PROPOSAL KOMPREHENSIF
Disusun Oleh :
PROPOSAL KOMPREHENSIF
Disusun Oleh :
Disetujui untuk
Program Studi Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada
Penyusun dan karena rahmat, taufik serta hidayah-Nya pula sehingga Penyusun
dapat menyelesaikan Proposal Komprehensif ini dengan judul “Perencanaan
Surface Facilities Secara Optimum Berdasarkan Jenis Dan Komposisi Fluida
Reservoir Suatu Lapangan Minyak”.
Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon, non hidrokarbon, dan air formasi.
Pada Tabel diatas dapat dilihat komposisi dari fluida reservoir. Dalam
pembahasannya akan dibicarakan mengenai sifat-sifat kimia dan fisika ketiga
jenis fluida reservoir tersebut.
IV.1.1.1.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen.
Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi yang terdiri dari
hidrokarbon rantai terbuka, yang meliputi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh serta
hidrokarbon rantai tertutup, meliputi hidrokarbon cyclic aliphatic / naftena dan
hidrokarbon aromatic.
IV.1.1.1.1.1. Hidrokarbon Rantai Terbuka
IV.1.1.1.1.1.1. Golongan Hidrokarbon Jenuh
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi
dari satu atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya. Sehingga batas
kejenuhan dengan atom-atom hidrogen telah tercapai. Seri homolog hidrokarbon
ini biasanya dikenal dengan nama alkana (Inggris : alkene) dimana penamaan
anggota seri homolog ini disesuaikan dengan jumlah atom karbon dalam sebutan
Yunani dan diakhiri dengan akhiran “ana” (Inggris : “ane”). Senyawa dari
golongan ini (alkana) disebut juga sebagai hidrokarbon golongan paraffin.
IV.1.1.1.1.1.2. Golongan Hidrokarbon Tak Jenuh
Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap
tiga (triple), yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh
karena itu, valensi yang semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah
digunakan untuk mengikat atom C yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap
dua atau rangkap tiga yang mengikat dua atom C, maka hidrokarbon seperti ini
disebut hidrokarbon tak jenuh atau disebut juga sebagai keluarga alkena (Inggris :
alkene) dengan rumus umum CnH2n. Yang termasuk dalam hidrokarbon tak jenuh
ini adalah seri olefin, seri diolefin, dan seri asetilen.
IV.1.1.1.1.2. Hidrokarbon Rantai Tertutup
IV.1.1.1.1.2.1. Golongan Naftena
Senyawa golongan ini disebut juga sikloparafin dan merupakan senyawa
hidrokarbon siklis. Biasanya beberapa seri sikloparafin terdiri dari 5 sampai 6
anggota lingkaran atau kombinasinya dalam struktur polisiklis. Kadar sikloparafin
di dalam minyak bumi di seluruh dunia bervariasi antara 30 – 60 % sehingga
sikloparafin merupakan penyusun utama minyak bumi.
IV.1.1.1.1.2.2. Golongan Aromatik
Aromat adalah suatu hidrokarbon siklis berstruktur khas cincin aromat.
Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa hidrokarbon
lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini adalah
CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga ikatan
tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling.
IV.1.1.1.2. Komposisi Kimia Non Hidrokarbon
IV.1.1.1.2.1. Senyawa Belerang
Senyawa belerang biasanya terdapat dalam jumlah lebih banyak di dalam
fraksi molekular yang lebih tinggi. Kadarnya dapat mencapai 5 % dan oleh
karenanya ada minyak bumi yang mengandung 30 - 40 % senyawa belerang,
disamping yang terdapat dalam resin dan aspalten. Senyawa-senyawa belerang
yang banyak dijumpai dalam minyak dan gas bumi adalah senyawa H2S,
mercaptan dan alkyl sulfide, Tiofin, sulfon, asam sulfonat, sulfoksil dan lain
sebagainya.
IV.1.1.1.2.2. Senyawa Nitrogen
Senyawa nitrogen terdapat dalam minyak bumi terutama dalam residu atau
molekul berat dan sebagian terdapat dalam benzen dan aspalten. Kadar senyawa-
senyawa nitrogen dalam fluida reservoir bervariasi antara 0,01 % - 0,02 % berat
dan kadang-kadang bisa mencapai 0,65 %, misalnya dari lapangan minyak
Willmington, California, yang senyawa nitrogennya bisa melebihi 10 %. Senyawa
nitrogen yang terdapat dalam proses distilasi terutama ialah homolog piridin
dalam jangkauan C6 , C10 , quinolin dalam jangkauan C10 – C17 , dan turunan yang
berhidrogen, dan juga senyawa carbozol, indol dan pyrol. Asal nitrogen ini adalah
biogenik, misalnya dari protein dan pigmen. Fermentasi (peragian) protein
menghasilkan asam dan juga senyawa nitrogen yang mengandung cincin pyrol.
Semakin tinggi konsentrasi senyawa nitrogen maka akan memperbesar titik didih
fluida reservoir.
IV.1.1.1.2.3. Senyawa Oksigen
Minyak bumi dapat juga mempunyai senyawa oksida sampai 2 % dalam
bentuk asam fenol. Ini biasanya dalam residu atau derivat tinggi. Beberapa jumlah
kecil fenol didapatkan dalam kerosin dan minyak solar. Minyak bumi dari formasi
paling muda biasanya mengandung asam yang paling tinggi. Asal asam ini tidak
begitu banyak diketahui. Ada yang berpendapat berasal dari hasil oksidasi
hidrokarbon, atau merupakan sebagian dari gugusan asam yang ada sebelumnya,
sebelum bergenerasi menjadi minyak. Kadar oksigen dalam minyak bumi
bervariasi antara 1 % - 2 % berat. Oksidasi minyak bumi dengan oksigen karena
kontak lama dengan udara dapat menaikkan konsentrasi dalam minyak bumi.
Senyawa ini dalam reservoir banyak terdapat sebagai senyawa asam organik yang
terdistribusi kedalam fasa khususnya fasa gas. Asam organik ini utamanya
terdapat sebagai asam naftena dan asam alifatik.
IV.1.1.1.2.4. Senyawa Karbondioksida
Kadar karbondioksida lebih besar daripada senyawa nitrogen, yaitu sekitar
2 %. Senyawa karbondioksida sebagai senyawa impuritis yang harus dihindari
karena sifatnya sangat korosif yang mana karbondioksida bentuknya dalam
carbonic acid dan terdapat unsur air didalamnya. Dengan adanya senyawa
karbondioksida dalam industri perminyakan merugikan, karena menimbulkan
korosi pada peralatan produksi permukaan serta kerusakan pada peralatan
industrialisasi proses refinery.
IV.1.1.1.3. Komposisi Kimia Air Formasi
Air formasi atau disebut “connate water” atau “interstitial water”adalah air
yang terproduksi bersama-sama dengan minyak dari suatu reservoir. Elemen-
elemen di dalam senyawa air formasi adalah merupakan kesetimbangan ion-ion
positif dan negatif. Ion-ion tersebut akan bergabung dengan satu atau lebih ion-ion
elemen lain dan akan membentuk garam-garam. Kemudian bila dibandingkan
dengan air laut, umumnya air formasi mengandung konsentrasi padatan yang
lebih besar walaupun diketahui pula kandungan padatan total dari air formasi
berkisar dari 200 ppm – 300000 ppm, sedangkan air laut mengandung kira-kira
35000 ppm padatan total.
Air formasi mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda antara
reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu analisa kimia pada air
formasi perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis dan sifat-sifatnya.
Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata memiliki kadar
garam yang lebih tinggi. Sehingga studi mengenai ion-ion air formasi dan sifat-
sifat fisiknya ini menjadi penting artinya karena kedua hal tersebut sangat
berhubungan dengan terjadinya plugging (penyumbatan) pada formasi dan korosi
pada peralatan di bawah dan di atas permukaan.
IV.1.1.1.3.1. Jenis Kandungan Ion
Ion-ion penyusun air formasi terdiri dari ion-ion positif (kation) dan ion-
ion negatif (anion) yang membentuk garam.
Kation
Kation-kation yang terkandung dalam air formasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
- Alkali : K+, Na+, dan Li+ yang membentuk basa kuat.
- Metal alkali tanah : Br++, Mg++, Ca++, Sr++, Ba++, dan Ra yang
membentuk basa lemah
- Ion Hidrogen
- Metal berat : Fe++, Mn++, membentuk basa yang berdissosiasi.
Calcium (Ca) merupakan penyusun terbesar pada air formasi yaitu
mencapai 30000 mg/lt. Bila bertemu dengan ion karbonat atau sulfat akan
bereaksi dan membentuk scale yang tersuspensi dalam air formasi. Begitu
juga dengan Magnesium (Mg) akan membentuk scale bila bertemu dengan
ion karbonat tetapi konsentrasi ion Mg dalam air formasi lebih kecil
daripada ion Calcium.
Anion
Anion-anion yang terkandung dalam air formasi adalah sebagai berikut :
- Asam kuat : Cl-, SO4=, NO3-
- Asam lemah : CO3=, HCO3-, S-
Chlorida (Cl) merupakan anion terbanyak dalam air formasi, sumber
terbesarnya NaCl. Konsentrasi ion Chlorida sebagai pengukur tingkat
keasaman air formasi. Sedangkan anion Carbonate (CO3) dan Bicarbonate
(HCO3) dapat membentuk scale
Ion-ion tersebut diatas (kation dan anion) akan bergabung berdasarkan
empat sifat, yaitu :
- Salinitas primer, yaitu bila alkali bereaksi dengan asam kuat, misalnya NaCl
dan Na2SO4
- Salinitas sekunder, yaitu bila alkali tanah bereaksi dengan asam kuat,
misalnya CaCl2, MgCl2, CaSO4, MgSO4
- Alkalinitas primer, yaitu bila alkali bereaksi dengan asam lemah, misalnya
Na2CO3 dan Na(HCO3)2
- Alkalinitas sekunder, yaitu bila alkali tanah bereaksi dengan asam lemah,
misalnya CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2
IV.1.1.1.3.2. Jumlah Kandungan Ion
Konsentrasi padatan yang terdapat di dalam air formasi dinyatakan dalam
beberapa cara yang berbeda. Diantaranya adalah parts per million, milligram per
liter dan persen padatan. Umumnya satuan part per million dan milligram per liter
dapat digunakan secara bertukaran. Kedua satuan ini identik bila dianggap bahwa
density air formasi adalah satu. Anggapan ini tidak tepat benar tetapi biasanya
memenuhi kelayakan untuk perhitungan engineering.
Satuan persen padatan dapat diperoleh dengan pembagian per million
dengan 10000. Satuan lain yang kadang-kadang digunakan adalah milli
equivalents per liter. Part per million dapat dikonversikan kedalam milli
equivalent per liter bila dibagi dengan berat equivalentnya. Untuk reaksi ionisasi,
berat equivalent diperoleh dengan membagi berat atom ion dengan valensinya.
IV.1.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir
IV.1.2.1. Sifat Fisik Gas
IV.1.2.1.1. Viskositas Gas
Viskositas adalah suatu ukuran tahanan fluida terhadap aliran.Viskositas
gas tergantung pada tekanan, temperatur, dan komposisi dari gas tersebut. Dimana
dengan bertambahnya berat molekul dari gas maka akan menyebabkan
berkurangnya harga viskositas. Viskositas gas akan naik dengan bertambahnya
suhu, dalam hal ini tabiat gas akan berlainan dengan cairan, untuk gas sempurna
viskositasnya tidak tergantung dari tekanan. Gas sempurna berubah menjadi gas
tidak sempurna bila tekanannya dinaikkan dan tabiatnya mendekati tabiat zat cair.
Ada 2 jenis viskositas, yaitu :
Viskositas Dinamik, µ adalah perbandingan antara tegangan geser
terhadap gradien kecepatan dengan satuan poise atau centipoise.
Viskositas Kinematik, v adalah perbandingan antara viskositas
dinamik terhadap kerapatan dengan satuan stoke atau centistoke.
IV.1.2.1.2. Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan antara rapatan gas tersebut
dengan rapatan suatu gas standart. Kedua rapatan diukur pada tekanan dan
temperatur yang sama. Biasanya yang digunakan sebagai gas standart adalah
udara kering massa tiap satuan volume dan dalam hal ini massa dapat diganti oleh
berat gas, m. Secara sistematis densitas gas dapat dirumuskan sebagai berikut :
ρg
BJ gas = ρu ,..................................... ............................................
(4.1)
dimana :ρg = rapatan gas, gr/cm3
ρu = rapatan udara, gr/cm3
IV.1.2.1.3. Faktor Volume Formasi Gas
Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari sejumlah gas
pada kondisi reservoir dengan kondisi standard (60 oF, 14,7 psia) dapat dituliskan:
Z.n .R.T
P
V res Zsc.n.R .T
Bg=
V sc = Psc …………………………………...…………...
(4.2)
Sehingga dari persamaan diatas faktor volume formasi gas menjadi :
Z .T . Psc
Bg = Zsc.Tsc .P ………………………………………………….…...
(4.3)
dimana :
Z = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi reservoir
Zsc = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi standart
T = Suhu reservoir, oR
P = Tekanan reservoir, psia
Tsc = Suhu standart = 60 oF = 520 oR
Psc = Tekanan standart = 14,7 psia
IV.1.2.1.4. Kompressibilitas Gas
Kompressibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Kompresibilitas gas dapat dinyatakan dengan persamaan :
1 dV
Cg=− ( )
v dP , ...................................................................................
(4.4)
IV.1.2.1.5. Faktor Deviasi Gas
Penyelesaian masalah aliran gas, baik di reservoir, tubing, dan pipa
produksi membutuhkan hubungan yang menerangkan tekanan, volume, dan
temperatur. Untuk gas yang ideal hubungan tersebut dinyatakan oleh persamaan
keadaan :
P V = n R T……………………………………………………….(4.5)
dimana :
P = tekanan, psia
V = volume, scf
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 , cuft/lb-mol
Gas yang bersifat sebagai gas nyata / real gas tidak memenuhi persamaan
(4.5), tetapi memberi penyimpangan sebesar z (faktor deviasi), sehingga
persamaan (4.5), menjadi :
P V = n z R T…………………………………………………….(4.6)
IV.1.2.2. Sifat Fisik Minyak
IV.1.2.2.1. Viskositas Minyak
Viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang besarnya keengganan
minyak untuk mengalir. Viskositas minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
Temperatur, viskositas akan turun seiring dengan naiknya temperatur
Tekanan, pada tekanan dibawah Pb (bubble point) maka viskositas turun
dengan naiknya tekanan tetapi tekanan diatas Pb (bubble point) maka
viskositas akan naik seiring dengan naiknya tekanan.
Jumlah gas terlarut, viskositas akan turun dengan semakin banyaknya gas
didalam cairan.
Viskositas dinyatakan dengan persamaan :
F
A
μ=
dv
dy ….……………………………………………………………...
(4.7)
dimana :
= viskositas, gr/(cm.sec)
F = shear stress, dyne
A = luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
dv
dy =
gradient kecepatan, cm/(sec.cm).
a) Metoda Gilbert
b) Metoda Poetmann dan Beck
a. Metode Gilbert
Korelasi aliran pada bean oleh Gilbert ditunjukkan dengan menganggap
choke yang ujungnya runcing, dan dengan memasukkan beberapa parameter maka
dapat diturunkan suatu rumus umum untuk tekanan di kepala tubing (Pwh) yang
0,5
C.R
Pwh= ×q
berhubungan dengan bean S2 ……………………………...
(4.22)
dimana :
Pwh = Tekanan di kepala tubing, psia
R = Gas liquid ratio (GLR), MCF / bbl
q = Laju aliran cairan total ( total rate ), bbl / day
S = Ukuran diameter choke, dalam skala 1 / 64 inch
C = Konstanta, dimana untuk unit diatas kurang lebih
menggunakan harga C = 600
Dengan menggunakan data dari berbagai lapangan, maka Gilbert dapat
menurunkan persamaan empiris, yaitu :
0, 564
435 . R
Pwh= ×q
S1 ,89 …………………………………………………….(4.23)
dimana : Pwh dalam satuan psig
Persamaan Gilbert ini sangat sensitif terhadap ukuran choke, yaitu bila
terjadi kesalahan sebesar 1/128 inch dari ukuran bean-nya, maka akan
menyebabkan kesalahan sebesar 5 – 20 % terhadap perkiraan tekanannya. Dari
persamaan tersebut Gilbert membuat suatu nomogram yang dapat dipakai untuk
penentuan ukuran choke.
b. Metode Poetmann dan Beck
Metode yang digunakan Poetmann dan Beck ini merupakan
pengembangan dari persamaan Ros (1960). Poetmann dan Back memberikan
bentuk persamaan sederhana sebagai berikut :
17,4 q R 0,5
Pwh = ...........................................................(4.24)
2
S
0,0054 T Z ( Rp – Rs )
R = ............................................(4.25)
Bo. P
dimana :
P = tekanan tubing, psi
q = laju produksi minyak, STB / hari
T = temperatur tubing (absolute) dianggap 85 0F atau 545 0R
Z = faktor kompressibilitas gas pada tekanan tubing dan
temperatur 85 oF
R = Gas liquid ratio (GLR), MCF / bbl
Rp = gas oil ratio, SCF/ STB
Rs = kelarutan gas dalam crude oil pada tekanan tubing dan
temperatur 85 oF
Bo = FVF crude pada tekanan tubing dan temperatur 85 0 F
S = ukuran choke, 1/ 64 inch
Dengan menggunakan nomogram Poetmann dan Beck seperti terlihat pada
gambar 3.8., maka laju alir fluida melalui choke serta ukuran choke dapat
diketahui. Tetapi Poetmann dan Beck membuat 3 nomogram, yaitu :
Nomogram untuk minyak spesifik gravity 20 oAPI, dapat digunakan untuk
crude oil dengan gravity 15 – 24 oAPI.
Nomogram untuk minyak spesifik gravity 30 oAPI, dapat digunakan untuk
crude oil dengan gravity 25 – 30 oAPI.
Nomogram untuk minyak dengan spesifik gravity 40 oAPI atau lebih.
Metode Poetmann dan Beck dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah seperti :
Merencanakan bean untuk sumur-sumur baru sembur alam
Memperkirakan GOR dan laju produksi gas dari sumur-sumur yang ada
berdasarkan data tekanan kepala tubing dan laju aliran minyak
Meramalkan performance dari choke yang dipergunakan berdasarkan data
produksi GOR
IV.2.1.1.1.4. Adapter dan Crossover Flanger
Yang dimaksud dengan adapter adalah suatu alat penyambung yang
berfungsi untuk merubah ukuran flange yang berbeda. Jadi dengan adapter dapat
digunakan untuk menghubungkan dua flange yang tidak sama ukurannya disebut
double-studded. Yang dimaksud adapter flange pada tubing head, yaitu
merupakan intermediate yang digunakan untuk menghubungkan flange bagian
atas dari tubing head dengan master valve dan juga digunakan untuk menyangga
tubing.
IV.2.1.1.2. Komponen dan Perencanaan Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala sumur
dengan bagian komponen peralatan pemisahan. Komponen peralatan transportasi
ini terdiri dari gathering sistem (flowline, manifold, valve, header) dan machinery
facilities (pompa dan kompresor) sebagai fasilitas penunjang.
IV.2.1.1.2.1. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Proses Transportasi
Suhu minyak yang diproduksikan tersebut, selama masa alirnya sampai ke
permukaan sumur akan mengalami kehilangan sebagian panasnya (heat loss) yang
menyebabkan penurunan suhu alirnya. Suhu alir minyak mentah pada panjang
pipa produksi (flowline) tertentu ditentukan dengan persamaan matematis :
To - T1
= e Z .…………………………………………….… (4.26)
T2 - T1
2,54 K D L 10-5
z = ………….…………….…….(4.27)
QS
dimana :
To = suhu awal minyak keluar dari sumur, 0 C
T1 = suhu setempat, 0 C
T2 = suhu akhir minyak pada saat mencapai pour pointnya, 0C
K = koefisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal / m2 / jam/ 0C
D = diameter pipa, inchi
L = panjang pipa, meter
Q = jumlah aliran, ton / jam
S = Cp = panas jenis minyak, BTU/lb oF
Perubahan suhu merupakan faktor yang utama dalam menentukan
perubahan sifat fisik minyak. Dalam hal ini usaha untuk mendapatkan kontinuitas
produksi yang optimum adalah selalu menjaga agar suhu alir minyak tetap diatas
pour pointnya (titik tuangnya). Panas akan mengalir dari benda lain yang
mempunyai suhu lebih tinggi ke benda lain yang mempunyai suhu lebih rendah.
Aliran panas ini dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu :
1. Konduksi
Konduksi adalah cara perpindahan panas dari suatu bagian benda ke
bagian benda yang lain dari benda yang sama atau dari suatu bagian benda
lain apabila terjadi sentuhan fisik, tanpa mengindahkan perpindahan
molekul yang membentuk benda tersebut. Panas ini dapat berpindah
melalui getaran molekul-molekulnya. Semakin rapat susunan benda
tersebut, semakin banyak panas yang diteruskan. Laju pepindahan panas
secara konduksi ini dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
dt
q=−k . A .
dx …………………………………………….(4.28)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
A = luas penampang permukaan aliran, ft2
k = konduktivitas panas, BTU/(jam oF ft2/ft).
dt
dx = gradien suhu pada jarak yang diperhatikan, oF/ft
Sedangkan untuk aliran panas konduksi pada suatu silinder, dapat
dinyatakan dalam persamaan :
tp−td
q=
ln Rl . Rdl
2.π .k. H ………………………………………….(4.29)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
Rl = jari-jari luar silinder, ft
Rdl = jari-jari dalam silinder, ft
H = panjang silinder, ft
2. Konveksi
Konveksi adalah cara perpindahan panas dimana diperlukan adanya aliran
fluida untuk dapat mengangkut panas dari suatu tempat ke tempat lain
yang mempunyai suhu lebih rendah. Jadi dalam perpindahan panas melalui
cara ini, molekul-molekul fluida bergerak dari suatu tempat ke tempat lain
untuk mengangkut panas. Laju perpindahan panas ini dikemukakan oleh
Newton dengan persamaan sebagai berikut :
Q = h . A . ( tp – td ) ……………………………..…..(4.30)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
A = luas penampang, ft 2
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
3. Radiasi
Radiasi adalah cara perpindahan panas dimana tidak diperlukan adanya
media penghantar. Panas yang dihasilkan sumber panas dipancarkan
melalui gelombang elektromagnetik, dimana besarnya pancaran
dipengaruhi oleh tingginya suhu dari sumber panas tersebut. Stefan dan
Boltzman mengemukakan persamaan laju perpindahan panas secara
radiasi sebagai berikut :
Q = s . A . t4 ................................................................(4.31)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
s = konstanta Boltzman = 1,713 x 10-9 BTU/jam ft2 oR
A = luas penampang, ft 2
t = suhu, oR
Pada dasarnya cara-cara perpindahan panas merupakan dasar penerapan
metode pemanasan. Cara konduksi digunakan dalam menerapkan pemasangan
heater yang ditempatkan pada pipa produksi (flow line), cara konveksi untuk
pelaksanaan injeksi fluida yang dipanaskan dan radiasi yaitu pemanasan langsung
matahari terhadap pipa dipermukaan. Laju perpindahan panas yang tinggi
menunjukkan suatu hilang panas yang berlebihan di sepanjang pipa produksi
(flow line).
IV.2.1.1.2.2. Sistem Gathering
Sistem Gathering adalah suatu cara atau bentuk dan letak pengaturan
surface facilities di dalam mengalirkan fluida reservoir dari wellhead sampai ke
peralatan pemisahan, dimana pada system gathering ini meliputi flowline, valve,
manifold, dan header.
Kehilangan tekanan akibat gesekan, akan memenuhi persamaan :
(P f) A + ( P f) B = (P f ) total ......................................(4.32)
Dalam hal ini tidak ada persamaan yang tepat untuk kondisi diatas, karena
adanya variasi diameter. Pemecahan masalah ini dapat didekati dengan
menganggap pipa tersebut terdiri dari satu diameter ekivalen dari system tersebut.
Panjang ekivalen seluruh rangkaian (L) adalah :
L ‘ = L B { D A / D B )5 ......................................................(4.33)
Apabila D’ = D B { L A / L B }5 .......................................................(4.34)
Liquid Hold-Up
volume.cairan.dalam . pipa
H L=
volume. pipa ..............................................(4.37)
Liquid Hold Up merupakan fraksi yang berharga dari nol (untuk aliran
yang hanya terdiri dari gas) sampai berharga satu (untuk aliran yang hanya
terdiri dari cairan).
No-slip Liquid Hold Up
No-slip Liquid Hold Up atau disebut juga dengan input liquid content,
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan yang mengisi
pipa dengan volume pipa keseluruhan, apabila gas dan cairan bergerak
dengan kecepatan yang sama (untuk liquid hold up kecepatan gas dan
cairan berbeda). Harga no-slip liquid hold up (λ L) ini, dapat dihitung
langsung dari harga laju aliran gas dan cairan, yaitu :
qL
λ L=
q L +q g …………………….…………………………..(4.38)
Dimana qL dan qg masing – masing adalah laju aliran cairan dan gas yang
diamati. Sedangkan no slip gas hold up adalah :
λg = 1 - λL ……….………………………………………(4.39)
Berat jenis
Berat jenis total antara cairan dan gas yang mengalir bersama – sama
dalam pipa dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu :
qo q ′⋅B o
o
=
f o= qo +q w q ′⋅B o +q ′⋅Bw
fraksi minyak = o w …………(4.44)
1
f o=
1+WOR ( Bw Bo) ……………………………………..(4.45)
f w = fraksi air = 1−f o …...…………………..……………(4.46)
Kecepatan aliran
Banyak perhitungan gradien tekanan aliran fluida dua fasa didasarkan pada
variable kecepatan yang disebut dengan superficial velocity, yang
didefinisikan sebagai kecepatan suatu fasa jika mengalir melewati seluruh
penampang pipa. Superficial gas velocity dihitung dengan persamaan
berikut :
qg
v sg =
A ……………………………………………………...(4.47)
qg
v g=
A⋅H g ...………………………………………………..(4.48)
dimana A adalah luas penampang pipa.
Sedangkan untuk superficial liquid velocity (vsL), dihitung dari :
qL
v sL=
A ……….…………………………………………..…(4.49)
dan kecepatan liquid sebenarnya (vL), adalah :
qL
v L=
A⋅H L ……………………………………………….….(4.50)
untuk aliran dua fasa, kecepatan campurannya adalah :
v m =v sL +v sg ………...……………………………….……...(4.51)
Apabila terjadi perbedaan kecepatan gas sebenarnya dengan kecepatan
cairan sebenarnya, maka :
v sg v sL
v s=v g −v L = −
Hg HL = slip velocity …………….………..(4.52)
Dengan menggunakan persamaan diatas, maka bentuk lain daripada
persamaan no-slip liquid hold up (λL) dan slip liquid hold up (HL) adalah :
v sL
λ L=
vm ……..………………………………………………(4.53)
0,5
v s −v m+ {( v m−v s ) 2 +4 . v s . v sL }
H L=
2 . vs ……………………..(4.54)
Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh terhadap perhitungan gradien tekanan
aliran, terutama untuk menentukan bilangan Reynold ataupun untuk
menentukan gradien tekanan dari komponen gesekan. Viskositas
campuran air dengan minyak, ditentukan dengan :
μ L=μo⋅f o + μ w⋅f w ……………………………………..…(4.55)
Sedangkan viskositas dua fasa (cairan dan gas), ditentukan sesuai dengan
adanya slip atau tidak, yaitu :
μn =μ L⋅λ L + μ g⋅λ g ……………………………………...…(4.56)
μs =μ L⋅H L+μ g⋅H g ………………………………….…..(4.57)
dimana :
μn = no – slip viscosity
μs = slip viscosity
Beberapa metode terbaik untuk memperkirakan besarnya kehilangan
tekanan pada aliran multifasa dalam pipa horizontal, adalah : korelasi Duckler I,
korelasi Duckler II, dan korelasi Eaton. Dari ketiga korelasi tersebut korelasi
Duckler II adalah korelasi yang terbaik. Hal ini disebabkan bahwa korelasi Eaton
tidak dapat diterapkan pada kondisi fluida dengan viscositas tinggi dan GOR yang
rendah.
1) Korelasi Duckler
Studi yang dilakukan Duckler terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Dengan anggapan tidak terjadi slip antara slip dan dianggap homogen
2. Dengan menganggap terjadi slip, tetapi perbandingan antara kecepatan
masing-masing fasa terhadap kecepatan rata-rata adalah konstan.
Korelasi Duckler I :
Hold up aliran tanpa slip, L dihitung dengan persamaan (4.38). Sedangkan faktor
gesekan dua fasa, ftp dihitung dengan persamaan :
0 , 125
f tp=0 ,0014 +
( N Re) 0 ,32
tp ......................................................(4.58)
dimana :
1488.Wt
Nretp = (π .d /4 ).μ tp ...................................................................(4.59)
WT = total laju massa aliran (liquid + gas), lbm/sec
= WL + Wg = qL L + qg g .......................................(4.60)
µtp = viscositas dua fasa, cp
= µLL + µg ( 1 – L ) ...................................................(4.61)
Kehilangan tekanan aliran dalam pipa horizontal sebagai akibat gesekan dihitung
dengan persamaan :
2
ΔP 2. f TP .( M tp )
[ ]
ΔL f
=
g c . ρTP . d ............................................................(4.62)
dimana :
Mtp = WT / Ap ................................................................(4.63)
π . d2
Ap = 4 = cross sectional area dari pipa, ft2
= ρ L . + ρ g (1 – ) .........................................(4.64)
L L
16 .W T . W g . P̄
a=
π 2 . d 4 . P1 . P 2 . g c ................................................................(4.65)
Anggap P1 (up stream pressure) dan P2 sebagai (down stream pressure) untuk
suatu jarak x, dimana Pavg adalah tekanan rata-rata.
P1 +P2
Pavg = 2 ....................................................................................(4.66)
Sehingga akan didapat kehilangan total akibat gesekan :
ΔP
ΔP ΔL f( )
( ) =
ΔL total ( 1−a ) ..................................................................(4.67)
Korelasi Duckler II :
Korelasi Duckler II ini disebut juga metode slip konstan dan merupakan
korelasi yang paling banyak digunakan. Pada metode ini meskipun dengan
anggapan terjasdi slip, tetapi harga no-slip hold up tetap dihitung. Harga no-slip
hold up ini digunakan untuk menentukan harga faktor gesekan dan hold up
sebenarnya. Persamaan-persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
d . v m . ρtp
Nre tp=
μtp ......................................................................(4.68)
dimana :
λ ( 1−λ L ) 2
=
ρL
( ) (HL
L2
+ρg
( 1−H L ) ) ...........................................(4.69)
HL = liquid hold up
2. f tp . L . v̄ 2m . ρtp
ΔP f =
12 . g c . d ..............................................................................(4.70)
ρg. q ρL. q ρg . q ρL . q
ΔP a =
1
144 . g c . A2 {[ g
( 1−H L )
2
+
HL
L
2
] downstream
−
[ ( 1−H L )
g
2
....................... ..............................................................................(4.71)
+
HL
L
2
] }
upstream
. cos θ
Korelasi Eaton
Eaton mengembangkan korelasi penurunan tekanan aliran dalam pipa
horizontal berdasarkan test yang dilakukannya. Eaton melakukan pengukuran
kehilangan tekanan dalam pipa horisontal untuk pipa berdiameter 2 dan 4 inch,
sepanjang 1700 ft di California.
Vdv g
144 .Vdp+ + .dW f =0
g c gc ....................................................(4.73)
dimana :
P = tekanan, psi
Apabila gas dan cairan mengalir melalui pipa horisontal, maka persamaan
serupa dapat digunakan untuk masing-masing fasa. Metode Eaton ini lebih
sederhana, dimana pengaruh energi kinetik dapat diabaikan. Persamaan
kehilangan tekanan pada pipa horisontal dari Eaton adalah sebagai berikut :
W 2 . ΔV L +W 2 . ΔV g f . W T .V 2
−144
WL Wg
[+
ρL ρg
ΔP+
L
] [2 . gc
g
+
2. gc . d
m
ΔL=0
][ ] .....(4.74)
dimana:
ΔL = panjang flowline, ft
f = faktor gesekan
Kemudian bentuk dari fungsi korelasi Eaton untuk liquid hold up adalah :
( N LV )0, 575
0,1
P 0 , 05 N
H L= 0 , 0277
N gv . N D
×
( ) ( )
Pb
× L
N LB
......................................(4.75)
dimana :
............................................................(4.76)
1
ρL
Ngv = 1,938 vsg
( )
σ
4
............................................................(4.77)
1
ρL
Nd = 120,872 d
( )
σ
2
............................................................(4.78)
1
1
NL = 0,15726 µL
( ) ρL σ 3
4
..................................................(4.79)
IV.2.1.1.2.4. Manifold
Manifold merupakan kumpulan dari kerangan-kerangan atau valve-valve
yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida produksi dari masing-masing sumur.
Untuk itu produksi dari masing-masing sumur itu perlu dikelompokkan terlebih
dahulu ke suatu pemusatan well centre. Dasar pengelompokan dari sumur-sumur
tersebut adalah : tekanan pada masing-masing sumur, kapasitas produksi dari
masing-masing sumur, perbandingan gas – minyak (GOR), ada tidaknya material
lain dari produksi sumur, sifat-sifat fisika dan kimia fluida produksi sumur-sumur.
IV.2.1.1.2.5. Valve
Valve adalah bagian dari peralatan transportasi yang berfungsi untuk
membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa, serta berfungsi mengatur
jumlah atau besarnya aliran dengan cara memutar handwhell lock nut.
IV.2.1.1.2.6. Header
Header merupakan pipa berukuran lebih besar dari flowline yang berfungsi
untuk menyatukan fluida produksi.
q = A V = 0,785 d 5 V ....................................................(4.80)
dimana :
Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran dua fasa
pada posisi horizontal, adalah :
dP f m ρm V m
=
dL 2 gc d ..................................................................
(4.81)
Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran dua fasa
pada posisi vertikal, adalah :
f m ρm V 2 ρ V d
dP m m m
=ρm + +
dhtotal 2 gc d g c dh .......................................(4.82)
d22 .
q = 100,5 t ....................................................................(4.83)
Untuk separator spherical, volume minyak diambil setengah dari volume
spherical, yaitu :
P2 = A ( P1 ) 0,686 ................................................................(4.86)
dimana :
2. Metode Perbandingan
Pendekatan lain yang dapat digunakan pada pemisahan bertingkat (lebih
dari tiga tingkat),adalah dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:
Rt = (P1/Pst)1/m .............................................................................(4.87)
dimana :
m = jumlah antara tingkat atau jumlah tingkat dikurangi satu
H = tinggi tangki, ft
Kapasitas oil storage yang berbentuk silinder dapat ditentukan dengan persamaan:
2
( ID) . H
Total Capasity = 7,15307 , bbl ……………..........…....
(4.91)
dimana :
ID = diameter dalam, ft
H = tinggi tangki, ft
dimana :
psia
Pmin = tank vapour pressure ( TVP ) pada temperatur cairan minimum,
psia
V. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan komprehesif
ini adalah studi pustaka dan diskusi. Studi pustaka dilakukan dengan bahan-bahan
yang diperoleh dari literatur-literatur, jurnal atupun karya tulis lain yang
berhubungan dengan judul komprehensif ini. Diskusi dilakukan terutama dengan
dosen pembimbing baik mengenai aspek teknologi, keteraturan penuturan maupun
tata cara penulisan.
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN