Anda di halaman 1dari 53

PERENCANAAN SURFACE FACILITIES SECARA OPTIMUM

BERDASARKAN JENIS DAN KOMPOSISI FLUIDA


RESERVOIR SUATU LAPANGAN MINYAK

PROPOSAL KOMPREHENSIF

Disusun Oleh :

MUHAMMAD AZIZ WAFIN 113130069

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
PERENCANAAN SURFACE FACILITIES SECARA OPTIMUM
BERDASARKAN JENIS DAN KOMPOSISI FLUIDA
RESERVOIR SUATU LAPANGAN MINYAK

PROPOSAL KOMPREHENSIF

Disusun Oleh :

MUHAMMAD AZIZ WAFIN 113130069

Disetujui untuk
Program Studi Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta
Oleh :

Ir. H. ARIS BUNTORO,MT


Pembimbing
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada
Penyusun dan karena rahmat, taufik serta hidayah-Nya pula sehingga Penyusun
dapat menyelesaikan Proposal Komprehensif ini dengan judul “Perencanaan
Surface Facilities Secara Optimum Berdasarkan Jenis Dan Komposisi Fluida
Reservoir Suatu Lapangan Minyak”.

Dalam kesempatan ini Penyusun mengucapkan terima kasih kepada :


1. Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K, M.Sc. Selaku Rektor UPN
”Veteran”Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Suharsono ,M.T. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral UPN
”Veteran” Yogyakarta.
3. Ir. Drs. Herianto ,M.T.,Ph.D. Selaku Ketua Jurusan Teknik Perminyakan
UPN ”Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. Suwardi, MT. Selaku Sekretaris Jurusan Teknik Perminyakan, UPN
“Veteran” Yogyakarta.
5. Ir. Aris Buntoro, M.T. Selaku dosen Pembimbing dalam penulisan
komprehensif.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Proposal Komprehensif
ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Komprehensif ini belum
sempurna dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran serta
kritikan sangat Penyusun harapkan demi perbaikan serta peningkatan mutu
selanjutnya. Akhir kata semoga Proposal Komprehensif ini dapat bermanfaat bagi
Penyusun dan semua pihak.
Yogyakarta, 16 September 2016
Penyusun

( Muhammad Aziz Wafin )


I. JUDUL
“PERENCANAAN SURFACE FACILITIES SECARA
OPTIMUM BERDASARKAN JENIS DAN KOMPOSISI
FLUIDA RESERVOIR SUATU LAPANGAN MINYAK”.

II. LATAR BELAKANG


Dalam industri perminyakan diketahui bahwa hidrokarbon yang
terproduksi ke permukaan akan memerlukan suatu peralatan yang mumpuni untuk
melakukan suatu pemisahan fluida hidrokarbon dari reservoir menjadi tiga fasa
yaitu fasa gas, fasa minyak dan fasa air.
Dalam upaya untuk memproduksikan minyak dan gas, tentunya tidak lepas
dari masalah pemilihan peralatan baik itu di bawah maupun di atas permukaan.
Pemilihan dari peralatan yang akan digunakan selain harus disesuaikan dengan
kondisi dari reservoirnya, juga dari kondisi lingkungan alamnya, dikarenakan
biaya yang dikeluarkan untuk peralatan adalah merupakan sebagian dari biaya
operasi.
Hal yang tak kalah pentingnya dari pemilihan peralatan adalah pemilihan
peralatan fasilitas produksi. Perencaan peralatan ini harus disesuaikan dengan
berbagai hal, seperti jumlah atau laju produksi fluida reservoir dan jenis fluida
reservoir.

III. TUJUAN PENULISAN


Penulisan komprehensif ini bertujuan untuk mengetahui tentang
perencanaan surface facilities meliputi perencanaan gathering system,
perencanaan fasilitas pemisahan dan fasilitas proses serta fasilitas pengumpul
yang ada dilapangan minyak.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


4.1 Identifikasi Karakteristik Reservoir
IV.1.1.Karakteristik Fluida Reservoir
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada
tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat
kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida
hidrokarbon perlu dipelajari untuk memperkirakan cadangan akumulasi
hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar
sumur, mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain-lain.
Fluida reservoir minyak dapat berupa hidrokarbon dan air (air formasi).
Hidrokarbon terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat.
Sedangkan air formasi merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan
endapan minyak.
IV.1.1.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir

Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon, non hidrokarbon, dan air formasi.
Pada Tabel diatas dapat dilihat komposisi dari fluida reservoir. Dalam
pembahasannya akan dibicarakan mengenai sifat-sifat kimia dan fisika ketiga
jenis fluida reservoir tersebut.
IV.1.1.1.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen.
Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi yang terdiri dari
hidrokarbon rantai terbuka, yang meliputi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh serta
hidrokarbon rantai tertutup, meliputi hidrokarbon cyclic aliphatic / naftena dan
hidrokarbon aromatic.
IV.1.1.1.1.1. Hidrokarbon Rantai Terbuka
IV.1.1.1.1.1.1. Golongan Hidrokarbon Jenuh
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi
dari satu atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya. Sehingga batas
kejenuhan dengan atom-atom hidrogen telah tercapai. Seri homolog hidrokarbon
ini biasanya dikenal dengan nama alkana (Inggris : alkene) dimana penamaan
anggota seri homolog ini disesuaikan dengan jumlah atom karbon dalam sebutan
Yunani dan diakhiri dengan akhiran “ana” (Inggris : “ane”). Senyawa dari
golongan ini (alkana) disebut juga sebagai hidrokarbon golongan paraffin.
IV.1.1.1.1.1.2. Golongan Hidrokarbon Tak Jenuh
Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap
tiga (triple), yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh
karena itu, valensi yang semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah
digunakan untuk mengikat atom C yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap
dua atau rangkap tiga yang mengikat dua atom C, maka hidrokarbon seperti ini
disebut hidrokarbon tak jenuh atau disebut juga sebagai keluarga alkena (Inggris :
alkene) dengan rumus umum CnH2n. Yang termasuk dalam hidrokarbon tak jenuh
ini adalah seri olefin, seri diolefin, dan seri asetilen.
IV.1.1.1.1.2. Hidrokarbon Rantai Tertutup
IV.1.1.1.1.2.1. Golongan Naftena
Senyawa golongan ini disebut juga sikloparafin dan merupakan senyawa
hidrokarbon siklis. Biasanya beberapa seri sikloparafin terdiri dari 5 sampai 6
anggota lingkaran atau kombinasinya dalam struktur polisiklis. Kadar sikloparafin
di dalam minyak bumi di seluruh dunia bervariasi antara 30 – 60 % sehingga
sikloparafin merupakan penyusun utama minyak bumi.
IV.1.1.1.1.2.2. Golongan Aromatik
Aromat adalah suatu hidrokarbon siklis berstruktur khas cincin aromat.
Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa hidrokarbon
lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini adalah
CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga ikatan
tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling.
IV.1.1.1.2. Komposisi Kimia Non Hidrokarbon
IV.1.1.1.2.1. Senyawa Belerang
Senyawa belerang biasanya terdapat dalam jumlah lebih banyak di dalam
fraksi molekular yang lebih tinggi. Kadarnya dapat mencapai 5 % dan oleh
karenanya ada minyak bumi yang mengandung 30 - 40 % senyawa belerang,
disamping yang terdapat dalam resin dan aspalten. Senyawa-senyawa belerang
yang banyak dijumpai dalam minyak dan gas bumi adalah senyawa H2S,
mercaptan dan alkyl sulfide, Tiofin, sulfon, asam sulfonat, sulfoksil dan lain
sebagainya.
IV.1.1.1.2.2. Senyawa Nitrogen
Senyawa nitrogen terdapat dalam minyak bumi terutama dalam residu atau
molekul berat dan sebagian terdapat dalam benzen dan aspalten. Kadar senyawa-
senyawa nitrogen dalam fluida reservoir bervariasi antara 0,01 % - 0,02 % berat
dan kadang-kadang bisa mencapai 0,65 %, misalnya dari lapangan minyak
Willmington, California, yang senyawa nitrogennya bisa melebihi 10 %. Senyawa
nitrogen yang terdapat dalam proses distilasi terutama ialah homolog piridin
dalam jangkauan C6 , C10 , quinolin dalam jangkauan C10 – C17 , dan turunan yang
berhidrogen, dan juga senyawa carbozol, indol dan pyrol. Asal nitrogen ini adalah
biogenik, misalnya dari protein dan pigmen. Fermentasi (peragian) protein
menghasilkan asam dan juga senyawa nitrogen yang mengandung cincin pyrol.
Semakin tinggi konsentrasi senyawa nitrogen maka akan memperbesar titik didih
fluida reservoir.
IV.1.1.1.2.3. Senyawa Oksigen
Minyak bumi dapat juga mempunyai senyawa oksida sampai 2 % dalam
bentuk asam fenol. Ini biasanya dalam residu atau derivat tinggi. Beberapa jumlah
kecil fenol didapatkan dalam kerosin dan minyak solar. Minyak bumi dari formasi
paling muda biasanya mengandung asam yang paling tinggi. Asal asam ini tidak
begitu banyak diketahui. Ada yang berpendapat berasal dari hasil oksidasi
hidrokarbon, atau merupakan sebagian dari gugusan asam yang ada sebelumnya,
sebelum bergenerasi menjadi minyak. Kadar oksigen dalam minyak bumi
bervariasi antara 1 % - 2 % berat. Oksidasi minyak bumi dengan oksigen karena
kontak lama dengan udara dapat menaikkan konsentrasi dalam minyak bumi.
Senyawa ini dalam reservoir banyak terdapat sebagai senyawa asam organik yang
terdistribusi kedalam fasa khususnya fasa gas. Asam organik ini utamanya
terdapat sebagai asam naftena dan asam alifatik.
IV.1.1.1.2.4. Senyawa Karbondioksida
Kadar karbondioksida lebih besar daripada senyawa nitrogen, yaitu sekitar
2 %. Senyawa karbondioksida sebagai senyawa impuritis yang harus dihindari
karena sifatnya sangat korosif yang mana karbondioksida bentuknya dalam
carbonic acid dan terdapat unsur air didalamnya. Dengan adanya senyawa
karbondioksida dalam industri perminyakan merugikan, karena menimbulkan
korosi pada peralatan produksi permukaan serta kerusakan pada peralatan
industrialisasi proses refinery.
IV.1.1.1.3. Komposisi Kimia Air Formasi
Air formasi atau disebut “connate water” atau “interstitial water”adalah air
yang terproduksi bersama-sama dengan minyak dari suatu reservoir. Elemen-
elemen di dalam senyawa air formasi adalah merupakan kesetimbangan ion-ion
positif dan negatif. Ion-ion tersebut akan bergabung dengan satu atau lebih ion-ion
elemen lain dan akan membentuk garam-garam. Kemudian bila dibandingkan
dengan air laut, umumnya air formasi mengandung konsentrasi padatan yang
lebih besar walaupun diketahui pula kandungan padatan total dari air formasi
berkisar dari 200 ppm – 300000 ppm, sedangkan air laut mengandung kira-kira
35000 ppm padatan total.
Air formasi mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda antara
reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu analisa kimia pada air
formasi perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis dan sifat-sifatnya.
Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata memiliki kadar
garam yang lebih tinggi. Sehingga studi mengenai ion-ion air formasi dan sifat-
sifat fisiknya ini menjadi penting artinya karena kedua hal tersebut sangat
berhubungan dengan terjadinya plugging (penyumbatan) pada formasi dan korosi
pada peralatan di bawah dan di atas permukaan.
IV.1.1.1.3.1. Jenis Kandungan Ion
Ion-ion penyusun air formasi terdiri dari ion-ion positif (kation) dan ion-
ion negatif (anion) yang membentuk garam.
 Kation
Kation-kation yang terkandung dalam air formasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
- Alkali : K+, Na+, dan Li+ yang membentuk basa kuat.
- Metal alkali tanah : Br++, Mg++, Ca++, Sr++, Ba++, dan Ra yang
membentuk basa lemah
- Ion Hidrogen
- Metal berat : Fe++, Mn++, membentuk basa yang berdissosiasi.
Calcium (Ca) merupakan penyusun terbesar pada air formasi yaitu
mencapai 30000 mg/lt. Bila bertemu dengan ion karbonat atau sulfat akan
bereaksi dan membentuk scale yang tersuspensi dalam air formasi. Begitu
juga dengan Magnesium (Mg) akan membentuk scale bila bertemu dengan
ion karbonat tetapi konsentrasi ion Mg dalam air formasi lebih kecil
daripada ion Calcium.
 Anion
Anion-anion yang terkandung dalam air formasi adalah sebagai berikut :
- Asam kuat : Cl-, SO4=, NO3-
- Asam lemah : CO3=, HCO3-, S-
Chlorida (Cl) merupakan anion terbanyak dalam air formasi, sumber
terbesarnya NaCl. Konsentrasi ion Chlorida sebagai pengukur tingkat
keasaman air formasi. Sedangkan anion Carbonate (CO3) dan Bicarbonate
(HCO3) dapat membentuk scale
Ion-ion tersebut diatas (kation dan anion) akan bergabung berdasarkan
empat sifat, yaitu :
- Salinitas primer, yaitu bila alkali bereaksi dengan asam kuat, misalnya NaCl
dan Na2SO4
- Salinitas sekunder, yaitu bila alkali tanah bereaksi dengan asam kuat,
misalnya CaCl2, MgCl2, CaSO4, MgSO4
- Alkalinitas primer, yaitu bila alkali bereaksi dengan asam lemah, misalnya
Na2CO3 dan Na(HCO3)2
- Alkalinitas sekunder, yaitu bila alkali tanah bereaksi dengan asam lemah,
misalnya CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2
IV.1.1.1.3.2. Jumlah Kandungan Ion
Konsentrasi padatan yang terdapat di dalam air formasi dinyatakan dalam
beberapa cara yang berbeda. Diantaranya adalah parts per million, milligram per
liter dan persen padatan. Umumnya satuan part per million dan milligram per liter
dapat digunakan secara bertukaran. Kedua satuan ini identik bila dianggap bahwa
density air formasi adalah satu. Anggapan ini tidak tepat benar tetapi biasanya
memenuhi kelayakan untuk perhitungan engineering.
Satuan persen padatan dapat diperoleh dengan pembagian per million
dengan 10000. Satuan lain yang kadang-kadang digunakan adalah milli
equivalents per liter. Part per million dapat dikonversikan kedalam milli
equivalent per liter bila dibagi dengan berat equivalentnya. Untuk reaksi ionisasi,
berat equivalent diperoleh dengan membagi berat atom ion dengan valensinya.
IV.1.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir
IV.1.2.1. Sifat Fisik Gas
IV.1.2.1.1. Viskositas Gas
Viskositas adalah suatu ukuran tahanan fluida terhadap aliran.Viskositas
gas tergantung pada tekanan, temperatur, dan komposisi dari gas tersebut. Dimana
dengan bertambahnya berat molekul dari gas maka akan menyebabkan
berkurangnya harga viskositas. Viskositas gas akan naik dengan bertambahnya
suhu, dalam hal ini tabiat gas akan berlainan dengan cairan, untuk gas sempurna
viskositasnya tidak tergantung dari tekanan. Gas sempurna berubah menjadi gas
tidak sempurna bila tekanannya dinaikkan dan tabiatnya mendekati tabiat zat cair.
Ada 2 jenis viskositas, yaitu :
 Viskositas Dinamik, µ adalah perbandingan antara tegangan geser
terhadap gradien kecepatan dengan satuan poise atau centipoise.
 Viskositas Kinematik, v adalah perbandingan antara viskositas
dinamik terhadap kerapatan dengan satuan stoke atau centistoke.
IV.1.2.1.2. Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan antara rapatan gas tersebut
dengan rapatan suatu gas standart. Kedua rapatan diukur pada tekanan dan
temperatur yang sama. Biasanya yang digunakan sebagai gas standart adalah
udara kering massa tiap satuan volume dan dalam hal ini massa dapat diganti oleh
berat gas, m. Secara sistematis densitas gas dapat dirumuskan sebagai berikut :
ρg
BJ gas = ρu ,..................................... ............................................
(4.1)
dimana :ρg = rapatan gas, gr/cm3
ρu = rapatan udara, gr/cm3
IV.1.2.1.3. Faktor Volume Formasi Gas
Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari sejumlah gas
pada kondisi reservoir dengan kondisi standard (60 oF, 14,7 psia) dapat dituliskan:
Z.n .R.T
P
V res Zsc.n.R .T
Bg=
V sc = Psc …………………………………...…………...
(4.2)
Sehingga dari persamaan diatas faktor volume formasi gas menjadi :
Z .T . Psc
Bg = Zsc.Tsc .P ………………………………………………….…...
(4.3)
dimana :
Z = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi reservoir
Zsc = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi standart
T = Suhu reservoir, oR
P = Tekanan reservoir, psia
Tsc = Suhu standart = 60 oF = 520 oR
Psc = Tekanan standart = 14,7 psia
IV.1.2.1.4. Kompressibilitas Gas
Kompressibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Kompresibilitas gas dapat dinyatakan dengan persamaan :
1 dV
Cg=− ( )
v dP , ...................................................................................
(4.4)
IV.1.2.1.5. Faktor Deviasi Gas
Penyelesaian masalah aliran gas, baik di reservoir, tubing, dan pipa
produksi membutuhkan hubungan yang menerangkan tekanan, volume, dan
temperatur. Untuk gas yang ideal hubungan tersebut dinyatakan oleh persamaan
keadaan :
P V = n R T……………………………………………………….(4.5)
dimana :
P = tekanan, psia
V = volume, scf
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 , cuft/lb-mol
Gas yang bersifat sebagai gas nyata / real gas tidak memenuhi persamaan
(4.5), tetapi memberi penyimpangan sebesar z (faktor deviasi), sehingga
persamaan (4.5), menjadi :
P V = n z R T…………………………………………………….(4.6)
IV.1.2.2. Sifat Fisik Minyak
IV.1.2.2.1. Viskositas Minyak
Viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang besarnya keengganan
minyak untuk mengalir. Viskositas minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
 Temperatur, viskositas akan turun seiring dengan naiknya temperatur
 Tekanan, pada tekanan dibawah Pb (bubble point) maka viskositas turun
dengan naiknya tekanan tetapi tekanan diatas Pb (bubble point) maka
viskositas akan naik seiring dengan naiknya tekanan.
 Jumlah gas terlarut, viskositas akan turun dengan semakin banyaknya gas
didalam cairan.
Viskositas dinyatakan dengan persamaan :
F
A
μ=
dv
dy ….……………………………………………………………...
(4.7)
dimana :
 = viskositas, gr/(cm.sec)
F = shear stress, dyne
A = luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
dv
dy =
gradient kecepatan, cm/(sec.cm).

IV.1.2.2.2. Densitas Minyak


Densitas Minyak sering dinyatakan dalam Spesific Gravity. Densitas
minyak adalah perbandingan antara berat fluida terhadap volume. Hubungan
antara Densitas Minyak dengan Spesific Gravity didasarkan pada berat jenis air,
dengan persamaan yang dapat dituliskan sebagai berikut :
ρo
SG minyak = ρw ,..............................................................................
(4.8)
dimana :
o = densitas minyak, gr/cm3
w = densitas air, gr/cm3
Didalam dunia perminyakan, Spesific Gravity minyak sering dinyatakan
dalam satuan 0API. Hubungan antara SG minyak dengan 0API dapat dirumuskan
sebagai berikut :
141,5
−131,5
0
API = SG ,.......................................................................
(4.9)
Harga-harga untuk beberapa jenis minyak :
 Minyak ringan (light crude) , ¿ 30 oAPI
 Minyak sedang , berkisar antara 20 – 30 oAPI
 Minyak berat , berkisar antara 10 – 20 oAPI
IV.1.2.2.3. Kelarutan Gas dalam Minyak
Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya volume gas yang terbebaskan (pada
kondisi standart) dari suatu minyak mentah di dalam reservoir, yang di permukaan
volumenya sebesar satu stock tank barrel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Rs adalah :
 Tekanan, pada suhu tetap, kelarutan gas dalam sejumlah zat cair tertentu
berbanding lurus dengan tekanan .
 Komposisi minyak dalam gas, kelarutan gas dalam minyak semakin besar
dengan menurunnya specific gravity minyak.
 Temperatur, Rs akan berkurang dengan naiknya temperatur.
Rumus empiris yang digunakan untuk mencari harga Rs telah
dikemukakan oleh Standing, persamaannya adalah sebagai berikut :
1, 2048
P
Rs=γ g
[( 18 , 2 )
+1,4 10 0, 0125 API−0 , 000091 (T −460 )
] ……………………….……
(4.10)
dimana :
T = temperatur, oF
P = tekanan sistem, psia
IV.1.2.2.4. Faktor Volume Formasi Minyak
Faktor volume formasi minyak adalah volume dalam barrel pada kondisi reservoir
yang ditempati oleh stock tank barrel minyak termasuk gas yang terlarut. Atau
dengan kata lain adalah perbandingan antara volume minyak termasuk gas yang
terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada kondisi standart (14,7
psia, 60 oF), dengan satuan bbl/stb.
Tekanan reservoir awal adalah Pi dan harga awal faktor volume formasi
minyak adalah Boi. Dengan turunnya tekanan reservoir dibawah tekanan bubble
point (Pb), maka gas akan keluar serta harga Bo turun.
Standing melakukan perhitungan Bo secara empiris adalah sebagai berikut :
Volume . min yak +gas.terlarut . pada . tekanan. dan.temperatur . reservoir
Bo=
Volume . min yak . pada. tekanan. dan .temperatur .stock .tan k

Bo = 0,972 + 0,000147.F1,175 …………………………………….…(4.11)


g
F  R s .    125
. T
o
………………………………………………...(4.12)
dimana :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.
IV.1.2.2.5. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
1 dV
C o =− ( )
V dP …….……………………………………………….
(4.13)
Kompressibilitas minyak dibagi menjadi dua berdasarkan kondisi
kejenuhannya, yaitu :
a. Kompressibilitas minyak tak jenuh (undersaturated oil )
Besarnya harga kompressibilitas minyak tak jenuh ini tergantung dari
berat jenis, tekanan, dan temperatur. Dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :
C pr
Co=
P pc …………………………………………………………….
(4.14)
dimana :
Co = kompressibilitas minyak, psi-1
Cpr = pseudo reduced compressibility
Ppc = pseudo critical pressure, psi
Sebelumnya menentukan harga Tpr dan Ppr dahulu, yaitu :
T
T pr=
T pc …………………………………………………………….
(4.15)
P
P pr=
P pc ………………………………………………………..…...
(4.16)
dimana :
P = tekanan waktu pengukuran, psia
Ppc = tekanan kritik semu, psia
T = temperatur waktu pengukuran, oF
Tpc = temperatur kritik semu, oF

b. Kompressibilitas minyak jenuh (saturated oil)


Harga kompressibilitas minyak jenuh umumnya lebih besar dibandingkan
harga kompressibilitas minyak tak jenuh. Penentuan harga
kompressibilitas ini dengan persamaan sebagai berikut :
1 dRs dBo
Co=
Bo dP (
Bg−
dRs ) …………………………………………...
(4.17)
IV.1.2.3. Sifat Fisik Air Formasi
IV.1.2.3.1. Viskositas Air Formasi
Manfaat dengan diketahuinya viskositas air formasi adalah untuk
mengetahui perilaku kekentalan air formasi pada kondisi reservoir terutama untuk
mengontrol gerakan air formasi di dalam reservoir.
IV.1.2.3.2. Densitas Air Formasi
Densitas air formasi (brine) pada kondisi standart yang merupakan fungsi
total padatan. Densitas air formasi (w) pada reservoir dapat ditentukan dengan
membagi w pada kondisi standart dengan faktor volume formasi (B w) dan
perhitungan itu dapat dilakukan bila air formasi jenuh terhadap gas alam pada
kondisi reservoir. Faktor yang sangat mempengaruhi densitas air formasi adalah
kadar garam dan temperatur reservoir.
Persamaan densitas air formasi dapat dituliskan sebagai berikut :
ρw . st
ρw . res =
Bw …………………………………………………………
(4.18)
dimana :
ρw .res = densitas air formasi pada kondisi reservoir, lb/cuft
ρw .s tan dart = densitas air formasi pada kondisi standart, lb/cuft
Bw = faktor volume air formasi (brine water), bbl/STB
IV.1.2.3.3. Faktor Volume Formasi Air Formasi
Faktor volume formasi air formasi (Bw) menunjukkan perubahan volume
air formasi dari kondisi reservoir ke kondisi permukaan. Faktor volume formasi
air formasi ini dipengaruhi oleh pembebasan gas dan air dengan turunnya tekanan,
pengembangan air dengan turunnya tekanan dan penyusutan air dengan turunnya
suhu.

Faktor volume formasi air-formasi bisa ditentukan dengan menggunakan


persamaan sebagai berikut :

Bw = (1 + Vwp)(1 + Vwt) …………………………………………..(4.19)


IV.1.2.3.4. Kompressibilitas Air Formasi
Kompresibilitas air murni tergantung pada suhu, tekanan, dan kelarutan
gas dalam air. Kompresibilitas air murni tanpa adanya gas terlarut didalamnya.
Kompresibilitas air murni pada suhu konstan dinyatakan dalam persamaan
berikut :
1 ΔV
C wp =− ( )
V ΔP .………………………………………….……….
(4.20)
dimana :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi-1.
V = volume air murni, bbl
V = perubahan volume air murni, bbl
P = perubahan tekanan, psi.
Selain itu kompresibilitas air formasi dapat ditentukan dengan persamaan :
Cw = Cwp(1 + 0.0088 Rsw) ……………………………………...(4.21)
dimana :
Rsw = kelarutan gas dalam air formasi
Cwp = kompressibilitas air murni, psi-1
Cw = kompressibilitas air formasi, psi-1
IV.1.2.3.5. Kelarutan Gas dalam Air Formasi
Kelarutan gas dalam air formasi akan lebih kecil bila dibandingkan dengan
kelarutan gas dalam minyak di reservoir pada tekanan dan temperatur yang sama.
Pada temperatur tetap, kelarutan gas dalam air formasi akan naik dengan naiknya
tekanan. Sedangkan pada tekanan tetap, kelarutan gas dalam air formasi mula-
mula menurun sampai harga minimum kemudian naik lagi terhadap naiknya suhu,
dan kelarutan gas dalam air formasi akan berkurang dengan bertambahnya kadar
garam. Kelarutan gas dalam air formasi akan berkurang dengan bertambahnya
berat jenis gas.
IV.1.2.3.6. Sifat Kelistrikan Air Formasi
Air formasi dapat bersifat konduktif atau resistivitas tergantung ada atau
tidaknya ion-ion garam yang terlarut didalamnya. Sifat ini sangat penting untuk
diketahui, karena ini sangat berguna dalam operasi logging, sehingga dapat
mengidentifikasi formasi yang mengandung air dan formasi yang mengandung
hidrokarbon. Semakin banyak kadar garam yang terkandung, maka air formasi
bersifat mudah mengalirkan arus listrik (bersifat sebagai konduktor), dan
sebaliknya jika mengandung sejumlah kecil kadar garam maka air formasi
semakin sulit untuk menghantarkan arus listrik.
IV.1.3. Kondisi Reservoir
Tekanan dan temperatur merupakan besaran-besaran yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya
(air, minyak, dan gas). Tekanan dan temperatur lapisan kulit bumi dipengaruhi
oleh adanya gradien kedalaman, letak dari lapisan, serta kandungan fluidanya.
IV.1.3.1. Tekanan Reservoir
Tekanan reservoir dapat didefinisikan sebagai suatu tekanan yang bekerja
pada fluida formasi (minyak, gas, air) dalam ruang pori-pori batuan. Tekanan
reservoir yang normal adalah sama dengan tekanan hidrostatiknya sendiri, karena
sebagian besar tekanan overburden ditahan oleh matrik batuan. Tekanan yang
bekerja di dalam reservoir pada dasarnya disebabkan oleh tiga hal, yaitu :
1. Tekanan Hidrostatik adalah suatu tekanan dari fluida yang berada di dalam
pori-pori batuan formasi. Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatik adalah
jenis dari fluida itu sendiri dan kondisi geologi.
2. Tekanan Kapiler adalah suatu tekanan yang disebabkan oleh adanya gaya yang
dipengaruhi tegangan permukaan antara fluida yang bersinggungan, besarnya
volume dan bentuk pori serta sifat kebasahan dari batuan reservoir.
3. Tekanan Overburden adalah suatu tekanan yang diderita oleh formasi akibat
berat batuan yang berada di atas formasi atau reservoir tersebut dan kandungan
fluida yang terdapat di dalam pori-pori di atas formasi atau reservoir itu.
IV.1.3.2. Temperatur Reservoir
Temperatur akan mengalami kenaikan dengan bertambahnya kedalaman,
ini dinamakan gradien geothermal yang dipengaruhi oleh jauh dekatnya dari pusat
magma.
Dalam kenyataannya temperatur reservoir akan bertambah terhadap
kedalaman, yang mana sering disebut sebagai gradien geothermis. Besaran
gradien geothermis ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dimana harga
rata-ratanya adalah 2oF/100 ft. Gradien geothermis yang tertinggi adalah
4oF/100ft, sedangkan yang terendah adalah 0.5 oF/100 ft. Variasi yang kecil dari
gradient geothermis ini disebabkan oleh sifat konduktivitas thermis beberapa jenis
batuan.
IV.1.4. Jenis-Jenis Reservoir
IV.1.4.1. Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon
IV.1.4.1.1. Reservoir Gas
IV.1.4.1.1.1.........................................................................................................Res
ervoir Gas Kering
Dry gas atau gas kering yaitu fluida dimana keadaannya di dalam reservoir
dan dalam sistem pemipaannya masih dalam bentuk gas. Kata dry / kering
menunjukkan bahwa fluida tidak cukup mengandung molekul hidrokarbon berat
untuk membentuk cairan di permukaan. Adapun ciri-ciri reservoir gas kering
adalah :
1. Temperatur kritis dan temperatur krikondenterm fluida relatif sangat rendah,
sehingga biasanya berharga jauh dibawah temperatur reservoirnya.
2. Sedikit sekali (hampir tidak ada) cairan yang diperoleh dari separator produksi
dipermukaan.
3. GOR produksi biasanya lebih besar dari 100.000 scf/stb.
IV.1.4.1.1.2......................................................................................................... Res
ervoir Gas Basah
Reservoir gas basah merupakan reservoir dengan fluida hidrokarbon yang
saat didalam reservoir dominan mengandung fraksi-fraksi hidrokarbon ringan.
Dalam kasus ini fluida berbentuk gas secara keseluruhan dalam pengurangan
tekanan reservoir. Karena kondisi separator terletak di dalam daerah dua fasa,
maka cairan akan terbentuk di permukaan. Cairan ini umumnya dikenal sebagai
“kondensat” atau gas yang dihasilkan disebut “gas kondensat”. Baik saat awal
produksi ataupun akhir produksi, biasanya didalam reservoir, fluida dalam
keadaan fasa gas. Adapun ciri-ciri reservoir gas basah adalah :
1. Temperatur krikondenterm diagram fasanya dibawah temperatur reservoir.
2. Fluida dari separator terdiri atas kurang lebih 10 % mol cairan dan kurang lebih
90 % mol gas.
3. GOR produksi sekitar 60.000 scf/stb sampai 100.000 scf/stb.
IV.1.4.1.1.3.........................................................................................................Res
ervoir Gas Kondensat
Reservoir gas kondensat biasanya memiliki kondisi temperatur reservoir
lebih besar daripada temperatur kritis fluida hidrokarbonnya, tetapi lebih kecil
daripada temperatur krikondenterm. Cairan yang dihasilkan dari reservoir jenis ini
disebut kondensat. Sedangkan gas yang dihasilkan disebut gas kondensat. Gas
kondensat mengandung fraksi berat lebih sedikit tetapi fraksi ringannya lebih
banyak daripada minyak ringan sehingga temperatur kritisnya kurang dari
temperatur kritis minyak ringan. Adapun ciri-ciri reservoir gas kondensat adalah :
1. Temperatur reservoir > temperatur kritis, tetapi < temperatur krikondenterm
fluida hidrokarbon.
2. Fluida dari separator terdiri atas kurang lebih 25 % mol cairan dan kurang lebih
75 % mol gas.
3. GOR produksi sekitar 8000 scf/stb sampai 70.000 scf/stb dan cairan dari
separator memiliki spesifik gravity kurang lebih 50 oAPI.sampai 60 oAPI.
IV.1.4.1.2. Reservoir Minyak
IV.1.4.1.2.1.........................................................................................................Res
ervoir Minyak Berat
Minyak berat adalah minyak yang mengandung senyawa-senyawa
hidrokarbon berat (fraksi berat) lebih banyak daripada senyawa-senyawa
hidrokarbon ringan (fraksi ringan). Dalam klasifikasi API, minyak berat ini
memiliki harga 10o – 20oAPI, dimana harga viskositas yang dimiliki tinggi dan
harga temperatur pour point (titik tuang yaitu titik suhu tertinggi dimana minyak
tidak dapat mengalir lagi / keadaan dimana minyak mulai membeku) juga tinggi,
sehingga minyak akan sulit mengalir dan mudah membeku dipermukaan. Selain
itu kandungan yang terdapat dalam minyak berat dapat menimbulkan endapan
yaitu paraffin atau asphaltin yang dapat mempengaruhi laju produksi. Adapun
ciri-ciri reservoir minyak berat adalah :
1. Temperatur reservoir berada dibawah temperatur kritis fluida hidrokarbonnya
(karena temperatur krikondenterm relatif tinggi).
2. Pada akhir tahap produksi (titik 3), cairan yang tersisa didalam reservoir
kurang lebih 75 % mol dan gas yang tersisa kurang lebih 25 % mol.
3. GOR produksi dapat mencapai 1000 scf/stb atau kurang dan cairan
hidrokarbon dari separator memiliki spesifik gravity kurang lebih 45 oAPI atau
kurang.
4. Cairan produksi biasanya berwarna lebih hitam dan lebih pekat lagi.
IV.1.4.1.2.2.........................................................................................................Res
ervoir Minyak Ringan
Minyak ringan adalah minyak yang mengandung senyawa-senyawa
hidrokarbon berat (fraksi berat) lebih sedikit daripada senyawa-senyawa
hidrokarbon ringan (fraksi ringan). Dalam klasifikasi API, minyak ringan ini
memiliki harga spesifik gravity 30 oAPI atau lebih. Adapun ciri-ciri reservoir
minyak ringan adalah :

1. Temperatur reservoir berada dibawah temperatur kritis fluida hidrokarbonnya.


2. Setelah akhir tahap produksi, didalam reservoir tersisa kurang lebih 60 % mol
gas dan 40 % mol cairan.
3. Cairan yang keluar dari separator kurang lebih 65 % mol dan gasnya kurang
lebih 35 % mol.
4. GOR produksi dapat mencapai 1000 scf/stb sampai 8000 scf/stb dan cairan
hidrokarbon dari separator memiliki spesifik gravity kurang lebih 45 oAPI
sampai 60 oAPI

IV.2. Perencanaan Peralatan Produksi Di Permukaan


IV.2.1. Perencanaan Jenis dan Ukuran Peralatan Produksi di Permukaan
Peralatan produksi di permukaan meliputi semua peralatan produksi untuk
mengalirkan fluida produksi dan memisahkan fluida produksi tersebut sebelum
disimpan dalam peralatan penampung.
Perhitungan peralatan produksi di permukaan dipengaruhi oleh jenis fasa
hidrokarbon, komposisi kimia hidrokarbon dan air formasi, kondisi reservoir dan
laju produksi dimana semuanya itu akan berpengaruh terhadap besarnya pressure
drop sepanjang flow line, manifold, dan header. Cadangan juga berpengaruh
terhadap perencanaan pada peralatan produksi dipermukaan walaupun tidak
mutlak, karena besarnya cadangan juga harus merupakan pertimbangan dalam
merencanakan peralatan pemisah dan fasilitas penampung yang optimum dalam
arti dapat menampung fluida produksi selama produksi berlangsung.
Perencanaan fasilitas produksi di permukaan tujuannya adalah mengontrol
dan mengatur aliran fluida produksi dipermukaan, yang meliputi perencanaan
jenis dan ukurannya. Fluida Reservoir akan mengalir ke permukaan melalui
peralatan produksi bawah permukaan menuju wellhead, kemudian menuju ke
sistem penampungan dengan melalui peralatan produksi permukaan.
Proses pengaliran fluida produksi dari wellhead / kepala sumur ke tangki
pengumpul dengan menggunakan fasilitas produksi permukaan dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
1. Fasilitas transportasi
2. Fasilitas pemisah
3. Fasilitas penampung
Perencanaan fasilitas produksi permukaan nantinya meliputi perencanaan
sistem aliran serta pemisahan dari wellhead sampai ke peralatan penampung.
IV.2.1.1. Fasilitas Transportasi
Peralatan transportasi merupakan salah satu komponen dalam peralatan
produksi permukaan yang berfungsi menghubungkan bagian kepala sumur dengan
bagian komponen peralatan pemisahan dan juga menghubungkan dengan bagian
penampung fluida produksi.
IV.2.1.1.1. Komponen dan Peralatan di Kepala Sumur
IV.2.1.1.1.1. Well Head
Wellhead atau kepala sumur adalah istilah yang memberi arti tempat
berpautnya peralatan / rangkaian pipa di dalam sumur, tempat untuk menahan /
menopang, menyekat casing dan tubing serta untuk mengontrol produksi sumur
dari semburan atau kebocoran cairan sumur ke permukaan.
Fungsi dari wellhead, antara lain adalah :
 Untuk pelindung dan tempat bergantung casing
 Untuk penahan tekanan tinggi
 Sebagai pengontrol sumur di permukaan (jika terjadi kick atau terjadi
kerusakan peralatan di bawah permukaan)
 Merubah aliran vertikal dari tubing ke aliran horizontal dalam flowline
IV.2.1.1.1.2. Chrismas Tree
Christmass tree merupakan salah satu kelengkapan komplesi sumur di
permukaan, yang terdiri dari kumpulan valve–valve dan fitting–fitting yang
dipasang di atas tubing head. Christmass Tree berfungsi untuk menahan dan
mengatur aliran fluida dari formasi ke permukaan. Christmass tree ini terbuat dari
baja yang berkualitas tinggi sehingga disamping mampu menahan tekanan tinggi
juga mampu menahan laju aliran air formasi yang bersifat korosif yang ikut
mengalir bersama minyak atau dapat menahan pengikisan yang disebabkan oleh
pasir yang ikut terbawa oleh aliran fluida formasi.
IV.2.1.1.1.3. Choke
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari
flow valve sehingga produksi minyak dan gas dapat diatur menurut kehendak kita.
Choke ini juga terbuat dari baja yang berkualitas tinggi untuk dapat menahan
kikisan pasir atau karena pengaruh fluida formasi yang bersifat korosif.
Adapun tujuan dari pemasangan choke (bean) ini adalah :
1. Menjaga laju aliran yang diinginkan
2. Menjaga tekanan balik (back pressure) yang sesuai untuk mencegah
masuknya pasir ke dalam sumur
3. Mencegah terjadinya gas coning
4. Memberi tekanan balik pada formasi sehingga tekanan formasi tetap
tinggi
5. Memproduksikan fluida reservoir pada laju aliran yang terbaik
Agar maksud dari pemasangan choke ini tercapai maka perlu ditentukan
suatu ukuran choke yang paling sesuai dengan kondisi sumur. Pemilihan ukuran
choke di lapangan minyak dilakukan sedemikian rupa, sehingga tekanan down
stream di dalam flowline akibat tekanan dari separator tidak berpengaruh terhadap
tekanan kepala sumur dan kelakuan produksi sumur . Untuk itu digunakan dua
metode untuk pemilihan ukuran choke, yaitu :

a) Metoda Gilbert
b) Metoda Poetmann dan Beck
a. Metode Gilbert
Korelasi aliran pada bean oleh Gilbert ditunjukkan dengan menganggap
choke yang ujungnya runcing, dan dengan memasukkan beberapa parameter maka
dapat diturunkan suatu rumus umum untuk tekanan di kepala tubing (Pwh) yang

0,5
C.R
Pwh= ×q
berhubungan dengan bean S2 ……………………………...
(4.22)
dimana :
Pwh = Tekanan di kepala tubing, psia
R = Gas liquid ratio (GLR), MCF / bbl
q = Laju aliran cairan total ( total rate ), bbl / day
S = Ukuran diameter choke, dalam skala 1 / 64 inch
C = Konstanta, dimana untuk unit diatas kurang lebih
menggunakan harga C = 600
Dengan menggunakan data dari berbagai lapangan, maka Gilbert dapat
menurunkan persamaan empiris, yaitu :
0, 564
435 . R
Pwh= ×q
S1 ,89 …………………………………………………….(4.23)
dimana : Pwh dalam satuan psig
Persamaan Gilbert ini sangat sensitif terhadap ukuran choke, yaitu bila
terjadi kesalahan sebesar 1/128 inch dari ukuran bean-nya, maka akan
menyebabkan kesalahan sebesar 5 – 20 % terhadap perkiraan tekanannya. Dari
persamaan tersebut Gilbert membuat suatu nomogram yang dapat dipakai untuk
penentuan ukuran choke.
b. Metode Poetmann dan Beck
Metode yang digunakan Poetmann dan Beck ini merupakan
pengembangan dari persamaan Ros (1960). Poetmann dan Back memberikan
bentuk persamaan sederhana sebagai berikut :
17,4 q R 0,5
Pwh = ...........................................................(4.24)
2
S

0,0054 T Z ( Rp – Rs )
R = ............................................(4.25)
Bo. P
dimana :
P = tekanan tubing, psi
q = laju produksi minyak, STB / hari
T = temperatur tubing (absolute) dianggap 85 0F atau 545 0R
Z = faktor kompressibilitas gas pada tekanan tubing dan
temperatur 85 oF
R = Gas liquid ratio (GLR), MCF / bbl
Rp = gas oil ratio, SCF/ STB
Rs = kelarutan gas dalam crude oil pada tekanan tubing dan
temperatur 85 oF
Bo = FVF crude pada tekanan tubing dan temperatur 85 0 F
S = ukuran choke, 1/ 64 inch
Dengan menggunakan nomogram Poetmann dan Beck seperti terlihat pada
gambar 3.8., maka laju alir fluida melalui choke serta ukuran choke dapat
diketahui. Tetapi Poetmann dan Beck membuat 3 nomogram, yaitu :
 Nomogram untuk minyak spesifik gravity 20 oAPI, dapat digunakan untuk
crude oil dengan gravity 15 – 24 oAPI.
 Nomogram untuk minyak spesifik gravity 30 oAPI, dapat digunakan untuk
crude oil dengan gravity 25 – 30 oAPI.
 Nomogram untuk minyak dengan spesifik gravity 40 oAPI atau lebih.
Metode Poetmann dan Beck dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah seperti :
 Merencanakan bean untuk sumur-sumur baru sembur alam
 Memperkirakan GOR dan laju produksi gas dari sumur-sumur yang ada
berdasarkan data tekanan kepala tubing dan laju aliran minyak
 Meramalkan performance dari choke yang dipergunakan berdasarkan data
produksi GOR
IV.2.1.1.1.4. Adapter dan Crossover Flanger
Yang dimaksud dengan adapter adalah suatu alat penyambung yang
berfungsi untuk merubah ukuran flange yang berbeda. Jadi dengan adapter dapat
digunakan untuk menghubungkan dua flange yang tidak sama ukurannya disebut
double-studded. Yang dimaksud adapter flange pada tubing head, yaitu
merupakan intermediate yang digunakan untuk menghubungkan flange bagian
atas dari tubing head dengan master valve dan juga digunakan untuk menyangga
tubing.
IV.2.1.1.2. Komponen dan Perencanaan Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala sumur
dengan bagian komponen peralatan pemisahan. Komponen peralatan transportasi
ini terdiri dari gathering sistem (flowline, manifold, valve, header) dan machinery
facilities (pompa dan kompresor) sebagai fasilitas penunjang.
IV.2.1.1.2.1. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Proses Transportasi
Suhu minyak yang diproduksikan tersebut, selama masa alirnya sampai ke
permukaan sumur akan mengalami kehilangan sebagian panasnya (heat loss) yang
menyebabkan penurunan suhu alirnya. Suhu alir minyak mentah pada panjang
pipa produksi (flowline) tertentu ditentukan dengan persamaan matematis :
To - T1
= e Z .…………………………………………….… (4.26)
T2 - T1
2,54  K D L 10-5
z = ………….…………….…….(4.27)
QS

dimana :
To = suhu awal minyak keluar dari sumur, 0 C
T1 = suhu setempat, 0 C
T2 = suhu akhir minyak pada saat mencapai pour pointnya, 0C
K = koefisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal / m2 / jam/ 0C
D = diameter pipa, inchi
L = panjang pipa, meter
Q = jumlah aliran, ton / jam
S = Cp = panas jenis minyak, BTU/lb oF
Perubahan suhu merupakan faktor yang utama dalam menentukan
perubahan sifat fisik minyak. Dalam hal ini usaha untuk mendapatkan kontinuitas
produksi yang optimum adalah selalu menjaga agar suhu alir minyak tetap diatas
pour pointnya (titik tuangnya). Panas akan mengalir dari benda lain yang
mempunyai suhu lebih tinggi ke benda lain yang mempunyai suhu lebih rendah.
Aliran panas ini dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu :
1. Konduksi
Konduksi adalah cara perpindahan panas dari suatu bagian benda ke
bagian benda yang lain dari benda yang sama atau dari suatu bagian benda
lain apabila terjadi sentuhan fisik, tanpa mengindahkan perpindahan
molekul yang membentuk benda tersebut. Panas ini dapat berpindah
melalui getaran molekul-molekulnya. Semakin rapat susunan benda
tersebut, semakin banyak panas yang diteruskan. Laju pepindahan panas
secara konduksi ini dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
dt
q=−k . A .
dx …………………………………………….(4.28)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
A = luas penampang permukaan aliran, ft2
k = konduktivitas panas, BTU/(jam oF ft2/ft).
dt
dx = gradien suhu pada jarak yang diperhatikan, oF/ft
Sedangkan untuk aliran panas konduksi pada suatu silinder, dapat
dinyatakan dalam persamaan :
tp−td
q=
ln Rl . Rdl
2.π .k. H ………………………………………….(4.29)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
Rl = jari-jari luar silinder, ft
Rdl = jari-jari dalam silinder, ft
H = panjang silinder, ft
2. Konveksi
Konveksi adalah cara perpindahan panas dimana diperlukan adanya aliran
fluida untuk dapat mengangkut panas dari suatu tempat ke tempat lain
yang mempunyai suhu lebih rendah. Jadi dalam perpindahan panas melalui
cara ini, molekul-molekul fluida bergerak dari suatu tempat ke tempat lain
untuk mengangkut panas. Laju perpindahan panas ini dikemukakan oleh
Newton dengan persamaan sebagai berikut :
Q = h . A . ( tp – td ) ……………………………..…..(4.30)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
A = luas penampang, ft 2
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
3. Radiasi
Radiasi adalah cara perpindahan panas dimana tidak diperlukan adanya
media penghantar. Panas yang dihasilkan sumber panas dipancarkan
melalui gelombang elektromagnetik, dimana besarnya pancaran
dipengaruhi oleh tingginya suhu dari sumber panas tersebut. Stefan dan
Boltzman mengemukakan persamaan laju perpindahan panas secara
radiasi sebagai berikut :

Q = s . A . t4 ................................................................(4.31)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
s = konstanta Boltzman = 1,713 x 10-9 BTU/jam ft2 oR
A = luas penampang, ft 2
t = suhu, oR
Pada dasarnya cara-cara perpindahan panas merupakan dasar penerapan
metode pemanasan. Cara konduksi digunakan dalam menerapkan pemasangan
heater yang ditempatkan pada pipa produksi (flow line), cara konveksi untuk
pelaksanaan injeksi fluida yang dipanaskan dan radiasi yaitu pemanasan langsung
matahari terhadap pipa dipermukaan. Laju perpindahan panas yang tinggi
menunjukkan suatu hilang panas yang berlebihan di sepanjang pipa produksi
(flow line).
IV.2.1.1.2.2. Sistem Gathering
Sistem Gathering adalah suatu cara atau bentuk dan letak pengaturan
surface facilities di dalam mengalirkan fluida reservoir dari wellhead sampai ke
peralatan pemisahan, dimana pada system gathering ini meliputi flowline, valve,
manifold, dan header.
Kehilangan tekanan akibat gesekan, akan memenuhi persamaan :

(P f) A + ( P f) B = (P f ) total ......................................(4.32)

Dalam hal ini tidak ada persamaan yang tepat untuk kondisi diatas, karena
adanya variasi diameter. Pemecahan masalah ini dapat didekati dengan
menganggap pipa tersebut terdiri dari satu diameter ekivalen dari system tersebut.
Panjang ekivalen seluruh rangkaian (L) adalah :
L ‘ = L B { D A / D B )5 ......................................................(4.33)

Apabila D’ = D B { L A / L B }5 .......................................................(4.34)

IV.2.1.1.2.3. Perencanaan Pipa Horizontal (Flowline)


Peralatan flow line berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala sumur
dengan bagian komponen peralatan pemisahan dan juga menghubungkan dengan
bagian penampang fluida produksi.
Perhitungan Gradien Tekanan Alir dalam Pipa Horizontal
a. Aliran Fluida Satu Fasa
Persamaan gradien tekanan yang dapat digunakan untuk satu fluida yang
mengalir pada sudut kemiringan pipa tertentu diperoleh dengan menggunakan
persamaan (3.24) :
2
dP g f⋅ρ⋅v v⋅dv
= ( ρ ) sin θ+ +
dL gc 2 gc⋅d gc⋅dz …..………………….……...(4.35)
Harga f merupakan fungsi dari kekasaran relatif dan bilangan Reynold, seperti
yang terlihat pada diagram Moody. Secara umum, persamaan gradien tekanan
total dapat dinyatakan dalam tiga komponen, yaitu :

( dPdL ) total=( dPdL ) +( dPdL ) +( dPdL )


el f acc …….………………………(4.36)
dimana :
g
. ( ρ ) . sin θ
(dP/dL)el = gc , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
adanya perubahan energi potensial atau perubahan ketinggian
2
f⋅p⋅v
(dP/dL)f = 2⋅gc⋅d , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh adanya
gesekan.
v⋅dv
(dP/dL)acc = gc⋅dz , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh perubahan
energi kinetik.
b. Aliran Fluida Dua Fasa
Perhitungan gradien tekanan untuk aliran fluida dua fasa memerlukan harga –
harga kondisi aliran seperti kecepatan aliran dan sifat – sifat fisik fluida (berat
jenis, viscositas, dan dalam beberapa hal, tegangan permukaan). Apabila harga –
harga tersebut telah dapat ditentukan untuk masing – masing fasa yang mengalir,
maka perlu dilakukan penggabungan – penggabungan.
Definisi – definisi yang digunakan dalam aliran multifasa :
Sifat – sifat dalam aliran dua fasa yang digunakan dalam perhitungan
gradien tekanan aliran dua fasa akan sedikit dibicarakan disini.
Sifat – sifat tersebut meliputi Liquid Hold up, No Slip Liquid Hold Up,
Berat jenis, Kecepatan aliran, Viskositas, Tegangan Permukaan.

 Liquid Hold-Up

Liquid Hold up didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian volume


pipa yang diisi oleh cairan dengan volume keseluruhan dari pipa.

volume.cairan.dalam . pipa
H L=
volume. pipa ..............................................(4.37)

Liquid Hold Up merupakan fraksi yang berharga dari nol (untuk aliran
yang hanya terdiri dari gas) sampai berharga satu (untuk aliran yang hanya
terdiri dari cairan).
 No-slip Liquid Hold Up
No-slip Liquid Hold Up atau disebut juga dengan input liquid content,
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan yang mengisi
pipa dengan volume pipa keseluruhan, apabila gas dan cairan bergerak
dengan kecepatan yang sama (untuk liquid hold up kecepatan gas dan
cairan berbeda). Harga no-slip liquid hold up (λ L) ini, dapat dihitung
langsung dari harga laju aliran gas dan cairan, yaitu :
qL
λ L=
q L +q g …………………….…………………………..(4.38)
Dimana qL dan qg masing – masing adalah laju aliran cairan dan gas yang
diamati. Sedangkan no slip gas hold up adalah :
λg = 1 - λL ……….………………………………………(4.39)
 Berat jenis
Berat jenis total antara cairan dan gas yang mengalir bersama – sama
dalam pipa dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu :

- slip density (ρs)


- no-slip density (ρn)
- kinetik density (ρk)
masing – masing density tersebut dapat dicari dengan persamaan :
ρs =ρ L⋅H L +ρ g⋅H g …………………………….………….(4.40)
ρn =ρ L⋅λ L +ρ g⋅λ g ….…………………………………….(4.41)
ρ k =( ρ L⋅λ 2 ) / H L+( ρg⋅λ g2) / H g
L …………………………..(4.42)
Dalam hal cairan yang mengalir terdiri dari minyak dan air, maka density
cairan merupakan penggabungan antara density minyak dan densitas air,
yaitu :
ρ L=ρo⋅f o + ρw⋅f w ……..…………………………………….(4.43)
dimana :

qo q ′⋅B o
o
=
f o= qo +q w q ′⋅B o +q ′⋅Bw
fraksi minyak = o w …………(4.44)
1
f o=
1+WOR ( Bw Bo) ……………………………………..(4.45)
f w = fraksi air = 1−f o …...…………………..……………(4.46)
 Kecepatan aliran
Banyak perhitungan gradien tekanan aliran fluida dua fasa didasarkan pada
variable kecepatan yang disebut dengan superficial velocity, yang
didefinisikan sebagai kecepatan suatu fasa jika mengalir melewati seluruh
penampang pipa. Superficial gas velocity dihitung dengan persamaan
berikut :
qg
v sg =
A ……………………………………………………...(4.47)
qg
v g=
A⋅H g ...………………………………………………..(4.48)
dimana A adalah luas penampang pipa.
Sedangkan untuk superficial liquid velocity (vsL), dihitung dari :
qL
v sL=
A ……….…………………………………………..…(4.49)
dan kecepatan liquid sebenarnya (vL), adalah :
qL
v L=
A⋅H L ……………………………………………….….(4.50)
untuk aliran dua fasa, kecepatan campurannya adalah :
v m =v sL +v sg ………...……………………………….……...(4.51)
Apabila terjadi perbedaan kecepatan gas sebenarnya dengan kecepatan
cairan sebenarnya, maka :
v sg v sL
v s=v g −v L = −
Hg HL = slip velocity …………….………..(4.52)
Dengan menggunakan persamaan diatas, maka bentuk lain daripada
persamaan no-slip liquid hold up (λL) dan slip liquid hold up (HL) adalah :
v sL
λ L=
vm ……..………………………………………………(4.53)
0,5
v s −v m+ {( v m−v s ) 2 +4 . v s . v sL }
H L=
2 . vs ……………………..(4.54)
 Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh terhadap perhitungan gradien tekanan
aliran, terutama untuk menentukan bilangan Reynold ataupun untuk
menentukan gradien tekanan dari komponen gesekan. Viskositas
campuran air dengan minyak, ditentukan dengan :
μ L=μo⋅f o + μ w⋅f w ……………………………………..…(4.55)
Sedangkan viskositas dua fasa (cairan dan gas), ditentukan sesuai dengan
adanya slip atau tidak, yaitu :
μn =μ L⋅λ L + μ g⋅λ g ……………………………………...…(4.56)
μs =μ L⋅H L+μ g⋅H g ………………………………….…..(4.57)
dimana :
μn = no – slip viscosity
μs = slip viscosity
Beberapa metode terbaik untuk memperkirakan besarnya kehilangan
tekanan pada aliran multifasa dalam pipa horizontal, adalah : korelasi Duckler I,
korelasi Duckler II, dan korelasi Eaton. Dari ketiga korelasi tersebut korelasi
Duckler II adalah korelasi yang terbaik. Hal ini disebabkan bahwa korelasi Eaton
tidak dapat diterapkan pada kondisi fluida dengan viscositas tinggi dan GOR yang
rendah.
1) Korelasi Duckler
Studi yang dilakukan Duckler terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Dengan anggapan tidak terjadi slip antara slip dan dianggap homogen
2. Dengan menganggap terjadi slip, tetapi perbandingan antara kecepatan
masing-masing fasa terhadap kecepatan rata-rata adalah konstan.
Korelasi Duckler I :

Duckler I ini dikembangkan berdasarkan anggapan bahwa aliran


merupakan aliran homogen dan tidak terjadi “ slip” antar fasa. Hold up cairan
tanpa slip, yL didefinisikan sebagai perbandingan antara laju aliran cairan
volumetric terhadap laju fluida total volumetric atau sebagai perbandingan antara
kecepatan cairan superficial dengan kecepatan superficial total. Korelasi ini
merupakan korelasi yang sederhana, dimana tidak diperlukan peta pola aliran
seperti perhitungan tekanan fluida satu fasa.

Hold up aliran tanpa slip, L dihitung dengan persamaan (4.38). Sedangkan faktor
gesekan dua fasa, ftp dihitung dengan persamaan :

0 , 125
f tp=0 ,0014 +
( N Re) 0 ,32
tp ......................................................(4.58)

dimana :

1488.Wt
Nretp = (π .d /4 ).μ tp ...................................................................(4.59)
WT = total laju massa aliran (liquid + gas), lbm/sec

= WL + Wg = qL L + qg g .......................................(4.60)
µtp = viscositas dua fasa, cp

= µLL + µg ( 1 – L ) ...................................................(4.61)

d = diameter dalam pipa, ft

Kehilangan tekanan aliran dalam pipa horizontal sebagai akibat gesekan dihitung
dengan persamaan :
2
ΔP 2. f TP .( M tp )
[ ]
ΔL f
=
g c . ρTP . d ............................................................(4.62)
dimana :

Mtp = WT / Ap ................................................................(4.63)

= kecepatan massa total, lbm/sec-ft2

π . d2
Ap = 4 = cross sectional area dari pipa, ft2

ρtp = densitas dua fasa, lbm/cuft

= ρ L .  + ρ g (1 –  ) .........................................(4.64)
L L

gc = faktor konversi satuan (32,174), lbm ft/(lbf .s2)

Pengaruh percepatan dihitung dengan persamaan berikut :

16 .W T . W g . P̄
a=
π 2 . d 4 . P1 . P 2 . g c ................................................................(4.65)
Anggap P1 (up stream pressure) dan P2 sebagai (down stream pressure) untuk
suatu jarak x, dimana Pavg adalah tekanan rata-rata.

P1 +P2
Pavg = 2 ....................................................................................(4.66)
Sehingga akan didapat kehilangan total akibat gesekan :
ΔP
ΔP ΔL f( )
( ) =
ΔL total ( 1−a ) ..................................................................(4.67)
Korelasi Duckler II :
Korelasi Duckler II ini disebut juga metode slip konstan dan merupakan
korelasi yang paling banyak digunakan. Pada metode ini meskipun dengan
anggapan terjasdi slip, tetapi harga no-slip hold up tetap dihitung. Harga no-slip
hold up ini digunakan untuk menentukan harga faktor gesekan dan hold up
sebenarnya. Persamaan-persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

d . v m . ρtp
Nre tp=
μtp ......................................................................(4.68)

dimana :

µtp = viscositas dua fasa, cp

= µLL + µg ( 1 – L ) ,seperti pada persaman (4.60)

d = diameter dalam pipa, ft

ρTP = densitas dua fasa, lbm/cuft

λ ( 1−λ L ) 2
=
ρL
( ) (HL
L2
+ρg
( 1−H L ) ) ...........................................(4.69)

λL = no-slip liquid hold up

HL = liquid hold up

vm = kecepatan campuran/mixture, ft/sec

Sementara besarnya kehilangan tekanan akibat gesekan dan akibat


percepatan dapat dihitung dengan persamaan berikut :

2. f tp . L . v̄ 2m . ρtp
ΔP f =
12 . g c . d ..............................................................................(4.70)
ρg. q ρL. q ρg . q ρL . q
ΔP a =
1
144 . g c . A2 {[ g

( 1−H L )
2
+
HL
L
2

] downstream

[ ( 1−H L )
g
2

....................... ..............................................................................(4.71)
+
HL
L
2

] }
upstream
. cos θ

Sehingga kehilangan tekanan total adalah :

ΔP total =ΔP f +ΔP a ......................................................................(4.72)

Korelasi Eaton
Eaton mengembangkan korelasi penurunan tekanan aliran dalam pipa
horizontal berdasarkan test yang dilakukannya. Eaton melakukan pengukuran
kehilangan tekanan dalam pipa horisontal untuk pipa berdiameter 2 dan 4 inch,
sepanjang 1700 ft di California.

Eaton membuat persamaan keseimbangan energi dalam bentuk differensial


berdasarkan pada fluida yang mengalir 1 lb dengan menganggap aliran horisontal
dan tidak dilakukan kerja terhadap fluida yang mengalir. Persamaan tersebut
adalah sebagai berikut :

Vdv g
144 .Vdp+ + .dW f =0
g c gc ....................................................(4.73)

dimana :

V = kecepatan aliran, ft/sec

g = persepatan gravitasi, ft/sec2

gc = faktor konversi satuan (32,174), lbm ft/(lbf .s2)

P = tekanan, psi

dWf = gradient tekanan akibat gesekan, psi/ft

Apabila gas dan cairan mengalir melalui pipa horisontal, maka persamaan
serupa dapat digunakan untuk masing-masing fasa. Metode Eaton ini lebih
sederhana, dimana pengaruh energi kinetik dapat diabaikan. Persamaan
kehilangan tekanan pada pipa horisontal dari Eaton adalah sebagai berikut :
W 2 . ΔV L +W 2 . ΔV g f . W T .V 2
−144
WL Wg
[+
ρL ρg
ΔP+
L
] [2 . gc
g
+
2. gc . d
m
ΔL=0
][ ] .....(4.74)

dimana:

WL = laju massa cairan, lb/sec

Wg = laju massa gas, lb/sec

WT = laju massa alir total, lb/sec

ρL = densitas cairan, lbm/cuft

ρg = densitas gas, lbm/cuft

VL = kecepatan aliran cairan, ft/sec

Vg = kecepatan aliran gas, ft/sec

ΔP = gradien tekanan, psi/ft

ΔL = panjang flowline, ft

gc = faktor konversi satuan (32,174), lbm ft/(lbf .s2)

d = diameter pipa, inch

f = faktor gesekan

Vm = kecepatan rata-rata aliran dua fasa, ft/sec

Kemudian bentuk dari fungsi korelasi Eaton untuk liquid hold up adalah :

( N LV )0, 575
0,1
P 0 , 05 N
H L= 0 , 0277
N gv . N D
×
( ) ( )
Pb
× L
N LB
......................................(4.75)

dimana :

Pb = tekanan standar (14,7 psi)


1
ρL
NLv = 1,938 vsL
( )
σ
4

............................................................(4.76)
1
ρL
Ngv = 1,938 vsg
( )
σ
4

............................................................(4.77)
1
ρL
Nd = 120,872 d
( )
σ
2

............................................................(4.78)

1
1
NL = 0,15726 µL
( ) ρL σ 3
4

..................................................(4.79)

NLB = constant = 0,00226

IV.2.1.1.2.4. Manifold
Manifold merupakan kumpulan dari kerangan-kerangan atau valve-valve
yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida produksi dari masing-masing sumur.
Untuk itu produksi dari masing-masing sumur itu perlu dikelompokkan terlebih
dahulu ke suatu pemusatan well centre. Dasar pengelompokan dari sumur-sumur
tersebut adalah : tekanan pada masing-masing sumur, kapasitas produksi dari
masing-masing sumur, perbandingan gas – minyak (GOR), ada tidaknya material
lain dari produksi sumur, sifat-sifat fisika dan kimia fluida produksi sumur-sumur.
IV.2.1.1.2.5. Valve
Valve adalah bagian dari peralatan transportasi yang berfungsi untuk
membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa, serta berfungsi mengatur
jumlah atau besarnya aliran dengan cara memutar handwhell lock nut.
IV.2.1.1.2.6. Header
Header merupakan pipa berukuran lebih besar dari flowline yang berfungsi
untuk menyatukan fluida produksi.

Header mempunyai fungsi sebagai berikut :


1. Menampung fluida hasil pemisahan dari beberapa gate valve pada
suatu unit manifold dan mengalirkannya ke separator.
2. Membantu terjadinya suatu proses pemisahan di dalam separator
dengan separator dengan jalan menimbulkan kondisi aliran tertentu
yang baik bagi proses pemisahan, yaitu meniadakan kondisi turbulensi.
Penentuan awal diameter header dapat dihitung dengan persamaan :

q = A V = 0,785 d 5 V ....................................................(4.80)

dimana :

q = laju alir fluida didalam header dimana merupakan”q” tiap


sumur, stb/d

d = diameter dalam header, inch

V= kecepatan fluida dalam header, ft/det

Kehilangan Tekanan untuk Posisi Header Horizontal :

Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran dua fasa
pada posisi horizontal, adalah :

dP f m ρm V m
=
dL 2 gc d ..................................................................
(4.81)

Kehilangan Tekanan untuk Posisi Header Vertikal :

Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran dua fasa
pada posisi vertikal, adalah :

f m ρm V 2 ρ V d
dP m m m
=ρm + +
dhtotal 2 gc d g c dh .......................................(4.82)

IV.2.1.1.2.7. Machinery Fasilities


Merupakan fasilitas penunjang yang membantu dalam mengalirkan aliran
fluida produksi, apabila terdapat suatu daerah yang mempunyai ketinggian
tertentu atau juga membantu fluida untuk ditransportasikan ke tangki penampung.
Ada dua macam machinery facilities yang mungkin dipergunakan di lapangan
migas, yaitu pompa dan kompressor.
Penggunaan dari machinery facilities didasarkan pada adanya pressure loss
sehingga fluida memerlukan tekanan yang membantu untuk mengalirkan ke
tempat yang lebih tinggi atau ke tempat tangki penampungan.
IV.2.1.2. Fasilitas Pemisahan
Penurunan tekanan yang dialami oleh fluida sejak keluar dari sumur telah
menyebabkan terpisahnya fasa gas dan fasa cair, tetapi terpisahnya itu belum
sempurna. Dalam hal ini fluida produksi yang diperoleh dan dialirkan dari sumur
dapat berupa gas, minyak dan air. Sesuai dengan permintaan dari refinery ataupun
sebelum dikapalkan, maka antara gas, minyak dan air harus dipisahkan. Proses
pemisahan tersebut dilakukan pada bagian surface facilities, yaitu pada komponen
peralatan pemisah fluida produksi. Proses pemisahan fluida produksi tersebut
meliputi berbagai cara pemisahan padatan dari minyak, pemisahan air dan gas dari
minyak serta pemecahan emulsi. Karena dengan memisahkan zat-zat tersebut
maka akan dapat dicegah biaya-biaya yang tidak perlu.
Pemisahan antara minyak dengan gas atau air terjadi dalam separator, yang
selanjutnya akan dapat diketahui besarnya kapasitas produksi minyak atau gas.
Separator ini mempunyai beberapa komponen utama dan dibedakan berdasarkan
dari bentuknya, kegunaannya serta jumlah kapasitas produksi. Proses pemisahan
minyak dan air yang tercampur di dalamnya terjadi pada bagian treating section.
Treater section ini meliputi heater treater, oil skimmer dan wash tank.
IV.2.1.2.1. Separator
Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang
digunakan untuk memisahkan fluida produksi kedalam fasa cairan dan fasa gas.
Fungsi utama dari separator adalah :
1. Unit pemisahan utama cairan dari gas.
2. Melanjutkan proses dengan memisahkan gas ikutan dari cairan.
3. Untuk mengontrol penghentian kemungkinan pelepasan gas dari cairan.
4. Memberikan waktu yang cukup pemisahan antara minyak dan air yang
ikut terproduksi.
5. Melakukan treatment lainnya jika mungkin
Proses pemisahan dalam separator ini berjalan pada tekanan dan
temperatur tertentu yang kondisi optimumnya diperhitungkan berdasarkan
komposisi dari hidrokarbon yang terproduksi.
Menghitung Kapasitas minyak Pada Separator adalah :

d22 .
q = 100,5 t ....................................................................(4.83)
Untuk separator spherical, volume minyak diambil setengah dari volume
spherical, yaitu :

V = 4 / 6 r3 ( d / 2 )0,5 = 0,2618 d3 ( d / 2 )0,5 ................(4.84)

Bentuk separator spherical menyebabkan separator jenis ini mempunyai


surge kapasitas yang lebih besar. Perhitungan kapasitas minyak untuk separator
spherical sebagai berikut :
3 0,5
d d
q = 33,51 t 2
() ................................................................(4.85)

Untuk menentukan tekanan kerja optimum separator pada pemisahan


bertingkat dua, tiga dan seterusnya dapat dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain adalah sebagai berikut :

1. Metode Whinnery - Campbell

Metode ini berdasarkan anggapan bahwa tekanan optimum hanya


merupakan fungsi tekanan mula-mula dan tekanan akhir, disamping pengaruh
komposisi system. Hubungan ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

P2 = A ( P1 ) 0,686 ................................................................(4.86)

dimana :

P2 = tekanan kerja separator kedua, psi

P1 = tekanan kerja separator pertama, psi

A = konstanta fungsi dari stock tank

2. Metode Perbandingan
Pendekatan lain yang dapat digunakan pada pemisahan bertingkat (lebih
dari tiga tingkat),adalah dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:

Rt = (P1/Pst)1/m .............................................................................(4.87)

P2 = (P1/Rt) = Pst Rtm-1 .................................................................(4.88)

Ppt = Pst Rtm(Rt-1) ...........................................................................(4.89)

dimana :
m = jumlah antara tingkat atau jumlah tingkat dikurangi satu

Rt = perbandingan tekanan kerja separator yang berurutan

P2 = tekanan kerja separator kedua

P1 = tekanan kerja separator pertama

Pst = tekanan kerja separator terakhir (tangki pengumpul)

Ppt = tekanan pada tingkat pertengahan yang terakhir digunakan


IV.2.1.2.2. Treating Section
Treating section adalah merupakan peralatan-peralatan pemisah fluida
produksi yang bekerja dengan menggunakan energi tambahan dari luar sistem.
Treating section berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dan beberapa
material lain yang terkandung di dalam fluida reservoir. Peralatan ini digunakan
setelah fluida produksi dipisahkan fasa cairan dan gasnya didalam separator,
dimana fasa cair hasil pemisahan di dalam separator ini terdiri dari minyak dan
air. Untuk mendapatkan kualitas minyak yang dikehendaki (mengandung <1%
air), air yang masih tertinggal di dalam minyak dipisahkan dengan peralatan ini.
IV.2.1.3. Fasilitas Penampung
Setelah fluida produksi dipisahkan menjadi gas, air, dan minyak di dalam
peralatan pemisah, yaitu separator dan treating section, maka minyak dan gas
selanjutnya dialirkan ke tempat penyimpan / fasilitas penampung (storage tank),
sebelum dialirkan ke pembeli atau dikapalkan. Fungsi dari peralatan penampung
fluida produksi, antara lain :
 Menerima minyak mentah dari sumur-sumur produksi.
 Melakukan proses penampungan fluida untuk selanjutnya dikirimkan ke
pusat pengumpulan minyak dan refinery.
 Mengurangi panjang flowline untuk daerah sekitar sumur produksi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan peralatan penampungan
hasil pemisahan adalah kondisi dan fasa fluida, kapasitas fluida produksi dan
kondisi permukaan serta lokasi penempatannya.
1. Kondisi fasa fluida produksi
Kondisi fasa fluida produksi disini adalah fasa fluida yang akan ditampung
dalam tangki penampungan. Faktor ini berpengaruh terutama dalam hal
pemilihan jenis tangki penampung, bahan, dan konstruksinya. Apabila fasa
fluidanya gas, maka digunakan tangki jenis gas storage tank, begitu pula
untuk fasa fluida minyak. Disamping itu, kondisi fasa mempengaruhi
pemasangan dan pemilihan dasar, serta bentuk atap dari tangki penampung
tersebut.
2. Kapasitas fluida produksi
Besarnya kapasitas fluida produksi yang akan disesuaikan dengan
produktivitas atau cadangan reservoir pada lapangan tersebut. Oleh karena
itu, biasanya terdapat tangki tambahan (emergency tank) jika tangki
sebelumnya tidak dapat menampung kapasitas fluida produksi yang
melebihi kapasitas tangki sebelumnya.
3. Kondisi permukaan dan lokasi
Sebelum perencanaan suatu storage facility, faktor kondisi permukaan dan
lokasi yang harus diperhatikan antara lain :
 Tersedianya ruangan atau daerah dipermukaan yang cukup luas
untuk menempatkan alat-alat dan pendirian tangki.
 Disediakan ruangan untuk tempat penambahan peralatan dan
tangki apabila diperlukan tambahan.
 Lokasi penempatannya sedapat mungkin berdekatan dengan
sumur-sumur produksinya.
 Di sekeliling lokasi harus tersedia selokan untuk mencegah
tersebarnya minyak yang keluar akibat adanya kebocoran.
Penentuan Kapasitas Tangki
Dengan menganggap tangki berbentuk silinder, maka isi tangki dapat dihitung
dengan memakai persamaan sebagai berikut :
V = ( d / 4)H …………………………………(4.90)
dimana :
V = volume tangki, m3
d = diameter dalam tangki, ft

H = tinggi tangki, ft

Kapasitas oil storage yang berbentuk silinder dapat ditentukan dengan persamaan:
2
( ID) . H
Total Capasity = 7,15307 , bbl ……………..........…....
(4.91)

dimana :

ID = diameter dalam, ft

H = tinggi tangki, ft

Penentuan Tekanan Kerja Tangki


Persamaan berikut ini digunakan untuk menetukan tekanan kerja tangki, yaitu :

- Untuk kondisi Pmin < Pv , maka :


P max
[
Pst =P max + ( Pv −Pmin )
( )]
T min
−P a
………….……………...(4.92)

- Untuk kondisi Pmin < Pv , maka berlaku persamaan :


Pst = Pmax - Pa ………………………………………....(4.92)

dimana :

Pst = tekanan kerja storage tank, psig

Pmax = tank vapour pressure ( TVP ) pada temperatur cairan maksimum,

psia
Pmin = tank vapour pressure ( TVP ) pada temperatur cairan minimum,

psia

Pv = tekanan dimana vacuum vent terbuka, psia

Pa = tekanan atmosfir, psia

Tmax = rata-rata temperatur uap maksimum, 0 R

Tmin = rata-rata temperatur uap minimum, 0 R

V. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan komprehesif
ini adalah studi pustaka dan diskusi. Studi pustaka dilakukan dengan bahan-bahan
yang diperoleh dari literatur-literatur, jurnal atupun karya tulis lain yang
berhubungan dengan judul komprehensif ini. Diskusi dilakukan terutama dengan
dosen pembimbing baik mengenai aspek teknologi, keteraturan penuturan maupun
tata cara penulisan.

VI. KESIMPULAN SEMENTARA


- Dalam perencanaan peralatan produksi permukaan yaitu meliputi
perencanaan kapasitas, ukuran, jenis serta kehilangan tekanan, sangat
dipengaruhi oleh jenis dan komposisi fluida reservoir, sifat fisik batuan
dan fluida reservoir, kondisi reservoir (tekanan dan temperatur).
- Jenis fuida reservoir terdiri dari komponen hidrokarbon, non hidrokarbon,
serta air formasi, sedangkan komposisi dari fluida reservoir tersebut juga
perlu ditentukan khususnya impuritis (CO2, H2S, N2, O2) yang nantinya
dapat menimbulkan masalah, antara lain korosi pada peralatan produksi
permukaan.
- Peralatan produksi permukaan meliputi peralatan transportasi (wellhead,
flowline, manifold, valve, header, machinery fasilities (pompa dan
kompressor)), peralatan pemisahan (separator dan treating section), serta
peralatan penampung (storage tank).

VII. RENCANA DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR
2.1. Karakteristik Batuan Reservoir
2.1.1. Komposisi Kimia Batuan Resesrvoir
2.1.1.1...........................................................................Batu Pasir
2.1.1.2......................................................................Batuan Karbonat
2.1.1.3.........................................................................Batuan Shale
2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir
2.1.2.1............................................................................Porositas
2.1.2.2..........................................................................Wettabilitas
2.1.2.3......................................................................Tekanan Kapiler
2.1.2.4.......................................................................Saturasi Fluida
2.1.2.5.........................................................................Permeabilitas
2.1.2.6.......................................................................Kompresibilitas
2.2. Karakteristik Fluida Reservoir
2.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir
2.2.1.1...........................................................Komposisi Kimia Hidrokarbon
2.2.1.1.1. Hidrokarbon Rantai Terbuka
2.2.1.1.1.1..............................Golongan Hidrokarbon Jenuh
2.2.1.1.1.2...............................Golongan Hidrokarbon Tak
Jenuh
2.2.1.1.2. Hidrokarbon Rantai Tertutup
2.2.1.1.2.1.......................................Golongan Naftena
2.2.1.1.2.2.....................................Golongan Aromatik
2.2.1.2.......................................................Komposisi Kimia Non Hidrokarbon
2.2.1.2.1. Senyawa Belerang
2.2.1.2.2. Senyawa Nitrogen
2.2.1.2.3. Senyawa Oksigen
2.2.1.2.4. Senyawa Karbondioksida
2.2.1.3.................................................................Komposisi Air Formasi
2.2.1.3.1. Jenis Kandungan Ion
2.2.1.3.2. Jumlah Kandungan Ion
2.2.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir
2.2.2.1........................................................................Sifat Fisik Gas
2.2.2.1.1. Viscositas Gas
2.2.2.1.2. Densitas Gas
2.2.2.1.3. Faktor Volume Formasi Gas
2.2.2.1.4. Kompressibilitas Gas
2.2.2.1.5. Faktor Deviasi Gas
2.2.2.2....................................................................Sifat Fisik Minyak
2.2.2.2.1. Viscositas Minyak
2.2.2.2.2. Densitas Minyak
2.2.2.2.3. Kelarutan Gas Dalam Minyak
2.2.2.2.4. Faktor Volume Formasi Minyak
2.2.2.2.5. Kompressibilitas Minyak
2.2.2.3.................................................................Sifat Fisik Air Formasi
2.2.2.3.1. Viscositas Air Formasi
2.2.2.3.2. Densitas Air Formasi
2.2.2.3.3. Faktor Volume Formasi Air Formasi
2.2.2.3.4. Kompressibilitas Air Formasi
2.2.2.3.5. Kelarutan Gas Dalam Air Formasi
2.2.2.3.6. Sifat Kelistrikan Air Formasi
2.3. Kondisi Reservoir
2.3.1. Tekanan Reservoir
2.3.2. Temperatur Reservoir
2.4. Jenis-Jenis Reservoir
2.4.1. Berdasarkan Perangkap Reservoir
2.4.1.1. Perangkap Struktur
2.4.1.2. Perangkap Stratigrafi
2.4.1.3. Perangkap Kombinasi
2.4.2. Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon
2.4.2.1. Reservoir Gas
2.4.2.1.1. Reservoir Gas Kering
2.4.2.1.2. Reservoir Gas Basah
2.4.2.2...............................................................Reservoir Gas Kondensat
2.4.2.3.....................................................................Reservoir Minyak
2.4.2.3.1. Reservoir Minyak Berat
2.4.2.3.2. Reservoir Minyak Ringan
2.4.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong Reservoir
2.4.3.1..............................................................Depletion Drive Reservoir
2.4.3.2...............................................................Gas Cap Drive Reservoir
2.4.3.3.................................................................Water Drive Reservoir
2.4.3.4.............................................................Segregation Drive Reservoir
2.4.3.5............................................................Combination Drive Reservoir
2.5. Perkiraan-Perkiraan Reservoir
2.5.1. Konsep MER (Maximum Efficienty Rate)
2.5.2. Perkiraan Produktivitas Formasi
2.5.2.1.......................................................Aliran Fluida Dalam Media Berpori
2.5.2.2.................................................................Productivity Index (PI)
2.5.2.2.1. Pengertian Productivity Index
2.5.2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Productivity Index
2.5.2.3....................................................Inflow Performance Relationship (IPR
2.5.2.3.1. Aliran Fluida Satu Fasa
2.5.2.3.2. Aliran Fluida Dua Fasa

BAB III. PERENCANAAN PERALATAN PRODUKSI DI PERMUKAAN


3.1. Perencanaan Jenis dan Ukuran Peralatan Produksi Permukaan
3.1.1. Fasilitas Transportasi
3.1.1.1. Komponen dan Peralatan Di Kepala Sumur
3.1.1.1.1. Well Head
3.1.1.1.2. Christmas Tree
3.1.1.1.3. Choke
3.1.1.1.4. Adapter dan Crossover Flange
3.1.1.2. Komponen dan Perencanaan Peralatan Transportasi
3.1.1.3. Manifold
3.1.1.4. Valve
3.1.1.5. Header
3.1.1.6. Machinery Fasilities
3.1.2. Fasilitas Pemisah
3.1.2.1. Separator
3.1.2.1.1. Komponen Separator
3.1.2.1.2. Jenis-Jenis Separator
3.1.2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Sistem Pemisahan
3.1.2.1.4. Pemisahan Bertingkat
3.1.2.1.5. Perencanaan Separator
3.1.2.2. Treating Section
3.1.2.2.1. Oil Treating Sistem
3.1.2.2.2. Water Treating Sistem
3.1.2.2.3. Gas Treating Sistem
3.1.3. Fasilitas Penampung
3.1.3.1. Jenis-Jenis Fasilitas Penampung
3.1.3.1.1. Jenis-Jenis Fasilitas Penampung
Berdasarkan Fungsinya
3.1.3.1.2. Jenis-Jenis Fasilitas Penampung
Berdasarkan Jenis Bahannya
3.1.3.1.3. Jenis-Jenis Fasilitas Penampung
Berdasarkan Konstruksi Atapnya
3.1.3.2. Perencanaan Fasilitas Penampung
3.1.4. Hasil Pemisahan Fluida Produksi
3.1.4.1. Gas
3.1.4.2. Minyak
3.1.4.3. Air
BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSAKA

LAMPIRAN

VI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, J.W., Bass, D.M. JR, Whitting, R.L. ; “Petroleum Reservoir


Engineering Physical Properties”, Mc Graw Hill Books Company, New
York, Toronto, London, 1960.
2. Beggs, H.D.; “Gas Production Operations”, Oil and Gas Consultan
International Inc, OGCI Publications, Tulsa, 1984.
3. Brown, Kermit E. ; “The Technology Of Artificial Lift Method”, Vol. 1, Penn
Well Book, Tulsa, Oklahoma, 1980.
4. Frick, T.C. ; “Petroleum Production Handbook”, Volume 2, Society of
Petroleum Engineering of AIME, Houston, Texas, 1968.
5. Sittig, Marshall ; “Petroleum Transportation And Production ( Oil Spill And
Pollution Control )”, Noyes Data Corporation, Park Ridge, New Jersey,
U.S.A., 1978.
6. Szilas, A.P ; “Production And Transport Of Oil And Gas”, Elsevier Scientific
Publishing Company, New York,1975.

Anda mungkin juga menyukai