Wage Komarawidjaja
Peneliti Ekotoksikologi Perairan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract
The objective of the study is to determine the effectiveness of bacterial application
and various continuous dissolved oxygen (DO) treatment for nitrogen (ammonia,
nitrite and nitrate) degradation in shrimp culture. The DO treatment was set as 4.5
mg/L for treatment-I, 5.5 mg/L for treatment-II and 6.5 mg/L for treatment-III. The
batch oxidation was conducted for a period of 20 days. The temperature, pH, salinitas,
DO, ammonia, nitrite and nitrate were determined.
Based on some previous research papers. NH3 becomes toxic to shrimp if the
concentration is higher than 0.54mg/Lr. NH3 measurement on this experiment was
about 0.01 mg/L up to 2.5 mg/L, but frequently was found lower than 0.54 mg/L in the
pond under treatment-III (6.5 mg/L DO).
The result also indicates that nitrification process in the experiment pond was not
only depend on DO level and abundance of nitrifier, but also was influenced by a
possibility of the occurrence of organic compound that inhibit nitrification.
32 Komarawidjaja, W. 2006
konsentrasi amonia yang tinggi dan mg/L untuk Perlakuan-I (P-1), 5,5 mg/L
berlangsung lama, akan sangat untuk Perlakuan-II (P-2) dan 6,5 mg/L
mengganggu terhadap kehidupan dan untuk Perlakuan-III (P-2).
pertumbuhan udang, bahkan dapat
mematikan udang. (1,2,3) Konsorsium mikroba aerob
pengurai amonia ditambahkan pada hari
Oleh karena itu, diperlukan upaya ke-O. Kondisi temperatur dan pH dijaga
menekan beban toksisitas amonia, pada kisaran yang tetap untuk semua
dengan meningkatkan oksidasi sehingga kolam penelitian, sedangkan kadar
proses nitrifikasi dapat berlangsung salinitas diatur secara bertahap turun
sempurna. Untuk itu diperlukan kan- dari kisaran 25 ppt sampai 15 ppt selama
dungan oksigen terlarut (DO) yang cukup, periode penelitian untuk semua
sehingga mikroba pengurai dapat bekerja akuarium.
dengan optimal. Di sisi lain, secara
fisiologis udang membutuhkan oksigen 2.2 Pengambilan dan Analisis Sampel
dalam hidupnya, sehingga berkurangnya Air Laut
DO akan mendorong peluang kegagalan
budidaya udang semakin besar.(2) Sampel dari ketiga perlakuan secara
komposit diambil masing masing dari
Dalam beberapa pustaka disebutkan sudut dan titik tengah kolam, kemudian
bahwa kebutuhan DO untuk hudidaya dilakukan pengukuran terhadap beberapa
udang adalah berkisar antara 3-8 mg/L, parameter kualitas air yang telah
bahkan ada pula yang berpendapat ditetapkan. Pengamatan parameter
sekitar 4,5-7 mg/L. Oleh karena itu, kualitas air meliputi pengukuran pH,
penelitian ini bertujuan untuk mempelajari temperatur, salinitas dan DO dilakukan
kebutuhan oksigen dalam proses setiap pagi. Pengukuran ammonia, nitrit
degradasi senyawa N-organik pada dan nitrat dilakukan 2 hari sekali.
budidaya udang.(3)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. METODOLOGI
3.1 Kualitas Air
2.1 Bahan
Hasil pengamatan kualitas air yang
Beberapa bahan yang diper- meliputi parameter temperatur, pH,
gunakan dalam penelitian ini adalah: air salinitas dan DO secara rataan kualitas
laut, air tawar, udang windu stadia post lingkungan air penelitian telah memenuhi
larva, sedangkan peralatan yang kondisi yang diharapkan sebagaimana
digunakan antara lain: akuarium ukuran disajikan pada Tabel-1 berikut :
35x34x50 cm 3 , aerator, termometer,
Sebagaimana diketahui kisaran
salinometer, DO-meter, pH-meter,
temperatur air pada budidaya udang
autoklaf, cawan petri, inkubator,
windu adalah sekitar 26-32 O C. Pada
timbangan dan peralatan laboratorium
Tabel-1, temperatur air akuarium
analisis. Dalam penelitian ini akuarium
penelitian adalah 26-30"C telah
diisi dengan air sebanyak 30 liter. Setiap
memenuhi kisaran temperatur untuk
akuarium diaerasi sehingga masing
pemeliharaan udang. Parameter kualitas
masing perlakuan mengandung DO 4,5
34 Komarawidjaja, W. 2006
al.,1978 dalam Allan et aI., 1990). Bahkan Beberapa hal yang diduga
menurut Colt dan Amstrong (1981) berpengaruh terhadap akumulasi
selain amonia, nitrit (N0 2-N) sebagai amonia pada perlakuan I dan II: (1)
turunannya dikenal sebagai senyawa oksigen yang tersedia hanya cukup untuk
yang toksik terhadap ikan, moluska dan pembentukan amonia sehingga proses
krustasea.(4) oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat
(nitrifikasi) tidak berjalan sempurna, (2)
kurangnya kepadatan mikroba pengguna
amonia dan (3) adanya senyawa
penghambat proses nitrifikasi
sebagaimana disebutkan dalam Joye
and Hallibaugh (1995) (8) bahwa
kehadiran ion hidrogen sulfide (HS -
dengan konsentrasi 60 µM dan 100 µM
akan menghambat proses nitrifikasi.
Bahkan menurut Perfettini dan Bianchi
(1990)(9) terganggunya proses nitrifikasi
Gambar-1. Laju Perubahan Konsentrasi bukan hanya karena adanya senyawa
Amonia penghambat tetapi juga karena tidak
cukupnya jumlah mikroba yang
Pada Tabel 2 terlihat bahwa NH 3 seharusnya diperlukan.
menurut beberapa laporan telah berefek
toksik pada konsentrasi 0,54 mg/L bagi Karena dalam penelitian ini hanya
udang setelah 24-144 jam masa dilakukan pemberian mikroba pada hari
inkubasi. Sedangkan efek toksik nitrit ke-0, maka tingginya konsentrasi amonia
terjadi setelah bioasay dilakukan atau rendahnya proses oksidasi amonia
selama 48-240 jam.(4,5,6) dapat mengganggu kehidupan udang,
sebagaimana dikemukakan pada Tabel-
Pada Gambar-1 dapat diamati 2. Oleh karena itu, menurut Perfettini dan
bahwa konsentrasi amonia cenderung Bianchi (1990) (9) disarankan untuk
lehih tinggi pada kolam I dan kolam II menambahkan mikroba. sehingga
dengan DO yang rendah dihandingkan proses oksidasi amonia dapat berjalan
dengan kolam III yang DO-nya lebih optimal.
tinggi. Hal ini mungkin terjadi bukan
hanya karena efektivitas pengubahan a. Degradasi Amonia
amonia menjadi nitrit semakin besar Degradasi amonia secara aerob
pada kadar oksigen yang tinggi, tetapi dikenal dengan proses nitrifikasi.
peningkatan konsentrasi amonia Menurut Joye dan Hollibaugh (1995)(8),
tersebut dapat juga karena penguraian transformasi amonia atau nitrifikasi
senyawa N-organik terus meningkat merupakan tahap yang penting siklus
akibat adanya degradasi sisa pakan nitrogen pada sedimen perairan payau
yang terakumulasi. Pada Gambar-1 (estuari). (10,11) Pada tahap ini mikroba
terlihat bahwa perlakuan I dengan DO yang berperan aktif adalah kelompok
4,5 mg/L, konsentrasi amonia paling Nitrosomonas yang menghasilkan nitrit.
tinggi diikuti oleh perlakuan II, dan paling
rendah konsentrasi amonia pada 2NIH4 + 302 <===> 2N02 + 2H20 + 4H+
perlakuan III.
36 Komarawidjaja, W. 2006
Oleh karena itu. Penurunan 4. Allan,G.L, G.B Maguire and S J
konsentrasi nitrat yang terjadi, diduga Hopkins., 1990. Acute and chronis
karena proses penyerapan nitrat oleh toxicity of ammonia to juvenile
fitoplankton atau tumbuhan tingkat Metapenaeus macleayi and
rendah lainnya, seperti ditemukannya Panaeus monodon and the influence
lumut pada kolam selama periode of low dissolved-oxygen levels.
penelitian. Aquaculture 91 :265-280.
5. Chen J -C, Uu P -C and Lei S -C.,
4. PENUTUP 1990. Toxicities of ammonia and
nitrite to Panaeus monodon
4.1 Kecepatan pembentukan amonia
adolescents. Aquaculture 89: 12-137
dari degradasi senyawa N-organik
6. Chin T -S and Chen J -c., (1987).
dipengaruhi oleh konsentrasi
Acute toxicity of ammonia to larvae
oskigen terlarut (DO).
of the tiger prawn, Panaeus
4.2 Pada Perlakuan III dengan monodon. Aquaculture 66:247-253.
konsentrasi DO 6,5 mg/L, 7. Wickins, J. F. , 1976. The tolerance
konsentrasi amonia dapat of worm-water prawns to
berangsur turun lehih cepat recirculated water. Aquaculture 9: I
dibanding Perlakuan l dan II. 9-37.
8. Joye S Band J T Hollibaugh., 1995.
DAFTAR PUSTAKA Influence of sulfide inhibition of
1. Komarawidjaja, W., 2004. Pene- nitrification on nitrogen regeneration
litian pengaruh pemanfa-atan in sediments. Science 270:623-625.
konsorsium mikroba penitrifikasi 9. Perfettini J and M Bianchi., 1990. The
dalam buddiaya udang. Jurnal comparison of two simple protocols
Teknologi Lingkungan. BPPT. 2004. designed to initiate and stimulate
Vol. 5, No.1, Hal : 25-29. ISSN : 1411- ammonia oxidation in closed
318X. aquaculture system. Aquaculture
2. Komarawidjaja, W., 2003. Penga- 88:179-188.
ruh aplikasi konsorsium mikroba 10. Juliette L Y, M R Hyman and D J Arp.,
penitrifikasi terha-dap konsentrasi 1993. Inhibition of ammonia
ammonia (NH4) pada air tambak, oxidation in Nitrosomonas europaea
kasus di desa Grinting, Kabupaten by sulfur compounds: thioethers arc
Brebes. Jurnal Teknologi oxidized to sultoxides by Ammmonia
Lingkungan. BPPT. 2003. Vol. 4, monooxygenase. Applied and
No.2, Hal : 117-12. ISSN : 1411- Environ. Microbiology 59(11) :3718-
318X. 3727.
3. Komarawidjaja, W dan H 11. Juliette L Y, M R Hyman and D J Arp.,
Ambarsari., 2001. Potensi Mikroba 1993. Mechanism-based
Penitrifikasi Kawa-san inactivation of Ammonia
Pertambakan Udang Tanjung Pasir, monooxygenase in Nitrosomonas
Tangerang. Jurnal Teknologi europaea by’ allylsulfide. Applied and
Lingkung-an. BPPT. 2001. Vol. 2, Environ. Microbiology 59(11) :
No.3, Hal : 269-275. ISSN : 1411- 3728-3735.
318X.