untuk memberikan alasan kenapa mereka memilih melakukan penelitian dengan pendekatan
fenomenologi. Tanpa studi literatur dahulu, dengan entengnya biasanya mereka menjawab,
“karena sesuatu yang saya teliti adalah sebuah fenomena bu, oleh karena itu fenomenologi
adalah pendekatan penelitian yang paling tepat untuk saya gunakan”. Semoga anda tidak
termasuk mahasiswa yang bermental asal jawab seperti yang saya ceritakan diatas, kalaupun
iya, jangan berkecil hati karena saya percaya dengan istilah bahasa inggris sleng yang sering
diungkapkan oleh teman saya “people change, you know”. Dengan kepercayaan awal seperti
tadi, saya berharap dengan membaca tulisan ini, anda bisa memahami dan mengetahui apa itu
Definisi
Komunikolog favorit saya dan saya yakin favorit anda juga, Littlejohn (1999: 199)
mendefinisikan fenomenologi sebagai studi tentang pengalaman yang datang dari kesadaran
atau cara kita memahami sesuatu dengan secara sadar mengalami sesuatu tersebut.
Sedangkan menurut Hegel (dalam Moustakas 1994: 26) fenomenologi mengacu pada
fenomenologi adalah ilmu menggambarkan apa yang seseorang terima, rasakan dan ketahui
di dalam kesadaran langsungnya dan pengalamannya. Dan apa yang muncul dari kesadaran
Untuk sebagian orang yang memang dianugrahi kemampuan analisis bahasa yang
tinggi atau yang sudah terbiasa membaca artikel-artikel ilmiah dengan bahasa yang memiliki
abstraksi tingkat tinggi, dua definisi diatas saya rasa cukup untuk menjelaskan tentang apa itu
fenomenologi. Akan tetapi, saya sangat memahami bahwa tidak semua orang dilahirkan
dengan kemampuan analisis bahasa yang sama; seperti saya misalnya yang suka bingung
sendiri membaca tulisan mahasiswa dengan tingkat kesulitan bahasa yang tinggi, atau untuk
pemula yang sama sekali belum pernah membaca tentang fenomenologi, saya akan coba
Merangkum dari berbagai definisi yang ada, fenomenologi adalah studi tentang
fenomenologi nantinya akan meneliti pengalaman yang disadari dari responden penelitiannya
bukan meneliti sesuatu yang diluar responden penelitiannya atau sesuatu diluar pengalaman
sadar responden penelitiannya. Misalkan, pernyataan yang dikeluarkan pada saat individu
dalam keadaan tidak sadar atau terhipnotis seperti dalam acara televisi Uya-Kuya misalnya
tidak bisa dijadikan data penelitian fenomenologi. Tetapi alasan individu kenapa mau
dekatnya, apa yang mendasari individu tersebut untuk memaafkan orang terdekatnya
misalnya karena pada saat dihipnotis dirinya dijelek-jelekan orang terdekatnya, adalah
Contoh lain, misalkan saya tertarik untuk meneliti tentang fenomena lagu garuda di
dadaku dan bagaimana lagu itu sepertinya bisa menggugah semangat ketika dinyanyikan
(saya katakan sepertinya, karena ini masih menjadi dugaan awal saya). Dengan metode
fenomenologi saya akan fokus pada bagaimana individu memaknai lagu garuda di dadaku,
bagaimana perasaanya pada saat menyanyikannya, pada saat mendengarkan lagu tersebut
dinyanyikan, apa asosiasi dia terhadap lagu tersebut, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
terus berkembang seiring dengan jawaban individu tersebut, misalkan tentang bagaimana
individu tersebut mengidentifikasi diri sebagai seorang warga Negara Indonesia, bagaimana
pengaruh lagu tersebut dengan rasa nasionalisme yang dimilikinya. Sebenarnya, saya
memiliki impian untuk melakukan penelitian tersebut pada seluruh pemain timnas yang
kemarin berlaga pada piala AFF 2010. Sayangnya impian tingal impian, mungkin kalau saya
anak orang berkuasa di negeri ini baru saya akan bisa melakukan penelitian tersebut.
Jadi, masih tentang penelitian lagu garuda di dadaku, saya sebagai peneliti tidak akan
fokus meneliti dari mana lagu garuda di dadaku, siapa yang memopulerkan, (jawaban
pertanyaan ini akan bisa dijawab dengan metode penelitian sosial lainya) tetapi saya akan
fokus meneliti tentang pengalaman yang disadari (bukan pada saat dia dihipnotis, mimpi,
Setelah sebelumnya kita membahas tentang apa itu fenomenologi, berikut ini saya
akan membahas tentang cara berpikir fenomenologi. Ini penting untuk dikuasai sebelum anda
Jangan menganggap sepele apa yang akan saya paparkan nanti, karena apabila anda tidak
pernah melakukan cara berpikir fenomenologi tetapi tiba-tiba menggunakan teknik analisis
fenomenologi, bisa-bisa penelitian anda gagal dan harus mengulang dari awal. Tidak
bermaksud untuk menakut-nakuti tetapi membuat anda untuk belajar mempersiapkan diri
sebagai seorang yang bisa mempertahankan dengan argumen yang rasional tentang apa yang
anda kerjakan.
Paradigma interpretative
anda masih bisa mengingat hukum-hukum yang ada pada paradigma interpretative, karena
saya yakin ini anda dapatkan beberapa kali di mata kuliah metodologi penelitian. Bagi yang
tidak ingat, segeralah mengejar ketinggalan dengan membaca lagi tentang paradigma
interpretative dalam penelitian sosial. Metode-metode penelitian yang ada dalam paradigma
interpretative, menganalisis aktivitas sosial melalui pengamatan langsung yang mendetail atas
individu didalam situasi dan kondisi yang alami (Jadi tidak ada rekayasa seperti dalam
bagaimana individu menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka. Oleh karena itu
asumsi utama dari paradigma interpretative, bahwa individu secara aktif menginterpretasikan
pengalaman mereka dengan memberikan makna pada apa yang mereka lihat atau rasakan.
Jadi apabila anda ingin meneliti bagaimana pengalaman individu didalam memaknai tokoh
upin dan ipin dalam serial upin-ipin dengan fenomenologi, anda harus memilih responden
penelitian yang memang tahu dan mengikuti serial upin-ipin, bukan individu yang sengaja
anda pertontonkan serial upin-ipin dalam rangka penelitian yang anda lakukan. Jika demikian
yang anda lakukan adalah penelitian experimental bukan fenomenologi. Dalam penelitian
fenomenologi, fenomena yang akan diteliti sudah ada / exist (situasi dan kondisi yang alami)
Stanley deetz (dalam littlejohn, 1999:200) menyimpulkan tiga prinsip dasar dalam
fenomenologi:
hubungan yang bisa mengalami banyak hambatan dan akan susah untuk
dipertahankan apabila tidak ada komitmen dari kedua belah pihak, bukan saya
2. Makna dari sesuatu tergantung dari apa kegunaan sesuatu tersebut dalam kehidupan
individu. Dengan kata lain, bagaimana hubungan kita dengan sesuatu ditentukan oleh
apa makna sesuatu tersebut dalam kehidupan kita. Contoh, seseorang yang dimata
orang lain biasa-biasa saja tidak memiliki kelebihan yang terlalu waah bisa sangat
berarti dan sangat berharga di mata anda karena seseorang tersebut adalah kekasih
tercinta anda. Atau contoh yang biasanya saya gunakan di kelas adalah spidol, untuk
saya yang sedang kesal karena mahasiswa berbicara sendiri di kelas, spidol tidak saya
maknai sebagai alat tulis tetapi saya maknai sebagai sesuatu yang bisa membuat
arah mahasiswa yang bersangkutan (Jadi tolong jangan berbicara sendiri di kelas
3. Bahasa adalah sarana makna. Kita mengalami dan memaknai dunia sosial kita melalui
bahasa yang kita gunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia sosial
tersebut. Contoh, kita bisa dengan mudah mengetahui kalau itu cincin karena label-
aksesoris, dll. Seperti salah satu tayangan kuis di stasiun telivisi swasta, katakan
katamu.
Bracketing
interpretasi secara aktif, dan fenomenologi percaya bahwa pengetahuan didapatkan dari
“conscious experience”, dan bagaimana individu memaknai segala sesuatu tergantung pada
arti sesuatu tersebut dalam kehidupan individu (subyektif), maka peneliti fenomenologi tidak
Contoh, misalkan anda meneliti tentang budaya dugem di kalangan mahasiswa fisip.
Lalu ketika anda menanyakan pada responden anda, alasan dia memiliki hobi dugem, lantas
dia menjawab kalau dugem adalah alasan dia dilahirkan di dunia, sarana eksistensi diri
sebagai seorang mahasiswa gaul, keren dan tenar. Sebagai peneliti fenomenologi, anda tidak
diperbolehkan untuk langsung menyalahkan responden anda, atau ketika anda menuliskanya
di penelitian anda, anda memberikan teori tentang bagaimana pengaruh buruk teman sebaya
jawaban responden anda tadi. Tetapi sebagai peneliti fenomenologi, yang berusaha anda
kejar/ temukan adalah bagaimana responden anda bisa memaknai dugem sebagaimana yang
Bracket sendiri adalah sebuah kata kerja yang dalam bahasa Indonesia berarti mengurung.
Disini berarti, selama melakukan penelitian fenomenologi seorang peneliti harus mengurung
diyakininya dalam rangka untuk mendapatkan true essence atau esensi murni dari fenomena
yang ditelitinya. Huserl (dalam Moustakas, 1994) menyebut bracketing dengan istilah
epoche.
Jadi interview guide yang anda buat diawal, hanya sebuah guide atau panduan awal
tentang apa yang akan anda tanyakan kepada responden anda. Interview guide tersebut tidak
menjadi harga mati pertanyaan-pertanyaan yang akan anda ajukan pada responden. Dalam
setiap wawancara mendalam yang anda lakukan pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan
akan berkembang seiring dengan jawaban-jawaban dari responden anda. Tetapi harap diingat
kalau interview guide yang anda buatpun tidak anda buat dengan ngawur atau asal saja, tetapi
tetap dia harus berangkat dari preliminary research sebelumnya yang anda lakukan dan kajian
pustaka yang sudah anda tulis. Oleh karena itu kajian pustaka bukan digunakan hanya untuk
pemanis penelitian anda (asal copy-paste biar terlihat tebal dan ilmiah) tetapi benar-benar
digunakan untuk menjadi pijakan anda didalam melakukan penelitian. Itulah sebabnya kajian
pustaka diletakkan pada bab 2 atau proposal, karena dia dibuat sebelum anda melakukan
penelitian.
Teknik analisis data adalah tahapan terakhir dalam sebuah penelitian yang
menentukan apakah peneliti berhasil menjawab pertanyaan penelitian atau tidak. Oleh karena
itu pertanyaan penelitian atau rumusan masalah sangat menentukan teknik analisis data yang
akan digunakan. Teknik analisis data juga, yang membedakan penelitian yang satu dengan
Sebelum saya membahas tentang teknik analisis data fenomenologi, saya akan
terdiri dari tiga kelompok yaitu Classical phenomenology, Social phenomenology dan
Hermeneutic phenomenology. Disini teknik analisis yang akan saya jelaskan adalah teknik
analisis classical phenomenology dari Edmund Husserl. Dalam buku Clark Moustakas,
sebuah metodologi yang sistematis dan disiplin untuk asal mula pengetahuan. Pendekatan
Huserl ini disebut “phenomenology” karena hanya menggunakan data-data yang dialami
melalui consciousness terhadap suatu objek. Disebut “transcendental”, karena mengacu pada
apa yang bisa diungkapkan melalui refleksi dalam tindakan-tindakan subjektif dan
Unit analisis
Unit analisis adalah bagian terpenting dari penelitian yang dilakukan karena dia
adalah satuan data yang akan peneliti analisis guna menjawab permasalahan penelitian yang
diajukan. Apabila anda benar-benar memahami apa yang saya tulis pada part 1 dan part 2,
anda akan bisa menebak apa unit analisis dalam penelitian fenomenologi. Bagaimana? Apa
yang disadari atau “conscious experience”. Segala hal diluar yang disadari oleh responden
penelitian tidak dianalisis dalam penelitian fenomenologi (masih ingat contoh saya tentang
program televisi uya-kuya?). Maka dari itu, unit analisis dalam penelitian fenomenologi
sadar. Jadi anda tidak berusaha menganalisis “tanda” yang anda tangkap dalam wawancara
anda dengan responden anda, tetapi anda hanya menganalisis setiap jawaban atau pertanyaan
yang diungkapkan individu. Anda tidak berusaha untuk memahami komunikasi non verbal
yang dilakukan oleh responden anda tetapi murni hanya pengalaman yang disadari
responden.
Teknik analisis data
Teknik analisis data yang akan saya paparkan disini adalah modifikasi teknik analisis
Mendaftar semua ekspresi yang relevan dengan pengalaman yaitu daftar jawaban partisipan
(unsur pokok) yang dikelompokkan dan diberi label ini adalah tema inti dari pengalaman.
Jadi tema-tema yang ada pada thematic potrayal adalah benang merah dari jawaban-jawaban
semua responden.
Merupakan proses memvalidkan Invariant Constituent. Yang dilakukan dalam tahap ini
adalah mencek invariant constituent dan tema yang menyertainya terhadap rekaman utuh
Apakah sesuai atau cocok dengan konteks dalam transkrip ? ( jika tidak diekspresikan
secara eksplisit )
Apabila tidak dinyatakan secara eksplisit dan tidak cocok, maka hal itu tidak relevan
Dengan menggunakan invariant constituent dan tema yang valid dan relevan dari tahap
sebelumnya, dapat disusun Individual Textural Description dari pengalaman setiap responden
penelitian. Termasuk didalamnya adalah ekspresi harfiah (kata per kata) dari catatan
Hasil dari penyusunan Individual Textural Description dan Imaginative Variation akan
7. Textural-Structural Description
Tahap ini merupakan proses penggabungan antara Textural Description dan Structural
Setelah Individual Textural – Structural Description tersusun maka dibuat suatu Composite
*contoh lengkap aplikasi setiap tahapan diatas ada di Moustakas, bab 7 hal. 120-154
Publications.
Wadsworth. N/A.