Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Indonesia sedang melakukan pembenahan (dari - di) berbagai sektor,

yaitu mulai dari sektor infrastruktur, pendidikan, kelautan, pertanian, energi,

kesehatan, maupun industri. Pembangunan industri di Indonesia sampai saat ini

(akan) terus berkembang guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan guna

menerobos pasar internasional. Kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) di Indonesia

seperti perkebunan dan pertanian pun mulai mendapatkan perhatian, namun terdapat

kendala dalam pengembangan di sektor perkebunan dan pertanian yakni kurangnya

pasokan pupuk di Indonesia seperti pupuk ZA (zwavelzure ammonia) atau

ammonium sulfate. Pabrik pupuk ini sangat diperlukan di Indonesia, hal ini

dikarenakan Indonesia merupakan negara yang (memiliki) devisa utamanya diperoleh

dari pertambangan dan merupakan negara agraris.

Ammonium sulfate merupakan garam anorganik yang biasa digunakan sebagai

pupuk nitrogen selain pupuk NPK, urea dan ammonium nitrat. Dalam pupuk ini

terkandung senyawa sulfur dalam bentuk anion sulfate yang mudah diserap tanaman,

dan senyawa nitrogen dalam bentuk kation ammonium yang mudah melepas

hidrogen. Di Indonesia, hanya ada satu produsen ammonium sulfate, yaitu PT

Petrokimia Gresik, dengan kapasitas produksi per tahun 650.000 ton ammonium

sulfate. Produksi ammonium sulfate yang ada belum cukup untuk memenuhi

kebutuhan ammonium sulfate dalam negeri, yang diperkirakan akan mencapai lebih
dari 2 juta ton pada 2024. Keadaan ini memaksa Indonesia harus melakukan impor

ammonium sulfate untuk memenuhi kekurangan kebutuhan ammonium sulfate per

tahun.

Total kebutuhan ammonium sulfate relatif semakin meningkat, dan hanya

dipenuhi oleh PT Petrokimia Gresik. Kekurangan kebutuhan ammonium sulfate di

Indonesia juga dipenuhi dengan mengimpor ammonium sulfate dari luar negeri. Pada

tahun 2014-2018 kebutuhan ammonium sulfate mengalami peningkatan. Hal tersebut

dapat dilihat dari data impor ammonium sulfate yang melonjak pesat dari tahun 2014

yang hanya 8.64.452,358 ton/tahun menjadi 1.303.692,005 juta ton/tahun pada tahun

2018.

Ketergantungan impor ammonium sulfate menyebabkan devisa negara

berkurang, sehingga diperlukan suatu usaha penanggulangan yaitu mendirikan

pabrik-pabrik ammonium sulfate di Indonesia. Adapun faktor-faktor yang menjadi

landasan pendirian pabrik ammonium sulfate yaitu:

1. Indonesia adalah negara agraris yang membutuhkan pasokan pupuk khususnya

ammonium sulfate yang sangat besar namun pabrik yang memproduksi

ammonium sulfate sangat sedikit, sehingga tidak mampu memenuhi permintaan

pasar yang sangat besar.

2. Pendirian pabrik ammonium sulfate ini akan menjadi salah satu pemasok pupuk

ZA di Indonesia sehingga akan memenuhi kebutuhan dalam negeri dan

mengurangi jumlah impor yang berarti menghemat devisa negara.

3. Dengan didirikannya pabrik ini, diharapkan dapat mendorong perkembangan

industri di Indonesia khususnya dalam sektor pertanian dan perkebunan secara


umum.

4. Dari segi sosial dan ekonomi dengan adanya pabrik ini dapat menyerap tenaga

kerja dan secara tidak langsung meningkatkan perekonomian masyarakat.

5. Jumlah produksi amonia dan asam sulfat yang banyak di Indonesia sehingga

pendirian pabrik ammonium sulfate ini diharapkan akan menambah pelanggan

bagi industri amonia dan asam sulfat tersebut.

6. Pendirian pabrik ammonium sulfate dapat menambah jumlah produk pupuk ZA

dalam pasar sehingga mempermudah konsumen mendapatkan pupuk dengan

lebih mudah.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, sehingga sangat perlu

didirikannya pabrik ammonium sulfate di Indonesia.

B. Kegunaan Produk

Ammonium sulfate dapat digunakan dalam bidang :

1. Pertanian

Ammonium sulfate merupakan pupuk yang sangat cocok digunakan pada

lahan pertanian dimana kandungan sulfur dalam tanah tersebut (kurang - rendah).

Dibandingkan dengan Urea, Ammonium Sulfate lebih baik karena mengandung 2

jenis unsur yaitu Nitrogen dan Sulfur pada tanaman sebagai berikut :

a. Unsur hara Nitrogen

1. Membuat tanaman menjadi lebih hijau segar, banyak mengandung butir hijau

daun yang penting dalam fotosintetis.

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan


sebagainya).

3. Menambahkan kandungan protein hasil panen.

b. Unsur hara Belerang

1. Membuat pembentukan butir hijau daun (chlorophyl), sehingga daun menjadi

lebih hijau.

2. Menambahkan kandungan protein dan vitamin hasil panen.

3. Memacu pertumbuhan anakan produktif.

4. Berperan sebagai sintesa minyak yang berguna bagi proses pembuahan zat

gula.

2. Industri dan kesehatan

Selain sebagai pupuk, amonium sulfat juga berperan penting dalam bidang

industri maupun kesehatan yaitu :

1. Amonium sulfat tercantum sebagai bahan racikan untuk banyak vaksin di

Amerika Serikat.

2. Amonium sulfat digunakan sebagai zat aditif yaitu pengatur keasaman dalam

tepung dan roti.

3. Amonium sulfat digunakan pada skala kecil dalam pembuatan garam-garam

ammonium lain, khususnya ammonium persulfat.

4. Amonium sulfat dapat juga digunakan sebagai campuran cairan pemadam

kebakaran, penyamakan dan elektroplatting.

3. Mikribiologi

Senyawa ammonium sulphate dapat digunakan sebagai nutrisi penambah kadar

nitrogen dalam proses fermentasi. Unsur nitrogen sangat diperlukan bagi


mikroorganisme disamping unsur – unsur yang lain.

C. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku dalam pembuatan ammonium sulfate adalah amonia (NH3) dan

asam sulfat (H2SO4). Jumlah kapasitas produksi ammonia dan asam sulfat yang

dihasilkan beberapa pabrik di Indonesia tergolong banyak dan besar , sehingga tidak

perlu mengimpor kedua bahan baku tersebut dari luar negeri, hal ini dapat

menghemat biaya pengadaan bahan baku. Berikut merupakan daftar pabrik yang

memproduksi asam sulfat:

Tabel 1.1. Daftar Pabrik yang memproduksi Asam Sulfat di Indonesia

No Produksi
Nama Pabrik Lokasi Pabrik
. (ton/tahun)
1. PT Indonesia Acid Jakarta Timur 82.500
2. PT Mahkota Indonesia Jakarta Utara 72.500
3. PT Timur Raya Tunggal Tangerang 57.000
4. PT Indo-Bharat Rayon Purwakarta 54.750
5. PT South Pasific Viscous Purwakarta 18.000
6. PT Petrokimia Gresik Gresik 678.000
7. PT Liku Telaga Gresik 325.000
8. PT Madu Lingga Gresik 6.000
9. PT Copper Smelting Co Gresik 600.000
10. PT Aktif Indonesia Indah Surabaya 15.000
11. PT Dunia Kimia Utama Palembang 20.000
12. PT Ariaguna Nusantara Palembang 9.500
13. PT Utaki Medan 8.000
Sumber: Kemenperin, 2018.

Tabel 1.2. Daftar Pabrik yang memproduksi Amonia di Indonesia

No Produksi
Nama Pabrik Lokasi Pabrik
. (ton/tahun)
1. PT Pupuk Kujang Cikampek 660.000
2. PT Petrokimia Gresik Gresik 850.000
3. PT Pupuk Sriwijaya Palembang 1.335.000
4. PT Pupuk KalimantanTimur Bontang 2.510.000
5. PT Kaltim Parna Industri Bontang 500.000
6. PT Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara 386.000
Sumber: Kemenperin, 2018.

Dengan mempertimbangkan aspek lokasi pendirian pabrik ammonium sulfate

yang bertempat di Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC). Pemilihan ini

didasarkan atas ketersediaan bahan baku utama, yaitu asam sulfat yang digunakan

dalam pabrik ini akan dibeli dari PT. Indonesia Acids Industry, amonia diperoleh dari

PT. Pupuk Kujang Cikampek dan uresoft sebagai bahan baku penunjang diperoleh

dari PT. KAO Indonesia yang lokasinya berdekatan dengan pabrik yang akan

dibangun.

D. Analisa Pasar

Kebutuhan ammonium sulfate di Indonesia diperkirakan akan selalu

meningkat karena penggunaannya cenderung besar khususnya pada sektor pertanian

dan perkebunan yang digunakan sebagai pupuk. Saat ini pabrik yang memproduksi

ammonium sulfate hanya PT Petrokimia Gresik dengan kapasitas 650.000 ton/tahun.

Produksi tersebut belum mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap

ammonium sulfate (pupuk ZA) sehingga Indonesia harus mengimpor pasokan pupuk

ZA dalam jumlah yang cukup besar.

1. Data Impor

Berikut ini adalah tabel yang memuat data kebutuhan impor ammoniun sulfate
di Indonesia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2019).

Tabel 1.3. Data Impor Ammonium Sulfate di Indonesia pada Tahun 2014-2018

Tahun Kebutuhan impor (ton)


2014 864.452,358
2015 1.170.193,763
2016 930.687,674
2017 1.070.492,354
2018 1.303.692,005
2019 1.301.536,996
2020 1.379.414,785
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019.

Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah impor pada tahun

2014 hingga 2020, impor ammonium sulfate cenderung mengalami peningkatan

secara signifikan.

2. Kapasitas Pabrik yang Sudah berdiri di Indonesia

Pabrik yang memproduksi pupuk ZA di Indonesia ini hanya ada satu yaitu PT

Petrokimia Gresik dengan kapasitas produksi 650.000 ton/tahun (3 plant). Pabrik

pupuk ZA yang pertama didirikan berkapasitas 200.000 ton/tahun dengan bahan baku

amonia dan asam sulfat, dan selanjutnya dilakukan perluasan dengan pembangunan

plant baru dengan kapasitas 200.000 ton/tahun untuk bahan baku asam sulfat dan

amonia, serta 250.000 ton/tahun untuk bahan baku gypsum, amonia dan karbon

dioksida.

E. Penentuan Kapasitas Produksi

Prarancangan pabrik ammonium sulfate direncanakan akan dibangun pada


tahun 2024, sehingga untuk mengetahui kebutuhan ammonium sulfate di Indonesia

pada tahun tersebut maka dapat dibuat grafik berdasarkan data impor ammonium

sulfate pada Tabel 1.3 diatas, sehingga pada grafik akan didapatkan persamaan yang

diperoleh menggunakan metode regresi polinomial yang ditunjukkan ada Gambar 1.1

berikut ini :

1600000

1400000
f(x) = 77877.79 x − 155933717.99
1200000 R² = 0.72

1000000
Kapasitas

800000

600000

400000

200000

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Gambar 1.1. Kapasitas Produksi

Berdasarkan data pada Gambar 1.1, melalui metode regresi polinomial didapat :

y = ax + b (1.1)

dimana :

y = kebutuhan ammonium sulfate (ton/tahun)

x = tahun produksi ; a = slope ; b = intersept

Sehingga dapat diperkirakan kebutuhan ammonium sulfate pada tahun 2024

akan meningkat.

Dengan menggunakan persamaan linear pada Gambar 1.1, maka persamaan y =


77.878 x – 2E+8 dimana x adalah jumlah tahun yang dihitung. Kebutuhan ammonium

sulphate pada tahun 2024 yang belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri

sebesar 1.690.925,939 ton/tahun. Dari persamaan ini maka prarancangan pabrik

ammonium sulfate ini dirancang dengan kapasitas 300.000 ton/tahun atau sekitar 20%

dari total kebutuhan ammonium sulfate di Indonesia.

F. Penentuan Lokasi Pabrik

Perencanaan pabrik ammonium sulfat dengan kapasitas 300.000 ton/tahun

direncanakan akan didirikan di Desa Blimbing, Kesamben, Jombang, Jawa Timur.

Adapun pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah sebagai berikut :

1. Faktor Primer Penentuan Lokasi Pabrik

Faktor primer adalah factor yang memengaruhi produksi dan distribusi dari

pabrik. Faktor ini berpengaruh terhadap kelancaran dan kelangsungan pabrik.

Faktor primer meliputi :

a. Penyedia Bahan Baku

Lokasi pabrik didirikan sebaiknya berada didekat dengan pabrik penyuplai

bahan baku. Hal ini dikarenakan supaya dalam pengiriman bahan baku

berjalan lancar dengan waktu yang efisien serta biaya yang minimum. Bahan

baku dikirim melalui darat, dengan via jalan tol jalur selatan. Bahan baku

utama yaitu Amonia dan Asam sulfat yang didapat dari PT Petrokimia

Gresik, Gresik, Jawa Timur.

b. Utilitas

Utilitas sebagai unit pendukung mempunyai peranan penting dalam


kelangsungan pabrik. Unit utilitas meliputi kebutuhan air dan listrik. Air

merupakan kebutuhan yang penting dalam industry kimia. Air (banyak)

digunakan sebagai media pendingin, sanitasi, steam, serta kebutuhan lain.

Kebutuhan air dapat dipenuhi dengan baik dan ekonomis karena kawasan

pabrik dekat dengan sumber aliran sungai, yaitu Sungai Brantas. Listrik

sebagai penunjang operasional kegiatan pabrik disuplai dari Perusahaan

Listrik Negara (PLN), namun untuk menjamin operasional pabrik maka

pabrik memiliki generator pembangkit listrik dengan bahan bakar solar.

Bahan bakar solar diperoleh dari PT Pertamina.

c. Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja sangat mudah dipenuhi. Hal ini mengingat bahwa

jumlah penduduk di Indonesia yang banyak. Kawasan industry merupakan

(tujuan sebagai - salah satu tujuan ) para pencari kerja. Sebagian tenaga kerja

diambil dari (berpendidikan - seseorang yang telah menempuh pendidikan)

kejuaran atau menengah serta sebagian dari sarjana dan kalangan profesional.

Kemampuan dan kecakapan dalam bekerja menjadi prioritas dalam

perekrutan sehingga akan mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan

bekomitmen dengan baik.

d. Transportasi

Sarana transportasi berhubungan dengan distribusi produk serta penyediaan

bahan baku. Pemilihan transportasi didasarkan pada biaya operasi yang

seekonomis mungkin. Lokasi pabrik berdekatan dengan jalan tol jalur selatan,
sehingga distribusi produk dan penyediaan bahan baku menjadi efisien dan

cepat. Untuk pemasaran produk di daerah Jawa, bisa melalui jalan tol jalur

selatan, sedangkan untuk wilayah luar jawa atau luar negeri bisa melalui

pelabuhan terdekat dengan lokasi pabrik.

Berdasarkan pertimbangan diatas, lokasi pendirian pabrik yang tepat adalah

di Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Jombang, Jawa Timur.

Pertimbangan lain yang merupakan factor sekunder untuk menguatkan alasan

pendirian di lokasi tersebut antara lain :

2. Faktor Sekunder Penentuan Lokasi Pabrik

a. Kondisi Iklim

Kondisi iklim di wilayah Jombang memiliki rata-rata yang cukup baik.

Seperti daerah lainnya di Indonesia, Jombang memiliki iklim tropis. Bencana

alam seperti gempa bumi dan tanah laongsor jarang terjadi sehingga

operasional pabrik dapat berjalan dengan baik.

b. Peluasan Area Unit

Jombang masih memiliki banyak tanah yang kosong, karena tergolong bukan

daerah metropolitan, sehingga kesediaan tanah untuk perluasan pabrik masih

tersedia dengan baik.

c. Peraturan Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No 75 Tahun 2017, UMR

wilayah Jombang sebesar Rp 2.264.135. UMR ini lebih terjangkau

dibandingkan kawasan industry di Jawa Timur lainnya sehingga lebih


ekonomis.

Menurut Perda pemerintah kabupaten Jombang nomor 21/2009 tentang tata

ruang, dimana Jombang membagi wilayahnya untuk kepentingan

pengembangan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten

Jombang mendukung adanya investasi dalam bidang industry kimia.

d. Keadaan Masyarakat

Masyarakat diperkirakan akan mendukung pendirian pabrik. Hal ini karena

pendirian pabrik akan membawa dampak positif bagi mereka terutama dalam

bidang ekonomi. Lapangan kerja tersedia bagi masyarakat sekitar. Potensi

ekonomi yang lain adalah masyarakat bisa membuka sewa rumah kos bagi

karyawan serta membuka usaha kuliner di sekitar pabrik. Disamping itu,

pendirian pabrik tidak akan menggangu keamanan dan keselamatan

masyarakat sekitar lokasi pabrik.

Gambar 1.2. Lokasi Pendirian Pabrik

Anda mungkin juga menyukai