Anda di halaman 1dari 11

TUGAS STRUKTUR BETON BERTULANG III

‘’Analisis dan Desain Struktur Gedung

Perkantoran 9 lantai di Malang’’

Oleh :

Fariz Hikmatyar Azzam (10)

Runiatus Saadah (23)

Kelas 3 MRK 5

PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGRI MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

1. Nama laporan : Analisis dan Desain Struktur Gedung Perkantoran 9 lantai di Malang
2. Nama Kelompok:
a. Fariz Hikmatyar Azzam (10)
b. Runiatus Saadah (23)
Kelas : 3 MRK 5
Prodi : D-IV Manajemen Rekayasa Konstruksi
Jurusan : Teknik Sipil
3. Dosen Pembimbing :
a. Nama :
b. NIP :

MALANG, 23 Februari 2020


Pembimbing

Wahidin ST. MT
NIP:
BAB I
KONSEP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR

A. Deskripsi Struktur
Beton bertulang adalah kombinasi dua unsur bahan, yaitu tulangan baja dan
beton yang digunakan secara bersama, sehingga desain struktur elemen beton
bertulang dilakukan berdasarkan prinsip yang berbeda dengan perencanaan desain
satu bahan. Sistem struktur yang dibangun dengan beton bertulang, seperti bangunan
gedung, jembatan, dinding penahan tanah, terowongan , tanki, saluran air dan lainnya,
dirancang dari prinsip dasar desain dan penelitian elemen beton bertulang yang
menerima gaya aksial, momen lentur, gaya geser, momen puntir, atau kombinasi dari
jenis gaya-gaya dalam tersebut. Prinsip dasar desain ini berlaku umum bagi setiap tipe
sistem struktur selama diketahui variasi gaya aksial, momen lentur, gaya geser dan
unsur gaya dalam lainnya, serta bentang dan dimensi setiap elemen.

Struktur yang dirancang oleh penulis ini difungsikan menjadi sebuah gedung
perkantoran 9 lantai.
Analisis dan desain struktur di bawah ini dengan data perencanaan sebagai
berikut :
1. Konstruksi / sistem struktur : beton bertulang, struktur rangka pemikul momen
Struktur beton bertulang terdiri dari balok beton, kolom beton, dan pelat beton.
Balok beton berfungsi untuk menopang tegangan tarik dan tegangan tekan yang
disebabkan oleh adanya beban lentur yang terjadi pada balok tersebut. Kolom adalah
batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Plat lantai
adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat
pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh
balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
2. Konsep desain : LRFD
LRFD (Load and Resistance Factor Design) merupakan suatu metode yang
didasari oleh konsep keadaan batas dimana keadaan batas tersebut dicapai melalui
proses interaksi antara faktor kelebihan beban dan berkurangnya kekuatan material.
3. Mutu bahan
a. Mutu beton : 25 Mpa
b. Mutu tulangan utama : BJTS 420 Mpa
c. Mutu tulangan sengkang : BJTS 280 Mpa
4. Lokasi Bangunan : Padang
5. Kondisi Tanah : Tanah Lunak
6. Fungsi Bangunan : Perkantoran
Kantor sendiri memiliki beberapa fungsi yang dintaranya adalah, menerima
informasi, merekam informasi, mengatur informasi, memberi informasi serta
melindungi aset atau harta.
Lantai 1 gedung berisi lobby, lantai 2 sampai 3 berisi ruang kerja, lantai 4
difungsikan untuk ruang pertemuan atau meeting room. Cafeteria dan musholla
berada di lantai 5. Lantai 6 sampai lantai 9 digunakan sebagai ruang kerja. Parkiran
berada di luar gedung. Gedung ini juga memiliki taman yang terletak di depan pintu
masuk gedung.

B. Dasar-dasar Peraturan Perencanaan


Untuk membantu dalam perencanaan desain dan konstruksi beton struktural
maka dasar-dasar peraturan perencanaan terkandung dalam :
a. SNI 2847: 2013 (Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung)
b. SNI 2847: 2019 (Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung)
c. Peraturan Pembebanan Untuk Rumah Gedung 1987
d. SNI 1726 : 2019 (Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung)

C. Mutu Bahan
1. Mutu beton : 25 Mpa
2. Mutu tulangan utama : BJTS 420 Mpa
3. Mutu tulangan sengkang : BJTS 280 MPa

D. Sistem Pembebanan
Beban pada gedung beton bertulang berdasarkan SNI 1727:2013 dapat
didefinisikan sebagai gaya atau aksi lainnya yang diperoleh dari berat seluruh bahan
bangunan itu sendiri, penghuni, barang-barang yang ada di dalam bangunan gedung
tersebut yang bersifat permanen atau bergerak, dan efek lingkungan (seperti: angin,
hujan, gempa). Dari beban-beban ini dapat didesain kekuatan yang dimiliki gedung
dan kebutuhan-kebutuhan desain seperti jumlah kebutuhan tulangan. Dalam skripsi ini
terdapat 3 jenis beban yang digunakan yaitu beban mati, beban hidup, dan beban
gempa yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Beban Mati (Dead Load)


Beban mati merupakan beban pada struktur yang besarnya pasti (berat semua
komponen gedung/bangunan itu sendiri) dan bersifat tetap/permanen selama masa
layan struktur tersebut. Beban-beban yang termasuk kedalam beban beban mati
berdasarkan SNI 2847:2013 yaitu seluruh bahan konstruksi bangunan gedung
yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi
tetap, finishing, klading gedung dan komponen artsitektural dan struktural lainnya
serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.

2. Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup merupakan beban yang timbul akibat penggunaan suatu gedung
selama masa layan gedung tersebut dan beban lalu lintas pada sebuah jembatan.
Beban-beban yang termasuk kedalam beban hidup berdasarkan SNI 2847:2013
yaitu beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau
struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti
beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati
Untuk gedung perkantoran menggunakan beban hidup yaitu 4,79 kN/m2

3. Beban Gempa
Beban gempa ialah semua beban static ekivalen yang bekerja pada gedung
atau baguan gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
(PPURG 1987). Analisis gempa ditentukan melalui zona gempa daerah dan
kategori resiko pekerjaan bangunan tersebut. Sesuai dengan SNI 1726:2019
kategori resiko dibagi menjadi 4

SNI 1726 : 2012 dan SNI 1726 : 2019 Standar Perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur gedung dan non gedung

Faktor keutamaan gempa tergantung pada kategori resiko bangunan dapat dilihat
pada SNI 1726 : 2019, Pasal 4. 1. 2 Tabel 4 Hal 22
Parameter SS ditetapkan dari respons spectral percepatan 0,2 detik dalam
peta gerak tanah seismik. Gambar 15 SNI 1726-2019 atau
http://puskim.pu.go.id/aplikasi/desain
Parameter SS ditetapkan dari respons spectral percepatan 1,0 detik dalam
peta gerak tanah seismik. Gambar 16 SNI 1726-2019
Spektrum respons desains Sa: SNI 1726 2012
Spektrum respons desains Sa: SNI 1726 2012

E. Prosedur Analisis
Berikut prosedur/langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis dan
desain struktur gedung beton bertulang bertingkat ini:
1. Mempersiapkan data analisis dan desain berupa gambar denah (struktur dan
tampak)
2. Menentukan sistem struktur gedung yang akan digunakan untuk menahan
beban/gaya gempa yang mengacu pada lokasi rencana gedung dibangun
3. Membuat preliminary design elemen struktur pada bangunan gedung berupa
penentuan besar dimensi awal balok, pelat, dan kolom berdasarkan SNI
2847:2013
4. Menghitung jumlah beban yang akan dikenakan pada struktur, yaitu:
a. Beban mati (Dead load)
i. Beban mati akibat berat sendiri
ii. Beban mati tambahan (SIDL)
b. Beban hidup (Live load)
c. Beban gempa (Earthquake load)
5. Membuat permodelan struktur bangunan gedung software Robot Structural
Analysis Program
6. Melakukan analisis struktur gedung tersebut menggunakan program software
Robot Structural Analysis Program.
7. Menghitung jumlah kebutuhan tulangan pada elemen struktur bangunan gedung
mengacu pada SNI 2847:2013.

F. Desain Elemen Struktur Beton Bertulang


1. Pelat
- Menghitung Wu
- Menghitung Mu = Cm (Wu . L) berdasarkan pasal 8.3.3 SNI 2847:2013
- Menentukan diameter tulangan pokok dan bagi
- Tulangan pokok ditinjau per 1m:
0.25 . √ fc'
Menghitung As = . bw . d ,
fy
1.4
dan tidak boleh lebih kecil dari As = b .d , As pakai pilih yang terbesar
fy w
1
menentukan luas tulangan (Av) = . π . d2
4
As
menentukan jumlah tulangan n =
Av
b
menentukan jarak tulangan s =
n
As pakai = n . Av
kontrol As pakai harus lebih besar dari As
kontrol kekuatan:
As . fy
a=
0,85 . f c ' . b
a
Mn = As . fy (d- )
2
ϕMn = 0,8 . Mn
nilai ϕMn harus lebih besar dari Mu

2. Balok
- Menghitung momen maksimum
- Menghitung tulangan tumpuan
M
Mu = , SNI 2847:2013 pasal 9.3.2.2
ϕ lentur
0,85 {bw a+[ β 1(be−bw) hf ]}
As =
fy+ α (0.85 f ' c−f ' s)
Tentukan dimensi tulangan,
Luas tulangan yang dipakai Av = ¼ π d2
As
Jumlah n =
Av
Kontrol kekuatan, nilai ϕMn harus lebih besar dari Mu
ϕMn = {0.8 (𝐴𝑠 −𝐴𝑠′) 𝑥 𝑓𝑦 (𝑑 − 𝑎/2)}+{𝐴𝑠^′ 𝑓𝑦(𝑑−𝑑′)}+0.85 𝑓^′ 𝑐 {𝛽_1
(𝑏𝑒−𝑏)ℎ𝑓} (𝑑−ℎ𝑓)
- Untuk menghitung tulangan lapangan caranya sama dengan tulangan
tumpuan dengan mengganti Mu
- Menghitung tulangan geser / sengkang:
A v = ¼ π d2
A v . fy . d
Menghitung jarak antar sengkang =
Vs

3. Kolom
Pu
- Menghitung øPu =
0,8
-

BAB II
ANALISIS STRUKTUR

A. Prelimenary Desain
1. Balok

L = 650 mm
h = L/10 = 650/10 = 65 ≈ 65 cm
b = h/2 = 32,5 ≈ 35 cm

maka dipakai h = 65 cm, b = 35 cm

2. Plat

hasumsi = 12 cm
Ly = 650 mm = 6,5 m
Lx = 650 mm = 6,5 m
Ibalok = 1/12 . 20 . 403 = 800,990 cm4
Iplat = 1/12 . 650 . 123 = 93,600 cm4
I balok
α =
I plat
= 8,56
Karena 0,2 < α ≤ 2 berdasarkan tabel maka
420
650(0,8+ )
= 1400
36+5 ( 1 ) (1,14−0,2)
= 15,89 cm ≈ 16 cm

C. Kolom
Jumlah lantai =9
Bj beton = 24 kN/m3
h asumsi = 60 cm
h bangunan = 37,8 m
Gd Perkantoran = 4,79
fc’ = 35 MPa = 0,035 N/mm2
DLplat = 6,5 . 6,5 . 0,18 . 24 .9 = 1460,68
DLbalok = 0,4 . 0,2 . (6,5+6,5) . 24 . 9 = 638,82
DLkolom = 0,6 . 0,6 . 37,8 . 24 = 326,59
LL = 6,5 . 6,5 . 9 . 4,79 . 9 = 1821,40
Pu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 5824,92 kN
Pu
Ag =
0,2. fc'
5824,92
=
0,2. 0,035

= 832131,77 mm2
h=b = √ 832131,77
h=b = 912.37 mm = 91,22 cm ≈ 100

Anda mungkin juga menyukai