3. Dukungan
a. Adanya partisipasi dari kepala ruang untuk melaksanakan MAKP
b. Penerapan model MAKP Modifikasi Tim berjalan lancar dan sudah
terstruktur dengan baik
c. Akreditasi RS paripurna Tipe C
d. Perawat dengan kewenangan Klinik Pk III sebanyak 20%
e. Ruang Mina sudah melakukan 80% kegiatan MAKP yaitu, Pre dan
Post Conference, Timbang Terima, Sentralisasi Obat dan Discharge
Planning
f. Dukungan dari pempinan RS dan bidang keperawatan yang sangat
besar untuk melaksanakan MAKP
4. Evaluasi Ruang Mina
Sebelum penerapan MAKP dilakukan, ada beberapa persiapan yang
harus dilakukan berupa pemilihan penanggung jawab untuk masing-
masing masalah yang telah disepakati. Persiapan yang telah dilakukan
yaitu mempersiapkan materi untuk sosialisasi serta melakukan koordinasi
dengan pembimbing, karu, dan kelompok. Penyampaian penerapan MAKP
telah dilakukan oleh kelompok kepada kepala ruang pada tanggal 14 Mei
2020.
c. Hasil
Tabel 4.3
Pelaksanaan Pre Conference Setelah Dilakukan Implementasi
Di Ruang Mina RSU Aisyiyah Ponorogo
Sebelum Setelah
Implementasi Implementasi
(N:4)
Aspek yang Dinilai SL SR KD TP SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0) (3) (2) (1) (0)
90%
85% Sebelum
81% Sesudah
80%
75%
70%
Pre
90%
85% Sebelum
81% Sesudah
80%
75%
70%
Post
Sumber : Hasil Pelaksanaan Tanggal 03 Juni 2020
Sedangkan untuk post conference 81% dilaksanakan, setelah
dilakukan pendampingan dan dilakukan evaluasi didapatkan hasil
95% juga tetap terlaksana. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pre dan post conference tetap berjalan.
2. Evaluasi Kegiatan Pre Post Conference
a. Evaluasi Struktur
1) Pre post conference dilaksanakan di Via Skype pada hari Rabu
tanggal 03 Juni 2020 pukul 14.00 - selesai
2) Pre dan post conference dihadiri sebanyak 15 orang. 1
pembimbing klinik, 1 pembimbing institusi dan 13 mahasiswa
praktek manajemen
b. Evaluasi Proses
1) Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi,
roleplay,pendampingan dan evaluasi.
2) Dalam tahap pelaksanaan, hal pertama yang dilakukan yaitu
sosialisasi pada hari Selasa tanggal 02 Juni 2020Via Skype.
Setelah sosialisasi, kegiatan selanjutnya yaitu role play,
pendampingan dan observasi pada tanggal 03 Juni 2020.
3) Pendampingan yang dilakukan cukup berjalan lancar, semua
mahasiswa dan pembimbing lahan maupun institusi dapat
mengikuti pelaksanaan pre dan post conference yang
diimplementasikan pada tanggal 03 Juni 2020.
3) Evaluasi dilakukan pada tanggal 03 Juni 2020 setelah role play,
berjalan lancar dalam pelaksanaaanya terutama dalam hal pre post
conference.
c. Evaluasi Hasil
1) Evaluasi Pembimbing Klinik (Dwi Setiani, S.Kep.,Ns)
a) Alur post conference yang diperankan sudah bagus
b) Penambahan data pada laporan post conference
2) Evaluasi Pembimbing Institusi (Sholihatul Maghfirah, S.Kep., Ns.,
M.Kep)
a) Durasi waktu masih molor sehingga proses semakin molor
b) Bahasa dalam laporan harus konsisten
3) Evaluasi Mahasiswa
Mahasiswa masih kurang dalam memanajemen waktu
pelaksanaan
4. Kesinambungan
a. Mahasiswa dituntut untuk meningkatkan manajemen waktu dalam
pelaksanaankegiatan timbang terima, pre conference dan post
conference, diharapkan dalam jangka waktu 1 jam, ke 3 kegiatan
tersebut sudah terlaksana dengan baik dan tepat waktu.
b. Ketua tim memimpin jalanya pre dan post conference, ketua tim shift
siang juga memimpin jalannya timbang terima antara shift siang
dengan shift malam.
c. Ketua tim dapat mempraktekkan jalanya pre dan post conference
dengan baik dan tepat waktu.
C. Timbang Terima
1. Implementasi Timbang Terima
a. Jadwal Kegiatan Timbang Terima
Tabel 4.7
Jadwal Kegiatan Timbang Terima Keperawatan
Di Ruang Mina RSU’Aisyiyah Ponorogo
No Kegiatan Waktu
Role play Pelaksanaan
1 Timbang Trima 01 Juni 2020 12 Mei- 22 Juni
2020
c. Hasil
Tabel 4.8
Evaluasi Timbang Terima Perawat
Di Ruang Mina RSU’ Aisyiyah Ponorogo
Sebelum Setelah
Implementasi Implementasi
(N:5) (N:12)
Aspek yang Dinilai SL SR KD TP SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0) (3) (2) (1) (0)
4. Kesinambungan
Timbang terima diharapkan tetapselalu dilakukan dalam keadaan
apapun. Ketika sift malam ke sift pagidan sift pagike sift sore
hendaknya dipimpin oleh kepala ruang, sedangkan sift sore ke sift
malam dapat dipimpin oleh perawat primer dan timbang terima harus
mencakup jumlah pasien, identias pasien, diagnosa medis, data
keluhan subjek/objektif, masalah keperawatan yang masih muncul,
intervensi yang sudah dan belum dilakukan, intervensi kolaboratif dan
rencana umum.
D. Supervisi Keperawatan
1. Implementasi Supervisi Keperawatan
a. Jadwal Kegiatan Supervisi Keperawatan
Tabel 4.11
Jadwal Kegiatan Supervisi Keperawatan di Ruang Mina RSU Aisyiyah
Ponorogo
No Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Role play
1 Supervisi 5, 12, 13 Juni 13 Juni 2020
c. Hasil
Tabel 4.12
Hasil Kegiatan Supervisi Keperawatan
di Ruang Mina RSU Aisyiyah Ponorogo
N Aspek yang Dinilai Sebelum Setelah
o Implementasi Implementasi
(N=3) (N=4)
S S KD TP S S KD T
L R L R D
1 Supervisi disusun 3 2 1 1
secara terjadwal
2 Semua staf mengetahui 2 2 1 1
jadwal supervisi
3 Materi supervisi 1 2 1 1
dipahami oleh
supervisor maupun staf
4 Supervisor 2 2 2
mengorientasikan materi
supervisi kepada staf
yang disupervisikan
5 Supervisi mengkaji 3 2 2
kinerja staf dengan
materi supervisi
6 Supervisor 2 2 2
mengidentifikasi
pencapaian staf dan
memberi reinforcement
7 Supervisor 2 2 2
mengidentifikasi aspek
kinerja yang perlu
ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan 3 3 1
solusi dan role model
bagaimana
meningkatkan kinerja
perawat
9 Supervisor menjelaskan 2 3 1
tindak lanjut supervise
yang telah dilakukan
1 Supervisor memberikan 3 3 1
0 reinforcement
pencapaian keseluruhan
staf
Jumlah 4 5 1 0 10 1 9 3
Persentase 48 % 64%
d. Diagram Supervisi
Gambar 4.13
Pelaksanaan Supervisi Keperawatan
Di Ruang Mina RSU Aisyiyah Ponorogo
70% 64%
60%
50% 48%
40%
Sebelum
30% Sesudah
20%
10%
0%
Supervisi
E. Discharge Planning
1. Implementasi Discharge Planning
a. Jadwal Kegiatan
Tabel 4.15
Jadwal Kegiatan Discharge Planning di Ruang Mina RSU Aisyiyah
No Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Role play
1 Discharge planning 19 Mei 2019 – 21 Juni 11 Juni 2020
2019
c. Hasil
Tabel 4.16
Hasil Kegiatan Discharge Planning
di Ruang Mina RSU Aisyiyah Ponorogo
Sebelum Setelah
implementasi implementasi
NO Aspek yang dinilai
(N=7) (N=4)
Ya Tidak Ya Tidak
1 No. Rekam medik 100% 0% 100% 0%
2 Identitas pasien 100% 0% 100% 0%
Keadaan saat pulang
3 100% 0% 100% 0%
(kesadaran dan TTV)
Keterangan lama
4 85,7% 14,3% 100% 0%
perawatan pasien
Alat bantu yang masih
5 71,4% 28,6% 75% 25%
terpasang
6 Mobilisasi saat pulang 100% 0% 100% 0%
Masalah perawatan yang
7 85,7% 14,3% 100% 0%
masih ada saat pulang
Tindakan keperawatan
8 100% 0% 100% 0%
yang diberikan dirumah
Obat-obatan yang dibawa
9 100% 0% 100% 0%
pulang (lengkap)
Hasil pemeriksaan yang
10 100% 0% 100% 0%
dibawa pulang
11 Saran kontrol di poli 100% 0% 100% 0%
Rata-rata 95% 5% 98% 2%
Total 100% 100%
Sumber : Hasil Observasi Tanggal 25 Juni 2020
2. Kesinambungan
Diharapkan dalam discharge planing selalu disertakan leaflet
sebagai sarana edukasi saat pasien di rumah..
F. Penyuluhan
1. Implementasi Penyuluhan
a. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 4.19
Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Di Ruang MinaRSU ‘Aisyiyah Ponorogo
No Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Role Play
1 Penyuluhan DBD 12 Juni 2020 12 Juni 2020
2 Penyuluhan Cuci 12 Juni 2020 12 Juni 2020
Tangan
b. Pelaksanaan Penyuluhan
Tabel 4.18
Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Di Ruang MinaRSU ‘Asyiyiah Ponorogo
N Kegiatan Waktu Keterangan
o
1 Menyusun Prososal 2-3 Juni 2020 Menyusun proposal rencana
kegiatan penyuluhan yang akan
Penyuluhan DBD
dilakukan
(Demam Berdarah)
dan CUCI
TANGAN
2 Melakukan 4-11 Juni Koordinasi mengenai
koordinasi dengan 2020 pemilihan pasien dan
pembimbing dan pelaksanaan penyuluhan
kepala ruangan
3 Melakukan 12 Juni 2020 Penyuluhan DBD (Demam
penyuluhan DBD Berdarah) dan CUCI
(Demam Berdarah) TANGAN dilakukan di
dan CUCI Ruang Mina RSU ‘Asyiyah
TANGAN Ponorogo di depan Ruang
Mina pada hari Jumatpukul
09.00-11.00 WIB. Kegiatan
penyuluhan ini dihadiri oleh
kepala ruang, pembimbing
institusi, pembimbing klinik,
pihak keluarga pasien dn
mahasiswa praktik
manajemen Universitas
Muhammadiyah Ponorogo
4 Evaluasi 12 Juni 2019 Berdiskusi tentang
Pelaksanaan pelaksanaan penyuluhan
Penyuluhan dengan pembimbing klinik
dan pembimbing institusi
c. Hasil
Tabel 4.20
Hasil Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Di Ruang Mina RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
Pre Post
No Penyataan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Jadwal penyuluhan
2 Terencananya kegiatan penyuluhan
3 Penyuluhan melibatkan keluarga
5 Keluarga antusias dalam tanya jawab
7. Laporan hasil penyuluhan dilaksanakan
8 Adanya proses evaluasi
Sumber: Hasil Observasi Dan Wawancara Tanggal 12 Juni 2020
4. Kesinambungan
a. Demam Berdarah
Penyuluhan dilakukan secara terjadwal sebagi sarana menambah
pengetahuan keluarga maupun pasien, agar keluarga dapat melakukan
tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah
b. CuciTangan(tema COVID 19)
Penyuluhan dilakukan secara terjadwal sebagi sarana menambah
pengetahuan keluarga maupun pasien, agar keluarga dapat melakukan
tindakan pencegahan penyakit Cucitangan (tema COVID 19)
G. Ronde Keperawatan
HARI :
TANGGAL :
KETUA TIM :
1. Nama Pasien :
2. Nomor Register :
3. Usia :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Diagnosa Medis :
KetuaTim :
Ketua Tim
____________________
Mengetahui
_____________________ ____________________
2. Hasil
Tabel 4.20
Hasil Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Di Bangsal Mina RSU Aisyiyah Ponorogo
2020
Ya Tidak
No Pertanyaan
N:3
1 Adakah jadwal ronde terencana 3
2 Adakah perencanaan kasus yang dibahas 3
3 Apakah melibatkan keluarga 3
4 Apakah pasien diberikan inform consent 3
Apakah pasien terlibat dalam pembahasan
5 3
masalah pasien
6 Apakah dalam pembahasan melibatkan 3
tenaga medis lain
7 Apakah ada proses klarifikasi dan validasi 3
Apakah ada laporan dari ronde yang
8 3
dilaksanakan
9 Apakah ada proses evaluasi 3
Jumlah 27
Presentasi 100%
2. Pre-Post Conference
Pelaksanaan pre-post conference di Ruang Mina sudah terlaksana.
Menurut Seniwati, Werna Nontji, dan Bahar (2014) dalam jurnal penelitian
yang berjudul “Evalua sioperan, Pre Post Conference, Supervisi, dan Kinerja
Perawat Di RSU Haji Makassar” didapatkan hasil bahwa kinerja perawat
pelaksana yang kurang menerapkan pre-conference dalam pemenuhan
asuhan keperawatan pasien berdampak pada kinerja perawat pelaksana yang
kurang. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ketika
pelaksanaan post conference tidak dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab maka akan mempengaruhi kinerja perawat tersebut dalam
menyelesaikan tindakan pemberian asuhan keperawatan. Sehingga pre dan
post conference perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja perawat dalam
melaksanakan tugas.
Sejatinya pre-conference adalah komunikasi perawat primer dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh perawat primer atau penanggung jawab perawatan. Jika
yang dinas pada shift tersebut hanya satu orang, maka pre-conference
ditiadakan, isi pre-conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian)
dan tambahan rencana dari perawat primer. Post-conference dilaksanakan
setelah berinteraksi dengan pasien yang selanjutnya hasil dari post-
conference ini akan di timbang terimakan ke shift selanjutnya yang berguna
dalam proses pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dalam
perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.
4. Supervisi Keperawatan
Pelaksanaan supervisi keperawatan diRuang Mina telah terjadwal namun
dalam pelaksanaannya masih belum optimal. Setelah dilakukan supervisi
keperawatan didapatkan hasil supervisi dalam kategori baik. Supervisi
keperawatan terlaksana dikarenakan adanya mahasiswa profesi ners stase
manajemen. Menurut Goziyan dan Elsa (2012) dalam artikel penelitiannya
yang berjudul “Efektivitas Penerapan Supervisi Kepala Ruang Terhadap
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul” didapatkan hasil bahwa supervisi
kepala ruang secara statistik terbukti efektif terhadap pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Koagouw (2004) dimana didapatkan kelengkapan
pengisian rekam medis di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado sebelum
dilakukan supervisi adalah sebesar 64,38%. Namun setelah dilakukan
supervisi terjadinya peningkatan terhadap kelengkapan pengisian rekam
medis menjadi 83,53%. Dengan demikian supervisi sangat berhubungan
dengan kinerja perawat. Sehingga untuk meningkatkan kinerja perawat
supervisi sebaiknya tetap dilakukan. Kegiatan supervisi perlu dilakukan
untuk menilai dan memantau kinerja perawat.
5. Discharge Planning
Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Mina sudah terlaksana
dengan baik, namun ada beberapa point yang belum terlaksana seperti
pemberian pendidikan kesehatan dan pembagian leaflet pendidikan kesehatan
kepada keluarga pasien yang pulang. Dischard planning diruang Mina
hanya dilakukan pada pasien yang masuk dalam kriteria. Mahasiswa
profesi ners stase manajemen melakukan Discharge Planning kepada pasien
pulang. Discharge Planning tersebut dilakukan dengan lengkap dan serta
memberikan pendidikan kesehatan dan pemberian leaflet. Menurut
Hardivianty (2017) Discharge Planning yang belum optimal menimbulkan
dampak bagi pasien. Dampak tersebut adalah meningkatnya angka rawat
ulang dan pada akhirnya pasien akan menanggung pembiayaan untuk biaya
rawat inap dirumah sakit. Kondisi kekambuhan pasien atau rawat ulang
pasien tentunya sangat merugikan pasien beserta keluarga dan juga rumah
sakit. Perencanaan pulang sangat membantu pasien dan keluarga dalam
mempersiapkan pulang. Pasien dan keluarga terbantu dengan adanya media
pembelajaran Discharge Planning.
Perencanaan pulang merupakan proses professional perawatan kesehatan
pasien, dan keluarga serta melibatkan interaksi dari multi disiplin ilmu.
Perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, meliputi tindakan
pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, dan perawatan biasa termasuk
kebutuhan non medis. Perencanaan pulang berfokus pada proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan fasilitas kesehatan/ rumah sakit.
Perencanaan pulang yang baik diharapkan meminimalkan dampak dari suatu
keadaan kesehatan misalnya penyakit dengan perawatan yang kontinyu
(terus-menerus) dan untuk meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga
terhadap system pelayanan kesehatan. Sehingga pelaksanaan Discharge
Planning sangat penting dilakukan untuk persiapan pasien pulang.
6. Pendidikan Kesehatan
Dari hasil pengkajian ruangan awal ditemukan 10 penyakit terbesar dan
antara lain DHF dan CVA. Dengan tidak mengesampingkan penyakit yang
pada saat ini menjadi perhatian badan kesehatan dunia (WHO) hingga
ditetapkannya sebagai pandemi, yakni penyakit Corona, dalam hal ini
pendidikan kesehatan tentang cuci tangan pakai sabun diberikan kepada
pasien, keluarga pasien, dan pengunjung (dengan simulasi mahasiswa). Selain
pendidikan kesehatan cuci tangan dan perawatan pasien stroke dirumah serta
pencegahan stroke berulang. Menurut Pohan (2007) kepuasan pasien
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu karakteristik individual pasien dan
faktor eksternal yaitu pelayanan kesehatan yangberasal dari rumah sakit
termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang dimaksud
adalah pemberian pendidikan kesehatan. Menurut Waluyo (2010) dalam
tesisnya yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepuasan
Pasien Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Madiun” dengan hasil penelitian
yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian program pendidikan
kesehatan terhadap kepuasan pasien. Dengan demikian diharapkan program
pendidikan kesehatan ini akan dijadikan contoh untuk melaksanakan
pendidikan kesehatan bagi perawat yang bertugas dirawat inap dan sebagai
gambaran pelaksanaan pendidikan kesehatan di area rawat jalan. Penerapan
model ini akan mampu meningkatkan kepuasan pasien, yang berarti pula
mampu meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sehingga dapat
dijadikan alat pemasaran untuk dapat meningkatkan BOR rumah sakit
melalui metode “wordofmouth”. Pendidikan kesehatan masyarakat adalah
upaya memberdayakan individu, kelompok dan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan, kesadaran dan kemampuan, serta mengembangkan iklim yang
mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan
sosial budaya dan kondisi setempat. Sehingga Pendidikan kesehatan penting
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam mencegah dan
mengatasi penyakit yang diderita oleh anaknya.
7. Ronde keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Mina belum dilakukan, karena
diruang mina kekurangan tenaga perawat, adanya keterbatasan waktu,
keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), dan belum adanya jadwal dalam
pelaksanaan ronde keperawatan. Ronde keperawatan biasanya terlaksana di
karenakan adanya mahasiswa praktik profesi ners stase manajemen.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami berinisiatif membuat proposal
ronde keperawatan yang disertai dengan format ronde keperawatan dan surat
persetujuan dilakukan ronde keperawatan yang lebih sederhana yang bisa
digunakan untuk mengadakan kegiatan ronde keperawatan, sehingga ronde
keperawatan dapat terlaksana dengan optimal sesuai prosedur di Ruang
Mina RSU AISYIYAH Ponorogo. Menurut Simamora et al (2017) dalam
jurnal penelitiannya yang berjudul “Penguatan Kinerja Perawat Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di
Rumah Sakit Royal Prima Medan” didapatkan hasil bahwa pelatihan ronde
keperawatan telah memberikan implikasi terhadap peningkatan motivasi,
maupun keterampilan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sehingga intervensi atau pelatihan ronde keperawatan menghasilkan kinerja
perawat yang semakin baik dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat
yang mengikuti pelatihan ronde keperawatan dapat meningkatkan kinerjanya
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Kemampuan
tersebut mencakup pemahaman tentang tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, menguasai bidang tugasnya dengan baik, mampu mengambil
keputusan dalamkeadaan darurat, kemampuan dalam menjalin hubungan
yang harmonis dengan pasien, sesama perawat maupun atasannya dan juga
kemampuan dalam menganalisis masalah serta pemecahan masalah sesuai
dengan program pelatihan yang telah didapatkan.
Ronde keperawatan berfungsi untuk menyelesaikan masalah pasien
melalui pendekatan berpikir kritis yaitu agar perawat ruang mampu
menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis, meningkatkan kemampuan
validasi data klien, meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan, meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan, menumbuhkan pemikirantentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien, meningkatkan kemampuan justifikasi,
meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja. Ronde keperawatan
tidak hanya bermanfaat kepada pasien saja tetapi juga kepada perawat dan
juga pihak rumah sakit. Manfaat bagi pasien diantaranya membantu
menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa penyembuhan,
pasien mendapat perawatan secara profesional dan efektif, dan dapat
memenuhi kebutuhan pasien. Bagi Perawat ronde keperawatan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat,
Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan, Menciptakan komunitas
keperawatan profesional. Bagi rumah sakit yaitu dapat meningkatkan mutu
pelayanan di rumah sakit, dan dapat menurunkan lama hari perawatan pasien.
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan setelah dilakukan praktik manajemen
selama 5 minggu yaitu :
1. Model keperawatan yang digunakan di Ruang Mina yakni MAKP
Modifikasi Tim-Primer
2. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah didistribusikan kepada perawat
Ruang Mina, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pre dan Post Conference pada pengkajian awal pelaksanaannya
didapatkan data 85% untuk Pre, 81% post, setelah dilakukan evaluasi
pada akhir stase, pelaksanaan Pre dan Post conference didapatkan data
90% pre, dan 95% post, kesimpulannya terjadi peningkatan prosentase
pelaksanaan untuk pre dan post conference diruang Mina.
b. Timbang terima, terjadi penurunan prosentase dari proses pelaksanaan
timbang terima dengan nilai 96,6% pada awal pengkajian dan 94,8%
pada evaluasi akhir, hal ini kemungkinan dapat terjadi karena
peningkatan beban kerja perawat pada 1 bulan terakhir, akan tetapi
hasil prosentase tersebut tetap dalam kategori baik.
c. Supervisi, dari data yang didapatkan, supervisi sudah terjadwal, tetapi
belum dilaksanakan selama stase manajemen keperawatan
dilaksanakan oleh mahasiswa
d. Discharge planning, terjadi peningkatan prosentase proses discharge
planning, dari pengkajian awal 95% pada saat evaluasi meningkat
menjadi 98%, hal ini menunjukkan proses discharge planning di
Ruang Mina sudah terlaksana dengan baik.
e. Pendidikan Kesehatan, proses pendidikan kesehatan di ruang Mina
sudah terlaksana dengan baik, dibuktikan dengan seluruh responden
yakni perawat menyatakan jawaban Ya dengan presentase 100%.
f. Ronde Keperawatan, dari hasil data pengkajian hingga evaluasi
didapatkan data bahwa ronde keperawatan di Ruang Mina belum
terlaksana, hal ini kemungkinan berkaitan dengan kekurangan tenaga
perawat, adanya keterbatasan waktu, keterbatasan SDM, dan belum
terjadwalnya kegiatan Ronde Keperawatan, untuk kegiatan Ronde
Keperawatan, menurut keterangan Kepala Ruang Mina faktor
penghambat pelaksanaannya yakni keterbatasan waktu, karena harus
mengkondisikan tenaga medis atau tenaga kesehatan lain.
g. Sentralisasi obat, hasil konfirmasi dengan Perawat Ruang Mina,
pelaksanaan pengelolaan obat diruang Mina sudah berjalan dengan
baik, dimana pada ruangan ini obat-obatan sudah dikelola pada rak
obat yang berdampingan dengan ruang Nurse Station. Pada saat
pasien masuk, keluarga akan dijelaskan oleh perawat mengenai
pengelolaan obat yaitu dikontrol penuh oleh perawat kecuali obat-
obatan yang diberikan peroral seperti sirup
B. SARAN
1. Dari hasil observasi yang sudah dilakukan, kami memberikan saran pada
M1: Man (Ketenagaan), untuk mempertimbangkan pendistribusian
perawat dengan pendidikan Sarjana (Ners) untuk memaksimalkan kinerja
Ruang Mina dan menyesuaikan model keperawatan sesuai teori yang
telah ada, perekrutan atau perwujudan tenaga dengan pendidikan Sarjana
Keperawatan bisa dengan menambah atau merekrut tenaga keperawatan
ataupun memaksimalkan pemanfaatan fasilitas studi lanjutan yang telah
diberikan oleh pihak RSU Aisyiyah Ponorogo.
2. Untuk kegiatan ronde keperawatan, kami memberikan saran bahwa perlu
adanya penerapan ronde keperawatan diruang Mina, diharapkan kegiatan
tersebut dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan kepada
pasien,untuk pelaksanaannya bisa dengan memodifikasi format ronde
keperawatan menjadi lebih simpel tetapi tanpa mengurangi esensi dari
pokok-pokok ronde keperawatan, diharapkan permasalahan-
permasalahan yang menjadikan belum terlaksananya ronde keperawatan
seperti ketidakefisiensian waktu pelaksanaan, koordinasi dengan multi
disiplin ilmu lain yang membutuhkan waktu lama dapat teratasi dan
ronde keperawatan dapat berjalan rutin.
3. Untuk M5: Mutu, kami menyarankan perlu dilaksanakannya sepervisi
sesuai jadwal yang telah disusunoleh Kepala Ruang Mina yang termuat
dalam rencana bulananan ruangan,sebagai usaha meningkatkan mutu
pelayanan perawat dan imbasnya kepada tingkat kepuasan serta loyalitas
pelanggan (pasien dan keluarga).