Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN CSR, MANFAAT CSR, DAN PERUSAHAAN YANG

MENERAPKAN CSR

TEORI:

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap
social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan
suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan
menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah
tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi
yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan
stakeholder-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability
perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability
perusahaan.
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini
disebabkan karena :
1.    Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan,
bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat
setempat.
2.    Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
3.    Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:


1. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun
lingkungan masyarakat sekitarnya.
2. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
3. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya
yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
4. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
5. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat:


1.Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian
lingkungan.
2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
4. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna
untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
tersebut berada.

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:


1.      Meningkatkan citra perusahaan.
2.      Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
3.      Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
4.      Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
5.      Memberikan inovasi bagi perusahaan

CONTOH KASUS:

Contoh perusahaan yang menerapkan CSR adalah PT PLN (Persero).


PLN telah “berkomitmen menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi
pendorong kegiatan ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan
lingkungan”, PLN bertekad menyelaraskan pengembangan ketiga aspek dalam
penyediaan listrik, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk itu, PLN
mengembangkan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud
nyata dari Tanggungjawab Sosial Perusahaan Wewenang dan tanggung jawab
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (CSR) PT PLN (Persero), mencakup di antaranya:

 Menyusun dan melaksanakan kebijakan pemberdayaan masyarakat di


lingkungan perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan dan CSR dengan lingkup kegiatan Community relation,
Community Services, Community Empowering dan Pelestarian alam.
 Menyusun dan melaksanakan program kepedulian sosial perusahaan.
 Menyusun dan melaksanakan program kemitraan sosial dan bina UKM dan
peningkatan citra perusahaan.
 Memastikan tersedianya dan terlaksananya program pelestarian alam
termasuk penghijauan dan upaya pengembangan citra perusahaan sesuai
dengan prinsip Good Corporate Governance.

Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahan (CSR) :


a) Community Relation
Kegiatan ini menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan
informasi kepada para pihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan PLN
antara lain: melaksanakan sosialisasi instalasi listrik, contohnya melalui penerangan
kepada pelajar SMA di Jawa Barat tentang SUTT/SUTET, dan melaksanakan
sosialisasi bahaya layang-layang di daerah Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur
b) Community Services
Program bantuan dalam kegiatan ini berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau
kepentingan umum. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2011, antara lain
memberikan :

 Bantuan bencana alam.


 Bantuan peningkatan kesehatan di sekitar instalasi PLN, antara lain di
Kelurahan Asemrowo, Surabaya yang berada di sekitar SUTT 150kV
Sawahan-Waru.
 Bantuan sarana umum pemasangan turap untuk warga pedesaan di
Kecamatan Rumpin – Kabupaten Bogor, Jawa Barat serta bantuan
pengaspalan jalan umum di Bogor – Buleleng, Bali.
 Bantuan perbaikan sarana ibadah.
 Operasi Katarak gratis di Aceh, Pekanbaru, Jawa Barat, dan kota lainnya di
Indoenesia
 Bantuan Sarana air bersih,

c) Community Empowering
Kegiatan ini terdiri dari program-program yang memberikan akses yang lebih luas
kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang dilakukan
antara lain:

 Bantuan produksi dan pengembangan pakan ikan alternatif di sekitar SUTET,


bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM.
 Bantuan alat pertanian kepada kelompok tani Ngaran Jaya Kabupaten
Kulonprogo, Jawa Tengah.
 Bantuan pengembangan budi daya pertanian pepaya organik untuk
komunitas di sekitar Gunung Merapi Yogyakarta yang bekerja sama dengan
Fakultas Pertanian UGM.
 Bantuan pengembangan pola tanam padi SRI produktivitas tinggi
 Bantuan pelatihan pengembangan budi daya tanaman organik di sekitar
instalasi PLN
 Pemberdayaan anggota PKK Asemrowo, Surabaya.
 Program budi daya jamur tiram masyarakat Desa Umbul Metro, Lampung.
 Bantuan Pelatihan budidaya rumput lain di Kalimantan Timur
 Bantuan Pelatihan kelompok tani tambak ikan tawar Danau Sentani, Papua
 Pelatihan manajemen UKM dan Kiat-kiat pengembangan UKM di Papua
 Pelatihan manajemen pemasaran dan keuangan bagi pengrajin souvenir khas
Papua
 Penyuluhan pertanian untuk petani di Genyem, Papua
 Pemberian bibit coklat masyrakat dibawah ROW P3B Sumatera 

ANALISIS:
Menurut saya keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR
secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi
program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh
perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada
gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta
pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan
alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan
baku produksi yang diambil dari alam.
Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan
akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial,
termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong,
jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Melalui beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya
keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui
pelaksanaan program-program CSR yang berkelanjutan dan menyentuh langsung aspek-
aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan
sumbangan perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara
keseluruhan. Berbeda halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif,
maka  modal sosial tidak dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat
ditegaskan bahwa pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan investasi
perusahaan untuk memupuk modal sosial.
Etika Bisnis, Corporate Social Responsibility (CSR), dan  PPM

Chrysanti Hasibuan-Sedyono, MIM; staf senior Lembaga Manajemen PPM,  Asisten Dirut –
External Relations PPM.  

Perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (artinya


kepada pemegang saham atau shareholder) tapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-
pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang jangkauannya melebihi kewajiban-
kewajiban di atas. 

Pemikiran yang mendasari CSR (corporate social responsibility) yang sering dianggap inti
dari Etika Bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban
ekonomis dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tapi juga kewajiban-
kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang jangkauannya
melebihi kewajiban-kewajiban di atas. Beberapa hal yang termasuk dalam CSR ini antara lain
adalah tatalaksana perusahaan (corporate governance) yang sekarang sedang marak di
Indonesia, kesadaran perusahaan akan lingkungan, kondisi tempat kerja dan standar bagi
karyawan, hubungan perusahan-masyarakat, investasi sosial perusahaan (corporate
philantrophy).

Ada berbagai penafsiran tentang CSR dalam kaitan aktivitas atau perilaku suatu perusahaan,
namun yang paling banyak diterima saat ini adalah pendapat bahwa yang disebut CSR adalah
yang sifatnya melebihi (beyond) laba, melebihi hal-hal yang diharuskan peraturan dan
melebihi sekedar public relations.

Survei : 60% Opini Masyarakat terhadap Perusahaan Dipengaruhi CSR

Hasil Survey “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader
Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam
membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap
karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) akan paling
berperan, sedangkan bagi 40% citra perusahaan & brand image yang akan paling
mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis
fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.

Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah
ingin “menghukum” (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.

Stakeholder Concept

Dalam kaitan ini, sejak didirikan hampir 34 tahun yang lalu PPM telah secara sadar menganut
stakeholder concept dan bertekad untuk selalu berperilaku etis. Sampai sekarang PPM
mempertahankan keyakinannya akan konsep tersebut dalam perilakunya. Misalnya, bagi
PPM praktik KKN selalu merupakan hal yang diharamkan, apapun konsekwensinya. Etika
Bisnis sudah sejak 1967 merupakan mata ajaran wajib bagi peserta program bergelar jangka
panjang, walaupun sempat dianggap tidak realistis oleh masyarakat bisnis. Nilai-nilai luhur
yang ditanamkan tersebut diduga menyebabkan bahwa `tingkat ngemplang` atau `default
rate` pelunasan besasiswa pinjaman diantara peserta program `Wijawiyata Manajemen` tidak
sampai 1%.

Etika Bisnis sudah sejak 1967 merupakan mata ajaran wajib bagi peserta program bergelar
jangka panjang di PPM, walaupun sempat dianggap tidak realistis oleh masyarakat bisnis.

Beberapa contoh tanggung jawab sosial PPM adalah berbagai proyek pembinaan pengusaha
kecil, yang telah dilakukan sejak tahun 1982 (jauh sebelum ada `demam membina pengusaha
kecil` karena kebijakan Pemerintah), baik secara langsung, maupun dengan melatih
konsultan-konsultan bagi pengusaha kecil agar dapat mendorong percepatan (multiplier
effect) dalam pembinaan pengusaha kecil tersebut. Bekerjasama dengan Bank Indonesia,
PPM juga menyebar-luaskan kiat-kiat bagi mereka melalui Televisi Pendidikan Indonesia
(TPI) dan Indosiar. Dan saat ini, bekerjasama dengan Unilever Indonesia, PPM juga sedang
terlibat dalam “Program Penciptaan Wirausaha Kecil dan Menengah Baru” bagi pengusaha
kecil.

Akhir-akhir ini PPM juga terlibat dalam berbagai proyek yang berkaitan dengan corporate
governance); salah satu staf PPM duduk dalam Executive Board IICG (Indonesian Institute
for Corporate Governance) yang didirikan para pelaku bisnis dan MTI (Masyarakat
Transaparansi Indonesia). Juga PPM merupakan salah satu lembaga yang mendirikan IICD
(Indonesian Institute for Corporate Directorship), dan perwakilan PPM duduk dalam Badan
Pengawas maupun Executive Board . PPM juga telah mengambil prakarsa mendirikan
`Dewan Bisnis bagi Martabat Manusia` /Business Council for Human Dignity yang pernah
diliput dalam Jejaring yang lalu.

Khusus tentang CSR, PPM terlibat dalam suatu proyek dari ADSGM (Association of Deans
of Southeast Asian Graduate Schools of Management) dimana STM-PPM adalah salah satu
pendiri. Proyek CSR ini didasari suatu observasi bahwa peusahaan-perusahaan di Asia
tampaknya kurang peduli terhadap CSR (dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di
Barat) sehingga diputuskan untuk menaikkan `awareness` dan kepedulian perusahaan-
perusahaan di Asia tersebut dengan menulis kasus-kasus tentang CSR di Asia. Proyek ini
diikuti wakil-wakil dari sekolah2 bisnis terkemuka di Filipina, Thailand, Malaysia,
Singapore, RRC, Vietnam, India dan Indonesia, dan didukung pendanaan dari Aspen
Institute, CIDA dan Japan Foundation. Diharapkan dapat dihasilkan sekitar duapuluh kasus
tentang CSR yang akan dibukukan tahun ini untuk disebar luaskan dan dipakai sebagai bahan
pelajaran di sekolah-sekolah bisnis di Asia, Amerika dan Canada. Dalam proyek ini PPM
sangat terlibat dan peserta dari PPM telah menulis dua kasus tentang Inti Indorayon Utama
dan satu kasus tentang Aqua.

PPM meyakini, bahwa walaupun temuan survai yang disebut didepan mencerminkan
pendapat konsumen di negara maju, tampaknya kecenderungan kedepan bagi konsumen
Indonesia juga akan searah. Hal ini kiranya perlu dicatat para pelaku bisnis; bahwa di
Indonesia CSR juga akan makin berperan, dan berbisnis dengan melakukan CSR akan
menjadi suatu investasi bagi masa depan perusahaan.
Home | CSR Wisdom | Mengedepankan Etika Bisnis ( Bisnis integrity) Dalam Suatu Perusahaan

Mengedepankan Etika Bisnis ( Bisnis integrity) Dalam Suatu


Perusahaan
By smartfm jakarta Tue, 16 Dec 2014

Font size:

Sebagai pelaku bisnis sebuah perusahaan selain memiliki tanggung jawab moral dan
memiliki etika bisnis mereka juga memiliki tanggung jawab sosial perusahaan atau yang
sering dikenal sebagai CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ) yang artinya
suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan
tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada.

Hubungan antara etika bisnis dan CSR sangat erat dalam hal pelaksanaan CSR karena
etika bisnis merupakan dasar atau jiwa dari pelaksanaan sebuah unit usaha. Sementara
CSR merupakan manifestasinya. ‘’Etika bisnis berbicara mengenai nilai. Apakah sebuah
perusahaan menganut nilai yang baik atau yang buruk. Kalau memang memegang nilai
yang baik dalam berbisnis, maka perusahaan tersebut pasti akan menjalankan CSR yang
memang bertanggung jawab, makanya sebuah etika bisnis lebih melekat kepada individu
yang menjalankan entitas bisnis. Sedangkan CSR sebagai hasil atau kebijakan dari
perusahaan itu sendiri.

Etika bisnis pengusaha di Indonesia semakin hari kian membaik. Ini ditunjukan dari
perkembangan perekonomian Indonesia yang bertambah meningkat tiap tahun .Nah Untuk
menjadikan Indonesia menjadi Negara yang memiliki integritas tinggi dan bersih dari
koruptor ,

Integrity bisnis sangat penting bukan hanya di perusahaan swasta saja tetapi juga
perusahaan milik pemerintah. Ada beberapa kendala sehingga integrity sulit diterapkan
sepertii misalnya dalam hal mendapatkan tender atau proyek,ternyata bukan dari
penyelenggara pemerintah yang meminta Tetapi kesalahan dari perusahaan swasta yang
kurang bersaing sehingga terjadilah apa yang di sebut dengan suap,pemberian hadiah atau
gratifikasi.

Untuk menjadikan perusahaan yang mempunyai integrity ,dapat di ketahui dari komitmen
top manajemen untuk menjadikan perusahaan mereka bersih dari korupsi,melakukan
sosialisasi kepada karyawan, pengecekan pada saat melakukan pengadaan barang dan
jasa,bagaimana sales and marketing membangun sebuah sistem yang dapat merekan
terjadinya suap juga keikutsertaan Finance and Accounting untuk melakukan pencatatan
transaksi yang sebenar benarnya.
TUJUAN DAN MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
BAGI PERUSAHAAN

Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, adapun isi Undang-Undang tersebut  yang berkaitan
dengan CSR, yaitu:

Pada pasal 74 di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:

1)  Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2)   Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3)    Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4)   Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang – Undang Penanaman Modal menyatakan kepada setiap
penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia berusaha untuk
mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan atau penanam modal

Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah


komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan
dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin
populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang penting, karena itu kian banyak pula
kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar
mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan
keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost
centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR
merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah
perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis
memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun
masyarakat lokal, karena seiring waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung
jawab sosial.

Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola
perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa
dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku
kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-
kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang
terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis
bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk
katup pengaman sosial (social security).   Selain itu melalui CSR  perusahaan juga dapat
membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang
sahamnya, posisi merek perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.

Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan sosial.
CSR harus dijalankan di atas suatu program dengan memerhatikan kebutuhan dan
keberlanjutan program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat
sesaat dan berdampak sementara. Semangat CSR diharapkan dapat mampu membantu
menciptakan keseimbangan  antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya
tanggung jawab sosial  perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi budaya bagi bangsa
Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia dalam kebersamaan mengatasi masalah sosial
dan lingkungan.

Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara


berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi
program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh
perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada
gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta
pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan
alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan
baku produksi yang diambil dari alam.

Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan
akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial,
termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong,
jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Melalui beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya
keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.

Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui


pelaksanaan program-program CSR yang berkelanjutan dan menyentuh langsung aspek-
aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan
sumbangan perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara
keseluruhan. Berbeda halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif,
maka  modal sosial tidak dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat
ditegaskan bahwa pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan investasi
perusahaan untuk memupuk modal sosial.
Tanya:
Bapak Rizky Wisnoentoro yang terhormat, saya ingin tahu tentang kewajiban CSR dari
sebuah perusahaan. Pertanyaannya adalah:

1. Perusahaan kelas apa yang berkewajiban mengeluarkan dana csr.


2. Jika ada perusahaan skala menengah bawah tapi mengekploitasi alam besar-besaran
bahkan cenderung merusak misal penggalian pasir, penggalian batu kapur dll, apakah
juga wajib mengeluarkan dana csr?"

Terimakasih

(Suratmi - Depok)

Jawab:
Assalamu'alaikum,

Ibu Suratmi yang budiman.

Terima kasih untuk pertanyaannya yang cerdas. Secara umum, menurut hemat saya,
perusahaan seperti yang dicontohkan dalam pertanyaan tersebut wajib melakukan CSR.
Lebih lanjut lagi, ada beberapa topik penting dari pertanyaan ini yang dapat kita bedah:

1). "Perusahaan berkewajiban melakukan CSR".

Ini adalah poin diskusi yang cukup menarik dan tak akan ada habisnya. Di tataran legal,
Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas (Pasal 74) mewajibkan perusahaan
di Indonesia untuk melakukan CSR. Lebih khususlagi, dalam ayat 1 Undang Undang
tersebut, disebutkan bahwa perseroanyang menjalankan usahanya di bidang dan atau
berkaitan dengansumberdaya alam, dikenai kewajiban untuk melaksanakan kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaan dan lingkungan.

Dalam pertanyaan dicontohkan perusahaan yang aktivitasnya melakukan penggalian pasir,


batu kapur, dll. Menurut Undang-Undang, mereka wajib untuk melakukan CSR. Nah,
permasalahannya kemudian adalah, "lalu bagaimana dengan yang lain? Apakah CSR hanya
terbatas untuk perusahaan yang terkait sumberdaya alam saja?" Di titik ini, kita tidak dapat
hanya bersandar pada undang-undang semata. Marilah kita berpijak pada urgensi dan manfaat
dari CSR itu sendiri. Seperti pernah didiskusikan sebelumnya, tanpa harus diwajibkan pun,
pada dasarnya perusahaan membutuhkan CSR. Mereka yang telah sadar akan pentingnya
reputasi tak akan lagi berpikir untuk menjalankan CSR sebatas untuk memenuhi peraturan.
Karena salah satu manfaat utama dari CSR ialah bahwa ia berpotensi untuk menjadi solusi
bagi permasalahan yang kerap terjadi dalam hubungan antara perusahaan dengan publiknya:
ketidakmampuan untuk saling memahami dan menerima. Permasalahan ini mengakibatkan
macetnya relung interaksi antara perusahaan dengan publiknya.

Alhasil, terjadi segregasi yang ditandai oleh penolakan publik. Di titik inilah CSR berperan
menjadi jembatan antara perusahaan dengan stakeholder di sekitarnya. Penerapan program
yang baik akan menimbulkan keterkaitan yang konstruktif antara perusahaan dengan
lingkungan. Hal ini dapat menjadi trigger bagi publik untuk memiliki persepsi yang baik
terhadap perusahaan. Dengan demikian, emotional appeal dari publik akan mengarah pada
pembangunan reputasi yang baik terhadap perusahaan itu sendiri. Sebaliknya, publik pun
mendapat bantuan yang 'sincere' atau tulus dari perusahaan. Nah, di sinilah uniknya CSR.
Publik kini cukup cerdas untuk menyeleksi program-program artifisial yang hanya
mengharap pamrih semata.

Ketidakseriusan dalam menggarap program CSR justru akan melahirkan resistensi


masyarakat. Apalagi jika perusahaan dinilai tidak transparan, atau justru program tersebut
malah merusak tatanan pranata sosial maupun lingkungan yang ada. Alih-alih mendapatkan
nama baik, perusahaan justru harus menelan pil pahit dari programnya itu. Alhasil, dana pun
terbuang mubazir tanpa membawa manfaat dan maslahat.

2) "Perusahaan dalam kelas apa yang wajib ber CSR?".

Ini satu lagi poin cerdas dari pertanyaan ini. Dalam pemahaman saya, tidak ada batasan yang
rigid mengenai perusahaan di kelas apakah yang harus ber CSR. Tetapi kalau kita melihat
esensi pada poin pertama di atas, seyogianya setiap perusahaan yang telah memiliki laba,
menerapkan program CSR. Nah, di titik ini marilah kita sedikit menerawang lebih luas,
bahwa program CSR tidak melulu hanya ditujukan pada publik eksternal dari perusahaan.
Lingkungan internal pun perlu mendapat perhatian.

Pelayanan child care untuk karyawati yang menyusui, misalnya, dapat menjadi sebuah contoh
sederhana untuk program CSR secara internal. Program motivasi karyawan untuk bekerja
sesuai dengan rambu-rambu etis, dalam konteks tertentu juga dapat dijadikan sebagai
alternatif program CSR. Atau, kampanye 'go green' di dalam lingkungan kantor, dapat pula
menjadi alternatif program CSR. Dengan demikian, semestinya tidak ada alasan bagi
perusahaan untuk tidak ber CSR.

Perusahaan dengan laba yang masih terbilang minim, misalnya, dapat memulai dengan
program kreatif yang sederhana tetapi serius. Menurut hemat saya, terlepas dari besar
kecilnya dana, tantangan yang terpenting adalah komitmen dalam menggarap program itu
sendiri. Sehingga, tak tertutup kemungkinan bahwa program dengan dana terbatas pun dapat
menghasilkan kualitas lebih baik dibandingkan program dengan kucuran dana besar tetapi
tidak dilakukan dengan monitoring yang serius.

3) "Perusahaan yang mengeksploitasi & merusak".

Nah, izinkan saya untuk berpendapat bahwa perusahaan yang semacam ini tak hanya wajib
melakukan CSR, tetapi justru wajib untuk melakukan introspeksi diri atas praktek bisnis yang
mereka lakukan. Karena praktek seperti ini justru menempatkan mereka dalam posisi yang
sangat rentan untuk terancam oleh berbagai bentuk risiko, termasuk risiko reputasi. Dalam
pemahaman saya, perusahaan yang baik boleh jadi mementingkan proses memproduksi
barang / jasa, lalu mendapatkan keuntungan dari produksinya itu.

Namun perusahaan yang bajik akan melakukan lebih dari itu. Mereka tidak hanya sekedar
meraih laba, tetapi juga menunjukkan komitmen yang baik terhadap stakeholder di
sekitarnya, internal maupun eksternal, serta lingkungan hidup tempat mereka berdiam. Saya
angkat topi terhadap perusahaan seperti ini. Mereka tidak hanya mementingkan profit jangka
pendek, tetapi juga menunjukkan komitmen untuk melanjutkan usahanya di jangka panjang.
Perusahaan seperti ini telah menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan
bangunan sosial yang ada di daerah tersebut.

Dengan memberikan perhatian serius pada lingkungan, maka berarti mereka telah melakukan
investasi terpenting bagi keberlangsungan bisnis ke depan. Ketika mereka berbagi pada
lingkungan internal, akan tumbuh 'admiration' dari karyawan. Di saat krisis, justru hal ini
akan menolong perusahaan. Karyawan yang kagum dan loyal dengan perusahaannya, tentu
tak akan sungkan untuk membela nama baik dari tempatnya mencari nafkah hidup. Demikian
pula dengan lingkungan sosial di luar perusahaan.

Pemberian dan pendampingan yang tulus dari perusahaan merepresentasikan wujud syukur
serta rasa terima kasih perusahaan setelah mendapat rejeki. Publik yang menerima program
yang tulus tersebut tentu tak akan sungkan untuk menerima kehadiran dari perusahaan
tersebut. Bahkan tak jarang, justru mereka membantu kebutuhan perusahaan. Sebaliknya,
perusahaan yang dinilai 'arogan', atau bahkan merusak, justru berpotensi untuk menerima
penolakan publik. Oleh karena itu, menurut hemat saya, bertanggung jawab secara ekonomi
ataupun hukum (legal) tidaklah cukup bagi perusahaan.

Dengan kata lain, saat ini kualitas perusahaan tak hanya dinilai dari sekedar kemampuannya
menggaji karyawan serta taat hukum semata. Lebih dari itu, kualitas perusahaan akan diuji
dari kebajikannya dalam menerapkan praktek bisnis yang etis dan menunjukkan kecintaan
pada sesama manusia serta pada lingkungan tempatnya berdiam.

Anda mungkin juga menyukai