Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SWAMEDIKASI

“PENYAKIT DIARE”

Disusun oleh :
Kelompok III
Kelas A
Awen lintin (DF1803014) Aqila Marina Harata (DF1803012)
Celsi (DF1803015) Husni Fahmi (DF1803035)
Desi Nurdin (DF1803017) Ismiralda (DF1803043)
Dina (DF1803021) Hatrilla Tiyo (DF1803032)
Fitrah (DF1803028) Junita Baru (DF1803040)
Hardianti (DF1803031) Fiki Hardiansyah (DF1803027)
jurgen salombe (DF1803041) Farida Wati (DF1803025)
JURUSAN FARMASI
STIKES BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA
PALOPO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur, Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat – nya berupa kesempatan dan pengetahuan seinggah kami dapat
menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah SWAMEDIKASI mengenai tentang
“Swamedikasi Penyakit Diare” ini dapat kami selesaikan pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telak berkontribusi
dengan memberikan ide – idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan rapi.
Makalah Enzim ini kami buat sebagai nilai tugas kami pada mata kuliah Farmakologi II.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca dan
juga bagi kami sebagai penulis. Terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

PALOPO, Maret 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definis Diare..................................................................................................4
B. Etiologi Diare.................................................................................................5
C. Penangan Diare..............................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN

A. Terapi Farmakologi Diare..............................................................................7


B. Terapi Non – Farmakologi Diare...................................................................8
C. Obat – obat Swamedikasi Penyakit Diare......................................................9

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini masyarakat banyak melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) dimana


mereka langsung datang mencari obat untuk mengatasi gejala penyakit yang diraskan oleh
mereka. Istilah swamedikasi sendiri berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri berarti
mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang di beli bebas di apoyik
atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter.
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif
keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurang beban pelayanan kesehatan
pada keterbatasan sumber daya dan tenaga kerja, serta meningkatkan keterjangkauan
masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan. Alasan pengobatan sendiri adalah
kepraktisan waktu, kepercayaan kepada obat tradisisonal, masalah privasi, biaya, jarak, dan
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan.
Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan
petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, biaya penbelian obat relatif lebih murah dari biaya
pelayanan kesehatan, penghematan waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi
esehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian tubuh
tertentu di depan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi keterbatan jumlah
tenaga kesehatan di masyarakat.
Supaya dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) tidak terjadi masalah atau
menimbulkan resiko, masyarakat perlu mengikuti panduan swamedikasi, antara lain :
1. Mengenali gejala penyakit.
2. Memilih obat bebas/obat bebas terbatas yang tepat.
3. Membaca dengan teliti informasi pada kemasan; indikasi, kontraindikasi, aturan
pakai, efek samping obat, interaksi obat-obat, obat makanan, keadaan atau hal-hal
yang harus diwaspadai selama mengonsumsi obat.
4. Jika gejala tidak kunjung reda atau memburuk, segera konsultasi ke dokter.
5. Jika mengalami efek samping obat, hentikan pengobatan dan konsultasi ke dokter.
6. Ada beberapa obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yang penyerahannya
dilakukan oleh apoteker (OWA).
7. Jika ada keraguan dalam berswamedikasi konsultasikan ke dokter atau apoteker.

B. RUMUSAN MASALAH
Ada Beberapa penyakit yang bisa di obati sendiri atau swamedikasi adalah diare,
sembelit, sakit kepala, demam dan lain-lain. Salah satu yang akan kami diskusikan yaitu
diare. Mengingat bahwa penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak
di negara berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi.

C. TUJUAN
1. Mengetahui obat-obat apa saja yang bisa digunakan untuk pengobatan sendiri
penyakit diare.
2. Mengetahui cara mengonsumsi obatobat tersebut dengan benar.
3. Mengetahui efek samping yang akan ditimbulkan obat-obat tersebut.
4. Mengetahui terapi farmakologi dan terapi non farmakologi untuk diare.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI DIARE
Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola (bahasa yunani)
yang berarti mengalir terus, merupakan suatau keadaan abnormal dan pengeluaran tinja yang
terlalu frekuen. Hipokrateras memberikan definisi diare sebagai suatu keadaan abnormal dari
frekuensi dan kepadatan tinja. Sedangkan DKK mendefinisikan diare sebagai malabsorbsi air
dan elektrolit dengan eksresi isi usus yang dipercepat.

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk


bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri
penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EFEC). Budiarti (1997)
melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia karena diare akibat infeksi EFEC.
Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EFEC adalah diare yang berair sangat banyak
yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun di klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

B. ETIOLOGI PENYAKIT DIARE

1. Infeksi Diare
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi dan menyebabkan diare, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella
dan Escherichiab coli.

2. Infeksi Virus
Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus, norwalk virus,
cytomegalovirus, virus herpes simplex dan virus hepatitis.

3. Intoleransi Makanan
Bontohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktose
(gula dalam usus)

4. Parasit
Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap
dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardia lamblia, Entamoeb, histolytica dan
Cryptosporidium.

5. Reaksi Obat
Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium.

6. Penyakit Intestinal
Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti
sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.

C. PENANGANAN DIARE
Apabila seseorang terkena diare berarti jumlah cairan dalam tubuh yang diserap
sangat sedikit. Hal ini menimbulkan kondisi kekurangan cairan atau dehidrasi. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan adalah mengganti cairan tubuh yang hilang dengan minum
banyak air dan oralit.
Tindakan lain yang dapat dilakukan bila seseorang terkena diare adalah antara lain sebgai
berikut :
1. Makan sup bening . Hindari kopi, teh, dan susu. Pada bayi ASI boleh tetap diberikan
tetapi untuk susu formula harus sibuat lebih encer sampai dua kali lipat. Hindari
makanan padat, ganti dengan bubur, roti ataupun pisang.
2. Memeriksa penyebab diare sehingga terjadinya diare kembali dapat dihindari.
3. Memeriksa tinja apakah mengandung lendir ataupun darah.
4. Cuci tangan tiap selesai BAB untuh mencegah penularan.
5. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
6. Memeriksa dehidrasi ringan sampai berat antara lain haus, mulut kering, lesu, pucat,
mengantuk, mata cekung, elastisitas kulit menurun, dan air seni sedikit dan pekat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. TERAPI FARMAKOLOGI DIARE
Anti–Diare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme usus, menahan iritasi,
absorbsi racun dan sering dikombinasi dengan antimikroba. Diare yang menyerupai kolera
mengakibatkan dehidrasi ringan dan sering memerlukan infus, karena pasien dapat meninggal
karena kekurangan cairan dan elektrolit. Bila tidak disertai muntah, maka cairan garam
rehidrasi (oral rehyration salt = ORALIT) banyak menolong sebagai pertolongan pertama
(Djamhuri, 1994). Oralit merupakan cairan elektrolit–glukosa yang sangat esensial dalam
pencegahan dan rehidrasi penderita dengan dehidrasi ringan–sedang. Pada dehidrasi ringan
dan sedang, bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat (>100 ml/kg/hari) atau
mutah hebat (severe vomiting) dimana penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung
yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi parenteral meskipun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan
hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Terapi rehidrasi oral terdiri dari
rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga

kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan
garam diserap terus menerus melaui absorbsi aktif natrium yang ditingkatkan oleh glukosa
dalam usus halus. Larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium,
kalium, glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan untuk
meningkatkan absorbsi elektrolit.

Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang dalam tubuh
yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa
dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Dehidrasi pada pasien dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi pasien. Pada dehidrasi
ringan-sedang dapat diberikan secara oral dengan pemberian oralit sebanyak 75ml/kg berat
badan diberikan dalam 3 jam pertama di layanan kesehatan, namun jika tidak tersedia dapat
diganti dengan air tajin, kuah sayur, sari buah, air teh, air matang. Setelah rehidrasi
dilakukan, keadaan umum anak

kembali di cek yaitu setelah 3 jam dari rehidrasi oral. Dinilai jika keadaan umum anak
sudah membaik, anak mulai mengantuk dan tertidur, maka rencana terapi dilanjutkan sesuai
dengan terapi diare tanpa dehidrasi yaitu dengan melanjutkan pemberian ASI, sari buah dan
makanan. Namun jika dehidrasi belum teratasi, anak masih dalam keadaan.
Dehidrasi ringan-sedang maka terapi rehidrasi ringansedang diulang kembali dan jika
keadaan anak lebih memburuk menjadi dehidrasi berat maka anak segera di rehidrasi sesuai
terapi dehidrasi berat yaitu diberi cairan resusitasi secara intravena sebanyak 30ml/kg berat
badan ½ jam pertama dilanjutkan 70ml/kg berat badan 2 ½ jam berikutnya Pemberian per
oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g
Natrium bikarbonat, dan 1,5g KCl setiap liter. Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu
mengganti kehilangan air dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga kehilangan
cairan yang sedang berlangsung (Maliny, 2014). Pemberian Zinc selama 10 hari terbukti
membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
secara keseluruhan. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai
berikut: a. Balita umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg)/hari b. Balita umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
(20 mg)/hari. Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau
diare dengan disertai penyakit lain (Depkes RI, 2011). Antibiotik diindikasikan pada diare
dengan gejala dan tanda diare dengan infeksi, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
eksresi dan kontaminasi lingkungan. Antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan
resistensi kuman (Mansjoer, 2009). Pada anak tidak perlu diberikan obat antidiare, karena
saat diare akan terjadi peningkatan motilitas dan peristaltik usus. Anti diare akan
menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru dihambat
keluar. Selain itu anti diare dapat menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus
terlipat/terjepit.

B. TERAPI NON FARMAKOLOGI DIARE


Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan khusus /
imunisasi. Termaksud cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena
peningkatan higiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden diare, jangan makan
sembarangan terlebih makanan mentah, mengonsumsi air yang bersih dan sudah direbus
terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja. Memberikan ASI
ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun. Memberikan makanan pendamping
ASI sesuai umur, untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk dehidrasi.
Buang air besar dijamban, Membuang tinja bayi dengan Dengan benar Memberikan
imunisasi campak.

C. OBAT OBAT SWAMEDIKASI DIARE

1. ORALIT
Komposisi oralit 200ml;
Glukosa andhidrat 4g
Natrium klorida 0,7 g
Natrium sitrat dihidrat 0,58g
Kalium klorida 0,3 g
Serbuk dilakukan dalam 200 ml atau 1 (satu) gelas air matang hangat.

Takaran pemakaian oralit pada diare


Umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun dewasa
Tidak ada dehidrasi Setiap kali BAB beri oralit

Terapi A 100 ml 200ml 300ml 400ml

Mencegah dehidrasi (0,5 GELAS) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)


Dengan dehidrasi 3 jam pertama beri oralit
Terapi B 300 ml 600 ml 1,2 L 2,4 l
Mencegah dehidrasi 1,5 gelas 3 gelas 6 gelas 12 gelas
Selanjutnya stelah BAB beri oralit
100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
0,5 gelas 1 gelas 1,5 gelas 2 gelas

Kegunaan obat :
 oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang keluar bersama
tinja
 oralit 200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium
sediaan yang beredaer :
 oralit ( generik) serbuk (B) Alphatrolit ( phama apek) serbuk (B) aqualyte (prafa)
cairan (B)
 ioralit (indofarmaa) serbuk (B) corsalit ( corsa) serbuk (B)

2. kaolin
indikasi : diare
dosis : dewasa 15-45 ml childn 6-12 thn 10-20ml. Digunakan setelah seyiap
buang air besar atau seperti yang diarahkan, maksimal 2 hari.
Pemberian : dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan
Interaksi :menurunkan absorpsi dan diflunisal, azitromizin, ciprofloksasin,
isoniacid, Norfloksasin, ofloksasin, ripamfisin dan sebagian besar
golongan tetrasiklin, Fenitoin, fenasin, besi oral.
Kontra indikasi : obstruksi usus, kondisi usus spastik, anak< 6 tahun.

3. Loperamid hidroklorida
Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa dan anak- anak
lebih 4 tahun diare; diare kronik hanya pada dewasa,
kontraindikasi : kram abdomen dan reaksi urtikaria, ileus patralitik dan perut kembung.
Dosis : diare akut, dosis awal4mg diikuti dengan 2 mg setelah habis buang air
besar. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4mg diikuti 2 mg setiap
buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16mg sehari. Pemberian
harus dihentikan bila tidak ada perbaikan etelah 48 jam.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola (bahasa yunani)
yang berarti mengalir terus, merupakan suatau keadaan abnormal dan pengeluaran tinja
yang terlalu frekuen. Hipokrateras memberikan definisi diare sebagai suatu keadaan
abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja. Sedangkan DKK mendefinisikan diare
sebagai malabsorbsi air dan elektrolit dengan eksresi isi usus yang dipercepat.
2. Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri,
virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab
diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EFEC). Budiarti (1997)
melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia karena diare akibat infeksi EFEC.
Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EFEC adalah diare yang berair sangat banyak
yang disertai muntah dan badan sedikit demam.
3. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar
yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab
lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun di klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi
lingkungan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Sukandar, Elin Y. 2009. ISO Farmakoterapi. Ed. II. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
349-353,372- 377.
Tan HT, Rahardja K. 1993. Swamedikasi. Gramedia. Jakarta, 101-109, 111-118
http://obatdiare.co.cc//herbal.diakes 28 oktober 2012
http://blogkita.info/antidiare. diakes 28 oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai