Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN

MATERI SUHU
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Di Susun Oleh:
1. Seva Ikhsan Pambudi 11.Nurul Bidayati
2. Muhammad Guntur 12.Riski Widiastutik
Noval H. 13.Mesihatus Safaah
3. Lailiyatul Kiftiyah 14.Siti Rohmatun
4. Putri Ayu Dewiyanti 15.Putri Lia Aminah
5. Naibatul Choiriyah 16.Shobahatul Khiyaroh
6. Yunita Marina 17.Neni Andriyani
7. Rossa Milenia 18.Titik Anggraini
8. Siti Mamdukah 19.Putri Damar Yanti
9. Senja Chandra Erfiana 20.Popita Chelya S.
10.Rofi’atul Ulya

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan termometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu tubuh kita sering kali
berubah-ubah tanpa kita tahu sebab-sebabnya dan mekanismenya. Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back)
yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan
melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu
inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.  
Ada banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh, seperti hormon,
system syaraf, usia, dll. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang system
pengaturan suhu tubuh.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu hipotalamus ?
2.      Bagaimana sIstem pengaturan suhu tubuh ?
3.      Apa fungsi dari reseptor suhu ?
4.      Apa saja macam-macam dari suhu tubuh ?
5.      Apa faKtor yang mempengaruhi suhu tubuh ?
6.      Apa saja yang mengganggu pengaturan suhu tubuh ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tntang hipotalamus
2.      Untuk mengetahui sIstem pengaturan suhu tubuh
3.      Untuk mengetahui fungsi dari reseptor tubuh
4.      Untuk mengetahui macam-macam suhu tubuh
5.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
6.      Untuk mengetahui hal-hal yang mengganggu suhu tubuh
BAB II
PEMBAHASAN

A.         Hipotalamus

Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat


integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh.
Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh, dengan menerima informasi dari
berbagai bagian tubuh dikulit. Penyesuaian dikoordinasi dengan sangat rumit
dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan
untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal.
Hipotalamus mampu merespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0.01°C.
Hipotalamus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan
suhu inti mengelalui reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut
termoreseptor (reseptor hangat, dingin dan nyeri diperifer). Reseptor suhu sangat
aktif selama perubahan temperatur. Sensasi suhu primer diadaptasi dengan sangat
cepat. Suhu ini dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus
serta disusunan syaraf pusat dan organ abdomen.
Di hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu, yaitu diregio
posterior diaktifkan oleh suhu dingin, dan kemudian memicu reflek yang
memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Sedang regio anterior yang
diaktifkan oleh rasa hangat, memicu reflex yang memperentarai pengurangan
panas.  

B.          Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan termometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu dapat di bagi, antara
lain:
1.       Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ
dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C.
2.      Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh,
jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh
suhu lingkungan.
3.      Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata
gabungan suhu inti dan suhu kulit.

Ada beberapa macam termometer untuk mengukur suhu tubuh:


1.      The mercury-in-glass thermometer
2.      The electrical digital reading thermometer
3.      A radiometer attached to an auriscope-like head (untuk pengukuran suhu
timfani)

C.         Fungsi dari Reseptor Suhu


Etimulus dapat datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara,
kelembapan,cahaya. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat
penghasil tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang paling sederhana hanya
berupa ujung dendrit dari suatu sel syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung /
selaput myelin dan dapat di temukan pada reseptor rasa nyeri (free nerve ending)
atau nociresetor. Berdasarkan Lokasi Sumber Rangsang :
1.      INTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi untuk menerima
rangsang dari dalam tubuh.
2.      KHEMORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi memantau pH,kadar
gula dalam darah dan kadar kalsium dalam cairan tubuh atau darah.
3.      EKSTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi menerima rangsang
dari lingkungan di luar tubuh Reseptor penerima gelombang suara (pada alat
pendengaran) dan cahaya (dalam alat pengelihatan).
4.      HUBUNGAN ANTARA RESEPTOR DENGAN EFEKTOR Dalam system
syaraf,reseptor biasanya berhubungan dengan syaraf sensorik (AFFERENT)
sedang efektor erat dengan syaraf motorik (EFERENT). Reseptor berfungsi
sebagaipengubah energy, mengubah bentuk suatu energy menjadi bentuk
tertentu. dan di dalam reseptor semua energy di ubah menjadi energy listrik
dan selanjutnya akan membawa ke perubahan elektrolit sehingga timbul
potensial aksi. Apabila suatu resektor menerima rangsangan yang sesuai
maka membrane reseptor akan mengalami peritiwa potensial aksi. Jika
rangsangan yang diterima reseptor cukup kuat potensial reseptor yang
timbul akan lebih kuat. Makin besar rangsangan yang di terima, makin besar
pula potensial local yang di hasilkan sehingga dapat melampoi batas
ambang perangsangan pada membrane potensial generator. 

D.         Macam-macam suhu tubuh

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :


1.      Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2.      Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37.5°C
3.      Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37.5-40°C
4.      Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu didalam tubuh, dikenal suhu inti (core
temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dala, seperti kranial, toraks,
rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative
konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperature),
yaitu suhu yang tedapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C

E.          Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :

1.       Exercise:
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan
pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
2.      Hormon:
Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur
utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon
pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.

3.      Sistem syaraf:
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system
syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan
norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan
norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme
rate dari sel tubuh.

4.      Suhu tubuh:
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap
peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10
%.

5.      Asupan makanan:
Makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake
tinggi protein.

6.      Berbagai macam faktor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.

7.      Usia:
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi
suhu akan normal setelah anak mencapai pubertas. Pada lansia sensitif terhadap
suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme control suhu (terutama kontrol
vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar
keringat, penurunan metabolisme.

8.      Olahraga:
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme
lemak dankarbohidrat.

9.      Kadar Hormon:
Suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria.

10.   Irama sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5-°C selama periode 24 jam.suhu
tubuh rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari.
11.    Stres:
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persyarafan.

12.   Lingkungan:
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar.
Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme
homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang
normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37°C. suhu tubuh manusia
mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7°C, suhu terendah pada malam hari dan suhu
tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas
yang hilang. 

F.          Hal-Hal Yang Mengganggu Suhu Tubuh

Hal-hal yang sering mengganggu suhu tubuh diantaranya disebabkan oleh:


1. Demam: mekanisme pengeluran panas tidak mampu mengimbangi
produksipanas. Demam terjadi karena perubahan set point hipotalamus.
2. Kelelahan akibat panas: terjadi apabila diaforesis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.
3. Hipertermia: peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk mengeluarkan panas.
4. Heat stroke: terpapar oleh panas dalam jangka yang cukup lama.
5. Hipotermia: pengeluaran panas akibat terpapar suhu dingin.

Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:


a.      ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit  
b.      anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
c.       mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit

Tabel suhu tubuh normal menurut usia :


USIA SUHU (DERAJAT CELCIUS)

3 BULAN 37,5

6 BULAN 37,5

1 TAHUN 37,7

3 TAHUN 37,2

5 TAHUN 37,0

7 TAHUN 36,8

9 TAHUN 36,7

11 TAHUN 36,7
13 TAHUN 36,6
DEWASA 36,4

>70 TAHUN 36,0

G. Gejala-gejala Hipotermia

Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala


yang muncul tergantung kepada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya.
Bayi yang mengalami hipotermia bisa terlihat sehat, tapi kulitnya akan terasa
dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga cenderung sangat diam, terlihat lemas,
dan tidak mau makan.
Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan-lahan
sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami
hipotermia ringan akan menunjukkan gejala menggigil yang disertai rasa lelah,
pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat, dan napas yang cepat.
Jika suhu tubuh terus menurun hingga di bawah 32°C, tubuh pengidap
hipotermia biasanya tidak mampu untuk menggigil lagi. Ini mengindikasikan
tingkat keparahan hipotermia sudah memasuki tahap menengah hingga parah.
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah akan mengalami gejala-gejala
yang meliputi:

 Mengantuk atau lemas.


 Bicara tidak jelas atau bergumam.
 Linglung dan bingung.
 Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian walaupun sedang
kedinginan.
 Kesulitan bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun.
 Napas yang pelan dan pendek.

Jika tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan menyebabkan
gejala-gejala berikut ini:

 Kesadaran yang terus menurun hingga pingsan.


 Pupil mata yang melebar.
 Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.
 Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada
denyut nadi.

Jika anak atau ada anggota keluarga Anda yang mengalami gejala-gejala di
atas, bawalah secepatnya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.

H. Langkah Pengobatan Hipotermia

Hipotermia dapat diatasi dengan mencegah proses pelepasan panas tubuh


dan menghangatkan tubuh pengidap secara perlahan-lahan.
Sebelum pengidap hipotermia menerima penanganan dari petugas medis
profesional, ada beberapa langkah pertolongan darurat yang dapat Anda lakukan
untuk membantu. Di antaranya:

 Memantau pernapasan pengidap. Segera berikan napas buatan jika


pengidap berhenti bernapas.
 Perlakukan pengidap dengan hati-hati. Gerakan yang kasar atau berlebihan
dapat memicu serangan jantung. Menggosok tangan atau kaki pengidap
juga sebaiknya dihindari.
 Pindahkan pengidap ke dalam ruangan atau tempat yang hangat jika
memungkinkan. Tetapi jangan langsung memandikan pengidap dengan air
hangat.
 Lepaskan pakaian pengidap jika basah dan ganti dengan yang kering.
 Tutupi tubuh pengidap (terutama bagian perut dan kepala) dengan selimut
atau pakaian agar hangat.
 Jika Anda berada di luar ruangan atau di alam terbuka, lapisi tanah dengan
selimut sebelum membaringkan pengidap.
 Berbagi panas tubuh dengan pengidap, misalnya dengan memeluknya
secara hati-hati. Kontak langsung dari kulit ke kulit akan lebih efektif.
 Berikan minuman hangat jika pengidap masih sadar dan bisa menelan.
Tetapi jangan memberi minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
 Gunakan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat
untuk mengompres pengidap. Kompres ini sebaiknya diletakkan di leher,
dada, atau selangkangan. Jangan meletakkannya di bagian kaki atau tangan
karena dapat mendorong darah yang dingin untuk mengalir ke jantung,
paru-paru, dan otak.

Setelah sampai di rumah sakit, pengidap hipotermia akan menerima beberapa


langkah penanganan medis. Pemilihan jenis penanganan akan tergantung pada
tingkat keparahan hipotermia yang diderita pengidap. Beberapa jenis perawatan
intensif yang biasanya dilakukan meliputi:

 Mengeluarkan dan menghangatkan darah pasien, lalu kembali


mengalirkannya ke dalam tubuh pasien. Proses ini dilakukan dengan mesin
pintas jantung dan paru (CPB) atau mesin hemodialisis.
 Menghangatkan saluran pernapasan dengan memberikan oksigen yang
sudah dilembapkan dan dihangatkan melalui masker dan selang.
 Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
 Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan
beberapa bagian tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.

Hipotermia yang tidak diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius,


misalnya radang beku atau frosbite serta gangren (jaringan yang membusuk akibat
terhambatnya aliran darah), atau bahkan kematian.

I. Langkah Pencegahan Hipotermia
Hipotermia bisa dicegah. Ada beberapa langkah sederhana yang dapat Anda
lakukan untuk menghindari hipotermia, yaitu:

 Menjaga agar tubuh tetap kering. Air lebih cepat menyalurkan panas ke
udara dibandingkan jika tubuh kita kering. Segera ganti jika pakaian Anda
yang basah karena akan menyerap panas tubuh Anda.
 Kenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca dan kegiatan, terutama bagi
Anda yang gemar mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin.
Gunakanlah pakaian dari bahan yang dapat menjaga kehangatan tubuh
sekaligus menyerap keringat, misalnya wol. Hindari pakaian berbahan
katun. Gunakan jaket yang tahan angin dan air.
 Jangan lupa untuk menggunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, serta
sepatu bot. Usahakan agar kaus kaki serta sepatu Anda tidak sesak agar
aliran darah berjalan lancar.
 Pilihlah pakaian dengan ukuran yang sesuai. Pakaian yang pas akan
menciptakan ruang sirkulasi udara hangat di antara kulit dan pakaian.
Sedangkan pakaian yang ketat tidak dapat menghangatkan Anda.
 Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh, tapi jangan
sampai berkeringat berlebihan. Jika terkena angin, baju yang basah karena
keringat dapat menurunkan panas tubuh.
 Sediakan minuman dan makanan hangat, tetapi hindari minuman yang
mengandung alkohol atau kafein.

Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena serangan hipotermia dibandingkan orang
dewasa. Karena itu, Anda perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar
mereka terhindar dari hipotermia. Di antaranya adalah:

 Berikan pakaian atau jaket tambahan agar lapisan perlindungan mereka


lebih tebal.
 Jangan biarkan bayi Anda tidur di dalam ruangan yang suhunya terlalu
dingin.
 Jangan biarkan anak Anda bermain di luar saat hujan atau cuaca dingin.

Menghindari dan membentengi diri dari udara dingin akan membantu kita untuk
mencegah serangan hipotermia yang berpotensi fatal.

J. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Kecepatan metabolisme basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana
disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.

2. Rangsangan saraf simpatis.


Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan.
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas
tubuh juga meningkat.

4. Hormone tiroid.
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

5. Hormone kelamin.
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas.
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena
pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

6. Demam ( peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status gizi.
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20
– 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas
dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

9. Gangguan organ.
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga
dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu
juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui
kulit.

Suhu tubuh dihasilkan dari :


1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel
tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk
kontraksi otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian
kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan
testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan
rangsangan simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel
itu sendiri terutama bila temperatur menurun.

BAB III
PENUTUP

A.         Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan termometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat
loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika.
Permukaan tubuh dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut
reseptor,sedangkan alat penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh
dipengaruhi oleh exercize, hormon, sistem saraf, asupan makanan, gender
iklim(lingkungan), usia, aktivitas otot, dan stress. 

B.          Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu
sehat dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari, agar suhu tubuh selalu
dalam keadaan normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar
kita

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Praktikum Skill of Laboratory Keperawatan Dasar 1. 2018.
2. http://joe.endocrinologyjournals.org/cgi/content/full
3. Journal of Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormon a.k.a. hypothalamic
releasing factors.
4. Journal of Endocrinology. (2005). Functional anatomy of hypothalamic
homeostatic systems
5. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi. Jakarta: EGC
6. http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh
7. Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai