Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA NEONATORUM

Disusun Oleh :

NUR ASYIA, S.Kep


2019032064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANATRA
PALU
2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan
karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan untuk bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Selain dapat menyebabkan kematian, asfiksia juga dapat
mengakibatkan kecacatan.
B. Epidemiologi
Menurut SKRT 2001, asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal yang
paling tinggi dimana 27% kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia dan angka
kematian sekitar 41,94% di RS pusat rujukan propinsi. Penelitian di Sagamu, Nigeria
menemukan bahwa kematian bayi dengan berat lahir «1.5 kg berhubungan dengan
kejadian asfiksia (Ogunlesi, 2011). Penelitian di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta
menemukan bahwa kematian BBL 1000-2500 gram dengan asfiksia lebih tinggi dari
bayi tanpa asfiksia tapi secara statistik tidak bermakna yaitu OR 2,59; 950/0C1
(Wardani dkk, 2009).
C. Penyebab/ Faktor predisposisi
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian Obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian Obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi
misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia
paru.
D. Patofisiologi
Janin yang kekurangan 02 sedangkan kadar C02-nya bertambah, akan
menyebabkan muncul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut
jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan 02 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis, Bila
janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara
teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung
terus menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis
glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena
gangguan metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang -
berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar 02 dalam darah
(Pa02) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat
sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan 02 selama kehamilan/ persalinan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian 02 tidak dimulai
segera. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat
badan dan lamanya asfiksia.
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby): Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia): Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/m, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kumng dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap
atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia
berat.
Pemeriksaan apgar untuk bayi
TANDA 0 1 2
Appearance Biru atau Tubuh Tubuh kemerahan
(Warna kulit) pucat kemerahan
ekstrimitas
biru
Pulse (Frekuensi Tidak ada < 100/m >100/m
Jantung)
Grimace (Reflek ) Tidak ada Gerakan Gerakan kuat atau
sedikit melawan
Activity (Tonus otot) Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi
Respiratory (Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
bernapas) teratur
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-l dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
E. Gejala klinis
Manifestasi klinis asfiksia yaitu denyut jantung janin lebih dari IOOx/menit atau
kurang dari IOOx/menit dan tidak teratur, mekonium dalam air ketuban ibu, apnoe,
pucat, sianosis, penurunan kesadaran terhadap stimulus, kejang.
F. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terdapat bayi tidak bernafas atau menangis, denyut jantung kurang
dari 100x/menit, tonus otot menurun, bisa didapatkan cairn ketuban ibu bercampur
mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi,
G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis asfiksia
pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2005), yaitu:
1. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih
jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan
gangguan oksigenasi dan hams menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium
dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat mempakan indikasi untuk
mengakhiri petsalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan Darah Janin Alat Y'ang digunakan : amnioskop yang dimasukkan
lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh
darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya
pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin
mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan
untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal
untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara
penilaian menurut APGAR.
4. Laboratorium Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) :
kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61 %), analisa gas darah dan serum elektrolit.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen.
H. Diagnosis
Diagnosis asfiksia pada anamnesis terdapat gangguan/ kesulitan waktu lahir, cara
dilahirkan, ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan.
I. Therapy/ Tindakan Penanganan
Pencegahan saat persalinan yaitu pengawasan bayi yang seksama sewaktu
memimpin partus adalah penting, juga kerja sama yang baik dengan bagian ilmu
kesehatan anak. Yang harus diperhatikan adalah hindari forceps tinggi, versi dan
ekstraksi pada pangul sempit, bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada
perdarahan berikan oksigen dan darah segar, jangan berikan Obat bius pada waktu
yang tidak tepat, dan jangan menunggu lama kala
Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah
sebagai berikut:
1. pengawasan suhu (bayi baru lahir secara relative kehilangan panas yang diikuti
oleh penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel
jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk
menjaga kehangatan suhu tubuh bayi baru lahir dengan mengeringkan bayi dari
cairan ketuban dan lemak, mengunakan sinar lampu untuk pemasaran luar,
bungkus bayi dengan kain kering).
2. Pembersihan jalan nafas yaitu saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari
lender dan cairan amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga
memudahkan keluarnya lender.
3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan rangsangan nyeri pada bayi dapat
ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon Achilles
atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.
J. Komplikasi
Komplikasi dari Asfiksia meliputi:
1. Otak : kejang dan hipoglikemia.
Kejang BBL adalah perubahan proksimal dari fungsi neurologic (misalnya
perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom system saraf) yang terjadi pada
bayi berumur sampai dengan 28 hari. Asfiksia menyebabkan kerusakan langsung
susunan saraf pusat berupa &generasi dan nekrosis atau tidak langsung
menyebabkan kerusakan mdotel vascular dengan akibat perdarahan.
Trauma lahir dan asfiksia biasanya disertai gangguan metabolism seperti
hipoglikemia. Hipoglikemia adalah kadar glukosa serum yang kurang dari 45 mg
% (c: 2,6 mmol/liter) selama beberapa hari pertama kehidupan. (Tom
lissauer.2008.H.06). Keadaan ini bersifat sementara akibat kekurangan produksi
glukosa karena kurangnya depot glikogen di hepar atau menurunnya
glukoneogenesis lemak dan asam amino. Hipoglikemia dapat terjadi pada bayi ibu
penderita diabetes mellitus, pada BBLR, dismaturitas (hn bayi dengan penyakit
umum yang berat seperti sepsis, meningitis dan sebagainya.
2. Paru-paru : sindrom gawat napas.
Adalah keadaan bayi yang sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang
sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami
gangguan nafas, biasanyæ mengalami masalah sebagai berikut :
a. Frekuensi nafas bayi lebih dari 60 x/menit.
b. Frekuensi nafas bayi kurang dari 40 x/menit.
c. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada Iidah dan bibir).
d. Bayi apnu (nafas berhenti lebih 20 detik).
3. Asfiksia berat.
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan. Langkah utama ialah
memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen dengan tekanan
intermiten.
4. Ikterus
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi
karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Ikterus dapat terjadi pada
riwayat bayi baru lahir dengan asfiksia. Ikterus ditemukan pada BBL yang
merupakan suatu gejala fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan)
atau dapat merupakan hal yang patologis pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO.
BAB II
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian focus
1. Data biografi
2. Riwayat persalinan
3. Pemeriksaan fisik
4. Riwayat kesehatan klien / bayi saat ini
5. Riwayat kelahiran bayi
6. Nilai apgar skor
7. Pengkajian ABC
8. Pemeriksaan tingkat perkembangan/Refleks premitif
B. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan Pola nafas
3. Hambatan pertukaran gas
4. Hipertermia
5. Duka Cita
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil
1. Ketidakefektifan NOC . NIC :
bersihan jalan nafas  Respiratory status Airway suction
 Airway patency a. Pastikan kebutuhan
Faktor yang  Aspiration Control oral / tracheal
berhubungan : Kriteria Hasil : suctioning
a. Mukus a. Mendemonstrasikan b. Auskultasi suara
berlebihan batuk efektif dan nafas sebelum dan
b. Terpajan asap suara nafas yang sesudah suctioning.
c. Benda asing bersih, tidak ada c. Informasikan pada
dalam jalan sianosis dan dyspneu klien dan keluarga
napas (mampu tentang suctioning
d. Kondisi terkait mengeluarkan d. Minta klien nafas
Spasme jalan sputum, mampu dalam sebelum
napas bernafas dengan suction dilakukan.
e. Jalan napas mudah, tidak ada e. Berikan 02 dengan
alergik pursed lips) menggunakan
f. Asma b. Menunjukkan jalan nasal untuk
g. Penyakit paru nafas yang paten memfasilitasi
obstruksi kronis (klien tidak merasa sucstion
h. Eksudat dalam tercekik, irama natas, nasotrakeal
alveoli frekuensi pernafasan f. GunaKan alat steril
i. Dispnea dalam rentang normal, sitiap melakukan
j. Sputum dalam tidak ada suara nafas tindakan
jumlah yang abnormal) g. Anjurkan pasjen
beriebihan c. Mampu untuk istiRat dan
k. Batuk yang mengidentifikasiknda napas dalam
tidak efektif n mencegah factor setelah kateter
l. Ortopnea dapat yang dikeluarkan dari
m. Gelisah menghambat jalan nasotrakeal
n. Mata terbuka nafas h. Monitor status
lebar oksigen pasien
o. Sekresi yang i. Ajarkan keluarga
tertahan bagaimana cara
p. Perokok pasif melakukan suksion
q. Perokok j. Hentikan suksion
r. Hiperplasia dan berikan
pada dinding 0ksigen apabila
bronkus pasien
s. Infeksi menunjukkan
t. Disfungsi bradikardi,
neuromuskular peningkatan
u. Adanya jalan saturasi 02, dll.
napas buatan Airway Management
a. Buka jalan nafas,
guanakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
b. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
c. Pasang mayo bila
perlu
d. Lakukan fisioterapi
jika perlu
e. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
f. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
g. Lakukan suction
pada mayo
h. berikan
brcnkodilator bila
perlu
i. Berikan pdembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
j. Atur intake untuk
cairan

2. Ketidakefektifan NOC . NIC :


Pola nafas  Respiratory status . Airway Management
 Airway patency a. Buka jalan nafas,
 Vital sign Status guanakan teknik
Faktor yang Kriteria Hasil : chin lift atau jaw
berhubungan a. Mendemonstrasikan thrust bila perlu
a. Ansietas batuk efektf dan b. Posisikan pasien
b. Posisi tubuh suara nafas yang untuk
yang bersih, tidak ada mamaksimalkan
menghambat sianosis dan dyspnea ventilasi
ekspansi paru (mampu c. Identifikasi pasien
c. Keletihan mengeluarkan perlunya
d. Hiperventilasi sputum, mampu pemasangan alat
e. Obesitas bernafas dengan jalan nafas buatan
f. Nyeri mudah, tidak ada d. Pasang mayo bila
g. Keletihan otot pursed lips) perlu
pernapasan b. Menunjukkan jalan e. Lakukan jika perlu
h. Kondisi terkait nafas yang paten f. Keluarkan sekret
Deformitas (Rien tidak merasa dengan batuk atau
tulang tercekik, irama suction
i. Deformitas nafas, frekuensi g. Auskultasi suara
dinding dada pernafasan dalam nafas, catat adanya
j. Sindrom normal, suara suara tambahan
hipoventilasi rentang tidak ada h. Lakukan suction
k. Gangguan nafas abnormal) pada mayo
musculoskeletal c. Tanda Tanda vital i. Berikan
l. Imaturitas dalam rentang brmkodilator bila
m. Neurologis normal (tekanan perlu
n. Gangguan darah, nadi, j. Berikan pelembab
neurologis pernafasan) udara Kassa basah
o. Disfungsi NaCl Lembab
neuromuscular k. Atur intake untuk
p. Cedera medula cairan
spinalis mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi
dan status

Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
b. Pertahankan jalan
nafas yang paten
c. Atur peralatan
oksgenasi
d. Monitor aliran
oksigen
e. Pertahankan posisi
pasien
f. Observasi adanya
tmda tanda
hipoventilasi
g. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
h. Vital sign
Monitoring
i. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
j. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
k. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
l. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
m. Monitor TD, nadi,
RN sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
n. Monitor kualitas
dari nadi, frekuensi
dan Irama
pernapasan
o. Monitor suara paru
p. Monitor pola
pernapasan
abnormal
q. Monitcr suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
r. Monitor sianosis
perifer
s. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
t. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
3. Hambatan NOC NIC
pertukaran gas  Respiratory Airway management:
 Gas a. Posisikan pasien
Definisi Kelebihan  exchange untuk
atau defisit  Respiratory memaksimalkan
oksigenasi dan/atau  Status : ventilation ventilasi
eliminasi karbon  Vital Sign Status
b. Pasang mayo bila
dioksida pada Kriteria Hasil :
perlu
membran aiveoiar- a. Mendemonstrasikan
c. Lakukan fisioterapi
kapiler peningkatan ventilasi
dada jika perlu
dan oksigenasi
d. Keluarkan sekret
Batasan adekuat
dengan batuk atau
karakteristik b. Memelihara paru-paru
suction
a. Gas darah arteri dan bebas dari tanda-
e. Auskultasi suara
abnormal tanda distress
nafas, catat adanya
b. pH arteri pemafasan
suara tambahan
abnormal c. Mendemonstrasikan
c. Pola pernapasan batuk efekbf dan f. Berikan
abnormal suara nafas yang bronkodilator ;

d. Warna kulit bersih, tidak ada g. Barikan pelembab


abnormal sianosis dan dyspneu udara
e. Konfusi (mampu h. Atur intake untuk
f. Penurunan mengeluarkan cairan
karbon dioksida sputum, bemafas mengoptimalkan
(CO ) mampu dengan keseimbangan.
g. Diaforesis mudah, tidak ada i. Monitor respirasi
h. Dispnea pursed lips) dan status 02
i. Sakit kepala saat d. Tnda tanda vital j. Catat pergerakan
bangun dalam rentang normal dada,amati
j. Hiperkapnia kesimetrisan,
k. Hipoksemia penggunaan otot
l. Hipoksia tambahan, retraksi
m. Iritabilitas otot
n. Napas cuping supraclavicular dan
hidung intercostal
o. Gelisah k. Monitor suara
p. Somno!en nafas, seperti
q. Takikardia dengkur
r. Gangguan l. Monitor pola nafas
penglihatan bradipena,
s. Kondisi terkait takipenia,
Peruban alveolar- kussmaul, hip
kapiler erventilasi,
cheynestokes, biot
m. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/ tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
n. Monitor ITV,
AGD, elektrolit
dan ststus mental
o. Observasi sianosis
khususnya
membran mukosa
p. Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
perslapan
q. indakan dan tujuan
penggunaan alat
tambahan (02,
Suction Inhalasi)
4 Hipertermia NOC NIC .
 Thermoregulation Fever treatment
Definisi: Suhu inti Kriteria Hasil . a. Monitor suhu
tubuh di atas a. Suhu tubuh dalam mungkin
kisaran normal rentang normal b. Monitor IWI-
karena kegagalan b. Nadi dan RR dalam sesering
termoreguiasi. rentang normal c. Monitor warna dan
c. Tidak ada perubahan suhu kulit
Batasan warna kulit dan tidak d. Monitor tekanan
karakteristik : ada pusing, merasa darah, nadi dan RR
Postur abnormal nvaman e. Monitor penurunan
Apnea tingkat kesadaran
Koma f. Monitor WBC, Hb,
Kulit kemerahan dan Hct
Hipotensi g. Monitor intake dan
Bayi tidak dapat output
mempertahankan h. Berikan anti piretik
menyusui i. Berikan
Gelisah pengobatan untuk
Letargi mengatasi
Kejang penyebab demam
Kulit terasa hangat j. Selimuti pasien
Stupor k. Berikan cairan
Takikardia intravena
Takipnea l. Kompres pasien
Vasodilatasi pada lipat paha dan
aksila
Faktor yang m. Tingkatkan
berhubungan : sirkulasi udara
a. Dehidrasi n. Berikan
b. Pekaian yang pengobatan untuk
tidak sesuai mencegah
c. Popu!asi terjadinya
berisiko menggigil
d. Pemajanan suhu o. Temperature
lingkungan regulation
tinggi p. Monitor suhu
e. Kondisi terkait: minimal tiap 2 jam
Penurunan q. Rencanakan
perspirasi monitoring suhu
Penyakit secara kontinyu
f. Peningkatan r. Monitor TD, nadi,
laju dan RR
metabolisme s. Monitor warna dan
g. Iskemia suhu kulit
h. Trauma t. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
u. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
v. Selimuti mencegah
pasjen untuk
hilangnya
kehangatan tubuh
w. Ajarkan pada
pasien cara
menægah kelethan
akibat panas
x. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya keletihan
dan penanganan
emergency yang
diperlukan
indikasi

5 Duka Cita NOC: a. Kaji Persepsi


Klien Dan Makna
Definisi Suatu dengan kriteria hasil: kehilangannya
proses kompleks a. klien mampu b. dorong atau bantu
yang normal mengungkapkan klien untuk
meliputi respons perasaan berduka mendapatkan dan
dan perilaku b. menjelaskan makna menerima
emosional, fisik, kehilangan dukungan
spiritual, sosial, dan c. klien dapat menerima c. dorong klien
intelektual ketika kehilangan untuk mengkaji
individu, keluarga, d. klien dapat pola koping pada
dan komunitas bersosialisasi lagi situasi kehilangan
memasukkan dengan keluarga atau masa lalu saat ini
kehilangan yang orang lain. d. Dorong klien
aktual, adaptif, atau untuk meninjau
dipersepsikan ke kekuatan dan
dalam kehidupan kemampuan
mereka sehari-hari. personal
Batasan e. Dorong klien
karakteristik: untuk merawat
a. Perubahan dirinya sendiri
tingkat aktivitas f. Tawarkan
b. Perubahan pola makanan kepada
mimpi klien tanpa
c. Perubahan memaksanya
fungsi imun untuk makan
d. Gangguan g. Gunakan
fungsi komunikasi yang
neuroendokrin efektif
e. Perubahan pola
tidur
f. Marah
g. Putus asa
h. Memisahkan
diri
i. Distres
j. Menemukan
makna dalam
kehilangæ
k. Rasa bersalah
tentang
perasaan lega
l. Terluka
m. Perilaku panik
n. Pertumbuhan
personal
o. Distres
psikologis
p. kehilangan hal
yang bermakna
q. Antisipasi
kehilangan
orang terdekat

Daftar Pustaka

Butcher, Howard K, dkk. 2018. Nursing Intervention classification (NIC) Edisi Ke Tujuh
Bahasa Indonesia. Mocomedia
Herdman, T, Heather. 2017. NANDA 1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC
Hidayat. A, 2015. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmahari. Riska, 2015. Asfiksia Neonatorium. https://independent.academia.edu/
RiskaRahmaharyanti

Anda mungkin juga menyukai