribusi Pemikiran Responden n=15 Ketika Berinteraksi


Dengan Orang Lain Selama Masa Pandemi Corona
Yang anda pikirkan ketika berinteraksi dengan orang lain selama masa pandemi
corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Biasa saja 8 53,3%
2. Takut terkena penyakit korona 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden. ada 8 (53,3%) responden yang berpikir biasa saja ketika
berinteraksi dengan orang lain selama masa pandemi corona.

Tabel 3.19 Distribusi Konsultasi Responden n=15 Dengan Petuga Kesehatan


Selama Masa Pnademi Corona
Anda sering berkonsultasi dengan petugas kesehatan selama masa pandemi
corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Ya 6 40%
2. Tidak 9 60%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, Sebanyak 9 (60%) responden memilih untuk tidak sering
berlkonsultasi dengan petugas kesehatan selama masa pandemic corona.

24
Tabel 3.20 Distribusi Responden n=15 Untuk Mengingatkan Orang lain
Memakai Masker Selama masa Pandemi Corona
Anda sering mengingatkan orang lain untuk memakai masker selama masa
pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Ya 14 93,3%
2. Tidak 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 rseponden, sebanyak 14 (93,3%) responden mengingatkan orang lain
untuk memakai masker selama masa pandemi corona.

Tabel 3.21 Distribusi Perilaku Responden n=15 Terhadap Pendatang Selama


Masa Pandemi Corona
Yang anda lakukan terhadap pendatang selama masa pandemi corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Melaporkan kepada ketua RT 6 40%
2. Melaporkan pada satgas/puskesmas 3 20%
3. Mengingatkan pendatang untuk melakukan 5 33,3%
isolasi mandiri
4. Tidak melakukan apapun 1 6,7
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, ada 6 (40%) responden melaporkan pendatang kepada ketua
RT selama amsa pandemi corona.

25
Tabel 3.22 Distribusi Pemikiran Responden n=15 Terhadap Orang Lain
Yang Batuk/Pilek Selama Masa Pandemi Corona
Yang anda pikirkan ketika orang lain batuk/pilek selama masa 26andemic corona.
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Curiga penyakit corona 6 40%
2. Sakit biasa 9 60%
Jumlah 15 100%
Interpretasi tabel:
Dari 15 responden, sebanyak 9 (60%) responden berpikir terhadap orang lain yang
batuk/pilek adalah sakit biasa.

26
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL KAJIAN DATA

Tabel- tabel yang dipaparkan pada bab tiga merupakan hasil kuesioner dari
15 responden. Pada tabel 1-4 menginformasikan identitas dari responden. Tabel 1
terdapat data jenis kelamin responden yang didominasi oleh perempuan dengan
frekuensi sebanyak 14 (93,3%) responden dan laki-laki hanya 1 (6,7%)
responden. Tabel 2 menunjukan data umur responden dengan frekuensi 13
(86,7%) responden berumur 20-30 tahun, dan 2 (13,3%) responden berumur 31-
40 tahun. Tabel 3 menampilkan data pendidikan terakhir dari responden yaitu 1
(6,7%) responden hanya bersekolah sampai SMP, paling banyak responden
menempuh pendidikan hingga SMA dengan jumlah 11 (73,3%) responden,
sedangkan ada 3 (20%) responden yang menempuh pendidikan hingga sarjana.
Tabel 4 menunjukan pekerjaan dari setiap responden dengan 11 (73,3%)
responden sebagai pelajar/mahasiswa, 1 (6,7%) responden sebagai pedagang, 1
(6,7%) sebagai ASN, 1 (6,7%) responden sebagai pegawai swasta/karyawan, dan
1 (6,7%) responden bekerja di bidang lainnya.
Pada tabel 5-7 menginformasikan tanggapan responden akan pemberitaan
pandemi corona yang sedang terjadi. Tabel 5 memiliki data sebanyak 14 (93,3%)
responden selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai penyakit corona
dan hanya 1 (6,7%) responden yang tidak mengikuti. Hasil ini menunjukan jika
masyarakat masih memiliki kemauan untuk mencari informasi yang baru akan
masalah kesehatan yang sedang terjadi saat ini. Tabel 6 menunjukan pengaruh
banyaknya berita mengenai penyakit corona terhadap responden, hasilnya
sebanyak 9 (60%) responden menjadi lebih berhati-hati terhadap penyakit corona.
Perilaku berhati-hati membantu responden menyadari pentingnya kesehatan akan
dirnya. Sisanya, 3 (20%) responden merasa hidup tidak nyaman/aman, 2 (13,3%)
responden merasa bosan dan jenuh, dan 1 (6,7%) responden biasa saja akan
pemberitaan penyakit corona.
Banyaknya pemberitaan mengenai penyakit corona juga dapat
menyebabkan ketidanyamanan ( merasa cemasa dan takut), bosan/jenuh, dan
merasa biasa saja. Semua hal ini muncul teragantung tanggapan responden

27
terhadap pemberitaan penyakit corona. Selanjutnya, tabel 7 menunjukan data 14
(93,3%) responden mengikuti/ membaca informasi sampai selesai, sedangkan
hanya 1 (6,7%) responden mengalihkan kepada informasi/berita lain. Banyaknya
responden yang tetap mengikuti/membaca informasi sampai selesai menandakan
bahwa masyarakat membutuhkan informasi mengenai penyakit corona sehingga
mereka bisa melakukan intervensi mandiri untuk terhindar dari penyakit corona.
Pada tabel 8-22 menginformasikan aktivitas sehari-hari responden selama
masa pandemi corona. Setelah masa pandemi ini aktivitas sehari-hari mengalami
banyak perubahan, biasanya kita dengan mudah keluar rumah untuk sekolah,
bekerja, dan melaukan hal lainnya tapi sekarang semuanya hanya bisa dilakukan
di dalam rumah tujuannya untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Tabel
8 menunjukan hasil selera makan responden selama masa pandemi corona, ada 8
(53,3%) responden memiliki selera makan biasa saja seperti biasanya, 4 (26,7%)
responden mengalami peningkatan selera makan dan 3 (20%) responden
mengalami penurunan selera makan. Perubahan selera makan dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor salah satunya kondisi psikologi. Kecemasan yang disebabkan
keadaan saat pandemi corona dapat mempengaruhi selera makan. Menurut
MedicalINewsToday.com seseorang merasa cemas akan melepaskan hormon
Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang mempengaruhi sistem pencenaan dan
dapat menyebabkan penekanan nafsu makan.
Tabel 9 menjelaskan aktifitas istirahat/tidur responden selama masa
pandemi corona. Ada 8 (53,3%) responden yang merasa tidak terganggu sehingga
aktifitas istirahat/tidur sama saja seperti biasanya (sebelum adanya pandemi
corona),sedangkan sisanya menunjukan perubahan aktifitas istirahat/tidur dengan
jumlah 4 ( 26,7%) responden yang mengalami istirahat/tidurnya meningkat dan 3
(20%) responden mengalami istirahat/tidurnya menurun. Keadaan cemas akan
mempengaruhi kebutuhan istirahat dan tidur ( Ruth F. Craven, Costance J. Himle,
2000). Ada individu yang mengurangi cemas dengan mencoba istirahat/tidur
dengan lelap begitupun sebaliknya ada individu yang merasa cemas sehingga
tidak bisa istirahat/tidur.
Tabel 10 memberikan hasil kegiatan olahraga responden selama masa
pandemi corona yaitu 6 ( 40%) responden melakukan olahraga seperti baiasanya,

28
5 (33,3%) responden makin rajin olahraga, dan 4 (26,7%) mengalami penurunan
kegiatan olahraga. Adanya pandemi ini tidak mempengaruhi 6 responden untuk
melakukan kegiatan olahraga dibuktikan dengan mereka tetap olahraga sepeti
biasanya Ada juga yang meningkatkat intensitas kegiatan olahraganya selama
masa pandemi. Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Michael Triangto
bahwa aktivitas fisik dan olahraga bisa memunculkan imunitas yang sangat
diperlukan tubuh saat belum ada obat untuk mengatasi penyakit akibat virus
corona. Tabel 11 menunjukan akativitas responden dalam membersihkan rumah
selama masa pandemi corona, hasilnya 8 (53,3%) responden membersihkan
rumah seperti biasannya dan 7 (46,7%) responden makin rajin membersihkan
rumah. Kegiatan membersihakan rumah adalah kegiatan umum yang biasa
dilakukan oleh individu, membersihkan rumah lebih rajin lagi seperti yang
dilakukan mereka merupakan salah satu upaya pencegahan dari penyebaran virus
corona.
Tabel 12 menunjukan aktivitas yang dilakukan oleh responden untuk
membuka pintu dan jendela rumahnya selama masa pandemi. Hasilnya 11
(73,3%) responden membuka pintu dan jendelanya seperti biasa. Aktivitas
membuka pintu dan jendela akan memberikan kemudahan untuk udara baru dan
sinar matahari masuk sehinggan bisa mengurangi risiko yang bisa diakibatkan
oleh kontaminasi bakteri di beberapa sudut ruangan. Sedangkan sisanya 3 (20%)
responden semakin rajin membuka pintu dan jendela karena alas an kebersihan
udara dalam rumah dan 1 (6,7%) responden aktivitas untuk membuka pintu dan
jendela rumahnya menurun karena takut virus corona akan masuk. Padahal
penyebaran virus corona bukan melalui udara melainkan melaui droplet yang
menempel pada manusia dan benda apapun.
Tabel 13 memberikan data terkait aktivitas pergaulan responden selama
masa pandemi corona. Hasilnya 13 (86,7%) responden lebih memilih berinteraksi
dengan orang lain melalui media sosial hal ini dikarenakan salah satu pencegahan
penyebaran virus corana dengan jaga jarak. Pemerintah juga membuat peraturan
pembatasan aktivitas diluar dengan banyak orang, sehingga berinteraksi melalui
media sosial merupakan pilihan yang lebih tepat dalam kondidi seperti ini. Namun
ada juga 1 (6,7%) responden yang merasa tidak terganggu aktivitas bergaulnya

29
dengan tetap bersosialisasi secara langsung dengan orang lain. Sedangkan 1
(6,7%) responden lagi merasa terganggu aktivitas bergaulnya sehingga malas
untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
Tabel 14 menyajikan data rentang emosi responden selama masa pandemi
corona. Dapat dijelaskan hasilnya 10 (66,7%) responden merasa emosinya biasa
saja seperti biasanya. Emosi yang stabil dapat membantu responden untuk
menghadapi situasi pandemi ini. Sisanya 4 (26,7%) responden lebih sering
menahan emosi karena tidak ingin memperburuk situasi saat ini dan 1 (6,7%)
responden merasa mudah tersinggung karena rasa cemas dan takut yang dihadapi
setiap hari mengenai penyakit corona. Tabel 15 memberikan data mengenai
aktivitas mencuci tangan responden selama masa pandemi corona. Sejumlah 14
(93,3%) responden memutuskan untuk makin rajin cuci tangan. Mencuci tangan
dapat mengurangi risiko terpapar penyebaran COVID-19, hal ini dibuktikan
dengan banyaknya promosi kesehatan melalui banyak media untuk
mengaharuskan masyarakat rajin cuci tangan. Sedangkan 1 (6,7%) responden
melakukan aktivitas cuci tangannya biasa saja.
Tabel 16 menunjukan data responden mengkonsumsi obat suplemen vitamin
selama masa pandemi corona. Hasilnya 9 (60%) responden sering mengkonsumsi
obat suplemen vitamin supaya meningkatkan imunitas dalam menghadapi situasi
pandemi. Sedangkan sisanya 6 (40%) responden tidak mengkonsumsi obat
suplemen vitamin. Untuk meningkatkan imunitas tubuh tidah hanya dari konsumsi
obat suplemen tapi bisa didapatkan dari menerapkan pola hidup sehat seperti
makan- makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, dan
menjaga psikologi agar tetap stabil. Tabel 17 menerangkan data tentang aktivitas
keagamaan yang dilakukan oleh responden selama masa pandemi corona. Situasi
pandemi ini memberikan dampak yang baik pada akitivitas agama dibuktikan
dengan 10 (66.7%) responden semakin rajin beribadah mendekatkan diri kepada
Tuhan agar tidak merasa cemas dan takut akan hal yang sedang terjadi. Sedangkan
5 ( 33,3%) responden memiliki aktivitas keagamaan yang biasa saja selama masa
pandemi corona.
Tabel 18 membahas tentang hal yang dipikirkan oleh responden ketika
berinteraksi dengan orang lain selama masa pandemi corona. Hasilnya ada 8

30
(53,3%) responden berpikir biasa saja. Dengan banyaknya pemberitaan mengenai
cara pencegahan penyebaran penyakit corona membuat mereka masih bisa
melakukan interaksi dengan orang lain tanpa takut terpapar, jika memang mereka
sudah menerapkan perilaku pencegahan penyakit corona. Sisanya 7 (46,7%)
responden berpikir takut terkena penyakit corona. Hal ini bisa disebabkan karena
mereka kekurangan informasi terkait penyebaran virus corona atau merasa cemas
dan takut. jadi berpikir lebih baik tidak banyak berinteraksi dengan orang lain
selama masa pandemic.
Tabel 19 menjelaskan tentang seberapa sering responden berkonsultasi
dengan petugas kesehatan selama masa pandemi corona, didapatkan data
sebanyak 6 (40%) responden sering melakukan konsultasi dengan petugas
kesehatan. Konsultasi bertujuan untuk mengetahui status kesehatan, menanyakan
saran untuk kesehatan dirinya. Konsultasi dengan petugas kesehatan akan
membantu mengurangi kekhawatiran dan kecemasan mengenai masalah kesehatan
yang di alami di tengah masa pandemi. Sedangkan 9 (60%) responden tidak
sering berkonsultasi dengan petugas kesehatan, dikarenakan merasa tidak
memerlukannya atau takut akan hasil yang didapatkannya terkait kesehatnnya.
Tabel 20 menjelaskan data tentang responden yang mengingatkan orang lain
untuk memakai masker selama masa pandemi corona. Didapatkan hasil 14
(93,3%) responden mengingatkan orang lain memakai masker. Hal ini dilakukan
karena bentuk saling kepedulian dan perilaku pencegahan agar orang lain tidak
tertular atau menularkan virus corona kepada yang lainnya. Sisanya hanya 1
(6,7%) responden yang tidak mengingatkan orang lain untuk memakai masker.
Tabel 21 menunjukan perilaku responden terhadap pendatang selama masa
pandemi corona. Data yang didapatkan yaitu sebanyak 6 (40%) responden
melaporkan kepada ketua RT, 5 (33,3%) responden mengingatkan pendatang
untuk melakukan isolasi mandiri, 3 (20%) responden melaporkan pada
satgas/puskesmas. Perilaku yang dilakuan oleh responden ini sangat baik karena
mengikuti prosedur pencegahan penyebaran COVID-19 dengan melaporkan
kepada pihak yang betanggung jawab di sekitar lingkungannya serta melakukan
isolasi mandiri. Sedangkan hanya 1 (6,7%) responden yang tidak melakukan
apapun.

31
Tabel 22 tentang hal yang dipikirkan oleh responden ketika orang lain
batuk/pilek selama masa pandemi corona. Hasilnya 9 (60%) responden bepikir
bahwa batuk/pilek merupakan sakit biasa. Gejala yang muncul pada penyakit
corona tidak hanya batuk/pilek saja ada gejala lain seperti sesak nafas dan demam
tinggi. Sisanya 6 (40%) responden merasa curiga penyakit corona, hal ini bisa saja
terjadi karena mereka merasa cemas dengan kedaan yang terjadi sehingga ketika
mengetahui ada yang batuk/pilek mereka berpikir itu terkena penyakit corona.

32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada masa pandemi hal yang terkait akan kesehatan sangat diperlukan.
Masyarakat sangat membutuhkan informasi kesehatan mengenai perkembangan
penyakit corona dan bagaimana pencegahannnya. Pandemi ini memberikan
dampak perubahan pada aktivitas sehari-hari masyarakat. Aktivitas sosial yang
biasanya bisa dilakukan secara langsung harus beralih melalui media sosial.
Semua kegiatan harus dilakukan di rumah. Dampaknya psikologi masyarakat pun
ikut tergangggu mereka merasa cemas dalam mengahadapi situasi seperti ini yang
menyebabkan terganggunya selera makan, aktivitas istirahat/tidur, dan aktivitas
olahraga.
Dalam situasi ini masyarakat bersikap lebih berhati-hati agar tidak tertular.
Salah satunya yaitu mengingatkan pendatang yang ada di lingkungan untuk
melakukan isolasi mandiri untuk pencegahan. Tindakan pencegahan lainnya
dengan cara rajin cuci tangan, menggunakan masker, membersihkan rumah,
membuka pintu dan jendela rumah guna mendapatkan udara dan sinar matahari
yang cukup. Melakukan kosultasi dengan petugas kesehatan dibutuhkan oleh
masyarakat di saat pandemi agar kebutuhan akan kesehatannya terpenuhi.

5.2 Saran
Hasil data kuesioner yang dilakukan pada lima belas responden dapat
dijadikan referensi untuk mengetahui kebutuhan kesehatan bagi masyarakat
selama masa pandemi corona. Kebutuhan kesehatan harus terpenuhi di situasi
yang tidak menguntungkan seperti saat ini karena dengan keadaan sehat
masyarakat akan mampu berusaha untuk kehidupannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Infobanua. (2020). Wabah Virus COVID-19 dan Perilaku Sosial Masyarakat. dari
https://infobanua.co.id/2020/04/wabah-virus-covid-19-dan-perilaku-sosial-
masyarakat/ diakses 5 Mei 2020

KEMENKES-RI. (2020). Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial.


Jakarta: KEMENKES-RI.
Rachmanta Putri, Resthie. (2020). Kenali Telemedicine, Teknologi Untuk
Layanan Kesehehatan. dari https://www.klikdokter.com/info-
sehat/read/2667905/kenali-telemedicine-teknologi-untuk-layanan-kesehatan
diakses 6 Mei 2020

Sapthiani, Yulia. (2020). Olahraga Untuk Imunitas Tubuh. dari


https://kompas.id/baca/olahraga/2020/04/16/olahraga-untuk-imunitas-tubuh/
diakse 5 Mei 2020

Setu Embu, Wilfridus. (2020). Gugus Tugas: Lebih dari 300.000 Masyarakat
Indonesia Manfaatkan Telemedicine. dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/gugus-tugas-lebih-dari-300000-
masyarakat-indonesia-manfaatkan-telemedicine.html diakses 6 Mei 2020

SimulasiKredit.com. 2020. Dampak Pandemi Virus Corona Terhadap Dunia. dari


https://www.simulasikredit.com/dampak-pandemi-virus-corona-terhadap-
dunia/ diakses 5 Mei 2020

Syarifah, Fitri. (2020). Begini Hubungan Antara Stress Dan Nafsu Makan. dari
https://www.liputan6.com/health/read/4161369/begini-hubungan-antara-
stres-dan-nafsu-makan# diakses 5 Mei 2020

Upi Fitriyani. (2020). Aksesibilitas Pelayanan Publik Saat Pandemi COVID-19.


dari https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--aksesibilitas-pelayanan-
publik-saat-pandemi-covid-19 diakses 5 Mei 2020

34
Lampiran

Kuesioner Kebutuhan Kesehatan Dalam Pandemi Covid-19


Survei ini dilakukan untuk mengidentifikasi gambaran pemenuhan kebutuhan
kesehatan masyarakata sehari-hari selama masa pandemi Covid-19, maka dari itu
di harapakan untuk mengisi/menjawab survei ini dengan jujur. Saya ucapkan
terimaksih atas kerjasama dan kesediaannya untuk mengisi survei ini.

1. Jenis kelamin anda?


o Laki-laki
o Perempuan

2. Berapa umur anda?


o 31-40 tahun
o 20-30 tahun
o 41-50 tahun
o 51-60 tahun
o >60 tahun

3. Pendidikan terakhir anda?


o SD
o SMP
o SMA
o Diploma
o S1
o S2
o S3

4. Apa pekerjaan anda?


o Pedagang
o ASN
o TNI/POLRI

35
o Pelajar/Mahasiswa
o Pegawai Swasta/ karyawan
o Buruh
o Yang lain

5. Apakah anda selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai


penyakit corona?
o Ya
o Tidak

6. Apa yang anda rasakan dengan makin banyaknya pemberitaan mengenai


penyakit corona?
o Merasa hidup tidak nyaman/aman
o Biasa saja tidak mempengaruhi kehidupan saya
o Membuat saya lebih berhati-hati
o Merasa bosan dan jenuh dengan pemberitaan penyakit corona

7. Apa yang anda lakukan ketika mendengar berita atau postingan mengenai
penyakit corona?
o Mengikuti/membaca informasi tersebut sampai selesai
o Mengalihkan kepada berita/informasi lain

8. Selama masa pandemi corona ini bagaimana selera makan anda?


o Biasa saja
o Menurun
o Meningkat

9. Selama masa pandemi corona ini bagaimana istirahat/tidur anda?


o Biasa saja seperti biasanya
o Menurun/terganggu
o Meningkat/makin nyenyak

36
10. Selama masa pandemi corona ini bagaimana aktifitas olahraga anda?
o Biasa saja seperti biasanya
o Menurun/terganggu
o Makin rajin olahraga

11. Selama masa pandemi corona ini bagaimana aktifitas membersihakan


rumah anda?
o Biasa saja seperti biasanya
o Menurun/terganggu
o Makin rajin membersihkan rumah

12. Selama masa pandemi corona ini bagaimana aktifitas membuka pintu dan
jendela rumah setiap pagi hari anda?
o Biasa saja seperti biasanya
o Menurun/terganggu
o Makin rajin

13. Selama masa pandemi corona ini bagaimana aktifitas pergaulan anda?
o Biasa saja tidak terganggu
o Malas berinteraksi secara langsung
o Lebih sering berinteraksi sengan orang lain melalui media sosial

14. Selama masa pandemi corona ini bagaimana emosi anda?


o Biasa saja tidak terganggu
o Mudah tersinggung
o lebih sering menahan emosi

15. Selama masa pandemi corona ini bagaimana aktifitas mencuci tangan
anda?
o Biasa saja
o Makin rajin cuci tangan
o Malas cuci tangan

37
16. Selama masa pandemi corona ini apakah anda lebih sering meminum obat
suplemen vitamin?
o Ya
o Tidak

17. Selama masa pandemi corona ini bagaimana aktifitas keagamaan anda?
o Biasa saja
o Makin rajin
o Tidak bersemangat

18. Selama masa pandemi corona ini apa yang anda pikirkan ketika
berinteraksi dengan orang lain?
o Biasa saja
o Takut terkena penyakit corona

19. Selama masa pandemi corona ini apakah anda sering berkonsultasi dengan
petugas kesehatan?
o Ya
o Tidak

20. Selama masa pandemi corona ini apakah anda sering mengingatkan orang
lain untuk memakai masker?
o Ya
o Tidak

21. Selama masa pandemi corona ini apa yanga da lakukan terhadapa
pendatang?
o Melaporkan pada ketua RT
o Melaporkan pada satgas/puskesmas
o Mengingatkan pendatang untuk isolasi mandiri
o Tidak melakukan apapun

38
22. Selama masa pandemi corona ini apa yang anda pikirkan ketika ada orang
lain yang batuk/pilek?
o Curiga penyakit corona
o Sakit biasa

39

Anda mungkin juga menyukai