Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN

PADA KASUS EPIDURAL HEMATOMA (EDH)


DI RUANG IGD RSUD dr. SOEBANDI
JEMBER

Oleh :
Rafiqa Amalia
14901.06.19034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES HAFSHAWATY PESANTREN


ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
EPIDURAL HEMATOMA

A. Anatomi Fisiologi

Otak (Encephalon) adalah Pusat Sistem Saraf ( Central Nervous System, CNS).
Otak berfungsi mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh
homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Otak mengendalikan semua fungsi tubuh dan merupakan pusat dari seluruh kegiatan tubuh
manusia. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan
fisik dan mental manusia. Sebaliknya apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan
mental akan terganggu.
Otak merupakan organ yang paling rumit. Membahas tentang anatomi dan fisiologi otak secara
detail bisa memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu disini kita akan membahas anatomi
dan fisiologi otak secara garis besar saja, sekedar membuat kita paham bagian-bagian dan
fungsi otak
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut meningens yang terdiri dari 3 lapisan yaitu
1.      Durameter
Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan
tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula
spinalis.
2.      Arakhnoid
Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam
lapisan ini disebut dengan ruang subarakhnoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
3.      Piameter
Lapisan paling dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki
pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung 
B.     BAGIAN OTAK
1.    Otak Besar ( Cerebrum )
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut Cerebral Cortex,
Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berfikir, analisa, logika,
bahasa, perasaan, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ  juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Otak Besar / Cerebrum terbagi
menjadi empat bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan
bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.
a.    Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan
dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
b.    Lobus Parietal 
Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan
rasa sakit.
c.    Lobus Temporal 
Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa bicara atau komunikasi dalam bentuk suara.
d.    Lobus Occipital 
Bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. 
2.    Otak Kecil ( Cerebellum )
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher
bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
 Mengatur sikap atau posisi tubuh
 Mengontrol keseimbangan
 Koordinasi otot dan gerakan tubuh
Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.  Jika terjadi  cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi.
3.    Batang Otak ( Brainstem )
Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
( menghadapi atau menghindar ) saat datangnya ancaman. Batang Otak terdiri dari tiga bagian,
yaitu:
a.      Mesencephallon
Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan
Otak Besar dan Otak Kecil. Berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
b.      Diencephallon
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan
mesencephalon. Terdiri dari
1)    Thalamus ( yang terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah ) yang berfungsi untuk
menyampaikan impuls / sinyal motorik menuju korteks otak besar dan medulla spinalis.
2)    Hipotalamus adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan berbagai fungsi
yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu. Hipotalamus merupakan
pusat kontrol autonom. Salah satu fungsi yang penting adalah karena terhubung dengan sistem
syaraf dan kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin yaitu
fungsi neuroendokrin yang berpengaruh terhadap sistem syaraf otonom sehingga dapat
menjaga homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, perilaku konsumsi dan
emosi. Hipotalamus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan
merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju korteks otak besar. Akson dari
berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi
tersebut diteruskan menuju korteks otak besar. Hipotalamus berfungsi juga mengirim sinyal
menuju kelenjar adrenal yaitu epinephrine dan norepinephrine yang menskresikan Antideuretic
Hormone (ADH), Oksitosin, dan Regulatori Hormone.
c.    Medulla Oblongata
Adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan,
begitu juga sebaliknya. Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju
otak. Medulla Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, fungsi pencernaan. Selain itu juga mengatur gerak refleks lain
seperti bersin, batuk, dan berkedip.
d.    Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah bagian otak yang berupa
serabut syaraf yang menghubungkan dua belahan otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga
menghubungkan korteks otak dan medula.
Pons disebut juga Pons Varoli / Jembatan Varol.
Sebagai bagian dari batang otak, pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ
vital tubuh salah satunya mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan. Pons juga dikaitkan
dengan kontrol siklus tidur. Selain itu pons juga berhubungan dengan batang otak untuk
mengontrol refleks.
 
B. Definisi
Epidural hematoma adalah adanya pengumpulan darah diantara tulang
tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah/cabang-cabang arteri
meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup
sendiri karena itu sangat berbahaya.
Epidural hematoma adalah hematom antara durameter dan tulang, biasanya
sumber perdarahannya adalah robeknya arteri meningea media.

C. Etiologi
Epidural hematom terjadi karena laserasi pembuluh darah yang ada di antara
tengkorak dan duramater akibat benturan yang menyebabkan fraktur tengkorak seperti
kecelakaan kendaraan, atau tertimpa sesuatu. Sumber perdarahan biasanya dari
laserasi cabang arteri meningen, sinus duramatis, dan diploe.

D. Patofisiologi
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura
meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang
arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di
daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.  Arteri
meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan
antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale.
Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh
hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga
hematom bertambah besar. Hematoma yang membesar di daerah temporal
menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan
ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium.
Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh
tim medis. Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi arteria yang mengurus formation
retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini
terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius).
Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata.
Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan
kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda
babinski positif. Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan
terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar.
Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan
deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus
keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin
penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam ,
penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran
berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar
setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena
cedera primer yang ringan pada epidural hematom. Kalau pada subdural hematoma
cedera primernya hamper selalu berat atau epidural hematoma dengan trauma primer
berat tidak terjadi lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak
pernah mengalami fase sadar.

E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Pasien dengan EDH seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang
telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga.
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan edh antara lain:
1. Penurunan kesadaran, bisa sampai koma.
2. Perubahan tanda vital. Biasanya kenaikan tekanan darah dan bradikardi.
3. Nyeri kepala yang hebat
4. Keluar cairan darah dari hidung atau telinga.
5. Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.
6. Gangguan penglihatan dan pendengara.
7. Kejang otot.
8. Mual.
9. Pusing.
10. Muntah.
11. Berkeringat.
12. Sianosis / pucat.
13. Pupil anisokor yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
14. Susah bicara.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien meliputi:
1. Ct scan (dengan/tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan perubahan
jaringan otak. Digunakan sama dengan ct scan dengan/tanpa kontras radioaktif.
2. Cerebral angiography
Menunjukan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan  jaringan otak sekunder
menjadi edema, perdarahan dan trauma.
3. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.
4. Sinar x
Mendeteksi parubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang.
5. Baer 
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.
6. Pet 
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
7. Css
Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
8. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intrakranial.
9. Screen toxicology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran
10. Rontgen thoraks 2 arah (pa/ap dan lateral)
Rontgen thoraks menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
Toraksentesis menyatakan darah/cairan
11. Analisa gas darah (agd/astrup)
Analisa gas darah (agd/ astrup) adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan
status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui pemeriksaan agd
ini adalah status oksigenasi danstatus asam basa
H. Penatalaksanaan
1. Penanganan darurat :
a. Dekompresi dengan trepanasi sederhana.
b. Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
2. Terapi medikamentosa
a. Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital Usahakan agar jalan nafas selalu
babas, bersihkan lendir dan darah yang dapat menghalangi aliran udara
pemafasan. Bila perlu dipasang pipa naso/orofaringeal dan pemberian
oksigen. Infus dipasang terutama untuk membuka jalur intravena : gunakan
cairan nac10,9% atau dextrose in saline.
b. Mengurangi edema otak
Beberapa cara dapat dicoba untuk mengurangi edema otak:
1. Hiperventilasi. Bertujuan untuk menurunkan pao2 darah sehingga
mencegah vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu suplai oksigen yang
terjaga dapat membantu menekan metabolisme anaerob, sehingga dapat
mengurangi kemungkinan asidosis. Bila dapat diperiksa, pao2
dipertahankan > 100 mmhg dan paco2 diantara 2530 mmhg.
2. Cairan hiperosmoler.
Umumnya digunakan cairan manitol 1015% per infus untuk “menarik” air
dari ruang intersel ke dalam ruang intra-vaskular untuk kemudian
dikeluarkan melalui diuresis. Untuk memperoleh efek yang dikehendaki,
manitol hams diberikan dalam dosis yang cukup dalam waktu singkat,
umumnya diberikan : 0,51 gram/kg bb dalam 1030 menit. Cara ini
berguna pada kasus-kasus yang menunggu tindak-an bedah. Pada kasus
biasa, harus dipikirkan kemungkinan efek rebound; mungkin dapat dicoba
diberikan kembali (diulang) setelah beberapa jam atau keesokan harinya.
3. Kortikosteroid.
Penggunaan kortikosteroid telah diperdebatkan manfaatnya sejak
beberapa waktu yang lalu. Pendapat akhir-akhir ini cenderung
menyatakan bahwa kortikosteroid tidak/kurang ber-manfaat pada kasus
cedera kepala. Penggunaannya berdasarkan pada asumsi bahwa obat ini
menstabilkan sawar darah otak. Dosis parenteral yang pernah dicoba
juga bervariasi : dexametason pernah dicoba dengan dosis sampai 100
mg bolus yang diikuti dengan 4 dd 4 mg. Selain itu juga metilprednisolon
pernah digunakan dengan dosis 6 dd 15 mg dan triamsinolon dengan
dosis 6 dd 10 mg.
4. Barbiturat.
Digunakan untuk mem”bius” pasien sehingga metabolisme otak dapat
ditekan serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan
menurun; karena kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari
kemungkinan kemsakan akibat hipoksi, walaupun suplai oksigen
berkurang. Cara ini hanya dapat digunakan dengan pengawasan yang
ketat. Pala 24jam pertama, pemberian cairan dibatasi sampai 1500-2000
ml/24 jam agar tidak memperberat edema  jaringan. Ada laporan yang
menyatakan bahwa posisi tidur dengan kepala (dan leher) yang diangkat
30° akan menurunkan tekanan intrakranial. Posisi tidur yang dianjurkan,
terutama pada pasien yang berbaring lama, ialah: kepala dan leher
diangkat 30°. Sendi lutut diganjal, membentuk sudut 150°. Telapak kaki
diganjal, membentuk sudut 90° dengan tungkai bawah
c. Obat-obat neurotropik
Dewasa ini banyak obat yang dikatakan dapat membantu mengatasi
kesulitan/gangguan metabolisme otak, termasuk pada keadaan koma.
a. Piritinol 
Piritinol merupakan senyawa mirip piridoksin (vitamin b6) yang dikatakan
mengaktivasi metabolisme otak dan memperbaiki struktur serta fungsi
membran sel. Pada fase akut diberikan dalam dosis 800-4000 mg/hari
lewat infus. Tidak dianjurkan pemberian intravena karena sifat-nya asam
sehingga mengiritasi vena.
b. Piracetam
Piracetam merupakan senyawa mirip gaba  –suatu neurotransmitter
penting di otak. Diberikan dalam dosis 4-12 gram/ hari intravena 3)
c. Citicholine
Disebut sebagai koenzim pembentukan lecithin di otak. Lecithin sendiri
diperlukan untuk sintesis membran sel dan neurotransmitter di dalam
otak.
Diberikan dalam dosis 10q-500 mg/hari intravena.
I. Komplikasi
Hematoma epidural dapat memberikan komplikasi :
1. Edema serebri, merupakan keadaan gejala patologis, radiologis di mana keadaan ini
mempunyai peranan yang sangat bermakna pada kejadian pergeseran otak (brain
shift) dan peningkatan tekanan intracranial.
2. Kompresi batang otak.
Subdural hematom dapat memberikan komplikasi berupa :
a. Hemiparese/hemiplegia.
b. Disfasia/afasia
c. Epilepsi.
d. Hidrosepalus.
e. Subdural empyema
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Riwayat Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien Nama pasien, umur : kebanyakan terjadi pada usia muda,  jenis
kelamin kebanyakan laki-laki, agama pendidikan pekerjaan status perkawinan
alamat suku bangsa.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama Pada umumnya klien mengalami penurunan kesadaran baik
biasanya mengeluh sakit atau nyeri kepala, pusing, mual muntah.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Kaji penyebab trauma : biasanya karena kecelakaan lalu lintas atau
sebab lain tanyakan kapan dimana apa penyebab serta bagaimana
proses terjadinya trauma
b. Apakah saat trauma pingsan, disertai muntah perdarahan atau tidak.
c. Riwayat amnesia setelah cedera kepala menunjukkan derajat
kerusakan otak.
B. Prymary survey
1. Airway apakah ada sumbatan jalan nafas seperti darah secret lidah dan benda sing
lainnya, sura nafas normal/tidak, apakah ada kesulitan bernafas
2. Breathing : pola nafas teratur, observasi keadaan umum dengan metode : look : liat
pergerakan dada pasien, teratur, cepat dalam atau tidak. Listen : dengarkan aliran udara
yang keluar dari hidung pasien. Feel : rasakan aliran udara yang keluar dari hidung
pasien
3. Sirkulasi : akral hangat atau dingin, sianosis atau tidak, nadi teraba apakah ada.
C. Secondary
1. Disability apakah terjadi penurunan kesadaran, nilai GCS, pupil isokor, nilai kekuatan
otot, kemampuan ROM.
2. Eksposure ada atau tidaknya trauma kepala ada atau tidaknya luka lecet ditangan atau
dikaki.
3. Fareinhead ada atau tidaknya trauma didaerah kepala, ada tau tidaknya peningkatan
suhu yang mendadak, demam

E. Riwayat kesehatan terdahulu


Apakah klien pernah mengalami cedera kepala atau penyakit persyarafan maupun system lain
yang dapat memperburuk keadaan klien. Riwayat trauma yang lalu hipertensi, jantung dan
sebagainya.
F. Riwayat kesehatan keluarga
 Apakah ada salah satu anggota keluarga yang mengalami penyakit hipertensi jantung dan
sebagainya. seperti dampak biaya perawatan dan pengobatan yang besar.
G. Riwayat psikososial
Bagaimana mekanisme klien terhadap penyakit dan perubahan perannya, pola persepsi dan
konsep diri sebagai rasa tidak berdaya tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif,
kondisi ekonomi klien
G. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Keadaan umum
  Tergantung berat ringannya cedera, keadaan umum biasanya emah
2. Kesadaran
Pada cedera ringan biasanya tidak sadar kurang dari 10 menit, kemudian sadar.
Compas mentis: pada cedera sedang bisa tidak sadar lebih dari 10 menit , perubahan
kesadaran sampai koma. Pada cidera berat, tidak sadar lebih dari 24 jam. Perubahan
kesadaran sampai koma.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah hipertensi bila ada peningkatan Tekanan Intra Cranial dan bisa normal
pada keadaan yang lebih ringan, nadi bisa terjadi bradicardi, tachicardi.
3. Kepala
a. Kulit kepala Pada trauma tumpul terdapat hematom, bengkak dan nyeri tekan.
Pada luka terbuka terdapat robekan dan perdarahan
b. Wajah/muka Pada cedera kepala sedang, cedera kepala berat yang terjadi
contusion cerebri, terjadi mati rasa pada wajah
c. Mata Terjadi penurunan fungsi penglihatan , reflek cahaya menurun,
keterbatasan lapang pandang. Dapat terjadi perubahan ukuran pupil, bola mata
tidak dapat mengikuti perintah.
d. Telinga Penurunan fungsi pendengaran pada trauma yang mengenai lobus
temporal yang menginterprestasikan pendengaran, drainase cairan spinal pada
fraktur dasar tengkorak, kemungkinan adanya perdarahan dari tulang telinga.
e. Hidung Pada cedera kepala yang mengalami lobus oksipital yang merupakan
tempat interprestassi penciuman dapat terjadi penurunan fungsi penciuman. Bisa
juga terdapat drainase caran serebro spinal pada fraktur dasar tengkorak yang
mengenai sinus paranasal
f. Mulut Gangguan menelan pada cedera kepala yang menekan reflek serta
gangguan pengecapan pada cedera kepala dan berat
4. Leher
Dapat terjadi gangguan pergerakan pada cedera kepala sedang dan berat yang
menekan pusat motorik, kemungkinan didapatkan kaku kuduk
5. Dada
a. Inspeksi : biasanya bentuk simetris, terjadi perubahan irama, frekuensi dan
kedalaman pernafasan terdapat retraksi dinding dada.
b. Palpasi : biasanya terjadi nyeri tekan apabila terjadi trauma
c. Perkusi : bunyi resonan pada seluruh lapang paru, terkecuali daerah jantung dan
hepar bunyi redup
d. Auskultasi : biasanya bunyi nafas normal (vesikuler), bisa ronchi apabila terdapat
gangguan, bunyi S1 dan S2 bisa teratur bisa tidak, perubhan frekuensi dan irama
6. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris tidak terdapat bekas opersi
Auskultasi : bissing usus bisanya normal, bisa meningkat dan bisa menurun
Palpasi : biasanya terdapat nyeri tekan, ditemukan adanya  jejas dan luka tumpul
Perkusi : bunyi timpani
7. Ektremitas Ektremitas atas dan bahwa tidak ada atrofi dan hipertrofi. Tidak ada udem.
Reflex bicep (+), reflek triceps (+) patella (+) achiles (+) babinski (+) pada ektremitas
atas terdapat fleksi abnormal
8. Aktifitas Gejala : merasa lemah lelah dan hilang keseimbangan. Tanda : .Perubahan
kesadaran, letargi, hemiparese quadreplegia, ataksia, cara berjalan tak tegap. Masalah
dalam keseimbangan cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.
9. Sirkulasi Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi). Perubahan
frekwensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
10. Integritas Ego Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
11. Eliminasi Gejala : Inkontinentia kandungan kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
12. Makanan/Cairan Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera. Tanda :
Muntah (mungkin proyektil). Gangguan menelan (batuk, air liur keluar disfagia)

H. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai darah ke
otak dan peningkatan TIK
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai O2 akibat
penurunan kerja organ pernapasan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, prosedur invasive dan invasi
bakteri.
4. Resiko Injury berhubungan dengan peningkatan TIK : kejang/ gelisah
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan mencerna / menelan nutrient.
6. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi (stimulasi nyeri) akibat prosedur operasi
invasive.
7. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan tonus otot sensori.
8. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan pergerakan sendi akibat
kerusakan neuromuskuler
10. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kebutuhan ADL akibat penurunan
kesadaran.

Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi (stimulasi nyeri) akibat prosedur operasi
invasive
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil :
 Tingkat nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5)
2. Meringis menurun (5)
3. Gelisah menurun (5)
4. Kesulitan tidur menurun (5)

Intervensi :
 Manajemen nyeri
 Observasi
1. Identifikasi local, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
 Terapeutik
4. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
 Edukasi
5. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
 Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian analgesic
DAFTAR PUSTAKA
Liebieskind David, Lutsep Helmi, Epidural Hematom in Emergency Medicine www.
Emedicine.medscape.com/article/824029-overview : 2016
Prawirohardjo P, patofisiologi peningkatan tekanan intrakaranial pada cedera otak traumatik.
Dalam buku Neurotrauma. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2015
Netter, F. H., Craig, J. A., Perkins, J., Hansen, J. T., & Koeppen, B. M, (n.d). Atlas of
Neuroanatomy and Neurophysiologi Special Edition: Arteries to Brains and Meningens. NJ :
2012
Ganz, Jeremy, The lucid interval associated with epidural bleeding: evolving understanding,
page 739-745, United Kingdom: 2013
Shah, M.V, Commentary Conservative Management of Epidural Hematoma Is It Safe and Is It
Cost-Effective, page 115-116, Indianapolis: 2011
Abelsen Nadine, Mitchell, Neurotrauma Managing Patients with Head Injuries, A John Wiley &
Sons, Ltd., Publication, Wichester USA: 2013

Anda mungkin juga menyukai