Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ETIKA BISNIS

“ETIKA BISNIS DISAAT CORONA PANDEMIK”

DISUSUN OLEH :

YOSSY DWI PUTRI ( 01870223769 )

PRODI : DIII MANAJEMEN PERUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Etika Bisnis dengan judul “ ETIKA BISNIS DISAAT CORONA
PANDEMIK”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen etika bisnis kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru , 20 April 2020

Penulis

2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

ISI……..............................................................................................................................5

2.1 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL PEMENUHAN


HAK-HAK KARYAWAN......................................................................................5

2.2 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL PENYEDIAAN


PRODUK BERKUALITAS....................................................................................8

2.3 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL PENGELOLA


KEUANGAN PERUSAHAAN.............................................................................14

2.4 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL PENERAPAN


TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN................................................18

BAB III............................................................................................................................22

PENUTUP.......................................................................................................................22

3.1 KESIMPULAN......................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Etika bisnis mempunyai prinsip yang berhubungan dengan berbagai upaya


untuk menggabungkan berbagai nilai-nilai dasar dalam perusahaan, agar
berbagai aktivitas yang dilaksanakan dapat mencapai suatu tujuan. Hal ini
membutuhkan adanya kepercayaan atau saling mempercayai dari berbagai
pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Haruslah diyakini bahwa pada
dasarnya penerapan etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik
untuk jangka panjang maupun jangka menengah karena, mampu mengurangi
biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern perusahaan
maupun dengan eksternal, mampu meningkatkan motivasi pekerja,
melindungi prinsip kebebasan berniaga, mampu meningkatkan keunggulan
bersaing.
Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis mengakibatkan perusahaan
dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh
karena itu perusahaan harus mampu bersaing secara sehat dan tidak saling
menjelek-jelekkan satu sama lain. Dan salah satu alat yang dapat digunakan
oleh perusahaan adalah upah. Jika sistem upah dirasakan adil dan kompetitif
oleh pekerja, maka perusahaan akan semakin mudah untuk menarik pekerja
yang pontensial dan ahli dalam bidang bidang yang di butuhkan ,
mempertahankannya, dan memotivasi agar lebih meningkatkan kinerjanya.
Sehingga produk tifitas meningkat dan perusahaan mampu menghasilkan
produk dengan harga yang kompetitif, yang pada akhirnya perusahaan bukan
hanya unggul dalam persaingan.

5
BAB II

ISI

2.1 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL

PEMENUHAN HAK-HAK KARYAWAN

Salah satu elemen dalam dunia usaha adalah masalah


ketenagakerjaan, karena tenaga kerja adalah penggerak sektor usaha yang
memerlukan perhatian khusus dalam penenangannya dalam pekerja adalah
salah satu sumber daya terpenting bagi perusahaan. Di dalam suatu
perusahaan tidak hanya teori pekerja memberi tenaga kemampuannya
sedangkan pengusaha memberikan kompensasi lewat upah atau gaji, lebih
dari itu, dalam perusahaan dikenal banyak aspek sosial, aspek kesehatan,
aspek kemanusiaan, aspek ekonomi, aspek pendidikan dan lain sebagainya.
Penghargaan dan jaminan terhadap hak pekerja merupakan salah satu
penerapan dari prinsip keadilan dalam bisnis. Dalam hal ini keadilan
menuntut agar semua pekerja di perlakukan sesuai dengan haknya atau
tidak di beda-bedakan dengan karyawan yang jabatannya lebih tinggi.
Sehingga semua bisa saling menghargai dan diperlakukan sesuai dengan
haknya masing-masing. Baik sebagai pekerja maupun sebagai manusia,
mereka tidak boleh dirugikan, dan perlu di perlakukan secara sama tanpa
diskriminasi yang tidak rasional. Menurut undang- undang No. 13 tahun
2003 pasal 4, pembangunan ketenaga kerjaan bertujuan untuk
memberdayakan dan mem perdayagunakan tenaga kerja secara uptimal
dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan keja, memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga
kerja dan keluarganya.

6
Pekerja sebagai asset yang harus di tingkatkan kinerjanya, untuk mencapai
itu perusahaan harus menciptakan kondisi yang dapat mendorong dan
memungkinkan pekerja untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan secara optimal dan sekreatif mungkin
sehingga bagus di panang. Salah satunya dengan jalan memberikan balas
jasa upah yang memuaskan sehingga para pekerja merasa senang sehingga
para pekerja merasa sangat semangat dalam bekerja dan tidak akan pernah
merasa bosan dengan pekerjaannya karna upah yang di dapatkan sangat
memuaskan.
Dengan demikian perusahaan dan para pekerjanya akan selalu
dihadapkan pada permasalahan- permasalahan, khususnya dengan
pengupahan. Apabila penetapan upah terlalu rendah di banding perusahaan
lain yang sejenis, maka akan sukar bagi perusahaan tersebut untuk
mempertahankan para pekerja yang relative baik. Kemampuan perusahaan
untuk memenuhi keadilan dan kesetaraan serta kelayakan dalam penetapan
kebijakan pengupahan tergantung pada kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan, kemampuan untuk mengatur balas jasa yang
diberikan, analisa terhadap pekerja yang dilakukan, serta komunikasi antar
karyawan dengan perusahaan berkaitan tentang pengupahan. Untuk itu
perusahaan di tuntut agar dapat menetapkan upah yang sesuai dengan
kebutuhan, dan tidal terbatas pada jumlahnya tetapi dengan komposisi yang
menarik dan dinamik. Dengan adanya pemberian upah yang memadai dari
perusahaan kapada pekerja. Maka terbuka peluang bagi perusahan untuk
meningkatkan kinerja pekerjanya. Bebrapa factor mendorong sehingga
upah dapat menjadi motivator peningkatan kinerja pekerja, antara lain;
pemenuhan upah terhadap kebutuhan hidup layak; tingkat keadilan secara
internal dalam pemberian upah; dan tingkat keadilan secara eksternal dalam
pemberian upah apabila perusahaan melakukan perbaikan atau peningkatan
upah. Perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan keterampilan melalui
tambahan pendidikan, latihan, perbaikan disiplin, peningkatan semangat

7
kerja, dan adanya ketenangan kerja, akan mendorong naiknya produktivitas
dan kinerja pekerja, yang tentunya akan menguntungkan perusahaan.
Kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia
merealisasikan dirinya sebagai manusia juga sekaligus membangun hidup
dan lingkungannya yang lebih manusiawi. Maka setiap orang dapat
menentukan dirinya sendiri dengan pekerjaannya dengan hak yang telah
dimiliki. Hak atas kerja merupakan salah satu hak asasi manusia karena
kerja sangat berkaitan langsung dengan ha katas hidup yang layak. Hak ini
dimiliki oleh seseorang dan dapat menikmati keberadaannya ada macam-
macam hak pekerja yaitu:
1. Hak atas pekerjaan dan upah yang adil
2. Hak untuk berserikat dan berkumpul
3. Hak atas perlindungan keamanan dan keselamatan
4. Hak perlakuan keadilan dan hokum
5. Hak atas rahasia pribadi
6. Hak atas kebebasan suara hati
Dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat, para pengusaha
semakin menyadari bahwa pengakuan, penghargaan, dan jaminan atas hak-
hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya
kinerja suatu perusahaan. Ini disebabkan karena atas jaminan atas hak-hak
pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung secara positis atas sikap,
komitmen, loyalitas, produktifitas, dan akhirnya kinerja setiap pekerja.
Pelatihan atau pendidikan lebih lanjut serta perbedaan dalam hal gaji
dan peluang harus dipertimbangkan secara rasional dan proporsional secara
adil.

8
2.2 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL

PENYEDIAAN PRODUK BERKUALITAS

2.2.1 Etika Produksi


Produksi berarti diciptakannya manfaat, produksi tidak diartikan
sebagai menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak
seorang pun dapat menciptakan benda.Kegiatan produksi mempunyai
fungsi menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada waktu, harga dan jumlah yang tepat.
Dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar
produk yang dihasilkannya mengeluarkan biaya yang termurah, melalui
peng-kombinasian penggunaan sumber-sumber daya yang dibutuhkan,
tentu saja tanpa mengabaikan proses inovasi serta kreasi. Secara praktis,
ini memerlukan perubahan dalam cara membangun. Yakni dari cara
produksi konvensional menjaai cara produksi dengan menggunakan
sumber daya alam semakin sedikit, membakar energi semakin rendah,
menggunakan ruang-tempat lebih kecil, membuang limbah dan sampah
lebih sedikit dengan hasil produk yang setelah dikonsumsi masih bisa
didaur ulang.
Pola produksi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup dunia usaha
yang merangsang diterapkannya secara lebih meluas ISO-9000 dan ISO-
14000.
ISO-9000 bertujuan untuk peningkatan kualitas produksi.
Sedangkan ISO-14000 bertujuan untuk peningkatan pola produksi
berwawasan ling-kungan, membangun pabrik atau perusahaan hijau (green
company) dengan sasaran "keselamatan kerja, kesehatan, dan lingkungan"
yang maksimal dan pola produksi dengan "limbah-nol" (zero
waste),mendorong penjualan dengan pengepakan barang secara minimal

9
dan bisa dikembalikan untuk didaur-ulang kepada penjual, merangsang
perusahaan asuransi mengem-bangkan "risiko lingkungan" dan mendorong
Bursa Jakarta mengembangkan semacam "Dow Jones Sustainable
Development Index".
Langkah-langkah tersebut memerlukan ditegakkannya kode etika
"tanggung jawab dan akuntabilitas korporasi" (corporate responsibility and
accountability) yang diawasi ketat oleh asosiasi-asosiasi perusahaan dan
masyarakat umum. Kualitas produk pun bisa dikorbankan demi
pemangkasan biaya produksi.
Hukum harus menjadi langkah pencegahan (precautionary
measures) yang ketat bagi perilaku ekonomi.Perilaku ekonomi yang
membahayakan keselamatan publik harus diganjar seberat-beratnya.Ini
bukan sekadar labelisasi "aman" atau "tidak aman" pada barang
konsumsi.Karena, itu amat rentan terhadap kolusi.Banyak pengusaha rela
membayar miliaran rupiah bagi segala bentuk labelisasi.Seharusnya
pengusaha membayar miliaran rupiah atas perbuatannya yang
membahayakan keselamatan publik.Hukum harus menjadi pencegah dan
bukan pemicu perilaku ekonomi tak etis.
Sebagai contoh kasus di luar negeri yang terjadi pada biskuit
Arnotts di Australia.Pada suatu saat perusahaan ditelpon oleh seseorang
yang hendak memeras perusahaan tersebut bahwa salah satu kemasan
produknya berisi biskuit yang beracun tidak diketahui kecuali oleh si
pemeras tersebut. Perusahaan dihadapkan pada dua pilihan yaitu
membayar orang yang memeras tersebut untuk menunjukkan produk mana
yang beracun, atau menarik seluruh peredaran biskuit tersebut.
Namun perusahaan lebih memilih untuk menanggung kerugian
yang besar dengan menarik seluruh produk-produknya dan
memusnahkannya. Ternyata itu menanamkan kepercayaan konsumen
kepada perusahaan, walaupun pada saat itu perusahaan menanggung
kerugian yang cukup besar, namun ternyata enam bulan kemudian
pendapatan perusahaan naik tiga kali lipat.

10
Contoh kasus yang ada di Indonesia terjadi pada kasus Ajinomoto,
dimana saat dinyatakan oleh MUI bahwa produknya tidak halal,
Ajinomoto menarik semua produknya, dan perusahaan pun menanggung
banyak kerugian.
Namun dengan mengindahkan himbauan dari MUI dan dengan
melakukan pendekatan dengan para ulama, kinerja keuangan yang semula
menurun tajam lama kelamaan naik. Juga kasus obat anti nyamuk HIT,
dimana PT Megahsari Makmur ketahuan memakai bahan pestisida yang
bisa menyebabkan kanker pada manusia di dalam produk barunya, walau
zat tersebut sudah dilarang penggunaannya sejak tahun 2004 lalu.
Atau produsen makanan terutama untuk makanan anak-anak,
mereka kebanyakan menggunakan pemanis buatan untuk menekan ongkos
produksinya, namun dalam kemasannya mereka tidak mencantumkan
batas penggunaan maksimal yang dapat dikonsumsi, mengingat efek yang
ditimbulkannya sangat berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit
kanker dan keterbelakangan mental.
Untuk produk kosmetik juga dengan maraknya penggunaan bahan
mercury dengan khasiat untuk memutihkan kulit dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama, namun efek yang ditimbulkannya malah sangat
berbahaya.

2.2.2 Etika dalam produki barang dan jasa

Kegiatan produk berarti membuat nilai manfaat atas suatu barang


atau jasa suatu barang atau jasa, produksi dalam hal ini tidak diartikan
dengan membentuk fisik saja.Sehingga kegiatan produksi mempunyai
fungsi menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada waktu, harga dan jumlah yang tepat. Oleh karena itu ,
dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produksi

11
yang dihasilkan mengeluarkan biaya yang murah, melalui pendayagunaan
sumber daya-sember daya yang di butuhkan, didukung dengan inovasi dan
kreativitas untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Misalnya biasa
berproduksi dengan cara konvensional/tradisional tetapi sekarang dengan
manfaat teknologi yang tepat guna.
peningkatan kualitas produksi ataupun ISO 14000 tentang peningkatan
pola produksi berwawasan lingkungan, Jika kegiatan produksi ini
digunakan dengan standar dunia, maka harus berdasarkan standar dunia
yang diakui misalnya ISO 9000 tentang membangun pabrik atau
perusahaan yang ramah lingkungan (go green) dengan sasaran pada
keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan yang maksimal dengan
limbah nol.
Langkah-langkah dimaksud adalah berdasarkan pada kode etik yang
mencangkup tanggung jawab dan akuntabilitas korporasi yang diawasi
ketat oleh asosiasi-asosiasi perubahan dan masyarakat umum.Hokum
harus dijadikan sarana pencegahan bagi pelaku bisnis. Pelaku – pelaku
bisnis yang dapat membahayakan masyarakat dalam memproduksi barang
dan jasa harus dijerat dengan norma-norma hokum yang berlaku sehingga
masyarakat umum tidak dirugikan, dan pemerintahan juga ikut membina
pelaku-pelaku bisnis di indonesia agar memiliki moral, dan etika bisnis
yang baik sehingga diharapkan dapat bermanfaat.

2.2.3 Etika dalam kegiatan pemasaran

Kegiatan pemasaran adalah kegiatan menciptakan, mempromosikan


dan menyampaikan barang atau jasa kepada para konsumennya,
pemasaran juga berupaya menciptakan nilai yang lebih dari pandangan
konsumen atau pelanggan terhadap suatu produk perusahaan
dibandingkan dengan harga barang dan jasa dimaksud serta
menampilkan nilai lebih tinggi dengan produk pesaingannya.

12
Pada dasarnya kegiatan pemasaran merupakan fungsi utama dalam
menentukan bisnis perusahaan.Tenaga pemasaran adalah merupakan
saran penghubung utama perusahaan dengan konsumen atau merupakan
ujung tombak bisnis perusahaan.Kegiatan pemasaran untuk produk
barang dan jasa, tentu saja berbeda dalam penanganannya.Biasanya
untuk produk barang sering kali diiklankan di media sedangkan untuk
jasa secara etis dan moral relatif sangant sedikit yang diklankan kepada
umum secara terbuka.
Dengan perkembangan teknologi informasi dan bisnis yang global,
maka teknik-teknik pemasanpun sudah bergeser dan berkembang
cepat.Pemasaran bisa dilakukan dengan situs-situs, website, email, dan
lain-lainnya.Semua dapat dilakukan secara cepat, efisien dan tanpa
batasan wilayah dan waktu.Sehingga persaingan produk dan jasa saat
ini semakin ketat.Oleh karena itu dituntut kreativitas dan inovasi dalam
melakukan kegiatan pemasaran tersebut.
Persaingan pemasaran yang begitu ketat, kadang kala kita
menemukan perusahaan yang melakukan pemasaran tanpa
memerhatikan etika, hal ini mungkin secara langka pendek untung,
namun jika untuk jangka panjang akan rugi. Karena masyarakat akan
meninggalkan perusahaan yang melakukan kegiatan yang tidak etis
tersebut.

Ada tiga factor yang dapat memengaruhi seorang manajer


pemasaran untuk melakukan tindakan tidak etis yaitu;
1. Manajer sebagai pribadi manusia, ada rasa ingin memenuhi kebutuhan
pribadinya, untuk menangkalnya dibutuhkan pendidikan agama dan
moral yang baik.
2. Kepentingan korporasi, adanya tekanan manajemen yang mebuat
seorang manajer dipaksa dengan kondisi tertentu biasanya dengan target
yang sulit dicapai sehingga melakukan apapun untuk mencapainya.

13
3. Lingkungan, yang ada di sekitarnya yang langsung membentuk
perilaku manajer pemasaran itu.

2.2.4 pengertian perlindungan terhadap konsumen


Di Negara kita,untuk mengatur dan melindungi konsumen terhadap
kejahatan bisnis seperti penipuan,iklan produk yang menyesatkan dan
agar konsumen dapat dilayani dengan baik maka dibuatlah undang-
udang perlindungan terhadap konsumen.menurut undang-undang
nomor 8 tahun 1999,pasal 1 butir “segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk member perlindungan terhadap
konsumen
Pengertian konsumen sendiri adalah setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yag tersedia dalam masyarakat,baik bagi kepentingan diri
sendiri,keluarga,orang lain,maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.sedangkan menurut GBHN 1993 melalui tap
MPR nomor II/MPR/1993,bab IV,huruf F butir 4a”pembangunan
perdagangkan ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa
dalam rangka menunjang peningkatan produksi dan daya
saing,meningkatkan pendapatan produsen,melindungi kepentingan
konsumen”

2.2.5 Asas dan tujuan perlindungan konsumen


Sebagaimana telah dijelaskan diatas,maka dalam menerapkan
perlindunganmaka dalam perlindungan terhadap konsumen maka
diatur dalam ndang-undang maupun peraturan sebagai berikut:pasal 2
uu no 8/1999 tentang tujuan perlindungan konsumen.
Perlindungan konsumen bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran,kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri

14
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan
dari akses negatif pemakai barang dan/jasa
3.Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih,menentukan,dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha

2.3 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL PENGELOLA

KEUANGAN PERUSAHAAN

Peranan manajemen keuangan dalam perusahaan adalah sebagai berikut:


a. Bertanggung jawab terhadap tiga keputusan pokok manajemen keuangan
pemerolehan (acquisition), pembiayaan/pembelanjaan (financing), dan
manajemen aktiva secara efisien.
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga kesejahteraan
masyarakat meningkat.
c. Menghadapi tantangan dalam mengelola aktiva secara efisien dalam
perubahan yang terjadi pada : persaingan antar perusahaan; perekonomian
dunia yang tidak menentu; perubahan teknologi; dan tingkat inflasi dan
bunga yang berfluktuasi.

Ada pun kriteria standar etika untuk manajemen keuangan yaitu:


· Competance
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk:

15
a. Mempertahankan tingkat sesuai kompetensi profesional dengan
pengembangan pengetahuan dan keterampilan.
b. Melakukan tugas profesional mereka sesuai dengan hukum, peraturan dan
standar teknis.
c. Menyiapkan laporan lengkap dan jelas untuk memperoleh informasi yang
relevan dan dapat dipercaya
· Confidentiality
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk:
a. Menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh
dalam pekerjaan mereka kecuali bila diizinkan, atau keperluan hukum
untuk melakukannya.
b. Menginformasikan pada bawahan, mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh dalam pekerjaan mereka dan memantau kegiatan mereka untuk
menjamin pemeliharaan kerahasiaan
c. Menahan diri dari untuk menggunakan informasi rahasia yang diperoleh
dalam pekerjaan mereka untuk keuntungan tidak etis atau ilegal baik
secara pribadi atau melalui pihak ketiga.
· Integritas
Adalah perlindungan terhadap dalam sistem dari perubahan yang tidak
terotorisasi, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Integritas
mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka
dalam menjunjung etika. Mereka juga harus menolak pemberian dan
hadiah yang dapat mempengaruhi tindakan mereka. Mereka juga tidak
boleh menjatuhkan legitimasi perusahaan, tetapi harus mengakui
keterbatasan profesionalisme mereka, mengkomunikasikan informasi yang
menguntungkan atau merugikan, dan menjauhi diri dari prilaku yang dapat
mendiskreditkan profesi mereka. Seperti halnya kerahasiaan, integritas
bisa dikacaukan oleh hacker, masquerader, aktivitas user yang tidak
terotorisasi, download file tanpa proteksi, LAN, dan program program

16
terlarang. (contohnya : trojan horse dan virus), karena setiap ancaman
tersebut memungkinkan terjadinya perubahan yang tidak terotorisasi
terhadap data atau program. Sebagai contoh, user yang berhak mengakses
sistem secara tidak sengaja maupun secara sengaja dapat merusak data dan
program, apabila aktivitas mereka didalam sistem tidak dikendalikan
secara baik.
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki
tanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik aktual atau kepentingan baik yang tersirat
maupun tersurat.
b. Menahan diri dari keterlibatan dalam kegiatan apapun yang akan
merugikan kemampuan mereka untuk menjalankan tugasnya secara
etis.
c. Menolak hadiah, bantuan, atau perhotelan yang akan mempengaruhi
atau akan muncul untuk mempengaruhi tindakan mereka.
d. Mengenali dan berkomunikasi tentang keterbatasan profesional atau
kendala lain yang akan menghalangi penilaian bertanggung jawab atau
kinerja yang sukses dari suatu kegiatan.
e. Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta
menguntungkan dan penilaian profesional atau pendapat.
f. Menahan diri dari terlibat atau mendukung aktivitas apapun yang
akan mendiskreditkan profesi.

· Objektivitas
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki
tanggung jawab untuk:
a. Mengkomunikasikan informasi secara adil dan obyektif.
b. Mengungkapkan penuh semua informasi relevan yang dapat
diharapkan untuk mempengaruhi pemahaman pengguna dimaksudkan
dari laporan, komentar, dan rekomendasi yang disampaikan.
· Resolusi Konflik Etis

17
Dalam menerapkan standar etika, praktisi manajemen akuntansi dan
manajemen keuangan mungkin mengalami masalah dalam
mengidentifikasi perilaku tidak etis atau dalam menyelesaikan konflik
etis. Ketika dihadapkan dengan isu-isu etis yang signifikan praktisi
manajemen akuntansi dan manajemen keuangan harus mengikuti
kebijakan yang ditetapkan dari bantalan organisasi pada resolusi
konflik tersebut. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika,
praktisi tersebut harus mempertimbangkan program tindakan berikut.
a. Diskusikan masalah tersebut dengan atasan langsung, kecuali ketika
muncul unggul yang terlibat, dalam hal masalah harus disajikan ke
tingkat manajerial berikutnya yang lebih tinggi. Jika resolusi yang
memuaskan tidak dapat dicapai ketika masalah awalnya disajikan,
menyerahkan masalah ini ke tingkat manajerial berikutnya yang lebih
tinggi.
b. Jika atasan langsung adalah chief executive officer atau setara,
kewenangan meninjau diterima mungkin kelompok seperti komite
audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan pengawas, atau pemilik.
Kontak dengan tingkat atasan langsung di atas harus dimulai hanya
dengan pengetahuan atasannya. asumsi unggul tidak terlibat. Kecuali
ditentukan secara legal, komunikasi masalah tersebut kepada pihak
berwenang atau individu yang tidak dipekerjakan atau terlibat dengan
organisasi tidak dianggap sesuai.
c. Menjelaskan isu-isu etika yang relevan dengan diskusi rahasia dengan
penasihat tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentu
saja mungkin tindakan
d. Konsultasikan pengacara sendiri sebagai kewajiban hukum dan hak-
hak mengenai konflik etika.
Jika konflik etika masih ada setelah melelahkan semua tingkat
kajian internal, mungkin tidak ada jalan lain mengenai hal-hal yang
signifikan daripada mengundurkan diri dari organisasi dan untuk
menyerahkan sebuah memorandum informatif untuk perwakilan

18
organisasi yang tepat. Setelah pengunduran diri, tergantung pada sifat
dari konflik etika, itu juga mungkin tepat untuk memberitahu pihak
lain.

2.4 TANTANGAN PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM HAL PENERAPAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Dalam berbisnis, ada berbagai etika yang wajib diterapkan dalam


pengelolaan dan eksekusi dari sebuah bisnis. Etika yang baik akan membuat
binsis lebih mudah berkembang dengan sehat sekaligus menumbuhkan citra
yang baik dari bisnis tersebut. Pertanyaan yang muncul adalah: Lalu apa itu
etika bisnis?

Pengertian etika bisnis adalah metode-metode kegiatan bisnis yang


merangkul keseluruhan aspek yang berkaitan dengan bisnis tersebut, termasuk
individu, perusahaan, dan masyarakat sekitar. Penerapan etika bisnis dalam
perusahaan dapat mewadahi pembentukan perilaku karyawan dalam sebuah
perusahaan. Setiap perusahaan wajib menjadikan prinsip beretika sebagai
pondasi dari bisnis mereka. Karena itulah, etika bisnis merupakan standar atau
pedoman yang tepat bagi semua karyawan untuk dijadikan pedoman dalam
bekerja.

Etika Bisnis tidak hanya mempertimbangkan tanggung jawab di dalam


lingkungan kerja. Akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap ekosistem
alam, budaya, dan sosial masyarakat. Perusahaan atau bisnis juga diharapkan
bisa menangani berbagai program eksternal terkait tanggung jawab di luar
aktivitas bisnis mereka. Program tersebut seperti penelitian ilmiah,
perlindungan konsumen, dan program lain terkait tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung Jawab Sosial suatu perusahaan

19
biasanya tertuang pada program Corporate Social Responsibility (CSR)
perusahaan.

Tanggung Jawab Sosial bisa dibilang termasuk dalam Teori Etika. Di


mana individu atau kelompok bisnis bertanggung jawab untuk memenuhi
tugas kewarganegaraan mereka. Setiap aktivitas individu atau kelompok bisnis
harus menguntungkan seluruh masyarakat. Dengan cara ini, harus ada
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dan
lingkungan sekitar. Jika keseimbangan ini dipertahankan, maka Tanggung
Jawab Sosial bisa dibilang telah tercapai.

2.2.4 Hubungan Tanggung Jawab Sosial Bisnis dengan Etika Bisnis

Teori Tanggung Jawab Sosial bisnis dibangun di dalam sistem Etika


Bisnis itu sendiri. Di mana setiap keputusan dan tindakan bisnis harus
divalidasi secara etis sebelum direalisasikan. Jika tindakan atau keputusan
bisnis menyebabkan kerusakan pada masyarakat atau lingkungan sekitar,
maka bisa terbilang perusahaan atau bisnis dianggap tidak bertanggung jawab
secara sosial.
Bisnis dan perusahaan harus beroperasi di bawah peraturan dan
pedoman pemerintah. Dengan demikian, Tanggung Jawab Sosial yang etis
dapat dimanifestasikan melalui kode etik, hak-hak sipil, dan standar sosial
dan yang dapat diterima di berbagai bidang. Banyak perusahaan berusaha
untuk melampaui persyaratan hukum. Bisnis yang berhati-hati untuk
memastikan pekerja aman, diperlakukan dengan bermartabat dan hormat,
serta menawarkan jam kerja dan upah yang wajar dianggap bertanggung
jawab secara etis.

20
2.4.1 Cara Mengaplikasikan Tanggung Jawab Sosial Bisnis dengan Etika
Bisnis Secara Bersamaan?

Suatu bisnis diharapkan bisa mengembangkan sistem Tanggung Jawab


Sosial yang disesuaikan dengan lingkungan bisnis mereka. Jika Tanggung
Jawab Sosial berhasil diatur oleh suatu perusahaan, maka hal tersebut bisa
juga termasuk bagian dari aktivitas ekonomi perusahaan. Mempertahankan
Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan akan memastikan integritas antara
masyarakat dan lingkungan sekitar terlindungi.
Menyeimbangkan tuntutan dari pemegang saham dan kebutuhan untuk
meningkatkan laba dengan kesejahteraan karyawan dan lingkungan sekitar
merupakan tantangan bagi perusahaan. Misalnya, banyak perusahaan obat atau
bahan kimia yang menghasilkan pestisida atau obat-obatan memberikan
dampak lanjutan kepada lingkungan sekitar. Dampak tersebut dapat berupa
polusi, limbah yang merusak lingkungan sekitar, dan dampak lain yang
menimbulkan bahaya potensial bagi karyawan dan bahkan penduduk sekitar.
Menemukan jalan tengah dalam situasi seperti itu tidaklah mudah, dan
sayangnya masih ada bisnis yang lebih mementingkan kondisi keuangan
mereka daripada keselamatan atau kesehatan manusia atau lingkungan sekitar.
Hal tersebut dapat dianggap sebagai masalah Etika Bisnis karena
melibatkan tanggung jawab dan kewajiban tidak hanya untuk pemegang
saham, tetapi juga untuk masyarakat dan lingkungan sekitar. Semua pihak,
dari pelanggan hingga eksekutif perusahaan, akan terkena dampak dari
masalah pelanggaran Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis.
Tidak ada industri atau perusahaan yang tidak – setidaknya sekali –
berurusan dengan masalah Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis. Konflik
kepentingan, keamanan produk, periklanan, pemegang saham, dan masyarakat
memainkan peran dalam bagaimana perusahaan bisa diterima oleh masyarakat
dan lingkungan sekitar.
Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis merupkaan satu kesatuan yang
berkesinambungan dan berdampak bagi banyak pihak secara global.

21
Menyeimbangkan hal tersebut dengan pertimbangan ekonomi tidaklah mudah.
Sementara banyak orang percaya bahwa keputusan mengenai Tanggung
Jawab Sosial dan Etika Bisnis seharusnya tidak sesulit itu. Intinya, membuat
pilihan dan keputusan positif juga dapat menciptakan dampak positif pada
produktivitas bisnis dan hak-hak karyawan, masyarakat, dan lingkungan
sekitar.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tantangan penerapan etika bisnis dalam hal pemenuhan hak-hak karyawan


adalah penetapan upah terlalu rendah di banding perusahaan lain yang sejenis,
maka akan sukar bagi perusahaan tersebut untuk mempertahankan para
pekerja yang relative baik. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi keadilan
dan kesetaraan serta kelayakan dalam penetapan kebijakan pengupahan
tergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan,
kemampuan untuk mengatur balas jasa yang diberikan, analisa terhadap
pekerja yang dilakukan, serta komunikasi antar karyawan dengan perusahaan
berkaitan tentang pengupahan.
Tantangan penerapan etika bisnis dalam hal penyediaan produk berkualitas
adalah pelaku – pelaku bisnis yang dapat membahayakan masyarakat dalam
memproduksi barang dan jasa harus dijerat dengan norma-norma hokum yang
berlaku sehingga masyarakat umum tidak dirugikan, dan pemerintahan juga
ikut membina pelaku-pelaku bisnis di indonesia agar memiliki moral, dan
etika bisnis yang baik sehingga diharapkan dapat bermanfaat.
Tantangan penerapan etika bisnis dalam hal pengelolaan keuangan
perusahaan adalah mengelola aktiva secara efisien dalam perubahan yang
terjadi pada : persaingan antar perusahaan; perekonomian dunia yang tidak
menentu; perubahan teknologi; dan tingkat inflasi dan bunga yang
berfluktuasi.
Tantangan penerapan etika bisnis dalam hal penerapan tanggung jawab
social perusahaan adalah menyeimbangkan tuntutan dari pemegang saham dan
kebutuhan untuk meningkatkan laba dengan kesejahteraan karyawan dan

23
lingkungan sekitar. Misalnya, banyak perusahaan obat atau bahan kimia yang
menghasilkan pestisida atau obat-obatan memberikan dampak lanjutan kepada
lingkungan sekitar. Dampak tersebut dapat berupa polusi, limbah yang
merusak lingkungan sekitar, dan dampak lain yang menimbulkan bahaya
potensial bagi karyawan dan bahkan penduduk sekitar. Menemukan jalan
tengah dalam situasi seperti itu tidaklah mudah, dan sayangnya masih ada
bisnis yang lebih mementingkan kondisi keuangan mereka daripada
keselamatan atau kesehatan manusia atau lingkungan sekitar

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.indonesiana.id/read/118786/implementasi-etika-bisnis-pada-
pemberian-upah-hak-pekerja
http://morethanstorylife.blogspot.com/2014/05/etika-bisnis-hak-pekerja-
dan.html
http://mystory-kumpulancerita.blogspot.com/2016/11/makalah-etika-bisnis-
etika-produksi-dan.html
https://laskarimpiansite.wordpress.com/2018/07/01/sinkronisasi-etika-bisnis-
dan-manajemen-produksi-serta-manajemen-sumber-daya-manusia/
https://www.kompasiana.com/abdlatif/58aa56fa2223bdfc044a561a/etika-
bisnis-produksi-konsumasi-dan-distribusi-yang-efektif-untuk-kesejahteraan-
perekonomian?page=all
http://goudvisarumy.blogspot.com/2013/12/etika-bisnis-dalam-manajemen-
keuangan.html
https://www.academia.edu/27957252/ETIKA_BISNIS_DALAM_BIDANG_
MANAJEMEN_KEUANGAN
https://www.jurnal.id/id/blog/etika-bisnis-dan-tanggungjawab-sosial-
perusahaan/
https://centrausaha.com/etika-bisnis/

25

Anda mungkin juga menyukai