Jumarni O1a117026
Jumarni O1a117026
FARMASETIKA TERAPAN
OLEH:
NAMA : JUMARNI
NIM : O1A117026
KELAS :A
DOSEN : apt. SABARUDIN, S. Farm., M. Si.
Antibiotik Dosis
Pemberian antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat antibiotik yang tepat dan
aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas sebaiknya diberikan obat
penurun panas. Namun jika infeksi tidak hilang maka dilakukan kultur asi.
Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Rasa nyeri menjadi
penghambat hormon oksitosin yang berperan dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik
yang diberikan berupa ibuprofen dengan dosis 1,6gram per hari karena lebih efektif
dalam menurunkan peradangan dibandingkan dengan paracetamol dan asetaminofen.
Sehingga direkomendasikan pada ibu menyusui yang mengalami mastitis. Selain
analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa diberikan kompres
kentang.
Penatalaksanaan non-medis (Terapi Non Farmakologi)
Penatalaksanaan non-medis dapat dilakukan berupa tindakan suportif untuk mencegah
mastitis semakin buruk. Tindakan suportif yang diberikan yaitu guna untuk menjaga
kebersihan dan kenyamanan meliputi :
1. Sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan sedikit lalu oleskan pada daerah
payudara dan puting. Cara ini bertujuan untuk menjada kelembapan puting susu.
Kemudian bayi diletakkan menghadap payudara ibu. Posisi ibu bisa duduk atau
berbaring dengan santai, bila bu memilih posisi duduk sebaiknya menggunakan kursi
yang lebih rendah supaya kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu bisa
bersandar.
2. Selanjutnya bayi dipegang pada belakang bahu dengan menggunakan satu lengan,
dengan posisi kepala bayi terletak di lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh
menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan). Tangan bayi
diletakan dibelakan badan ibu dan tangan satu didepan, perut bayi ditempelkan pada
badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya menengokkan
kepala bayi). Payudara dipegang dengan jari jempol diatas dan jari lainnya menopang
payudara, seperti huruf C.
3. Bayi diberi rangsangan supaya bayi ingin membuka mulut atau disebut dengan
rooting reflex yaitu menyentuhkan pipi bayi pada puting susu atau menyuntuhkan sisi
mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi didekatkan pada payudara dan
puting dimasukan pada mulut bayi. Usahakan areola payudara masuk ke mulut bayi
sehingga lidah bayi akan menekan ASI. Posisi yang salah apabila bayi hanya
menghisap bagian puting ibu saja. Hal ini akan mengakibatkan ASI tidak keluar
secara adekuat.
4. Selain pengosongan payudara penatalaksanaan lainya berupa pemberian kompres
hangat dengan menggunakan shower hangat atau lap yang sudah dibasahi air hangat.
5. Mengubah posisi menyusui (posisi tidur, duduk atau posisi memegang bola (foot ball
position). Memakai baju atau bra yang longgar dapat mengurangi penekanan
berlebihan pada payudara. Bra yang ketat dapat menyebabkan segmental
enggorgement jika tidak disusui dengan adekut.
6. Selanjutnya mengedukasi ibu atau memberi pengetahuan tentang dan pencegahan dan
penanganan mastitis. Sehingga ibu bisa mewaspadai sebelum terjadi mastitis. Dengan
cara tersebut biasanya mastitis akan menghilang setelah 48 jam. Tetapi jika dengan
cara-cara tersebut tidak ada perubahan, maka akan diberikan antibiotika 5-10 hari dan
analgesik.
Tugas 2
Penyelesaian Contoh Kasus
Kasus 1
Ibu A berusia 25 tahun dan masuk rumah sakit dengan bakteriuria asimptomatis. Ia
memperoleh resep trimetoprim 200 mg dua kali sehari. Saat kunjungan ke bangsal, ia
mengatakan bahwa iatelah hamil sekitar 8 minggu dan juga merasakan mual.
Metoklopramid 10 mg tiga kali sehari telah diresepkan. Selain itu tidak ada obat lain
yang diminum.
Pertanyaan
1. Apakah permasalahan yang terdapat pada kasus ini?
2. Apakah tindakan untuk mengatasinya?
Jawab :
Permasalahan dalam kasus ini adalah penggunaan obat metoklopramid pada wanita
hamil. Dimana obat ini termasuk obat yang dalam peringatan ketika diberikan pada
wanita dalam masa kehamilan. Metoklopramid menurut penilitian di Amerika, bahwa
akan mengakibatkan gangguan janin sebesar 2-4% karena obat ini dapat menembus
barier plasenta yang dapat membahayakan janin. Selagi masih bisa dihindari, sebaiknya
obat ini dihentikan penggunaannya.
Rasa mual yang timbul disebabkan karena pemakaian antibiotik trimetoprim. golongan
antibiotik yang aman untuk wanita hamil adalah penisilin/sefalosporin, untuk kasus ini
sebaiknya trimetoprim diganti dengan salah satu golongan tersebut untuk meminimalisir
rasa mual yang timbul. Untuk bakteriuria asimptomatis disarankan menggunakan
sefadroksil. Adapun jika masih merasa mual hal itu disebabkan karena efek morning sick,
pasien disarankan untuk istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang sehat dan
konsumsi air hangat.
Kasus 2
Ibu B berusia 29 tahun dengan riwayat hipertensi. Ia memperoleh resep antagonis
reseptor angiotensin II losartan 50 mg pada pagi hari dan diuretik golongan thiazida
bendrofluazid 2,5 mg pada pagi hari. Setelah melahirkan seorang bayi laki-laki yang
sehat, ibu B ingin segera mulai menyusui.
Pertanyaan
1. Apakah permasalahan yang muncuk pada kasusu di atas?
2. Apakah tindakan yang harus diambil?
Jawab :
Permasalahan yang terdapat pada kasus tersebut adalah pemberian obat losartan. Pada ibu
hamil, obat ini menurut US FDA (Food and Drugs Administration) termasuk dalam
kategori D, yaitu terdapat bukti yang benar menunjukkan resiko terhadap janin manusia
dan hanya dapat digunakan bila manfaat yang lebih besar daripada resikonya, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mengeluarkan peringatan bahwa losartam dapat
menyebabkan keracunan janin dan harus dihentikan segera setelah kehamilan terdeteksi.
Menggunakan losartan saat hamil dapat menyebabkan cedera janin atau kematian.
Tindakan yang harus dilakukan adalah mengganti obat losartan dengan Nifedipin yang
dikombinasikan dengan metildopa. Nipfedipin termasuk dalam kategori “C”; kategori
aman bagi ibu hamil dibanding dengan hipertensi lain. Sedangkan metildopa masuk
dalam kategori “B”, merupakan pilihan utama untuk ibu hamil. Pustaka lain menyatakan
kombinasi metoldopa dan nifedipin terbukti dapat mengatasi hipertensi kehamilan stage
sedang hingga parah.