Anda di halaman 1dari 152

PETUNJUK TEKNIS

PERENCANAAN KEGIATAN
INFRASTRUKTUR

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)


MANDIRI - PERKOTAAN

Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur i


ii PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur
DAFTAR ISI

DAFT AR ISI | i

BAB I | PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan | 2

1.2. Ruang Lingkup | 2

BAB II | PERENCANAAN TEKNIS


(PENYUSUNAN DED DAN PROPOSAL KEGIATAN)
2.1. Mekanisme Perencanaan Teknis | 4

BAB III | VERIFIKASI KELAYAKAN DED DAN PROPOSAL

3.1. Mekanisme dan Pembagian Tugas Tim Pelaksanaan | 42

3.2. Langkah-langkah Teknis Pelaksanaan | 45

BAB IV | KETENTUAN TEKNIS

4.1. Jalan dan Bangunan Pelengkapnya | 52

4.2 Jembatan | 63

4.3 Tambatan Perahu | 71

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur i


4.4 Drainase Pemukiman | 74

4.5 Prasarana Air Bersih | 78

4.6 Prasarana Irigasi | 87

4.7 Prasarana Persampahan | 93

4.8 Prasarana Pembangkit Listrik/Penerangan Umum | 93

4.9 Prasarana Bangunan Gedung | 95

4.10 Prasarana Mandi, Cuci, Kakus | 113

LAMPIRAN | 121

ii PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


BAB I
PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) 1


BAB I
PENDAHULUAN

Persiapan & perencanaan teknis merupakan salah satu tahapan (tahap awal) kegiatan
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana. Yang merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh KSM dalam rangka Penyusunan Usulan Kegiatan Sarana & Prasarana sebelum
melaksanakan proses pelaksanaan pembangunan (fisik/konstruksi) sarana & prasarana.
Keseluruhan proses kegiatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam Dokumen yang disebut
Dokumen Perencanaan Teknis/DED/Proposal Usulan Kegiatan KSM. Kegiatan ini sangat penting
dan bermanfaat bagi KSM, terutama :
 Untuk mendapatkan usulan kegiatan yang baik dan layak secara teknis, keuangan dan aman
terhadap lingkungan & sosial (safeguards);
 Untuk memampukan masyarakat dalam membuat rencana pelaksanaan kegiatan;
 Memenuhi persyaratan bagi KSM untuk melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan;
Baik KSM sebagai Pelaksana Kegiatan Lingkungan maupun Kegiatan Lingkungan yang
diusulkan oleh KSM untuk dilaksanakan melalui PNPM Mandiri Perkotaan harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Program.

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari buku ini adalah untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan Persiapan &
Perencanaan Teknis, khususnya dalam rangkaian kegiatan Penyusunan Proposal Usulan
Kegiatan KSM dalam rangka memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan lingkungan
program PNPM Mandiri Perkotaan.
Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan Persiapan &
Perencanaan Teknis, khususnya dalam rangkaian kegiatan Penyusunan Proposal Usulan
Kegiatan KSM agar memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan
persyaratan kegiatan lingkungan yang telah ditetapkan program PNPM Mandiri Perkotaan.

1.2. RUANG LINGKUP


Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan Penyusunan Proposal
Usulan Kegiatan Lingkungan, yang mencakup : Organisasi KSM, Komponen Kegiatan
Lingkungan, Mekanisme Umum Pelaksanaan Kegiatan Lingkungan, Langkah-langkah teknis
Penyusunan Usulan Kegiatan dan Tatacara Verifikasi Kelayakan Usulan Kegiatan Lingkungan.
Buku ini juga sekaligus dapat digunakan sebagai petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan PLPBK
yang sumber dananya berasal dari BLM.

2 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


BAB II
PERENCANAAN TEKNIS
(PENYUSUNAN DED DAN PROPOSAL KEGIATAN)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 3


BAB II
PERENCANAAN TEKNIS
(PENYUSUNAN DED DAN PROPOSAL KEGIATAN)

Kegiatan perencanaan teknis secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran


untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat
dalam merencanakan pembangunan lingkungan permukiman diwilayahnya, khususnya
dalam pengelolaan kegiatan perencanaan. Sehingga hasil dari pembangunan ini akan
mewujudkan lingkungan yang aman, tertib, sehat, selaras dan lestari yang menjunjung
nilai-nilai budaya lokal.
Seluruh kegiatan infrastruktur yang direncanakan atau akan dilaksanakan melalui BLM
PNPM Mandiri Perkotaan (Paket, PLPBK dan Reguler) harus dapat memberikan manfaat
secara langsung dan sebesar-besarnya bagi warga miskin.
Untuk kegiatan perencanaan teknis / penyusunan DED khususnya kegiatan PLPBK
diharapkan UPL dapat mengkoordinasikan atau membentuk tim perencanaan teknis, dan
tim ini bisa dari unsur masyarakat yang memiliki keahlian di bidang perencanaan atau
menunjuk pihak lain yang memiliki keahlian dibidang perencanaan teknis baik individual
maupun tim. Proses dan tahapan perencanaan teknis / penyusunan DED tetap mengacu
pada mekanisme tahapan perencanaan yang sudah diatur dalam buku perencanaan ini.

2.1 MEKANISME PERENCANAAN TEKNIS

Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan dan
Perencanaan Teknis, masing-masing tahapan tersebut secara rinci dapat dilihat pada
diagram alir Perencanaan Teknis kegiatan Infrastruktur (gambar 1 dan 2) sebagai berikut :

4 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Secara detail diagram alir perencanaan teknis diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Tahapan Persiapan, kegiatan tahapan persiapan ini dilaksanakan untuk:
 Memastikan kelengkapan dokumen PJM/Renta kegiatan infrastruktur reguler dan
memastikan dokumen RTPLP yang sudah disepakati untuk kegiatan PLPBK;
 Pembentukan/penunjukan tim perencanaan teknis atau penyusunan DED yang
dikoordinasikan oleh UPL;
 Coaching/Konsolidasi langkah-langkah perencanaan/penyusun DED dan proposal
kegiatan yang akan dilaksanakan KSM;
Muatan utama coaching ini lebih difokuskan pada materi :
a. Penjelasan tentang perencanaan teknis pekerjaan yang akan dilaksanakan :
 Informasi umum kegiatan, seperti Nama, Volume, Tujuan/Manfaat proyek,
Penerima Manfaat, dll;
 Status penyediaan lahan lokasi proyek dan perijinan pembangunan yang
diperlukan;
 Data hasil Survey Teknis; Desain/Gambar dan Spesifikasi Teknis pekerjaan;
 Rencana Pengamanan Dampak yang telah disusun (Kegiatan Terlarang/List
Negatif dan Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan & Sosial)
 Daftar Kuantitas Pekerjaan, berikut rincian/cara perhitungannya;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 5


 Jadwal Induk Pekerjaan;
 Perkiraan/pagu alokasi dana dan Sumber dananya;
 Data hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat dan Referensi Analisa
Harga Satuan Pekerjaan yang dipergunakan.
b. Penjelasan Bentuk Proposal, substansi dan tatacara penyusunannya;
c. Pengorganisasian KSM untuk melaksanakan tugas/tanggunjawabnya;
d. Menyepakati kriteria penilaian kelayakan proposal yang akan diajukan KSM.
e. Menyepakati batas waktu penyampaian proposal kepada BKM/(UPL;
B. Tahapan perencanaan teknis, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
tahapan pelaksanaan perencanaan teknis adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan Lahan
Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan
lahan/tanah (termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang
terkena) sebagai lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat
yang terbatas dan keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun
yang diperkenankan membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan
diakui secara sah dalam hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas
tanah tanpa seijin pemiliknya) maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai
sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perkotaan menempatkan kegiatan penyediaan lahan
untuk lokasi pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan
dari proses pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh
masyarakat sejak awal penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur.
b. Survey dan Investigasi
 Survey Teknis
Sebelum dilakukan penyusunan Desain bangunan maka terlebih dahulu harus
dilakukan Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data-
data/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang
sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur
yang akan dibangun. Seperti : Kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi),
kondisi tanah (keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan
lahan, perkerasan, penghijauan, dll.
Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan
desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.
Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh
karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu
dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :
 Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan
diperoleh;
 Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan
digunakan;
 Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti :
patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;

6 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya
relawan/masyarakat dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat
berlangsung lebih efektif.
Data/informasi yang diperoleh dari hasil Survey dan pengukuran ini harus dicatat dan
disimpan/diarsipkan.
Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus
dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan pihak
Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan rintangan.
Pada kegiatan survey teknis ini, juga sekaligus membuat dokumentasi/photo awal
(0%) pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang
diambil/potret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur yang akan
dibangun, misalnya untuk Jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan dapat
diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain yang
dianggap penting) sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air bersih non
perpipaan, rehab perumahan/pendidikan/kesehatan, dll, cukup diambil dari sisi yang
berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang). Penting untuk diperhatikan bahwa
titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi
pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi, yaitu kondisi 50% dan 100%.
Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga
kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang
akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal
yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga
kerja setempat.
Beberapa prosedur sebagai contoh yang umum dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan
survei prasarana adalah :
c. Survey Swadaya Masyarakat
Swadaya masyarakat merupakan salah satu sumber pembiayaan kegiatan
pembangunan infrastruktur. Untuk itu, perencanaannya harus dilakukan dengan
realistis sehingga bersama-sama dengan dana dari sumber dana bantuan
(APBN/APBD/Swasta lainnya) dapat diintegrasikan dan dihitung secara teliti dan
realistis untuk membiayai pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Sasaran dari survey & investigasi swadaya masyarakat ini adalah untuk
memperoleh/meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
(pembiayaan) infrastrukturnya. Indikator keluarannya adalah : Diketahuinya siapa, apa
saja bentuknya dan berapa besarnya swadaya yang akan diberikan oleh masyarakat
untuk pelaksanaan kegiatan infrastruktur.
Jenis dan nilai dari swadaya yang dikontribusikan oleh masyarakat pada dasarnya
tidak dibatasi, namun demikian sesuai dengan kebijakan dan mekanisme program
maka komponen keswadayaan masyarakat yang dapat diperhitungkan untuk kegiatan
pembangunan prasarana KSM disini, hanyalah difokuskan pada bentuk/komponen,
yaitu : Tenaga Kerja, Bahan/Material Bangunan, Peralatan Kerja, Administrasi proyek,
Dana Tunai, Konsumsi dan Lahan lokasi proyek.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 7


Waktu pelaksanaan survey swadaya ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan survey
calon tenaga kerja dan survey harga satuan upah/bahan/alat.
Tatacara pelaksanaannya adalah Tim Survey secara langsung mendatangi semua
warga pemanfaat dan melakukan wawancara/dialog langsung, sekaligus memastikan
kesanggupan untuk merealisasikannya. Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah nama,
alamat, jenis kelamin warga yang berswadaya, bentuk dan jumlah swadaya yang akan
diberikan. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk
dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan swadaya masyarakat nantinya.
Contoh formulir pencatatan survey swadaya masyarakat seperti tabel berikut :
Tabel 1 : Data Survey Swadaya Masyarakat

Cara Pengisian formulir :


 Kolom No : Diisi nomor urut;
 Kolom Nama : Diisi Nama warga yang berkontribusi;
 Kolom L/P : Diisi Jenis kelamin (L : Laki-laki, P : Perempuan);
 Kolom Alamat : Diisi alamat lengkap warga yang berkontribusi;
 Kolom Bentuk Swadaya: Diisi bentuk swadaya, khusus swadaya tenaga kerja supaya
Langsung diisi dengan kualifikasinya seperti Mandor, dll.
 Kolom Volume & satuan: Diisi jumlah swadaya dan satuannya;
 Kolom Tandatangan : Diisi Tandatangan langsung warga yang berkontribusi

Catatan :
 Bila ada sumbangan uang tunai sebaiknya langsung diarahkan dalam bentuk
bahan/alat/administrasi sehingga nantinya tidak menyulitkan
pertanggungjawaban keuangannya dan memudahkan proses perhitungan dalam
integrasi sumber-sumber dana dalam RAB nanti.
 untuk swadaya tenaga kerja agar bentuk swadayanya langsung diidentifikasi
apakah sebagai tukang atau pekerja dan dinyatakan dalam bentuk jumlah hari
berkerja bukan dengan cara mengurangi harga upahnya sehingga dalam
perhitungan anggaran pekerjaan akan lebih mudah dengan menggunakan standar
harga yang sama dengan upah yang dibayarkan;
 Lahan (Tanah,Tanaman Produktif dan asset lain yang terkena lokasi kegiatan),
disini tidak perlu disurvey lagi karena hal ini dapat langsung diperoleh dari hasil
perencanaan teknis (kegiatan penyediaan lahan);

d. Rembug ”Kesepakatan Swadaya Masyarakat”


Hasil Survey & Investigasi Swadaya masyarakat yang telah dilaksanakan sebelumnya,
selanjutnya harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui Forum Rembug
atau Musyawarah warga. Hasil kesepakatan ini pada dasarnya merupakan komitmen
awal masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan wilayahnya, namun
demikian tidak menutup kemungkinan bahwa dalam proses pelaksanaan

8 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


pembangunan infrastruktur, swadaya masyarakat ini dapat bertambah dari yang
disepakati ini.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk menyepakati rencana/target swadaya masyarakat
yang akan dikontribusikan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Selanjutnya
hasil Kesepakatan swadaya masyarakat dibuat dalam Berita Acara Kesepakatan
Swadaya Masyarakat.
Rembug Kesepakatan Swadaya ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan rembug
Kesepakatan harga satuan hasil survey KSM dengan mengundang/melibatkan BKM,
Tim Teknis Pemda, pemerintah kelurahan/desa setempat, tokoh masyarakat bersama-
sama dengan seluruh warga anggota KSM.
Dalam proses pelaksanaan rembug, Tim Survey KSM menyampaikan hasil survey
swadaya yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan pembahasan dan menyepakati
kontribusi swadaya masyarakat secara bersama-sama. Hasil Kesepakatan ini
dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan Swadaya dengan melampirkan Daftar
nama-nama warga yang berswadaya termasuk jenis dan kuantitas bentuk
swadayanya.
e. Survey dan Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat
Sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana
kegiatan maka harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan dalam
pelaksanaan kegiatan harus merupakan hasil survey sekurang-kurangnya dari 3
toko/pemasok setempat/terdekat dan disepakati bersama melalui rembug warga.
Sebagai referensi data/informasi harga satuan upah/bahan/alat bagi KSM untuk
menyusun RAB proposal pelaksanaan kegiatan dapat menggunakan hasil rembug
kesepakatan harga yang diselenggarakan oleh UPL pada saat perencanaan teknis
sebelumnya. Meskipun demikian, KSM tetap harus melakukan survey
harga sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat, kemudian
memilih harga terendah dan menyepakati secara bersama-sama dalam rembug KSM.
Apabila seluruh harga satuan upah/bahan/alat terendah hasil survey KSM adalah
sama dengan harga satuan terendah yang telah disepakati bersama dalam rembug
pada saat perencanaan teknis, maka KSM dapat langsung menggunakan harga hasil
kesepakatan tersebut tanpa perlu melakukan rembug kesepakatan harga kembali dari
hasil survey yang dilaksanakannya, tetapi bila terdapat satu atau lebih harga satuan
terendah yang berbeda maka harus dilakukan kesepakatan hasil survey dan dibuat
justifikasi/alasannya secara realistis.
Tatacara survey dan kesepakatan harga satuan ini, secara rinci mengacu pada
penjelasan tatacara survey dan kesepakatan harga satuan yang dilakukan pada tahap
perencanaan teknis sebagaimana telah diuraikan dimuka.
f. Survey Calon Tenaga Kerja
Daftar Calon Tenaga Kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur yang dikelola oleh KSM diperoleh berdasarkan hasil survey calon tenaga
kerja.
Tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan diprioritaskan dan
diharapkan sebanyak mungkin dari masyarakat setempat, baik laki-laki maupun

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 9


perempuan. Kehadiran tenaga kerja dari luar lokasi/kelurahan dibatasi, kecuali
bilamana dilokasi kelurahan tersebut tidak cukup tersedia tenaga kerja yang
dibutuhkan.
Informasi ketersediaan tenaga kerja proyek sangat penting diketahui dalam
perencanaan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur. Hal ini terutama
karena akan menjadi dasar pemilihan teknologi/metode kerja pelaksanaan
pembangunan fisik.
Selain jumlah, kualifikasi tenaga kerja juga sangat penting diketahui dari hasil survey,
terutama untuk memperoleh kepastian apakah kegiatan pembangunan dapat
dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ada dan dapat diselesaikan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan program. Pengalaman/keterampilan yang dimiliki calon tenaga kerja
(seperti Mandor/Ketua regu kerja, Tukang dan Pekerja) terutama guna menjamin cara
pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan secara benar sehingga dapat memenuhi
kualitas fisik yang baik.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memperoleh calon tenaga kerja sesuai kualifikasi
dan kebutuhan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Adapun indikator keluarannya
adalah Jumlah Calon tenaga kerja sesuai kualifikasi dan kebutuhan pekerjaan
(swadaya maupun tenaga kerja yang akan dibayar) diketahui/tercatat.
Apabila KSM akan menggunakan peralatan berat dalam pelaksanaan pekerjaannya
maka selain calon tenaga kerja, KSM juga harus melakukan survey dan menyampaikan
daftar peralatan berat yang akan dipergunakan.
Tatacara pelaksanaan :
 Untuk calon tenaga kerja dari swadaya masyarakat pada prinsipnya mengacu
pada informasi swadaya tenaga kerja hasil dari kesepakatan Swadaya Masyarakat;
 Untuk tanaga kerja yang akan mendapat upah maka Tim Survey secara langsung
mendatangi warga yang memiliki pengalaman/keterampilan yang sesuai
kebutuhan, kemudiaan menanyakan kesediaannya untuk menjadi tenaga kerja.
 Waktu pelaksanaan Survey Tenaga kerja ini dapat dilakukan bersamaan dengan
kegiatan survey swadaya dan survey harga satuan, khususnya terkait informasi
tenaga kerja.
 Informasi/data yang perlu dicatat survey dari calon tenaga kerja meliputi : nama,
jenis kelamin, status kemampuan ekonomi saat ini (mampu, kurang
mampu/miskin), umur, alamat dan tandatangan persetujuaannya.
 Pencatatan hasil survey dapat dibuat seperti contoh Formulir Survey Calon Tenaga
Kerja berikut.

10 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Contoh formulir Pencatatan Survey Tenaga Kerja dapat dibuat seperti contoh
berikut :

g. Penyusunan Desain Teknis (Pembuatan Desain, Gambar-gambar,


Spesifikasi Teknis)
Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya
mutu/manfaat bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu
siapapun yang menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan
seperti apa yang diinginkannya dari bangunan tersebut.
Membuat Desain, Spesifikasi & Gambar-gambar perencanaan teknik, secara
sederhana dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan
yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan
(keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat
penggunanya.
Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan
tentang mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya
diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar & Spesifikasi Teknis,
kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan
volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L/SPPB. Kemudian pada tahap
pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu kesatuan
yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan.
Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih
merupakan sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka
dokumen-dokumen tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir
proyek. Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai
kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah :
• Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang
menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan
kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);
• Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis
bangunan tersebut;
• Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu),
termasuk bila kondisi tanah dasar jelek;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 11


• Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan
dibuat sesuai kebutuhan;
• Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti
tebal plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai
jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½
bata/Batako, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;
• Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman,
lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis
bangunan (bila ada);
• Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan
dan belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;
• Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran
campuran 1 semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton
bertulang campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerili, pasangan bata/Batako camp
1sm : 5psr dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;
• Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai
kayu kelas II, atap seng/genteng beton, dll.
a) Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan
dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka
dipilih alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam
pemilihan desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak
lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan
yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali
dibuat perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu
konstruksi guna menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian
dituangkan dalam Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.
b) Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai
persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan
pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis
merupakan dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis
besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan),
komposisi campuran, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan
terkait yang harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan,
dll).
c) Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi
teknis ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar-
gambar tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan
mutu prasarana tersebut.
Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu :
1) Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan
dibangun;
2) Gambar Situasi, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir
pekerjaan atau menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat.

12 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


3) Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok
(panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).
4) Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang
terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.
5) Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah
(memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran
tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga
dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran
yang digunakan (misalnya plesteran campuran 1 semen : 4 pasir), jenis bahan
yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap genteng beton), dll. Untuk lebih
memehami hubungan bagian-bagian struktur yang dianggap sangat penting
maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar potongan, seperti Detail
Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan balok/kolom, detail Pondasi, detail
Kusen Pintu/Jendela, dll.
6) Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau
sebagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.
Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus
diverifikasi kelayakannya oleh tim verifikasi yaitu dari unsur LKM/UPL, konsultan
pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis /Dinas PU setempat.
Hasil Verifikasi ini sekurang-kurangnya harus memberikan jaminan bahwa rencana
bangunan dapat bermanfaat bagi warga miskin, rencana teknis bangunan sesuai
standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan
(kekuatan & keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan
dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta mudah & aman
diakses oleh warga pengguna bangunan).
Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu
pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan Umum
atau instansi teknis terkait lainnya.
Kegiatan perencanaan teknis/penyusunan DED kegiatan infrastruktur PLPBK
maupun reguler pada dasarnya sama, yang membedakan adalah keluaran/output
dokumen perencanaan PLPBK lebih lengkap dibanding dokumen perencanaan
(proposal) kegiatan infrastruktur reguler, untuk isi dokumen perencanaan/proposal
kegiatan infrastruktur reguler tetap menggunakan outline proposal yang sudah
diberlakukan pada buku petunjuk teknis sebelumnya.
Adapun standard keluaran kegiatan perencanaan teknis (penyusunan DED) kegiatan
infrastruktur PLPBK sekurang-kurangnya berisi 4 (empat) komponen sebagai berikut:
Tabel 2: Daftar Isi Dokumen Perencanaan Teknis (DED) Kegiatan PLPBK

NO KOMPONEN SUB KOMPONEN


1. Gbr denah Situasi (site plan)
2. Gbr Tampak
1 Gambar Rencana
3. Gbr potongan (melintang dan memanjang)
4. Gbr Detail Potongan

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 13


1. Analisa Harga Satuan
2. Harga Satuan
3. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
4. Perhitungan Volume Kebutuhan
2 RAB
Bahan/Alat/Upah
5. Rekapitulasi Pekerjaan
6. Perhitungan RAB (masing-masing kegiatan)
7. Jadual Pelaksanaan
1. Uraian Umum Pekerjaan
2. Ketentuan Ukuran
3 RKS 3. Lingkup Pekerjaan
4. Persyaratan Bahan
5. Persyaratan Pelaksanaan
1. Penyediaan Lahan Lokasi Kegiatan
ianfrastruktur
2. Perijinan terkait pelaksanaan
4 Dokumen Lain pembangunan yang diperlukan (bila ada)
3. Pengamanan Dampak Lingkungan dan
Sosial (Safeguards)

h. Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial


Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain
yang menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya
perlindungan/pelestarian terhadap lingkungan.
Sasaran kegiatan adalah : untuk mewujudkan bangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif sosial dan lingkungan. Adapun Indikator keluaran kegiatan adalah :
• Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau bahan bangunan yang digunakan tidak
termasuk dalam Daftar/List Negatif yang telah ditetapkan;
• Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan & Sosial akibat dari
pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan;
• Tersedia atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial dan
lingkungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan proyek ini;

Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :


1). Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif
desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
2). Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan
Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang

14 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan
kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan
3). Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi
dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi
dampak negatifnya.
Setiap proposal kegiatan infrastruktur(proyek/sub-proyek) akan diperiksa dengan
prosedur/kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada
sub-proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada
pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap
alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan kegiatan tersebut
layak atau tidak.
Catatan:Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan
buku Suplemen, Petunjuk Teknis Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial
(Safeguards).
i. Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi
Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan
konstruksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi
persyaratan mutu sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian
dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode
Pelaksanaannya dan Urutan pelaksanaannya.
(1). Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi
Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur,
minimal gambar tampak, denah, potongan (memanjang, melintang) dan gambar
detail konstruksi dari infrastruktur yang akan dibangun tersebut, termasuk spesifikasi
teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa
saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.
Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis
pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti
komposisi campurannya, dimensi, persyaratan material/peralatan,
ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya.
Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh
untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :
Tabel 3 : Contoh Data Identifikasi Jenis-jenis Pekerjaan
No Item Pekerjaan Satuan
1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan M2
2. Penimbunan Badan Jalan M3
3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu) M3
4. Galian Tanah Parit M3
5. Pekerjaan Beton M2
6. Pekerjaan Ps. Batu Kali M3

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 15


Catatan :
• Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar
dalam penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan
lingkup aktivitas didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi
pengulangan kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian
Tanah, Pekerjaan Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi
pekerjaan, memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan
kerja, melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada
gambar, membuang tanah bekas galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh
tersebut maka dalam daftar Hasil Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item
pekerjaan tersendiri untuk pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan
tersebut telah diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak
akan terjadi tumpang tindih pembiayaan).
• Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam P2KP, banyak
dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam
daftar kuantitas pekerjaan, oleh karena itu pada tahap identifikasi ini perlu
menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara lengkap agar dapat
diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan pembiayaannya
nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotong-royong.
• Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor
proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan
pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan
kantor/direksi keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak
diperlukan secara khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat
(mengoptimalkan sumberdaya dimasyarakat setempat).
(2). Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan
Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan
yang harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang
diperlukan adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana
(untuk mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan).
Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnya
dapat dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :
 Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui
ukuran-ukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);
 Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka
sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan
pada daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan
perhitungan dapat dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut :
Tabel 4 : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan

No Uraian Pekerjaan Satuan Sketsa dan Perhitungan Volume

1. Lapis Pondasi Bawah M3 T= 20cm 100


Kelas C (Sirtu) L= 2,5m

P (panjang)= 200m

Vol. = P x L x T
= 200 x 2,5 x 0,2
= 100
Dst.

16 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan
biaya dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus
cukup teliti, sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.
 Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.
Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya
(langkah 2 diatas), buatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang
menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan
kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti
tabel / formulir berikut.
Tabel 5 : Contoh Daftar Kuantitas Pekerjaan

C
a
r
a Pengerjaan Formulir :
 Kolom No. : Isi nomor urut jenis pekerjaan;
 Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan
 Kolom Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan
 Volume/Kuantitas: Diisi dengan nilai volume pekerjaan
(3). Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan
Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara
bagaimana setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan
teknologi apa yang akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan
dengan menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau
kombinasi dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi
lokasi pekerjaan, seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan
cara manual atau mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya
dari dan kelokasi pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan
berat/besar. Selain itu juga harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume
pekerjaan yang harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu
yang tersedia sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong
upaya pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu
yang tersedia
Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana
masyarakat memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan,
karena didalam penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau
peralatan. Sehingga hal ini diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 17


volume kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah
dipilihnya metode kerja tiap pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam
menentukan jenis analisa harga satuan setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien”
perhitungan volume kebutuhan tiap pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan
peralatan berat (seperti mesin gilas) maka harus mengacu pada analisa untuk
pekerjaan Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila menggunakan tenaga kerja maka
cukup dengan analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan bangunan
seperti SNI atau BOW.
Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program P2KP maka
diprioritaskan pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja
masyarakat sesuai kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian
kualitas pekerjaan yang baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko tinggi
(dapat menimbulkan kehilangan harta benda dan kerusakan lingkungan) yang
meskipun dapat dilakukan secara manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin
kualitas yang baik maka pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan atau
tenaga terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan perkerasan jalan, pengelasan
gelagar besi jembatan, dll.

(4). Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi


Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur.
Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut
dibuat berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya
adalah selain pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan
metode kerja yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat).
Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan
infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan :
 Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?
 Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?

Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak berurutan dan berurutan
pada Pembuatan Saluran Drainase berikut :
Tabel 6: Contoh Menentukan Urutan Kegiatan

Kegiatan Tidak Berurutan Kegiatan Berurutan


1) Pembersihan Lapangan 1) Pembersihan Lapangan
2) Pemasangan Bouwplank 2) Pemasangan Bouwplank
3) Urugan Pasir dasar saluran 3) Galian Tanah
4) Galian Tanah 4) Urugan Pasir dasar saluran
5) Urugan kembali bekas galian 5) Pasangan Batu Kali
6) Pasangan Batu Kali 6) Urugan kembali bekas galian
7) Meratakan & pemadatan urugan 7) Meratakan & pemadatan urugan
8) Plesteran dan acian 8) Plesteran dan acian

18 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Contoh : Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan
Pasangan Batu Kali dilaksanakan setelah selesai “Kegiatan Memasang Pasir Urug
didasar saluran” dan selanjutnya diikuti oleh “Kegiatan Urugan/Timbunan kembali
tanah bekas galian”, dst.
j. Pembuatan/Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pada dasarnya semua jenis kegiatan pembangunan sarana & parasana dapat
dikerjakan langsung oleh KSM dengan cara swadaya masyarakat, seperti bergotong
royong. Namun karena jumlah infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat cukup
banyak dan tidak semua kegiatan tersebut dapat dipenuhi (mampu ditangani) dengan
cara swadaya maka melalui program PNPM (kegiatan Lingkungan), disediakan
stimulan bantuan dana (dari pinjaman Luar Negeri) untuk mendukung pembangunan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersebut.
Jadi penting untuk dipahami/dilihat bahwa dana BLM/PNPM hanyalah merupakan
pendukung dari swadaya masyarakat sehingga pemenuhan terhadap kebutuhan
pembangunan sarana & prasarana yang dihasilkan dapat lebih banyak. Hal ini juga
berarti bahwa melalui program PNPM ini, masyarakat harus senantiasa
mengupayakan sebanyak-banyaknya swadaya (termasuk sumber-sumber pendanaan
dari pemerintah atau pihak swasta setempat) dan tidak berhenti hanya dengan
adanya dana BLM saja.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) kegiatan/proyek/sub-proyek adalah merupakan
anggaran biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan
prasarana sesuai dengan rencana (Gambar dan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan).
Sesuai ketentuan program PNPM MP dalam pemanfaatan dana Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) maka pembiayaan usulan kegiatan prasarana yang akan dibangun
oleh masyarakat berasal dari dana Swadaya masyarakat dan dana BLM/PNPM MP.
Oleh karena itu maka nilai RAB kegiatan prasarana adalah merupakan gabungan
perhitungan biaya dari kedua sumber dana tersebut. Atau dengan kata lain bahwa
didalam perhitungan RAB Kegiatan/Prasarana, sudah harus dengan jelas
memperlihatkan besarnya komponen dana swadaya dan komponen dana PNPM MP
/BLM.
Kegiatan penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) kegiatan/prasarana merupakan
tahap yang cukup penting dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan
proses/langkah-langkah kegiatannya, agar hasil yang diperoleh paling mendekati nilai
biaya pada saat pelaksanaan kegiatan (realistis) serta sesuai dengan ketentuan PNPM
MP dan dapat dipertanggunjawabkan.
Adapun manfaat RAB adalah :
 Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk
menyelesiakan kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan;
 Mengetahui jumlah/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat yang
diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan;
 Sebagai pedoman pada saat pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana,
khususnya pada saat melakukan pengadaan tenaga kerja, bahan dan alat, baik
menyangkut jumlah, jenis, maupun harga satuannya masing-masing.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 19


 Hal yang perlu dipahami disini bahwa RAB sifatnya adalah suatu
perkiraan/rencana, artinya bahwa nilai volume maupun harga satuan tiap jenis
tenaga/bahan/alat yang paling menentukan dalam penyelesiaan pekerjaan ádalah
nilai kebutuhan nyata (realisasi) dilapangan. Dan seharusnya nilai realisasi ini
sama atau tidak berbeda jauh dengan RAB yang dibuat sebelumnya;
 Untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dibuat didalam dokumen
proposal usulan pelaksanaan kegiatan KSM.

Sedangkan Hasil/Keluaran yang diharapkan dari seluruh proses perhitungan RAB


adalah :
 Masyarakat memperoleh/mengetahui volume/kuantitas kebutuhan tenaga kerja,
bahan, alat termasuk administrasi yang diperlukan untuk
melaksanakan/menyelesaikan seluruh pembangunan infrastruktur. Hal ini
diharapakan agar pada saat pelaksanaan konstruksi nantinya KSM lebih mudah
dan efisien dalam mengelola/mengalokasian dana-nya (tidak terjadi
pembelanjaan yang berlebih yang mengakibatkan pemborosan dana);
 Mayarakat mengetahui total nilai biaya kegiatan dari kontribusi swadaya
masyarakat dan total kebutuhan dana dari BLM.
 Adanya integrasi kontribusi swadaya warga dengan dana BLM PNPM MP;
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Penyusunan RAB :
 RAB disusun oleh KSM, yaitu Ketua Panitia dibantu oleh anggota KSM yang
mampu dan memahami cara pembuatan RAB;
 RAB harus disusun secara teliti/hati-hati dan benar sehingga diperoleh nilai RAB
yang seimbang dengan biaya pelaksanaan pembangunan prasarana yang telah
direncanakan (RAB realistis). Atau dengan kata lain bahwa RAB yang disusun tidak
berlebihan (pemborosan) atau kekurangan dana (kualitas atau kuantitas
pekerjaan tidak dapat dipenuhi);
 RAB bersifat terbuka, artinya siapapun warga boleh mengetahui RAB;
 Dana BLM/PNPM tidak dapat digunakan untuk membiayai ganti rugi. Masalah
ganti rugi harus diselesaikan oleh masyarakat sendiri;
 Apabila terjadi kekurangan dana pada tahap pelaksanaan pembangunan,
 maka harus diusahakan/ditambah melalui swadaya agar memenuhi
kualitas/kuantitas pekerjaan sesuai yang direncanakan;
 Dan sebaliknya apabila terdapat kelebihan dana maka harus digunakan kembali
hanya pada paket kegiatan tersebut dengan cara menambah volume atau
menyempurnakan parasarana yang dibangun tersebut;

Informasi atau data-data awal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan


penyusunan RAB :
1. Rencana Swadaya berdasarkan hasil rembug/musyawarah ”Kesepakatan Swadaya
Masyarakat” (Berita Acara Rembug Swadaya);
2. Harga Satuan Upah/Bahan/Alat berdasarkan hasil rembug/musyawarah
”Kesepakatan Harga Satuan” (Berita Acara Rembug Harga);
3. Gambar-gambar rencana prasarana yang akan dibangun, termasuk data-data
pendukung hasil survey teknik sebelumnya;
4. Metode/Cara pelaksanaan setiap kegiatan (apakah menggunakan tenaga kerja
atau peralatan);

20 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


5. Menyiapkan formulir-formulir perhitungan RAB yang diperlukan.
Setelah data-data hasil kegiatan tersebut (poin 1,2,3) diperoleh maka proses
perhitungan RAB dapat dilakukan sesuai langkah-langkah berikut :
1) Perhitungan Volume/Kuantitas Pekerjaan
2) Perhitungan Volume/Kuantitas Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat
3) Perhitungan Anggaran Biaya
Ketiga langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1). Perhitungan Volume/Kuwantitas Pekerjaan
Yang harus dipersiapkan :
 Gambar Rencana Detail yang sudah mencantumkan semua ukuran prasarana
dan spesifikasi (jenis/kualitas dari material/alat) yang harus dipenuhi serta
didukung dengan data-data hasil survey teknis.
 Formulir perhitungan Kuantitas Pekerjaan (Form : RAB 2 & 2A).
Langkah – langkah Perhitungan Volume Pekerjaan :
1. Buat daftar inventarisasi jenis-jenis (item) kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan bangunan prasarana sebagaimana yang direncanakan.
Daftar item pekerjaan tersebut harus sudah mencantumkan satuan
pengukurannya. Sebagai contoh misalnya :
Tabel 7 : Contoh Data Identifikasi Jenis-jenis Pekerjaan
Item Pekerjaan Satuan
1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan m2
2. Penimbunan Badan Jalan m3
3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu) m3
4. Galian Parit m3
5. Pekerjaan Beton m2
6. Pekerjaan Saluran Ps. Batu Kali m3

Untuk menentukan jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam


pembangunan prasarana/infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar
perencanaan infrastruktur, minimal gambar denah dan potongan dari
prasarana/infrastruktur yang akan dibangun tersebut. Sebab dari gambar-
gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus
dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai. Apabila
gambar-gambar tidak tersedia maka diperlukan orang yang sudah mempunyai
pengalaman dalam melakukan pekerjaan yang sama dengan prasarana yang
hendak dibuat, misalnya tukang atau mandor bangunan. Kemudian Urutan
jenis-jenis atau item pekerjaan tersebut hendaknya dibuat sesuai urutan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
2. Lakukan perhitungan kuantitas/volume tiap jenis/item pekerjaan.
Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang
harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya.
Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 21


 Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan
kata lain bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda
mempunyai cara perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula.
Misalnya ; Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam
satuan meterpersegi (m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar
yang harus disiapkan;
Berbeda dengan Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan
meterkubik (m3) = panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.
 Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang
direncanakan (sesuai ukuran pada gambar).

Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan


maka sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item
pekerjaan pada daftar yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan
perhitungan dapat dibuat format Tabel Contoh perhitungan Volume Pekerjaan
sederhana (Form-RAB2A).
Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada
pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus
cukup teliti, sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.
Tabel 8 : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan
Uraian
No Satuan Sketsa dan Perhitungan Volume
Pekerjaan

1. Lapis Pondasi m3 T= 20cm 80


Bawah Kelas C L= 2m
(Sirtu)
P (panjang)= 200m
Vol. = P x L x T
= 200 x 2 x 0,2
= 80
Dst.

3. Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.


Daftar Rekapitulasi Kuantitas ini berupa tabel yang menggambarkan/memuat
volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan kegiatan (proyek).
Adapun sumber informasinya adalah hasil perhitungan langkah 2 diatas. Adapun
Contoh bentuk fomatnya adalah seperti pada tabel / formulir (RAB-2) berikut.
Tabel 9 : Daftar Rekapitulasi Kuantitas/Volume Pekerjaan

22 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Cara Pengerjaan Formulir :
 No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;
 Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan
 Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan
 Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan

2). Perhitungan volume/kuantitas kebutuhan pekerjaan (Kebutuhan Tenaga Kerja,


Bahan/Material dan Peralatan)
Komponen kebutuhan untuk melaksanakan suatu kegiatan konstruksi yang harus
diperhitungkan biayanya disini adalah mencakup komponen Tenaga Kerja, Bahan
Bangunan, Peralatan dan Administrasi. Untuk komponen Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
harus dihitung berdasarkan kebutuhan tiap jenis/item pekerjaan yang akan dilakukan
dilapangan sedangkan untuk administrasi dihitung sekaligus untuk keseluruhan
penyelesaiaan pekerjaan atau proyek/sub-proyek (tidak diperhitungkan langsung pada
tiap jenis/item pekerjaan).

Perhitungan Volume kebutuhan disini mencakup 3 tahapan, yaitu :


a. Perhitungan Volume Kebutuhan Total Pekerjaan/Proyek;
b. Perhitungan Volume Kebutuhan Swadaya masyarakat;
c. Perhitungan Volume Kebutuhan BLM/PNPM;
d.
Masing-masing tahapan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perhitungan Volume Kebutuhan Total Pekerjaan/Proyek
Sebagai dasar perhitungan Volume Kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan peralatan
yang akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan prasarana
adalah Hasil Perhitungan Kuantitas/Volume tiap item Pekerjaan sebelumnya (lihat
Langkah 2) dan rencana metode pelaksanaan pekerjaan yang dipilih. Metode kerja
disini lebih kepada apakah pekerjaan dilakukan secara padat karya (menggunakan
tenaga manusia) atau dengan menggunakan peralatan (mesin).

Langkah – langkah Perhitungan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat dan
administrasi untuk seluruh kegiatan proyek :
1. Hitung kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Lakukan
perhitungan ini sampai semua jenis (item) pekerjaan selesai. Sebagai dasar acuan
jenis-jenis pekerjaan dapat mengacu pada Daftar Kuantitas Pekerjaan yang telah
dibuat sebelumnya.
2. Buat Rekapitulasi Kebutuhan total Tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan
untuk menyelesaikan seluruh kegiatan/proyek.
3. Hitung kebutuhan administrasi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan/proyek.

Masing-masing langkah dapat dijelaskan sebagai berikut :


1) Perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Cara
pelaksanaannya adalah :
a. Berdasarkan metode pelaksanaan yang dipilih, maka setiap item pekerjaan,
perlu diidentifikasi/ditentukan semua jenis/macam dari :
 Tenaga Kerja yang diperlukan, misalnya Mandor/ketua kelompok,
Tukang, Pekerja;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 23


 Material/bahan yang dibutuhkan, misalnya pasir, semen, besi, dll;
 Peralatan Kerja yang dibutuhkan, misalnya beton molen, mesin gilas,
dll. Untuk alat seperti cangkul, linggis, ember dapat dikelompokan
menjadi satu set alat dan biasa disebut alat bantu;
b. Kemudian harus ditentukan/diketahui besarnya kebutuhan dasar untuk
menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan tersebut atau biasa disebut
koefisien dari setiap jenis/macam Tenaga Kerja, Material/bahan, Peralatan
Kerja.
c. Hasil identifikasi dan koefisien masing-masing tenaga kerja, bahan dan alat
dicatat untuk masing-masing item pekerjaaan yang ada.
d. Berdasarkan data hasil poin a,b, Lakukan perhitungan kebutuhan untuk semua
jenis/item kegiatan selesai. Sebagai dasar acuan jenis-jenis pekerjaan dapat
mengacu pada Daftar Kuantitas Pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya.
e. Prinsip dasar perhitungan Volume kebutuhan ini adalah : koefisien tiap jenis
kebutuhan dikali volume tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian maka
kebutuhan untuk masing-masing jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan, Alat,
dapat dihitung dengan rumus umum berikut :

Volume TK = Koefisien TK x Volume Pekerjaan

Volume Bahan = Koefisien Bahan x Volume Pekerjaan

Volume Alat = Koefisien Alat x Volume Pekerjaan

Untuk memudahkan proses perhitungan Kebutuhan tiap item pekerjaan maka


dapat dibuat formulir seperti Formulir RAB-3 berikut.
Tabel 10 : Perhitungan Kebutuhan Volume per Item Pekerjaan

Cara Pengerjaan Formulir :

 Uraian : Diisi nama tiap jenis komponen biaya Tenaga Kerja, Bahan,
Peralatan yang sesuai kebutuhan pekerjaan tersebut;

24 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran tiap jenis komponen biaya
pekerjaan
 Volume/Kuantitas per satu satuan pekerjaan (koefisien): Diisi dengan nilai
volume persatuan pekerjaan
 Jumlah/Volume Kebutuhan : Diisi dengan nilai Volume/kebutuhan untuk
masing-masing Tenaga Kerja, Bahan dan Alat. Caranya Tuliskan hasil
Perkalian antara angka Koefisien dengan Volume Item Pekerjaan;

2) Buat Rekapitulasi Kebutuhan total Tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan
untuk menyelesaikan seluruh proyek.
Dasar perhitungan rekapitulasi ini adalah hasil perhitungan volume kebutuhan
tiap pekerjaan (lihat langkah 1 diatas). Prinsip perhitungannya adalah Jumlah total
masing-masing kebutuhan tiap jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
yang dibutuhkan pada tiap jenis pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh jenis
pekerjaan yang ada. Untuk memudahkan proses perhitungan maka dapat dibuat
tabel bantu seperti berikut :
Tabel 11 : Tabel Perhitungan Rekapitulasi Kebutuhan Bahan, Alat & Tenaga Kerja :

Vol. Kebutuhan T. Kerja Volume Kebutuhan Bahan Vol. Kebutuhan Alat


Mandor

Tukang

Tukang

Pekerja

Bt Bata
Bt. Kali
Semen

Kerikil

Dst….

Dst….
Molen
Beton

Bantu
Mesin
Gilas
Pasir

Alat
Ka.

No Uraian Pekerjaan

(HOK) (HOK) (HOK) (HOK) (Zak) (M3) (M3) (M3) (Buah) (…..) (Jam) (Jam) (Set) (….)

1
2
dst

Total

Cara Pengerjaan Formulir :


 No : Diisi Nomor urut pekerjaan;
 Uraian Pekerjaan : Diisi nama tiap jenis pekerjaan;
 Kolom Volume Kebutuhan Tenaga Kerja (Mandor/Ka. Tukang, Tukang,Pekerja)
diisi nilai volume/jumlah masing-masing sesuai jenis pekerjaannya;
 Kolom Volume Kebutuhan Bahan dan Volume Kebutuhan Alat, prinsip
pengisiannya sama dengan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja
 Baris Total pada setiap kolom kebutuhan : Diisi hasil penjumlahan Volume
Kebutuhan dari kegiatan pertama (baris teratas) sampai kegiatan terakhir (baris
terbawah);

Hasil perhitungan rekapitulasi ini akan menjadi masukan volume total


kebutuhan tenaga kerja, bahan, alat untuk perhitungan biayanya. Salinlah nilai-
nilai total dari setiap jenis kebutuhan yang ada pada tabel tersebut kedalam

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 25


Formulir Rencana Anggaran Biaya (Formulir RAB-4) pada kolom Volume
Kebutuhan ”Total” (Kolom 4) untuk masing-masing komponen yang sesuai.
3) Hitung Kebutuhan Administrasi yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
kegiatan/proyek.
Komponen kegiatan administrasi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan/proyek,
disini hanya mencakup kegiatan administrasi minimal yang harus dibuat/dilakukan
oleh KSM selama pelaksanaan konstruksi, yaitu mencakup komponen :
 Pembuatan Papan Nama Proyek;
 Pembuatan administrasi Harian dan Mingguan Lapangan;
 Pembuatan Laporan Kegiatan KSM (Kemajuan Dwi-Mingguan dan
Pertanggungjawaban/Akhir);
 Photo copy (seperti dokumen proposal, laporan, administrasi, dll);
 Pengadaan ATK yang diperlukan;
 Dokumentasi/photo-photo kegiatan (0%, 50%, 100%);
 Materai secukupnya;
 Pengujian Kualitas Air Minum (1 sampel/contoh benda uji), hanya untuk
infrastruktur Air Minum yang sumber airnya bukan berasal dari air hujan,
PDAM atau perusahaan air minum lainnya.
Besarnya volume kebutuhan untuk tiap komponen administrasi tersebut pada
dasarnya dihitung sesuai kebutuhan lapangan. Dalam hal volume setiap
komponen tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka dapat digunakan volume
1 (satu) dengan satuan ”Lumpsum” (Ls), kecuali untuk pengujian kualitas air
minum, yaitu 1 (satu) sampel/contoh benda uji.

Hasil perhitungan ini akan menjadi masukan volume total kebutuhan kegiatan
administrasi untuk perhitungan biaya proyek. Salinlah nilai-nilai volume dari
setiap jenis kebutuhan administrasi tersebut kedalam Formulir Rencana
Anggaran Biaya (Formulir RAB-4) pada kolom Volume Kebutuhan ”Total” (Kolom
4) untuk komponen administrasi.

Beberapa hal yang perlu dipahami berkaitan dengan penggunaan koefisien tenaga
kerja, bahan dan alat :
 Koefisien selalu dinyatakan dalam bentuk angka, bisa angkanya bulat (1, 2, dst)
atau angka pecahan (ada angka dibelakang koma seperti 0,003 atau 0,03, dst);
 Angka koefisien dapat berbeda-beda untuk tiap jenis tenaga kerja, bahan, alat
serta untuk tiap jenis pekerjaan;
 Angka koefisien biasanya diperoleh dari hasil pengujian yg dilakukan khusus
untuk itu (meskipun juga ada yang bisa dihitung sendiri), sehingga didalam
penyusunan RAB umumnya koefisien mengacu pada referensi/sumber yang
diterbitkan secara resmi seperti Analisa BOW, Analisa SNI, Analisa K, informasi
yang diterbitkan oleh pemerintah, dinas/sektor terkait di daerah;

26 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Pengertian KOEFISIEN :
 Yang dimaksud dengan koefisien tenaga kerja atau biasa disebut
produktivitas tenaga kerja disini adalah banyaknya volume pekerjaan yang
mampu dikerjakan/diselesaikan oleh seorang tenaga kerja dalam satu
satuan waktu tertentu atau banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk
menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan dalam satu satuan waktu
tertentu. Satuan yang digunakan adalah Hari Orang Kerja (HOK). Satu HOK
biasanya sama dengan 6 sampai 8 jam kerja (sesuai kondisi setempat).

Sebagai contoh, misalnya untuk pekerjaan 1 M3 pasangan pondasi batu


kali adukan 1semen : 4 pasir, maka koefisien tenaga kerja adalah :
 0,18 untuk Mandor/Kepala Kelompok
 0, 12 untuk Kepala Tukang Batu
 1,20 untuk Tukang Batu
 3,60 untuk Pekerja
Pengertiannya adalah 0,18 mandor + 0,12 kepala tukang + 1,2 tukang +
3,6 pekerja, bekerja bersama dalam 1 hari dapat menyelesiakan 1 m3
pasangan pondasi batu kali.

 Yang dimaksud dengan koefisien bahan/material disini adalah


banyaknya/jumlah bahan/material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
satu satuan pengukuran pekerjaan. Satuan yang digunakan adalah sama
dengan satuan pengukuran bahan, misalnya pasir dinyakatakan dalam m3,
semen dinyatakan dalam zak, dst.

Sebagai contoh, misalnya untuk pekerjaan 1 M3 pasangan pondasi batu


kali adukan 1semen : 4 pasir, maka koefisien bahan :
 1,20 M3 untuk batu kali
 0,522 M3 untuk pasir pasangan
 2,86 untuk zak semen

 Yang dimaksud dengan koefisien alat/peralatan atau biasa disebut juga


produktivitas peralatan adalah banyaknya volume pekerjaan yang mampu
dihasilkan oleh suatu peralatan dalam satu satuan waktu tertentu atau
banyaknya suatu peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan/menyelesiakan pekerjaan dalam satu satuan waktu tertentu.
Satuan yang digunakan adalah jam atau hari untuk peralatan besar/berat
seperti excavator, mesin gilas, dll sedangkan untuk peralatan bantu seperti
cangkul, pacul, linggis, dll dinyatakan dalam satuan buah atau set.

Sebagai contoh, misalnya untuk pemadatan pekerjaan lapis pondasi


sirtu per m3 dengan menggunakan alat mesin gilas, maka koefisien alat
mesin gilas adalah 0,083 per m3.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 27


4) Perhitungan Volume Swadaya Masyarakat
Perhitungan Volume tiap jenis swadaya yang diberikan oleh masyarakat pada
tahap ini mencakup seluruh komponen swadaya masyarakat yang dikontribusikan
oleh warga, berupa: Tenaga Kerja, Bahan, Peralatan, Administrasi, Dana Tunai,
Lahan dan Konsumsi.
Data atau informasi utama untuk perhitungan volume swadaya ini adalah Daftar
Swadaya masyarakat yang telah disepakati pada Rembug Kesepakatan Swadaya
sebelumnya.
Sedangkan proses perhitungannya, pada prinsipnya sama dengan membuat
rekapitulasi volume kebutuhan proyek diatas, yaitu dengan menjumlahkan semua
volume tiap macam bentuk swadaya yang sama, misalnya berapa jumlah dari tiap
jenis Tenaga Kerja Mandor, Kepala Tukang, Tukang, Pekerja, semen, alat bantu
cangkul, dll.
Hasil perhitungan rekapitulasi swadaya ini akan menjadi masukan volume
kebutuhan swadaya untuk perhitungan RAB. Salinlah nilai-nilai volume kontribusi
swadaya ini kedalam Formulir Rencana Anggaran Biaya (Formulir RAB-4) pada
kolom Volume Kebutuhan ”Swadaya” (Kolom 5)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1) Apabila ada swadaya dalam bentuk dana tunai yang belum dijadikan menjadi
bentuk barang seperti bahan/alat/administrasi pada waktu rembug
kesepakatan swadaya masyarakat sebelumnya, maka dalam proses
perhitungan RAB ini perlu terlebih dahulu diubah nilainya kedalam bentuk
komponen swadaya non dana tunai (berupa barang) yang sebanding, misalnya
menjadi bahan semen 1 zak, atau biaya administrasi pembuatan papan nama
proyek, dll.
2) Untuk tiap jenis tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang, pekerja) maka
perlu diperhatikan bahwa satuannya harus dibuat dalam bentuk HOK, yaitu
jumlah hari kerja yang disawadayakan dikali jumlah jam kerja perhari.
Besarnya Jam Kerja perhari biasanya 6 sampai 8 jam (dipilih sesuai jam kerja
setempat).
5) Perhitungan Volume Kebutuhan BLM/PNPM MP
Volume kebutuhan untuk sumber dana dari BLM PNPM hanya mencakup 4
komponen utama biaya konstruksi, yaitu berupa : Tenaga Kerja, Bahan, Peralatan,
Administrasi (termasuk Biaya Pengujian Kualitas Air Minum, untuk infrastruktur
Air Minum yang sumber airnya bukan berasal dari air hujan, PDAM atau
perusahaan air minum lainnya).
Dasar perhitungannya adalah dilakukan dengan cara Kebutuhan Total Proyek
dikurangi dengan Kebutuhan swadaya masyarakat untuk masing-masing
komponen tenaga kerja, bahan alat dan administrasi yang sesuai.
Proses perhitungannya dapat langsung menggunakan formulir Formulir Rencana
Anggaran Biaya (Formulir RAB-4 kolom 6) yaitu ”nilai volume kebutuhan total”
(kolom 4) dikurangi ”volume kebutuhan swadaya” (kolom 5).
Hasil akhir kegiatan perhitungan volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat
ini akan diperoleh gambaran :

28 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


1. Rekapitulasi dan rincian Volume kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan
Peralatan yang akan digunakan dari seluruh item pekerjaan pembangunan
prasarana
2. Rekapitulasi dan rincian Volume/kuantitas kebutuhan Bahan, Tenaga kerja
dan Peralatan dari kontribusi swadaya masyarakat untuk pembangunan
prasarana.
3. Rekapitulasi dan Rincian Volume/kuantitas kebutuhan Bahan, Tenaga kerja
dan Peralatan, untuk porsi sumber dana BLM.
6) Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Swadaya & BLM
Perhitungan RAB disini adalah mencakup perhitungan RAB Prasarana yang dirinci
untuk masing-masing sumber dana swadaya (kontribusi warga) dan sumber dana
BLM PNPM MP.
Prinsip dasar perhitungan RAB ini adalah diperoleh dengan cara menjumlahkan
biaya (RAB) dari setiap komponen yang diperlukan. Sedangkan besarnya biaya
setiap komponen adalah Volume setiap komponen dikali harga satuannya. Dasar
perhitungan RAB, secara sederhana dapat digunakan rumus berikut :

RAB = VOLUME x HARGA SATUAN

Adapun proses perhitungan RAB disini, mencakup :


A. RAB Swadaya Masyarakat dan RAB BLM/PNPM MP;
B. Rekapitulasi RAB Swadaya dan BLM (Diperlukan bilamana usulan kegiatan
KSM lebih dari satu jenis).
A). Perhitungan RAB Swadaya Masyarakat dan BLM PNPM MP
o Swadaya Masyarakat :
Komponen biaya kontribusi/swadaya masyarakat yang diperhitungkan pada
RAB disini, mencakup 7 (tujuh) komponen, yaitu : komponen Tenaga Kerja,
Bahan, Peralatan, Dana Tunai, Lahan, Konsumsi dan Administrasi proyek;
Sebagai dasar perhitungan RAB Swadaya masyarakat adalah data/informasi
hasil perhitungan volume kebutuhan/kontribusi swadaya yang telah dibuat
sebelumnya dan data harga satuan. Harga satuan yang dipergunakan untuk
menilai swadaya ini adalah sama dengan harga satuan yang telah disepakati
(hasil survey 3 toko) dan khusus untuk tanah/tanaman produktif, konsumsi
dan administrasi maka dapat menggunakan harga pasar setempat.
o BLM PNPM Mandiri Perkotaan :
Komponen RAB kegiatan yang diperhitungkan dari sumber dana BLM PNPM
MP adalah mencakup komponen biaya : upah tenaga kerja, material/bahan,
peralatan dan biaya Administrasi.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 29


Khusus untuk pembiayaan kegiatan administrasi KSM, sangat didorong
untuk dipenuhi dari dana Swadaya masyarakat atau dukungan pihak ketiga
lainnya. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan secara
terbatas sumber dana dari BLM/PNPM, sepanjang dapat dipastikan
penggunaannya oleh konsultan dan ini tidak menutup kemungkinan
adanya swadaya. Penggunaan dana tersebut harus diverifikasi baik
perencanaannya maupun realisasinya oleh Tim Konsultan dan BKM/UPL.
Batasan besarnya pagu per KSM dan cara pengalokasiannya dapat dilihat
pada penjelasan Catatan Yang Harus Diperhatikan, pada bagian akhir
penjelasan Rekapitulasi RAB.

Sebagai dasar perhitungan RAB kegiatan dari sumber dana BLM PNPM MP
adalah data/informasi hasil perhitungan volume kebutuhan tenaga kerja,
material/bahan, peralatan dan administrasi untuk BLM yang telah dibuat
sebelumnya (langkah 10.2.C) dan data Harga satuan hasil survey 3 toko yang
telah disepakati.
Adapun Penjelasan Cara Perhitungan tiap komponen biaya dalam RAB
tersebut sebagaimana diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 12 : Tabel Komponen Biaya dalam RAB
Harga Satuan Nilai/Biaya
No Jenis Komponen Satuan Volume
(Rp) (Rp.)
1. Tenaga Kerja HOK Jumlah Org TK Sesuai Nilai Upah Jum. HOK x
(Mandor/K.Klp, dikali jumlah hari harian setempat Upah perhari
Tukang,Pekerja, kerja yang atau untuk tk. Kota
dll) diberikan untuk dapat memakai
tiap jenis TK. UMR perhari
(sesuai jumlah yg
telah disepakati
KSM)
2. Bahan Bangunan Sesuai Sesuai jumlah Sesuai Harga Jumlah Volume
(Pasir, Batu, satuan yang telah satuan dasar tiap x Harga Satuan
Semen,dll) jenis bahan disepakati KSM jenis bahan Dasar Bahan
(m2,m3,zak untuk tiap jenis termasuk biaya
, dll) Bahan transportnya
sampai dilokasi.
3. Alat/Peralatan Sesuai Sesuai jumlah Sesuai Nilai Jumlah Volume
Kerja (pacul, satuan yang telah pembelian/ x Harga Satuan
pengaduk semen, jenis Alat disepakati KSM pembuatan/ sewa, Alat
ember beton, dll) (bh, zak, untuk tiap jenis untuk tiap jenis
dll) Alat Alat
4. Administrasi :
 Papan Nama
Sesuai Dihitung sesuai Dihitung biaya Jumlah Volume
Proyek;
satuan kebutuhan tiap sesuai kebutuhan x Harga Satuan
 Administrasi
kebutuhan komponen untuk tiap komponen tiap komponen
Harian/Minggu
tiap keseluruhan
an
komponen kegiatan/proyek
 Laporan
atau (atau gunakan
Kegiatan KSM
digunakan volume = 1 bila
(Kemajuan
satuan Ls satuannya adalah
Dwi-Mingguan
(Lumpsum) Ls (Lumpsum)

30 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Harga Satuan Nilai/Biaya
No Jenis Komponen Satuan Volume
(Rp) (Rp.)
dan untuk
Pertanggungja masing-
waban/Akhir); masing
 Photo copy komponen
 Pengadaan ATK
 Photo-photo
kegiatan (0%,
50%, 100%);
 Materai;
 Pengujian
Kualitas Air
Minum

5. Dana Tunai Bila ada swadaya tunai, supaya dijadikan berbentuk non-tunai yang
(Swadaya) dibutuhkan untuk kegiatan konstruksi (bisa seperti bahan, alat,
administrasi) sehingga pada saat dimasukan dalam perhitungan RAB,
swadaya dana tunai tersebut sudah terintegrasi atau langsung
dipergunakan.
6. Tanah/Tanaman yang terkena proyek :
a. Tanah M2 Luas tanah yang Sesuai NJOP (Nilai Jumlah Volume x
terkena proyek Obyek Pajak) Harga Satuan
setempat Tanah
b. Tanaman Batang/ Jumlah tanaman Sesuai nilai Jumlah Volume x
Produktif Pohon yang terkena Tanaman dilokasi Harga Satuan
proyek setempat Tanah
7. Konsumsi : Ls/paket Sesuai jumlah Sesuai Nilai Total Nilai
(dapat dirinci yang ada pembelian/ semua jenis
sesuai jenis pembuatan tiap Konsumsi
konsumsi dan jenis konsumsi
harganya)
Hasil akhir dari perhitungan RAB ini adalah diperolehnya gambaran besarnya nilai
rencana swadaya masyarakat dan BLM PNPM MP yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan prasarana, meliputi :
1. Volume/kuantitas dari setiap bentuk swadaya dan BLM/PNPM MP;
2. Besarnya nilai/biaya setiap bentuk swadaya dan BLM/PNPM MP;
Selanjutnya perhitungan RAB Swadaya dan BLM ini dapat langsung menggunakan
formulir (Formulir RAB-4), seperti tabel berikut :

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 31


Tabel 13 : Formulir Perhitungan RAB (Form RAB- 4)

2). Rekapitulasi RAB (Swadaya dan BLM/PNPM)

Rekapitulasi RAB ini pada dasarnya hanya merupakan penggabungan dari


masing-masing RAB Swadaya dan RAB BLM/PNPM MP kedalam satu format,
bilamana kegiatan KSM lebih dari satu kegiatan. Atau dengan kata lain bahwa
bila kegiatan KSM yang ada hanya satu maka Rekapitulasi ini tidak perlu
dibuat, cukup formulir RAB-4 saja.
Sedangkan prinsip perhitungannya adalah dengan cara menjumlahkan hasil
perhitungan masing-masing biaya tiap komponen yang sesuai dari swadaya
dengan BLM untuk tiap kegiatan, misalnya KSM mengusulkan 2 kegiatan yaitu
pembangunan MCK dan Jalan Rabat Beton, maka Rekapitulasi yang dilakukan
adalah menjumlahkan nilai biaya setiap komponen yang sama pada kegiatan
MCK dan kegiatan Jalan Rabat Beton.

Untuk memudahkan proses dan cara perhitungan dapat menggunakan


formulir Rekapitulasi RAB (Formulir RAB-5) berikut.

32 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Tabel 14 : Formulir Rekapitulasi RAB

Catatan yang harus diperhatikan :


1. Apabila satu KSM mempunyai kegiatan prasarana lebih dari satu jenis maka, RAB
Swadaya maupun BLM (Formulir RAB-4), sebaiknya dibuat secara terpisah masing
masing untuk tiap jenis kegiatan. Contohnya adalah kegiatan pembangunan MCK
dan Pembuatan Gorong-gorong oleh satu KSM, maka RABnya dibuat masing-masing
untuk MCK dan Gorong-gorong.
2. Bagi KSM yang mempunyai RAB kegiatan lebih dari satu supaya perhitungan biaya
administrasi ini diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi duplikasi (tumpang
tindih) disetiap RAB kegiatannya. Sebaiknya hanya dicantumkan pada satu Formulir
RAB kegiatan saja (tidak pada semua RAB kegiatan yang dibuat).
3. Khusus untuk pembiayaan kegiatan administrasi KSM, (biaya penggadaan dokumen
proposal dan LPJ KSM) sangat didorong untuk dipenuhi dari dana Swadaya
masyarakat atau dukungan pihak ketiga lainnya. Namun demikian dimungkinkan
dapat menggunakan sumber dana dari BLM/PNPM sepanjang dapat dipastikan
penggunaannya oleh konsultan (“tidak disalah gunakan”) dan ini tidak menutup
kemungkinan adanya swadaya. Sejalan dengan itu, PNPM MP memberikan stimulan
dana administrasi kegiatan (tidak harus dihabiskan) dengan batasan, sebagai berikut
:
 Pagu maksimum Rp.150.000 untuk total Nilai Pekerjaan s/d Rp. 25 Juta per KSM;
 Pagu maksimum Rp. 200.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 50 Juta per
KSM;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 33


 Pagu maksimum Rp.350.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 100 Juta per
KSM;
 Untuk Pengujian Kualitas Air Minum, pada infrastruktur Air Minum yang sumber
airnya bukan berasal dari air hujan, PDAM atau perusahaan air minum lainnya
menyesesuaikan harga setempat.

k. Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang
menggambarkan rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
pada dasarnya memberikan gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan
pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
infrastruktur.
Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena :
1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya;
2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan;
3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
prasarana dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya
bangunan/prasarana yang akan dibuat;
4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang
diajukan dalam proposal pelaksanaan kegiatan;
Sasaran kegiatan ini adalah diketahuinya jangka waktu pelaksanaan
proyek/keseluruhan pekerjaan yang paling realistis dan tidak melampaui batasan yang
telah ditetapkan oleh program. Indikator keluarannya adalah :
 Adanya rencana waktu pelaksanaan tiap pekerjaan sesuai dengan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan (tidak terlampau lama atau cepat);
 Adanya jadwal pelaksanaan proyek (keseluruhan pekerjaan) yang tidak
melampaui batas waktu yang ditetapkan dalam master schedule program;
Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :
1) Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
2) Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;
3) Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi);
4) Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis
kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan
prosen (%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu
kegiatan maka makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa
berupa nilai biaya atau waktunya;
Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat
sederhana dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart).
Prinsipnya kegiatan yang akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala
waktu.
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :

34 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


1. Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
2. Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut.
3. Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);
4. Tentukan ”lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga durasi)”.
Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;
5. Hitung Bobot masing-masing jenis kegiatan
6. Gambarkan ”waktu pelaksanaan” dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan
balok pada skala waktu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan jadwal :


(1). Urut-Urutan Kegiatan
Dalam penyusunan Jadwal Pekerjaan, cara penulisan urutan kegiatan lazimnya
disusun/ditulis dari atas kebawah, sehingga secara sederhana susunan tersebut dapat
memberikan gambaran bahwa suatu kegiatan dilaksanakan setelah selesai kegiatan
sebelumnya (kegiatan nomor diatasnya) kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
berikutnya (kegiatan nomor dibawahnya).
Secara detail penjelasan bagaimana menentukan urut-urutan pekerjaan konstruksi
dapat dilihat pada penjelasan menentukan lingkup pekerjaan yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya.
(2). Waktu Pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan (Durasi) adalah jumlah waktu (satuannya boleh hari,
minggu dan seterusnya) yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan.
Untuk menentukan waktu pelaksanaan dari suatu jenis kegiatan maka pertama kita
harus ketahui lebih dahulu volume kegiatan yang akan dibuat (volume rencana),
kemudian kita tentukan metode kerja apa yang akan kita pakai.
Peranan Metode kerja cukup penting karena akan mempengaruhi durasi pekerjaan.
Kemampuan kerja (produktivitas) antara tenaga manusia (metode padat karya)
dengan peralatan (metode mekanis) akan sangat berbeda. Metode mana yang akan
digunakan, ini sangat tergantung pada kondisi yang ada dilapangan (seperti
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan), apakah memungkinkan bila menggunakan
peralatan besar, bisa dipilih tenaga kerja atau peralatan atau kombinasi antara
keduanya (t. kerja dan peralatan).
Oleh karena kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya adalah kegiatan
yang sederhana, maka penentuan waktu tiap jenis kegiatan disarankan untuk dapat
dilakukan dengan cara perkiraan, dan sebaiknya dilakukan oleh orang yang
mempunyai pengalaman seperti tukang atau mandor bangunan agar taksiran
waktunya lebih mendekati kenyataan dilapangan (lebih realistis).
Untuk menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk setiap jenis kegiatan
(durasi), dengan cara perkiraan maka dapat dilakukan dengan memperkirakan
langsung durasi setiap item pekerjaan. Atau dapat dilakukan dengan langkah-langkah
pendekatan perhitungan sederhana sebagai berikut :
a. Perlu di ketahui volume dari tiap jenis kegiatan, volume kegiatan yang besar tentu
akan memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama dibandingkan dengan

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 35


volume yang lebih sedikit (dalam kondisi jumlah tenaga kerja/alat yang
tetap/sama);
b. Perlu ditentukan metode kerja yang akan digunakan, apakah dengan tenaga kerja
atau peralatan. Dari Metode kerja yang dipilih, selanjutnya perlu diketahui
produktivitas/kemampuan kerja dari setiap tenaga kerja atau peralatan yang akan
digunakan. Kemampuan Kerja disini dapat diartikan sebagai “jumlah volume
pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh seorang tenaga kerja atau satu unit
peralatan persatuan waktu tertentu. Satuan waktu tertentu ini bisa dipakai satuan
hari atau jam kerja. Sebagai contoh, misalnya kemampuan seorang tenaga kerja
untuk menggali tanah adalah 3 meterkubik per hari (6 jam kerja) atau kemampuan
alat excavator untuk menggali adalah 3 meterkubik perjam (18 m3 perhari).
Informasi untuk memperoleh nilai produktivitas tenaga kerja tiap jenis pekerjaan
dapat langsung ditanyakan pada masyarakat (tukang/mandor) setempat,
sedangkan untuk peralatan dapat diperoleh dari pemilik peralatan atau
pengalaman masyarakat atau dari instansi teknis setempat, dll.
c. Perlu ditentukan berapa jumlah tenaga kerja (tukang) atau peralatan yang akan
digunakan (tersedia). Dari jumlah tenaga kerja atau peralatan ini dapat diketahui
berapa volume pekerjaan yang akan dihasilkan secara berkelompok dalam satu
satuan waktu tertentu (produktivitas kelompok). Misalnya 4 orang tenaga kerja
melakukan pekerjaan galian, maka dalam satu hari, volume galian yang bisa
dihasilkan adalah 12 m3 (4 org x 3 m3), begitu juga dengan penggunaan peralatan
seperti excavator, dll.
d. Berdasarkan informasi ketiga hal tersebut, maka Durasi tiap pekerjaan dapat
dihitung dengan cara Volume Kegiatan di bagi jumlah produktivitas kelompok
kerja atau peralatan yang akan dipergunakan.
e. Lakukan langkah sesuai cara nomor 4) diatas untuk semua jenis kegiatan proyek;
Hal Yang perlu diperhatikan adalah : Satuan Waktu (durasi) untuk semua jenis
kegiatan harus dibuat sama, apakah hari atau minggu.
(3). Bobot Kegiatan
Bobot Kegiatan disini digunakan untuk mengukur atau mengetahui besarnya nilai
suatu jenis kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam
satuan prosen (%).
Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, bahwa makin besar bobot suatu kegiatan
maka makin besar pula nilai kegiatan tersebut didalam proyek dan sebaliknya makin
kecil bobot suatu kegiatan maka kegiatan tersebut mempunyai nilai lebih kecil
didalam proyek (hanya merupakan suatu indikator).
Manfaat dengan diketahuinya bobot tiap kegiatan ini, kita dapat membuat prioritas
pilihan terhadap kegiatan yang bobotnya besar untuk dijadikan sebagai fokus atau
pusat perhatian pengendalian supaya pelaksanaan kegiatan nantinya tidak terlambat,
kualitas bangunan baik dan biaya yang digunakan efisien (pengendalian perjenis
kegiatan). Manfaat berikutnya adalah pada tahap pelaksanaan pembangunan
infrastruktur, dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemajuan (atau
progres) kegiatan dilapangan.

36 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Cara menentukan bobot tiap kegiatan pada pekerjaan konstruksi/infrastruktur
lazimnya dihitung dengan mengacu pada jumlah biaya kegiatan, yaitu biaya kegiatan
dibagi jumlah total biaya, kemudian hasil tersebut dikalikan dengan 100 (angka 100
digunakan karena satuan bobot adalah adalah prosen/per seratus). Dan Jumlah
keseluruhan bobot kegiatan (proyek) harus sama dengan 100 %.
Dalam hal penentuan bobot pekerjaan, maka bila memiliki/melakukan perhitungan
biaya per-kegiatan maka dapat menggunakannya sebagai dasar perhitungan bobot,
Namun bila tidak tersedia maka sebagai pendekatan untuk menghitung bobot rencana
kegiatan ini dapat digunakan waktu (durasi) tiap kegiatan.
Cara perhitungannya adalah bobot tiap kegiatan sama dengan jumlah biaya/waktu
kegiatan tersebut (durasi) dibagi total jumlah biaya/waktu seluruh kegiatan, kemudian
nilainya di kali dengan 100%.
Catatan : Penting untuk diperhatikan bahwa bila pendekatan waktu digunakan sebagai
acuan perhitungan bobot kegiatan maka “perkiraan waktu setiap kegiatan (durasi)”
agar dibuat oleh orang yang cukup paham seperti tukang/mandor sehingga durasi
lebih realistis dan dapat menghasilkan bobot yang juga realistis.
(4). Menggambarkan Bagan Balok
Menggambarkan Bagan Balok atau diagram batang pada prinsipnya adalah
menggambarkan durasi setiap kegiatan secara horizontal/mendatar pada skala waktu
untuk tiap jenis kegiatan. Langkah ini dilakukan mulai dari kegiatan pertama kemudian
diikuti oleh kegiatan berikutnya sampai kegiatan terakhir.
Untuk menggambarkan bagan balok dari setiap jenis kegiatan, maka terdapat
beberapa hal yang perlu dipahami :
 “Skala Waktu” adalah semua kolom-kolom satuan waktu yang ada pada kolom
jadwal pelaksanaan. Setiap kolom mewakili satu satuan waktu. Sedangkan Jumlah
kolom ini dibuat sesuai jumlah satuan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
semua jenis kegiatan proyek . Misalnya, suatu proyek akan dilaksanakan selama 4
minggu dengan menggunakan satuan waktu minggu maka jumlah kolom
mingguan dibuat 4 kolom, masing-masing kolom secara berutan ke kanan
mewakili Minggu I, Minggu II, Minggu III dan Minggu IV.
 “Durasi” atau lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tiap jenis kegiatan,
digambarkan sebagai panjang balok yang dibuat.
 “Waktu Memulai” setiap jenis kegiatan atau kapan suatu jenis kegiatan dapat
dimulai pelaksanaannya adalah merupakan titik awal membuat bagan balok
kegiatan tersebut;
o Berdasarkan urut-urutan kegiatan yang telah dibuat sebelumnya, maka waktu
memulai suatu kegiatan pada dasarnya adalah sama dengan waktu berakhirnya
kegiatan sebelumnya atau memulai suatu penggambaran balok suatu kegiatan
adalah sejajar akhir/ujung balok kegiatan sebelumnya (lihat contoh 1, Pekerjaan
Pasangan Bouwplank dengan pekerjaan Galian Tanah), atau
o Oleh karena suatu proyek terdiri dari banyak jenis kegiatan, sedangkan waktu
pelaksanaan proyek sangat terbatas atau ada percepatan penyelesaian, maka
kadang-kadang waktu memulai suatu kegiatan tidak harus menunggu selesainya
seluruh kegiatan sebelumnya (biasa disebut pelaksanaan bertahap), tetapi dapat

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 37


dimulai menjelang berakhirnya kegiatan sebelumnya. Apabila kondisi seperti ini
dipilih maka penggambaran baloknya akan terlihat seperti berlapis (lihat contoh 1,
Pekerjaan Galian dengan Urugan Pasir).
 “Waktu Selesai” suatu kegiatan atau kapan berakhirnya pelaksanaan suatu jenis
kegiatan adalah merupakan ujung akhir dari bagan balok kegiatan tersebut;
Contoh 1.

Tabel 15 : Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

l. Penyusunan Dokumen Pengadaan/RKS/Contoh Bentuk Proposal


Dokumen pengadaan merupakan produk/hasil kegiatan perencanaan teknis yang akan
menjadi acuan/standar dalam pelaksanaan pekerjaan. Beberapa dari dokumen
tersebut disediakan copy satu set oleh BKM (UPL) untuk diberikan (gratis) kepada KSM
yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu :
(a). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis;
(b). Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)
(c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya;
(d). Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(e). Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi;

38 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


(f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut dan
Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai
acuan/referensi;
(g). Perkiraan besarnya alokasi dana sebagai pagu biaya kegiatan dan sumber
dananya yang telah pasti.
(h). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM
(i). Contoh Bentuk Proposal KSM
(j). Rencana Kerja & Syarat-syarat/RKS (bila ada pengadaan Jasa Pemborongan)
Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis dan Proposal
Pelaksanaan Kegiatan (yang telah terisi KSM) merupakan lampiran yang tak
terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L).
Keseluruhan dokumen ini selanjutnya disebut dokumen Kontrak.
m. Penyusunan Dokumen “Contoh Bentuk Proposal” Pelaksanaan Kegiatan
Contoh Bentuk Proposal disini merupakan dokumen yang berisi contoh
blanko/formulir proposal pelaksanaan kegiatan yang akan diisi/dibuat oleh KSM.
UPL menyusun Contoh Bentuk Proposal dan disepakati/ditetapkan oleh BKM sebagai
acuan yang akan diikuti oleh KSM dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan.
Contoh bentuk proposal agar dibuat sesederhana mungkin sehingga KSM mudah
memahami dan membuat. Selain itu juga harus disusun sedemikian rupa sehingga
memberikan kerangka penyusunan/pelaksanaan yang sistematis. Adapun cakupan
substansi muatan proposal pelaksanaan kegiatan KSM, sekurang-kurangnya
mencakup :
(1). Uraian Singkat Usulan Kegiatan,
(2). Daftar Calon Tenaga Kerja yang telah disurvey;
(3). Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat;
(4). Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah disurvey;
(5). Daftar Kuantitas Pekerjaan;
(6). Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan;
(7). Jadwal Pelaksanaan;
(8). Rencana Pengadaan;
(9). Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan.
Beberapa formulir dari Contoh Bentuk Proposal yang dibuat tersebut, untuk bagian
yang sifatnya tetap/sebagai acuan (hasil perencanaan teknis) sebaiknya sudah
tercantum dalam blanko, bila tidak dicantumkan langsung maka harus dijelaskan dan
disampaikan secara tertulis kepada KSM. Data ini terutama adalah : Uraian singkat
pekerjaan, Daftar Kuantitas Pekerjaan, Kebutuhan total Tenaga Kerja/Bahan/Alat
untuk pekerjaan tersebut dan referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang
dipergunakan.
Sebagai referensi untuk penyusunan Contoh bentuk proposal ini dapat mengacu pada
contoh outline proposal kegiatan lingkungan sebagaimana terlampir.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 39


40 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur
BAB III
VERIFIKASI KELAYAKAN
DED DAN PROPOSAL

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 41


BAB III
VERIFIKASI KELAYAK AN DED DAN PROPOSAL

Untuk mewujudkan hasil pembangunan sarana & prasarana yang berkualitas, berfungsi baik
dan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara berkesinambungan maka prosesnya tidak
hanya dilakukan pada saat pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan saja, tetapi harus
dimulai sejak awal persiapan dan perencanaan teknisnya.
Salah satu upaya untuk memastikan bahwa proses dan hasil perencanaan teknis kegiatan
yang dilakukan oleh tim perencana dan atau KSM benar-benar telah memenuhi ketentuan-
ketentuan yang dipersyaratakan dalam PNPM MP maka dokumen perencanaan teknis
(DED/Proposal) sebagai hasil persiapan dan perencanaan teknis kegiatan harus diverifikasi
kelayakannya.
Verifikasi kelayakan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai
kebenaran/kelayakan dari dokumen perencanaan teknis (DED) / proposal usulan kegiatan
yang telah dibuat oleh tim perencana dan atau KSM. Adapun tujuannya adalah untuk
memastikan apakah usulan kegiatan yang direncanakan sudah layak atau belum layak
untuk dibangun. Sedangkan hasil yang diharapkan dari kegiatan verifikasi ini adalah adanya
rekomendasi atas kelayakan dokumen perencanaan teknis / proposal usulan kegiatan.
Adapun substansi yang diverifikasi pada dasarnya adalah seluruh aspek organisasi KSM dan
aspek manajemen & teknik kegiatan yang telah dilakukan dalam persiapan dan
perencanaan teknis sebagaimana yang tercantum dalama Dokumen perencanaan teknis
(DED) dan atau Proposal Usulan Kegiatan KSM. Dan untuk memudahkan proses pelaksanaan
kegiatan ini maka aspek-aspek verifikasi tersebut telah di rumuskan dalam bentuk kriteria-
kriteria kedalam suatu Daftar Periksa atau Formulir verifikasii, sehingga pada tahap
pelaksanaannya tinggal mengisi formulir yang telah ada.
Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara bersama-sama oleh UPL dan Tim
Konsultan (khususnya Faskel Teknik, Askot Infrastruktur dan Tenaga Ahli Infrastruktur),
khusus untuk kegiatan PLPBK ditambah dari unsur tim teknis kab./kota yang sudah dibentuk
sehingga diharapkan juga terjadi proses belajar bagi UPL (terjadi pemindahan pengetahuan).

3.1 Mekanisme dan Pembagian Tugas Tim Pelaksanaan


Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan adalah sebagaimana ditunjukan pada Gambar
Diagram Mekanisme Pelaksanaan Verifikasi. Diagram tersebut dapat dijelakan sebagai
berikut :
a. Verifikasi dilakukan terhadap dokumen perencanaan teknis (DED) dan atau proposal
usulan kegiatan KSM dan bila diperlukan maka Tim verifikasi dapat menemui pihak KSM
atau kunjungan langsung pemeriksaan dilapangan.
b. Proses Verifikasi dilakukan secara tim yang terdiri dari UPL dan pihak Konsultan (Faskel
Teknik / Askot Infrastruktur) dan ditambah tim teknis kab./kota untuk kegiatan PLPBK.
c. Kesimpulan verifikasi berupa Rekomendasi Akhir, selanjutnya dibuat bersama (harus
disetujui oleh Askot atau TA. Infrastruktur) dengan kesimpulan dan tindaklanjut sebagai
berikut :

42 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


i. Kegiatan Layak : Dibuat Berita Acara Kelayakan Kegiatan;
ii. Layak dengan Penyempurnaan : Dokumen perencanaan teknis (DED) dan atau
Proposal & Formulir Hasil Verifikasinya dikembalikan kepada perencana teknis dan
atau KSM melalui UPL untuk dilakukan penyempurnaan sesuai catatan hasil
verifikasinya. Segera setelah penyempurnaan maka UPL dapat langsung
meyampaikan dokumen perbaikan tersebut kepada Faskel Teknik/Askot Infra/tim
teknis untuk diverifikasi kembali.
iii. Tidak Layak : Dokumen perencanaan teknis (DED) dan atau Proposal & Formulir
Hasil Verifikasinya dikembalikan kepada UPL dan diteruskan kepada BKM/LKM
untuk dibahas status dokumen perencanaan teknis (DED) atau usulan tersebut
dalam forum rapat BKM/LKM (Rapat BKM ini harus mengundang perencana teknis
dan KSM bersangkutan). Apabila hasil kesepakatan Rapat BKM/LKM mengakibatkan
perubahan usulan kegiatan maka harus mengacu prioritas pada RTPLP untuk
kegiatan PLPBK dan PJM/Renta Pronangkis untuk kegiatan reguler (harus ada Berita
Acara Kesepakatan) dan mekanisme selanjutnya adalah melakukan pembentukan
organisasi pelaksana (panitia) kembali bila ternyata usulan kegiatan pengganti tidak
akan dilaksanakan oleh KSM ini, tetapi bila tidak mengakibatkan perubahan usulan
maka mekanismenya kembali mengikuti mekanisme layak dengan penyempurnaan.
d. Setelah proses verifikasi selesai dan hasil rekomendasinya adalah layak maka dilakukan
penyusunan Berita Acara Kelayakan dokumen perencanaan dan Kegiatan Lingkungan
yang ditandatanagani bersama dan diketahui oleh minimal Lurah/Ka Desa, Ketua RT/RW
dan Tokoh masyarakat (Formulir V.3). Berita Acara ini selanjutnya menjadi bahan
masukan penetapan prioritas usulan kegiatan. Seluruh Proposal (termasuk
penyempurnaanya) dan formulir Verifikasi yang telah diisi agar diarsipkan dikantor
UPL/BKM dan Korkot.
Selanjutnya dengan mengingat kemampuan UPL yang masih proses belajar, khususnya
terkait substansi teknis infrastraktur serta adanya tingkat kerumitan/kompleksitas
kegiatan infrastruktur yang cukup bervariasi dilapangan maka dalam pelaksanaan proses
verifikasi, dibuat semacam pembagian tanggungjawab substansi, antara UPL dan Tim
Konsultan, termasuk juga antar Tim Konsultan sendiri (Faskel Teknik dan Askot
Infrastruktur). Pembagian tanggungjawab tersebut sebagaimana diuraikan pada tabel
berikut :

Tabel 16 : Tugas dan Tanggung Jawab Tim Verifikasi

No Tim Tugas/Tanggungjawab Keterangan


1. Tim UPL 1) Melaksanakan verifikasi semua dokumen usulan
kegiatan, dengan proioritas pada materi/hal-hal
non-teknik sesuai acuan verifikasi;
2) Melaporkan hasil verifikasi yang telah
dilaksanakan kepada Faskel Teknik.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 43


No Tim Tugas/Tanggungjawab Keterangan
2. Faskel Teknik 1) Melaksanakan verifikasi semua aspek/hal-hal Semua
non-teknis sesuai acuan verifikasi; verifikasi
2) Bertanggyngjawab melaksanakan Verifikasi yang
Teknis terhadap semua jenis Sarana dan dilakukan
Prasarana Sederhana yang bersifat oleh UPL,
Rehabilitasi/Perbaikan dan atau pembangunan tetap dapat
baru. diperiksa
3) Dalam hal verifikasi yang menjadi oleh Faskel
tanggungjawabnya, terdapat desain perlu Teknik;
mendapat verifikasi lebih lanjut maka dapat
meminta verifikasi lebih lanjut dari Askot Infra.
4) Melaporkan Daftar jenis infrastruktur yang
menjadi tanggungjawab verifikasi Askot infra;
3. Askot Infra 1) Melaksanakan verifikasi aspek non-teknis, Semua
khususnya terhadap 5 aspek non-teknis yang verifikasi
menentukan “Tidak Layak” (lihat Penjelasan teknis yang
Justifikasi “Tidak Layak”); dilakukan
2) Melaksanakan Verifikasi Teknis terhadap semua oleh Faskel
jenis sarana & prasarana yang bersifat teknik, tetap
Pembangunan Baru dan atau peningkatan dapat
3) Dan terhadap desain pembangunan baru untuk diperiksa
jenis prasarana yang lebih kompleks, yaitu : oleh Askot
Jembatan Kayu/Beton diatas 6 meter (termasuk Infra.
box culvert); Jembatan Baja/Besi, diatas 10
meter; Jembatan Gantung; Saluran Irigasi,
Drainase; Prasarana Sumur Dalam/Bor,
Perpipaan, IPAS;
4) Dalam hal terdapat desain yang menurut Askot
perlu mendapat verifikasi lebih lanjut maka dapat
meminta verifikasi dari TA. Infra.
5) Melaporkan Daftar jenis infrastruktur yang
menjadi tanggungjawab verifikasi TA. Infra secara
tertulis.
4. TA. Infra 1). Memfasilitasi (termasuk menyiapkan SOP) untuk Semua
desain pembangunan baru atau peningkatan verifikasi
prasarana yang bersifat lebih kompleks; teknis &
2). Melaksanakan verifikasi jenis infrastruktur yang non- teknis
perlu mendapat verifikasi lebih lanjut dari Askot. yang
dilakukan
oleh Askot
infra, tetap
dapat
diperiksa
oleh TA.
Infra.

44 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


No Tim Tugas/Tanggungjawab Keterangan
5 Tim Teknis 1). Melakukan verifikasi dokumen perencanaan Semua
(unsur dinas) teknis (DED) kegiatan PLPBK yang meliputi: verifikasi
Kab/Kota a. Gambar Rencana teknis &
b. RAB non- teknis
c. RKS yang
d. Dokumen lain dilakukan
oleh Askot
infra/ TA.
Infra, tetap
dapat
diperiksa
oleh unsur
dinas
kab/kota

3.2 Langkah-langkah Teknis Pelaksanaan


Adapun langkah-langkah teknis pelaksanaan Verifikasi dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Persiapan
• Memahami cara melaksanakan verifikasi (termasuk cara pengisian formulir) dari
Faskel/Askot Infra;
• Menyiapkan Dokumen Proposal yang sudah diterima dari KSM;
• Menyiapkan Formulir Penilaian Verifikasi (Formulir : V.1, terlampir);
B. Pelaksanaan Verifikasi :
1. Verifikasi dilakukan dengan cara memeriksa/menilai kebenaran atau kelayakan dari
setiap dokumen perencanaan teknis dan atau proposal yang ada. Cara pemeriksaan
kebenaran/kelayakan untuk setiap aspek verifikasi (pertanyaan) dapat dilihat pada
penjelasan Aspek Verifikasi (terlampir).
2. UPL, Faskel Teknis dan Askot Infrastruktur dan tim teknis (unsur dinas) melakukan
proses verifikasi sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing. Gunakan Formulir
: V.1 seperti terlampir.
3. Jawaban atas setiap pertanyaan Verifikasi dituliskan pada formulir, Kolom Penilaian
Kelayakan, yaitu :
a. Apabila hasil pemeriksaan/penilaian adalah diuraikan pada proposal secara
benar/ lengkap maka tuliskan jawaban ”Ya” (atau tanda (√)) pada kolom jawaban
”Ya” yang tersedia, dan
b. Apabila hasil pemeriksaan/penilaian adalah diuraikan secara tidak benar atau
kurang atau tidak ada sama sekali pada proposal maka tuliskan jawaban ”Tidak”
(atau tanda (√)) pada kolom jawaban ”Tidak” yang tersedia.
c. Apabila terdapat jawaban ”Tidak” (poin 3.b) maka harus dicantumkan/dicatat
apa saja kekurangan/kesalahan yang ditemukan. Hal-hal yang menjadi catatan ini
dituliskan pada kolom ”Catatan (Penyempurnaan)” yang telah disediakan
4. Berikan Rekomendasi Hasil Verifikasi dengan ketentuan berikut :
• Layak : bila semua aspek yang dinilai mempunyai jawaban Ya/Terpenuhi.
• Layak dengan Penyempurnaan : bila hasil Penilaian terdapat satu atau lebih
Jawaban aspek ”Tidak Layak” atau terdapat catatan penyempurnaan;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 45


• Tidak Layak : bila ada jawaban ”Tidak Layak” diantara pertanyaan/kriteria
berikut :

o ASPEK ORGANISASI
1) Adakah pengurus/anggota organisasi KSM jelas ?
2) Apakah jumlah anggota KSM dari peremuan, minimal 30%?
3) Apakah sudah dijustifikasi dan dinyatakan layak oleh BKM/LKM?
4) Apakah KSM Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana & Prasarana
yang dibangun ?

o ASPEK MANAJEMEN, TEKNIS KEGIATAN


1) Apakah rencana lahan lokasi Bangunan telah dibebaskan (tidak akan ada
dampak sosial)?
2) Apakah Infrastruktur yang dibangun tidak bertentangan dengan Daftar
Kegiatan Terlarang ?
3) Apakah Infrastruktur yang dibangun tidak menimbulkan dampak
lingkungan ?
4) Kelayakan Teknis (Perencanaan Desain/Spesifikasi), mencakup :
Kesesuaian dengan spesifikasi standar teknis, Keamanan/kenyamanan
Pemakaian, Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat/Fungsi
Infrastruktur.
5) Cantumkan rekomendasi yang sesuai/dipilih tersebut pada bagian akhir
formulir dengan cara mencoret semua alternatif rekomendasi yang tidak
dipilih;
6) Buatlah Berita Acara Kelayakan Verifikasi Kegiatan Lingkungan yang
ditandatanagani bersama dan diketahui oleh minimal Lurah/Ka Desa,
Ketua RT/RW dan Tokoh masyarakat (Contoh bentuk BA, seperti Formulir
V.2, terlampir).
7) Hasil Verifikasi (Lembar Verifikasi yang telah diisi dan ditandatangani)
dicopy satu rangkap sebagai laporan.

46 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Gambar 2 : Diagram Alir Mekanisme Verifikasi DED & Proposal Kegiatan Lingkungan

Adapun penjelasan masing-masing krteria pada setiap aspek verifikasi adalah


sebagaimana diuraikan pada tabel berikut :

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 47


48 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur
PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 49
50 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur
BAB IV
KETENTUAN TEKNIS

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 51


BAB IV
KETENTUAN TEKNIS
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan lingkungan/infrastruktur dalam PNPM Mandiri
Perkotaan pada dasarnya bersifat sangat luwes (flexible) sesuai usulan/kebutuhan masyarakat,
baik untuk kepentingan umum (kolektif) maupun kepentingan individu masyarakat miskin
(individual). Semua jenis kegiatan yang akan direncanakan/dilaksanakan tersebut haruslah
memenuhi persyaratan kelayakan teknis kegiatan dan kriteria desain, secara umum jenis-jenis
sarana/prasarana yang dibangun oleh PNPM mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut:
4.1. JALAN DAN BANGUNAN PELENGKAPNYA
Jalan disini adalah jalan yang dapat berfungsi sebagai penghubung antar desa/kelurahan
atau ke lokasi pemasaran, atau berfungsi sebagai hunian/perumahan, serta juga berfungsi
sbagai penghubung desa/kelurahan ke pusat kegiatan yang lebih tinggi tingkatannya
(kecamatan/kabupaten/kota) oleh karena itu dalam merencanakan jalan diperlukan
pemilihan teknologi dan jenis kosntruksi yang tepat.
Untuk perencanaan standar teknis jalan mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan
Jalan yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yang sudah ada, seperti
Pedoman Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Dep. PU, 1996.
A. Kriteria Pemilihan Teknologi dan Konstruksi Jalan
Pembangunan jalan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi Jalan
Tanah, Jalan Telford, Jalan Makadam, Jalan Beton, Jalan Aspal, Jalan Sirtu, Jalan Paving
Blok dapat mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan teknologi & Jenis Konstruksi
Jalan berikut.
Tabel 17

52 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


B. Bagian-bagian Jalan
Suatu Jalan umumnya terdiri dari bagian-bagian, yaitu : Dawasja, Damaja, Damija, Badan
Jalan, Lapis Perkerasan, Bahu Jalan dan saluran tepi.

Gambar 1. Bagian-Bagian Jalan


1) Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang
dimaksudkan agar pengemudi mempunyai pandangan bebas dan badan jalan aman dari
pengaruh lingkungan, misalnya oleh air dan bangunan liar (tanpa izin)
2) Damaja (Daerah Manfaat Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh
Pembina Jalan. Daerah Manfaat Jalan hanya diperuntukkan bagi perkerasan jalan, bahu
jalan, saluran samping, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
3) Damija (Daerah Milik Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Daerah Milik Jalan diperuntukkan bagi Daerah Manfaat Jalan dan pelebaran jalan
maupun penambahan jalur lalu-lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk
pengamanan jalan.
5) Bahu Jalan, Bahu jalan adalah bagian jalan yang berdampingan dan sama tinggi dengan
perkerasan jalan.
6) Saluran Samping Jalan, Saluran Samping Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan
dengan bahu yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air secepatnya.
7) Badan Jalan, Badan jalan merupakan bagian jalan dimana jalur lalu-lintas, bahu, dan
saluran samping dibangun.
8) Perkerasan Jalan, Perkerasan jalan merupakan konstruksi jalan yang diperuntukkan bagi
jalur lalu-lintas yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapisan pondasi bawah, lapisan
pondasi atas, dan lapisan permukaan. Untuk jalan dengan lalu lintas ringan, lebar
perkerasan diambil 2,5 – 3 meter.
1) Geometrik Jalan
Geometrik adalah bentuk dari potongan melintang dan memanjang suatu alur jalan
yang mempunyai lebar jalan dan bahu jalan tertentu dan dapat dilalui oleh kendaraan
rencana. Alur jalan adalah bagian jalan yang terdiri dari permukaan jalan yang
diperkeras, bahu jalan, dan saluran samping.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 53


2) Bentuk Badan Jalan
 Bentuk Badan Jalan di Daerah Datar
Jalan harus dibuat dengan bentuk yang tepat. Pada keadaan biasa, bentuk jalan dibuat
miring (4%-6%) kesaluran tepi jalan. Pada daerah yang relatif datar dan lurus, badan
jalan dibuat dengan bentuk "punggung sapi" (bagian tengah lebih tinggi + 6-8cm).
Ukuran saluran samping minimal 50 cm dalam x 30 cm lebar dasar, berbentuk
trapesium.

Pada badan jalan di daerah bukit, saluran samping dibuat di arah bukit.
Disarankan kemiringan tebing 1:1, karena lereng yang semakin landai akan semakin
stabil dan tanaman tidak bertumbuh dengan baik pada tebing yang hanipir vertikal.
Tebing gundul perlu dilindungi dengan salali satu cara yang efektif dan efisien, antara
lain: pembuatan teras, saluran diversi, penamanan rumput atau perdu, lapisan batu
kosong, pasangan batu, bronjong kawat atau turap kayu.
Kemiringan tebing maksinial 2:1 dan dilindungi dengan cara yang efektif. Tinggi
pemotongan tebing maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah hasil pemotongan harus
dibuang secara aman untuk mencegah erosi dan longsor.
Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak
dibuat di atas timbunan baru. Bila perkerasan terpaksa harus dibuat di atas timbunan,
maka timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter. Timbunan tinggi sering mengalami
longsor dan erosi berat.
 Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam
Konstruksi jalan daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas,
untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.

3) Perkerasan Jalan
Jenis-jenis konsrtuksi jalan dibedakan atas 3, yaitu Jalan Tanah, Jalan Diperkeras dan
Jalan Beraspal.

54 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


a) Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis perkerasan
sebagai penutup. Jalan ini merupakan jalan yang paling sederhana, dapat dibuat dari
tanah asli, galian dan timbunan atau campuran tanah dengan bahan bangunan yang
lebih baik (pasir, kapur/gamping dll).
Jalan tanah sangat peka terhadap air, maka permukaan jalan harus dibuat dengan :
 Kemiringan 2% - 4% , agar dapat mengalirkan air dengan cepat ke saluran tepi
jalan.
 Harus dipadatkan, agar air tidak merembes dan dapat menahan beban
kendaraan.
Umumnya untuk lalulintas kurang dari 50 kendaraan roda 4 perhari.
Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan alam,
maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan Jalan
Beraspal). Jalan Diperkeras biasanya untuk lalu lintas 50-100 kendaraan roda 4
perhari dan Jalan Beraspal untuk lalulintas lebih dari 100 kendaraan roda 4 perhari.
Adapun jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam pembangunan jalan
adalah :

b) Jalan Diperkeras :
i. Perkerasan Sirtu/ Kerikil (pasir campur batu), dimana bahan perkerasan Sirtu
terdiri dari campuran pasir batu yang langsung diambil dari alam (sungai) atau
campuran antara kerikil ukuran 2–5cm dengan pasir urug, dihamparkan pada
permukaan jalan tanah yang telah padat. Agregat (Kerikil) perkerasan sirtu ini
harus bebas dari gumpalan lempung, material organik atau lainnya yang tidak
dikehendaki dan harus dipadatkan sehingga dapat menghasilkan lapis
permukaan yang kuat dan stabil. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini
adalah 12-20 cm dan dipadatkan dengan mesin gilas.
ii. Perkerasan batu
belah (telford),
terdiri atas pasir urug,
batu belah, batu
pengisi dan batu tepi.
Batu belah disusun
diatas alas pasir urug
dengan ketebalan
10-15cm. Badan jalan
harus sudah
dipersiapkan terlebih
dahulu sebelum pasir
dihamparkan.
Perkerasan Telford
harus bebas dari akar,
rumput atau sampah
dan kotoran lain. Sebelum pasir urug dihamparkan terlebih dahulu dipasang
Batu Pinggir yang ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari batu belah.
Batu belah yang dipergunakan diperoleh dan batu besar yang dibelah-belah,
sehingga mempunyai permukaan banyak dan kasar dengan tinggi 15-20 cm.
Batu belah dipasang tegak, bagian tumpul di bawah dan yang runcing di atas,

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 55


dengan tangan, kemudian dipukul dengan palu. Di atas batu belah kemudian
diberi batu pengisi/batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuran 5—7 cm.
Sebagai langkah terakhir dilakukan pemadatan dengan alat pemadat mesin
gilas, stamper atau timbris.
iii. Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam), bahan perkerasan
Makadam terdiri atas agregat kasar/pokok ukuran 2-5cm, agregat pengunci
dengan ukuran 1 – 2 cm dan pasir penutup.
Perkerasan Makadam Ikat Basah ini menggunakan agregat kasar dengan gradasi
hampir seragam dengan ukuran butir 3-5 cm dengan dipasang setebal kurang
lebih 3/2 dari ukuran butir batu pecah. Diatas lapisan batu pecah ini dipasang
batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuraran antara 1-2 cm, kemudian
dilakukan pemadatan dengan mesin gilas, stemper atau timbris. Tebal
perkerasan + 20 cm.

iv. Perkerasan Beton, dibuat dari bahan semen pasir dan kerikil dengan
perbandingan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerilil/batu pecah atau beton
tumbuk campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil/batu pecah ditambah Air
secukupnya. Perkerasan ini dipergunakan untuk jalan lingkungan/ permukiman
atau di daerah yang tanah dasarnya labil, mudah pecah, lembek, pada
turunan/tanjakan dan diatas singkapan batu.
Material pasir dan batu pecah yang dipergunakan untuk perkerasan beton ini
harus bersih dari tanah lempung, sampah dan bahan kotoran, kerikil atau batu
pecah harus dipilih yang keras. Tebal konstruksi perkerasan beton ini kurang
lebih 10 cm. Pemberian air untuk campuran beton tumbuk ini secukupnya saja.
Untuk membuat lapisan beton, sebelumnya dipasang cetakan untuk membatasi
lebar dan ketebalan yang diinginkan. Adukan beton kemudian dituangkan ke
dalam cetakan dan dipadatkan dengan alat penggetar atau ditusuk-tusuk
dengan kayu, kemudian diratakan. Permukaan dibuat kasar dengan
menggunakan sapu lidi ke arah menyamping. Setiap 1 meter memanjang dibuat
alur/ lebar 1cm dan dalam 2cm. Setiap 2 meter memanjang diberi pemisah
selebar 1cm untuk membatasi retak memanjang beton. Pemakaian jalan pada
perkerasan beton ini baru dapat dilakukan paling cepat setelah 7 hari terhitung
dari selesainya pengecoran beton;
v. Jalan Paving Blok/Beton Terkunci, lapis perkerasan dari blok beton/paving blok
dengan bahan pengisi celah/pengunci antar blok beton dari pasir. Paving blok
diletakan diatas lapis pondasi jalan yang terlebih dahulu dihamparkan pasir urug
setebal 6-10cm, pada bagian sisi/pinggir perkerasannya diberikan beton
pembatas. Jalan dengan paving blok dapat digunakan didaerah
lingkungan/permukiman.

56 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Mutu blok beton kelas I/II, fc’= 27- 37,35 MPA. Tebal paving blok sekitar 6-
10cm. Susunan blok beton yang memilki penguncian paling baik adalah pola
Tulangan Ikan (TI : 90/45 derajat) dan bentuk blok beton tipe A dan tipe C.
Penggunaan paving blok ini sudah dijumpai secara luas, terutama karena
bermanfaat :
 Mudah dalam pemasangan dan pemeliharaannya;
 Mudah ketersediaannya, dapat diproduksi baik secara mekanis maupun
manual;
 Ukuran paving blok lebih terjamin;
 Memperindah lapis permukaan tanah/lingkungan;
 Tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca;
 Antislip bagi kendaraan;
 Celah-celah antara paving blok dapat mengalirkan air hujan/air
permukaan kedalam tanah sehingga menjaga keseimbangan air tanah;
 Mengurangi kecepatan erosi tanah, khususnya pada tanah yang miring;
 Mengurangi kecepatan pengaliran air permukaan;
vi. Jalan Beraspal :

• Lapis Permukaan Buras (Pelaburan Aspal), merupakan hasil


penyiraman/penyomprotan aspal diatas permukaan jalan, kemudian ditabur
dengan pasir dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
• Lapis Penetrasi (Lapen), dimana bahan perkerasan terdiri dari susunan batu
pokok (3-5cm), batu pengunci (1-2cm) dan batu penutup (pasir) dan campuran
aspal panas sebagai pengikat diantara tiap lapisan dan dipadatkan sebagai lapis
penutup.
• Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag), dimana bahan perkerasan terdiri dari
campuran agregat kasar (batu 3-5cm), agregat halus (batu 2-3cm), bahan

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 57


pelunak/peremaja dan aspal buton yang dicampur secara dingin sebagai
pengikat dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jalan Beraspal dibatasi dengan prioritas (1). Perbaikan
jalan beraspal yang telah ada (2). Peningkatan jalan Diperkeras yang telah ada.
4) Bahu Jalan
Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung perkerasan jalan dan sebagai perantara aliran air
hujan yang ada di permukaan jalan menuju saluran tepi jalan. Bahu jalan juga berfungsi
sebagai tempat pemberhentian sementara bagi kendaraan. Bahu jalan tidak boleh
dilupakan dalam pelaksanaan jalan.
Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan, sebagai berikut :
 Bahu jalan dibuat disebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan lebar
minimal 50 cm, Lebar standar 1,0 m.
 Bahu jalan dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan
permukaan jalan, biasanya 4 - 6 % (sama dengan turun 4 - 6 cm per 1,0 meter lari),
demi kelancaran pembuangan air hujan.
 Bahan untuk bahu seharusnya terdiri dari tanah yang dapat meresap air sehingga
pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses perembesan.
 Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan.
 Ada baiknya kalau rumput ditanam di sebelah luar bahu jalan, dimulai sekitar 20 cm
dari pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilitas pinggir jalan, tetapi harus
dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi.
 Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu jalan (luar saluran, bila ada).
Tanaman tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak boleh
terlalu dekat dengan jalan.
5) Pemadatan Tanah
Sebelum kegiatan
pemasangan perkerasan
jalan, semua daerah
timbunan harus dipadatkan
dengan mesin gilas,
stemper, atau timbris.
Pemadatan ini sangat
membantu menjaga
stabillitas dan daya tahan
badan jalan. Jalan yang tidak
dipadatkan juga mudah
terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena erosi dan longsor. Pemadatan harus
secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimum 20 cm. Bila dipadatkan dengan
lapisan lebih tebal, bagian dalam kurang padat.
Pemadatan secara mesin dapat dilaksanakan dengan stemper atau dengan mesin gilas
yang berukuran 4-6 ton. Mesin gilas dua ton yang bergetaran dianggap sama dengan
mesin gilas 4-6 ton. Mesin gilas 6-8 ton dapat digunakan apabila dapat masuk kelokasi.
Pemadatan secara padat karya dilaksanakan dengan timbris.

58 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Untuk daerah dimana tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan
perkuatan, misalnya dengan cerucuk kayu atau stabilisasi misalnya dengan
semen/kapur.
6) Drainase
Air adalah musuh yang paling besar. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat
kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan melintasi permukaan
jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan. Jalan menjadi
bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.
Perbaikan kerusakan akibat masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah
seperti ini dapat dihindari apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu
prasurvai. Di tempat tertentu, tidak akan ada masalah drainase. Di tempat lain, jalan
hampir pasti mengalami masalah berat. Pertimbangan yang paling sederhana adalah
sebagai berikut :

Jalan yang dapat mengikuti punggung bukit


tidak akan mengalami masalah drainase,
karena air tidak perlu melintangi jalan.
Jalan yang dibuat pada lereng bukit,
terpaksa harus ada galian dan timbunan
tanah, selokan pinggir jalan, talud, gorong
gorong dan sebagainya, dengan biaya
konstruksi yang lebih besar. Kemungkinan
terkena erosi dan longsor lebih besar

Jalan yang dibuat pada daerah cekungan


harus dihindari. Keadaan seperti ini
harus dihindari karena masalah drainase (pembuangan) air. Kemungkinannya jalan tidak
bisa dikeringkan.
Ukuran saluran dan perlindungan saluran minimum adalah 50 (dalam) x 30 cm (lebar
dasar) dengan bentuk trapesium. Saluran tidak diperlukan apabila terdapat kemiringan
tanah asli lebih dari 1 % yang membawa air ke arah luar dari jalan.
7) Saluran Samping

Saluran samping diperlukan di sebelah kiri dan kanan badan jalan, kecuali:
• Jalan dibuat di punggung bukit, tidak perlu saluran sama sekali.
• Jalan dibuat di lereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah.
Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran minimum 50 cm (h/dalam) x 30 cm
(b/lebar dasar) x (B/lebar atas 50 cm), dengan bentuk trapesium. Saluran dibuat lebih
besar apabila diperkiraan debit air yang harus dibuang sangat besar.
Saluran dibuat sejajar dengan jalan,
dan dasar saluran harus dibuat dengan
kemiringan sangat rendah untuk
mengendalikan kecepatan aliran.
Kecepatan tinggi menyebabkan erosi
tanah, maka perlu terjunan atau

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 59


pasangan apabila terlalu cepat. Tidak benar jika dasar saluran datar, karena air tidak
akan mengalir sama sekali.
Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di bawah
batu perkerasan, demi kelancaran proses perembesan dan pengeringan.
Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud dan
dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan untuk perlindungan
saluran adalah untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya saluran tetap
berfungsi dan jalan tidak terkikis.
Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turap, batu kosong, atau pasangan.
Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka terhadap
erosi. Jenis perlindungan dipilih setelah dipertimbangkan:
1) kemiringan saluran dan kecepatan air,
2) jenis tanah (harus yaug peka terhadap erosi),
3) perubahan arah pengaliran pada belokan, dan
4) debit air.

8) Gorong-gorong

Gorong-gorong adalah jenis bangunan pelengkap


jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang
harus lewat di bawah jalan, dan dapat dibuat dari
bahan beton, pas. Batu, kayu dan sebagainya.
Gorong-gorong diperlukan:
 Di mana sungai kecil atau saluran irigasi
melewati jalan.
 Di mana kapasitas saluran samping kurang mampu mengalirkan volume air yang
diperkirakan, dan air harus melewati jalan untuk dibuang.
 Di mana saluran samping memotong jalan lain pada persimpangan

 Di daerah perbukitan, setiap tempat terendah pada profil jalan. Kebutuhan ini dapat
dilihat pada gambar ini:

Dasar gorong-gorong dibuat dengan kemiringan 2 % untuk memperlancar aliran air.


Untuk mengurangi aliran alamiah diganggu, baik didenah maupun di profil kedua ujung
gorong - gorong mengikuti garis aliran yang alamiah. Jika garis alamiah tidak diikuti,
saluran dan bak harus dilindungi.
Ukuran gorong-gorong tergantung debit air yang akan mengalir. Luas lahan yang dapat
dikeringkan gorong-gorong pipa beton dan gorong-gorong persegi beton diperkirakan
sebagai berikut :

60 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


J
Jenis gorong-gorong yang layak untuk jalan desa/kelurahan adalah gorong-gorong:
1) Pipa beton (bulat), dengan ukuran garis tengah 40 cm s.d. 80 cm.
2) Plat beton, yang dibuat dengan fondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton
bertulang, berukuran sisi antara 60 cm sampai 1,00 meter. Gorong-gorong plat
beton lebih layak di mana buis beton tidak dapat ditanam cukup dalam.
3) Gorong-gorong persegi kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar maksimal
1,00 m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk kemudahan pemeliharaan).
Gorong-gorong pipa beton, atau kayu harus ditanam supaya ada lapisan tanah di
atasnya minimal 30 cm atau setengah ukuran garis tengahnya, seperti yang digambar di
bawah ini:
Tiap gorong-gorong dilengkapi bak penampungan air dan bak pembuangan di ujungnya,
demi kelancaran pengaliran air dan untuk mencegah erosi.
Pembuangan air dari semua saluran dan gorong-gorong harus aman dan dipikirkan
untuk mencegah kerusakan akibat pengaliran air yang tidak terkendali. Pembuangan air
dengan aman tetap menjadi tanggung jawab perencana jalan.
Pembuangan yang aman adalah pembuangan yang mengantarkan aliran air ke sungai
atau ke saluran yang mampu mengalirkan volume air tanpa merusak lingkungannya,
terutama lahan petani atau rumah penduduk. Pembuangan tersebut dapat melalui
sebuah saluran baru khusus untuk pembuangan.
Saluran pembuangan dimulai dari gorong-gorong, saluran pinggir jalan yang sudah
melebihi kapasitasnya, atau saluran pinggir jalan yang tidak dapat diteruskan.
Saluran tersebut berhenti pada sungai atau saluran besar yang sudah ada. Tidak dibatasi
panjang saluran pembuangan; panjangnya menurut kebutuhan setempat.
Saluran pembuangan disesuaikan dengan debit air yang terbesar, dengan ukuran
minimal sama dengan ukuran saluran pinggir jalan yang standar (50 x 30 cm). Saluran
pembuangan harus dilindungi seperti saluran-saluran yang lain, dengan diberi pasangan
batu, rumput, terjunan, dan sebagainya untuk mencegah erosi dasar dan talud saluran.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 61


9) Perlindungan Tebing
Tebing merupakan bagian yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi
tanah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki stabilitas tebing.
Cara tersebut dapat digunakan secara tunggal atau gabungan, misalnya dibuat saluran
diversi, diteras, dan ditanami rumput. Di bawah ini dibahas jenis-jenis perlindungan
yang dapat diterapkan pada tebing.
a) Saluran diversi digunakan untuk
menangkap air yang mengalir dari
lereng di atas menuju tebing,
supaya air tidak terbuang melalui
tebing. Air saluran diversi harus
dibuang ke tempat yang lebih aman.
b) Teras bangku sangat layak untuk
tebing, asal lahan dapat
dikorbankan untuk membentuk
teras dan jenis tanah dapat
dibentuk dengan stabil. Teras dibuat sejajar dengan kontur (hampir datar, dengan
kemiringan maksimal 2%). Setiap 10 meter lari, air diterjunkan dari saluran teras ke
bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti bangunan terjun yang lain. Teras
dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi maksimal 1,00 meter.
c) Talud batu kosong dapat disusun
pada tebing, tetapi sebelumnya
tebing harus dikepras supaya tidak
tegak lurus. Aliran air permukaan
harus dialihkan dari talud batu
kosong melalui saluran diversi.
d) Talud pasangan batu relatif kuat,
tetapi relatif mahal. Pasangan batu
harus dibuatkan sulingan untuk
membuang air tanah dari belakang
tembok. Ujung suling harus diberi
saringan kecil dari ijuk. Pasangan batu harus dibuat dengan pondasi yang kuat,
karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah pasangan batu
harus disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.
e) Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relatif mahal. Supaya
posisi bronjong stabil dan tidak lari, dasar bronjong yang paling bawah didukung
dengan tiang pancang, dengan jarak setiap tiang pancang 1-114 m, serta dan ukuran
12-15 cm, serta dipancang sampai lapisan tanah keras. Bronjong dibuat lapis demi
lapis dan disambung. Setiap lapis (baris) harus dibuat datar (sama tingginya).
f) Turap kayu/bambu, relatif murah, sebab umumnya merupakan bahan lokal. Bahan
kayu bisa berupa balok atau persegi. Bahan bambu harus yang sudah tua, beruas
pendek dan hanya diambil bagian pangkalnya saja. Turap ini bisa dibuat pada posisi
tegak, dengan tinggi 1,0 hingga 1,5m dengan jarak tiang 0,75 - 1,00m.
g) Perlakuan Vegetatif, Penanaman bahan-bahan vegetatif untuk menstabilkan lereng
atau mengurangi erosi (murah dan mudah sekaligus memiliki fungsi estetika).

62 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


4.2. JEMBATAN 1
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan
sebagai prasarana lalu lintas darat.
Tujuan dari pembangunan jembatan di sini adalah untuk sarana penghubung pejalan kaki
atau lalu-lintas kendaraan ringan. Konstruksinya sederhana, dengan mempertimbangkan
sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi) sehingga mampu
dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Jembatan yang dibangun dalam program ini adalah jembatan yang melengkapi system
lalulintas ekonomi dan transportasi masyarakat :
 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan
wilayah desa/kelurahan lain sebagai prasarana perhubungan ekonomi dan sosial
masyarakat;
 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
ekonomi (seperti pasar, TPI, dll) ke outlet (jalan poros desa/kelurahan/jalan dengan
fungsi yang lebih tinggi/dermaga);
 Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan
RW/dusun/perkampungan dengan pusat pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi,
produksi, outlet;
 Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan desa/kelurahan
dengan pusat kegiatan produksi (seperti pertanian, perkebunan, dll).
Pembangunan jembatan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi
Jembatan Kayu, Jembatan Gelagar Besi, Jembatan Beton dan Jembatan Gantung
hendaknya mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan
berikut.
Tabel 18 : Tabel Alternatif Pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan
Jenis Konstruksi Fungsi Ukuran Konstruksi
Jembatan Kayu Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 6m (dapat
12m dgn pilar ditengah)
Jembatan Gelagar Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
Besi (lantai kayu) ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 12 m
Jembatan Beton Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 6 m
Jembatan Gantung - Pejalan Kaki - Lebar maks. 1,5m
- Kendaraan roda 2 - Panjang Bentang maks. 60 m

 Untuk bentang yang lebih besar maka desain konstruksi harus mendapat persetujuan
Tenaga Ahli/Konsultan dan Dinas Teknis/PU setempat;

1
Standar teknis jembatan mengacu pada Pedoman Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Jalan- Dep. PU Tahun 1996 .

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 63


A. Pemilihan Lokasi & Layout Jembatan
Panjang pendek bentang jembatan akan disesuaikan dengan lokasi setempat. Penentuan
bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa lokasi yang telah diusulkan. Pemilihan
lokasi mempertimbangkan kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-
arsitektural.
a) Pertimbangan aspek transportasi berkaitan dengan kelancaran arus lalu lintas
kendaraan dan pejalan kaki. Perencanaan yang kurang tepat terhadap kapasitas lalu
lintas harus dihindari. Selain karena hal itu akan mempengaruhi lebar jembatan juga
pemilihan type/jenis konstruksi jembatannya. Sebagai misal, karena jembatan
dibangun pada jalan yang menghubungkan pusat kegiatan perekonomian masyarakat
maka mungkin lebih diperlukan adalah jembatan beton bukan jembatan kayu karena
pertimbangan perkembangan lalu lintas kedepan.
b) Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan, antara lain :
 Penentuan geometri struktur, alinemen horisontal dan vertikal, sesuai dengan
lingkungan sekitarnya;
 Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi lantai/dek;
 Penentuan panjang bentang optimum sesuai syarat teknik, arsitektur dan biaya;
 Pemilihan elemen-elemen struktur atas dan struktur bawah, terutama tipe pilar
dan pondasi/abutmen;
 Pendetailan struktur atas, seperti sandaran, penerangan, lantai, balok jembatan,
perletakan;
 Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan
pertimbangan struktural dan estetika.
c) Aspek estetika (pandangan yang sesuai dan harmonis dengan lokasi) jembatan
merupakan salah satu faktor penting pula dipertimbangkan dalam perencanaan,
terutama jembatan yang berada ditengah-tengah kelurahan/desa. Kesesuaian estetika
dan arsitektural akan memberikan nilai lebih kepada jembatan yang dibangun.
Pertimbangan layout jembatan terhadap topografi setempat :
a) tempat yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek;
b) pondasi dapat dibuat sehemat mungkin;
c) Posisi jembatan tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan tikungan sungai;
d) pada tebing sungai yang tidak terlalu tinggi
e) Pada sungai yang lurus
f) Pada tanah keras
Setelah dilakukan layout, selanjutnya dilakukan penyelidikan/survey lokasi :
a) Untuk mengetahui kondisi fisik lokasi, misalnya keadaan lereng, singkapan batu,
situasi geografis & geologi ketersediaan bahan, alat dan transportasi kelokasi.
b) Untuk mengetahui kondisi pondasi setempat, termasuk titik-titik pilar pada potongan
melintang sungai, kondisi lapangan yang kurang menguntungkan seperti daerah
patahan geologi, tanah lunak, dll.

64 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


B. Pembebanan
Jembatan sederhana untuk lalu lintas ringan volume rendah direncanakan dengan
pembebanan : beban merata 300 kg/m2 dan beban kendaraan ringan roda 4 : as depan 1,5
ton & as belakang 3,5 ton.
C. Syarat minimum ruang bebas
a) Tinggi Jagaan minimum, tinggi bebas minimum terhadap banjir 50 tahunan
direncanakan sebagai berikut :

Tinggi Jagaan dari


Kondisi Sifat Aliran Air/Sungai
Muka Air Banjir (MAB)
Tenang 0,6 m
Daerah Datar
Deras 1,0 m
Tenang 1,0 m
Daerah Perbukitan
Deras 1,5 m
Irigasi Tenang 0,5 m

b) Ruang bebas untuk lalu lintas air dibawah jembatan harus disediakan sesuai
kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan (misalnya untuk lalu lintas perahu,
dsb).

D. Bangunan Bawah Jembatan


Bagian jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas jembatan dan meneruskannya
ketanah, pada umumnya berada di dalam tanah, seperti : kepala jembatan, pilar,
pondasi dan sayap jembatan. Jembatan untuk kendaraan beban ringan umumnya
menggunakan pondasi langsung, kecuali jika tanahnya lembek/gambut menggunakan
tiang pancang kayu.

a) Pondasi Langsung Pasangan Batu Kali

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 65


b) Pondasi Tiang Pancang Kayu untuk tanah lembek/gambut.
Jika tanahnya lembek/gambut, pondasi jembatan kayu dapat menggunakan tiang
pancang kayu.
 Kayu yang digunakan harus kayu mutu klas kuat I. Ukuran kayu :
o Ukuran balok kayu persegi 15 x 15 cm s/d 30 x 30 cm
o Ukuran kayu gelondongan/bulat, diameter 24cm s/d 34cm
 Kedalaman pancang yang disyaratkan minimal 3 m dan maksimum 6m
 Rumus Engineering News, Pemukulan tiang pancang dengan gravitasi :

 Ujung tiang pancang kayu diruncingkan dan diberi sepatu (kepala tiang pancang),
dipancangkan dengan cara dipukul dengan palu beton berat 80-100kg (ukuran
30x30x50cm), dengan tinggi jatuh 50-100cm;
 Penghentian pemancangan apabila pada 10 kali pemukulan terakhir dengan tinggi
jatuh 100cm, jumlah penurunan kumulatif 5cm;
 Penyambungan tiang pancang dengan cara sambungan lidah (memotong kedua
ujung tiang pada ujungnya setebal ½ tebal tiang dengan panjang sambungan 3kali
tebal tiang), kemudian diklem dengan plat besi 3cmx0,3cm dan diikat dengan kawat
dia.3mm atau diperkuat dengan paku.
 Diatas tiang dipasang balok kayu 30x30cm yang menghubungkan 2 tiang pancang
dengan cara diklem dengan plat atau menggunakan paku pengapit dari besi beton
6mm.
E. Bangunan Atas Jembatan

Bangunan jembatan yang langsung memikul beban lalulintas, pada umumnya berada
diatas permukaan tanah, seperti : lantai, balok jembatan, sandaran, perletakan.

a) Jembatan Kayu
Konstruksi bangunan atas terdiri dari gelagar kayu dengan lantai kayu, sedangkan
bangunan bawah bisa pondasi langsung kayu, pasangan batu atau tiang pancang kayu.
Panjang bentang maksimum 6 meter (untuk satu bentang) dan lokasi memungkinkan
dapat dibuat lebih dari satu bentang dengan menambah pondasi pilar ditengah.
Kayu yang digunakan untuk konstruksi harus dari kayu kualitas baik, minimal kayu klas 2,
seperti meranti merah, kruing, rasamala atau kayu lokal yang kualitasnya sesuai
persyaratan.
Kayu mempunyai beberapa keuntungan :
 Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi lebih murah, dan dapat
dikerjakan dengan peralatan yang sederhana;
 Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus
dan tenaga ahli tinggi, misalnya pada sambungan cukup dengan menggunakan bor;

66 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting sehingga
menghemat biaya;
 Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti baja/besi dan beton;
 Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan
dipadukan dengan lingkungan sekitar.
Kerugiannya antara lain :
 Relatif mudah rusak oleh perubahan cuaca, pelapukan dan mudah ditumbuhi
lumut/jamur sehingga kebutuhan pemeliharaan lebih sering dilakukan, biaya
pemeliharaan cukup tinggi disbanding beton/baja;
 Kayu menjadi terbatas terutama karena panjangnya terbatas sehingga lebih cocok
hanya untuk jembatan dengan bentang pendek, bila lebih panjang harus menambah
pilar jembatan (biaya mahal);
 Ukuran kayu gelagar yang digunakan tidak umum tersedia dipasaran (pesanan
khusus) sehingga menjadi sulit tersedia dan biaya lebih tinggi terutama pada daerah
perkotaan/daerah tidak memiliki kayu;
 Lemahnya pengetahuan mutu kayu yang baik, akan cenderung mendorong
masyarakat untuk menggunakan kayu yang tersedia disekitar (local) meskipun
kualitas rendah (pengawasan kualitas bahan harus lebih tinggi);

Ketentuan bngunan atas jembatan kayu:


 Bahan lantai Kayu papan ukuran 8/25 cm;
 Bahan tihang Sandaran kayu Kaso 5/7 cm dipaku pada balok tepi;
 Bahan Lintasan Roda Kendaraan, papan 4/30 cm sepanjang jembatan;
 Oprit pada pangkal jembatan menggunakan tanah pilihan/sirtu dipadatkan;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 67


Tabel 19 : Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan

b) Jembatan Gelagar Besi


Konstruksi bangunan atas adalah gelagar besi, lantai kayu sedangkan bangunan bawah
adalah pondasi langsung pasangan batu.
 Panjang bentang adalah 6m s/d 15m
 Konstruksi jembatan gelagar besi dengan dua perletakan sistem simple beam.
 Besi gelagar yang digunakan adalah besi profil I;
 Penyambungan/ikatan antara gelagar besi dengan balok lantai menggunakan baut
dengan plat siku pengaku dan tidak melubangi sayap besi gelagar karena akan
mengurangi kekuatan strukturnya;
 Kayu papan lantai ukuran 8/25 cm, pengikatan dengan 2 baut sekrup diameter
10mm dan plat pengapit kegelagar jembatan.
 Lintasan Roda Kendaraan, papan 4/30 cm sepanjang jembatan;
 Sandaran Besi L.40.60.5, L.70.70.7, L.90.150.10mm
 Oprit pada pangkal jembatan menggunakan tanah pilihan/sirtu dipadatkan;

Tabel 20 : Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan

Penggunaan jembatan gelagar besi mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian


dibandingkan jembatan kayu, diantaranya :
Beberapa keuntungan :
 Gelagar besi memberikan kekuatan yang lebih besar dan masa pakai yang lebih
lama dibandingkan kayu;

68 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Gelagar besi memberikan masa pakai yang relative lebih lama dibandingkan
kayu (pemeliharaan lebih ringan dari gelagar kayu);
 Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting
sehingga menghemat biaya;
 Gelagar Besi tersedia dengan ukuran yang lebih panjang dari kayu sehingga
dapat dibangun untuk bentang yang lebih panjang tanpa pilar (tiang tengah),
penghematan biaya pondasi;
Beberapa Kerugian :
 Gelagar besi cukup berat dan panjang sehingga memerlukan alat angkut khusus
dan ketersediaan jalan kelokasi yang cukup (biaya transport mahal bahkan
mungkin sulit didatangkan kelokasi yang terpencil);
 Pekerjaan konstruksi cukup berat sehingga memerlukan peralatan/tenaga
khusus untuk pemasangan dilapangan, biaya dan pengawasan tinggi;
 Pekerjaan-pekerjaan detail dikerjakan memerlukan peralatan khusus dan tenaga
ahli misalnya pada sambungan dengan pengelasan;
 Biaya gelagar besi lebih mahal dibandingkan beton dan kayu;
 Besi dipengaruhi oleh korosi sehingga pada daerah tertentu perlu
antisipasi/pemeliharaan khusus untuk hal ini;

Ketersediaan dipasaran, khusus didaerah luar jawa masih terbatas, biaya mahal dan
sulit dibangun;

c). Jembatan Beton


Untuk desain dan konstruksi jembatan beton dapat mengacu pada standar Bina Marga
untuk jalan/jembatan kabupaten, terutama untuk bentang yang lebih besar/panjang,
seperti paket 10m, 15m, 20m, 25m.
Bangunan atas jembatan beton adalah : Balok, lantai, sandaran, kerb dan perletakan
yang semuanya terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton struktur, minimum
mutu beton K-225. Sedangkan pondasinya adalah pondasi pasangan batu (meskipun
juga dapat digunakan beton bertulang).
Bentuk umum yang masih cukup sederhana dan ekonomis dari jembatan beton
bertulang ini adalah type slab dan type balok-T cor ditempat dengan bentang 6-8m.
Penggunaan jembatan beton mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian
dibandingkan jembatan kayu dan jembatan gelagar baja, diantaranya :
Beberapa keuntungan :
 Lantai dan gelagar beton bertulang yang menyatu memberikan kekuatan yang lebih
besar dan masa pakai yang lebih lama dibandingkan gelagar/lantai kayu;
 Kebutuhan pemeliharaan seharusnya lebih ringan;
 Harga tidak terlalu jauh berbeda dengan kayu dan lebih murah dari gelagar besi;
 Dapat dibangun dilokasi yang tidak tersedia kayu dan pengangkutan gelagar besi
sulit, material dan tenaga kerja relative mudah diperoleh didaerah setempat;
 Masyarakat mendapat keterampilan baru, yaitu cara menggunakan bahan beton;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 69


Beberapa Kerugian :
 Perencana desain dan pelaksanaan (pengawasan) memerlukan tenaga
ahli/berpengalaman dimana terbatas didaerah setempat;
 Perlu pengawasan intensif selama pelaksanaan dilapangan sehingga terjamin
kualitasnya;
 Perlu keterampilan dan ketelitian tenaga kerja, khususnya pekerjaan beton dan
pembesian agar menjamin kualitas;
 Memerlukan perancah untuk bisa mengerjakan beton sehingga ada biaya tambahan
untuk pekerjaan beton;
 Sangat peka terhadap penurunan pondasi, maka perlu pondasi yang terjamin kuat
(struktur dan tanahnya);
 Lebih sulit dipelihara bila ada kerusakan. Kerusakan sulit diketahui sampai dengan
jembatan ambruk, maka lebih berbahaya;
 Tanpa pengawasan yang tinggi, sangat beresiko kegagalan;
 Besi/Beton dipengaruhi oleh korosi sehingga pada daerah tertentu perlu
antisipasi/pemeliharaan khusus untuk hal ini;

d) Jembatan Gantung
Konstruksi bangunan atas jembatan gantung berupa : tiang pilon/menara, kabel utama,
kabel pengaku, kabel penggantung dengan lantai dan pagar pengaman/sandaran.
Sedangkan bangunan bawah berupa pondasi dari pasangan batu/beton.
Konstruksi jembatan gantung lebih cocok untuk bentang yang panjang dengan dasar
sungai yang dalam.
Pada lokasi tebing yang tingginya tidak sama, penentuan bentang jembatan diusahakan
agar kemiringan bentang utama jembatan maksimum 1:20.
Panjang jembatan gantung disini adalah 15-60m dengan perbedaan panjang kelipatan 5
m. Lebar jembatan 1,5m.

70 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Contoh Gambar Potongan Memanjang dan Denah Jembatan Gantung:

4.3. TAMBATAN PERAHU


Yang dimaksud dengan tambatan perahu adalah tempat untuk mengikat/ menambat
perahu-perahu saat berlabuh.
Terdapat 2 tipe tambatan perahu :
a. Tambatan tepi, digunakan apabila dasar tepi sungai atau pantai cukup dalam,
dibangun searah tepi sungai atau pantai.
b. Tambatan dermaga, digunakan apabila dasar sungai atau pantai cukup landai,
dibangun menjalar ketengah.
Sedangkan dari konstruksinya dibedakan atas :
a. type 1 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hulu sungai, dimana perbedaan muka air
pasang dan surut tidak terlalu besar;
b. type 2 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hilir sungai, dimana perbedaan muka air
pasang dan surut cukup besar, karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Perencanaan tambatan perahu haruslah merupakan bagian kelengkapan sistem
pelayanan masyarakat, baik sudah ada maupun yang akan direncanakan akan
dibangun, seperti : TPI, dermaga bongkar muat, tempat parkir, gudang dan jalan
penghubung ke permukiman.
Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penempatan/pemilihan lokasi tambatan perahu :
 Sedapat mungkin ditempat yang strategis sehingga sehingga warga pengguna
mempunya jarak pencapaian yang relatif sama;
 Pada sungai/pantai yang lurus / tidak pada bagian berbelok dan tidak terletak
didaerah dengan kondisi erosi yang aktif/besar;

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 71


 Lalulintas perahu dan kegiatan berada disekitar tamabatan perahu;
 Tidak pada pantai yang ombaknya cukup besar (pantai dengan tinggi gelombang
maksimum 40 cm);
 Sekitar lokasi harus bersih;
 Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja dan tambatan perahu harus
tersedia.
 Pada lalu linta sungai yang padat dan sempit tidak menggunakan tipe tambatan
dermaga;
 Kedalaman tepi sungai/pantai tidak lebih dari 6m.
Persyaratan teknis tambatan perahu :
 Tambatan yang digunakan untuk perahu berukuran maksimum panjang 16m, lebar
3m, bobot mati perahu 2 ton.
 Kriteria pemilihan jenis konstruksi tambatan perahu (lihat tabel berikut)
Bentuk Tepi Perbedaan Muka Air
No Jenis Konstruksi
Pantai/Sungai Pasang Surut (MAP)
1. Landai Kurang dari 2 meter Tambatan Dermaga berlantai Satu
2. Landai Lebih dari 2 meter Tambatan Dermaga berlantai Dua
3. Curam Kurang dari 2 meter Tambatan Tepi berlantai Satu
4. Curam Lebih dari 2 meter Tambatan Tepi berlantai Dua

 Kekuatan standar untuk tambatan perahu pada beban lantai maksimum 300kg/m2.
 Jenis kayu yang yang digunakan untuk tambatan perahu adalah kayu kuat kelas I dan
kayu awet kelas I. Ukuran-ukuran bagian konstruksi tambatan perahu :

No Jenis Konstruksi Ukuran (cm) Jarak antara maksimal


1. Tiang 6 x 12 1, 00 meter
8 x 12 1, 50 meter
8 x 15 1, 75 meter
15 x 15 2, 00 meter
2. Sekur (menyilang 5 x 10 1, 50 meter
antar tiang pancang) 6 x 12 2, 00 meter
3. Gelagar Melintang 8 x 12 1, 50 meter
8 x 15 2, 00 meter
4. Gelagar Memanjang 8 x 12 1, 50 meter
8 x 15 2, 00 meter
5. Lantai 3 x 20 Rapat
3 x 30 Rapat
 Pada tiang pancang bagian luar di pasang balok fender sebagai pengaman terhadap
tumbukan perahu;
 Pada bagian tepi papan lantai dipasang patok tambat dari bahan baja ulir dengan
jarak antara patok 2 meter;

72 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Contoh Gambar situasi Tambatan Perahu:

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 73


4.4. DRAINASE PERMUKIMAN
Drainase permukiman merupakan sarana atau prasarana dipermukiman untuk mengalirkan
air hujan dari suatu tempat ketempat lain agar lingkungan perumahan bebas dari genangan
air. Hal ini sering ditunjukan dengan terjadinya air yang meluap dari saluran drainase
bahkan banjirpun dapat terjadi yang mengganggu aktivitas masyarakat.
Kebutuhan pembangunan drainase permukiman, antara lain:
 Berkurangnya kapasitas drainase yang ada atau tidak tersedia drainase yang akan
mengalirkan air permukaan;
 Timbulnya genangan air didaerah permukiman;
Ketentuan umum pembangunan drainase permukiman adalah :
 Drainase permukiman yang dibangun pada proyek ini harus terintegrasi dengan
sistem/jaringan drainase yang sudah ada atau harus sampai pada tempat
pembuangan air (saluran drainase/sungai/laut).
 Pembangunan drainase diusahakan mengindari perlintasan dengan bangunan yang
telah ada, namun bila terpaksa maka desain dan pelaksanaannya wajib mendapat
persetujuan dari instansi pengelola bangunan tersebut. Misalnya melintasi jalan
kab/provinsi/nasional, irigasi teknis, jaringan/bangunan listrik, telepon, dll.
 Prioritas pembangunan drainase dengan urutan : perbaikan/peningkatan drainase
lama karena kapasitas/fungsinya sudah berkurang dan pembangunan baru.

74 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Air hujan yang masuk kesaluran air hujan adalah air hujan yang tidak tercemar dan
bukan air limbah
Jenis drainase disini dapat meliputi saluran air hujan dan sumur resapan di permukiman.
A. Saluran Resapan Air Hujan
Fungsi saluran untuk mengalirkan air hujan ke saluran yang lebih besar/badan air dan
meresapkan sebagian air.
Ukuran saluran ditentukan berdasarkan kapasitas volume air yang akan ditampung (luas
daerah tangkapan) dan intensitas curah hujan 5 tahunan, debit air dan daya resap tanah
(permeabilitas >/= 2cm/jam);
Saluran resapan air hujan ditempatkan dengan luas daerah maksimum 5Ha dengan sistem
pengaliran tersier dan maksimum 25Ha dengan sistem pengaliran tersier dan sekunder.

Luas area (catchment area) maksimum 5 Hektar


Type Rumah/Luas Jumlah rumah Panjang Saluran
No Sistem Pengaliran
Tanah (unit) (m)
1. T.21/60 150 750 Tersier
2. T.36/75 120 720 Tersier
3. T.45/90 100 750 Tersier
4. T.70/110 28 224 Tersier
Luas area (catchment area) maksimum 25 Hektar
Type Rumah/Luas Jumlah rumah Panjang Saluran
No Sistem Pengaliran
Tanah (unit) (m)
1. T.21/60 750 3.730 Tersier
2. T.36/75 600 3.600 Tersier
3. T.45/90 750 3.730 Tersier & Sekunder
4. T.70/110 140 1.120 Tersier & Sekunder
Sitem saluran dapat terbuka atau tertutup :
Persyaratan saluran terbuka :
o Saluran berbentuk persegi, trapesium, ½ lingkaran dia. minimum 20cm;
o Kemiringan saluran minimum 2%;
o Kedalaman saluran minimum 40cm;
o Bahan bangunan : tanah liat, beton, batu bata, batu kali;
Persyaratan Saluran tertutup :
o Saluran dilengkapi dengan lubang kontrol pada setiap jarak minimal 10meter dan
pada setiap belokan;
o Kemiringan saluran minimum 2%;
o Kedalaman saluran minimum 30cm;
o Bahan bangunan : PVC, tanah liat, beton, batu bata, batu kali;

B. Saluran tersier tipe I dan II dari beton pracetak berlubang :


 Luas penampang (A), type I = 0,16 m2 ; Type II = 0,12 m2
 Keliling Basah (O), type I = 1,02 m ; Type II = 0,86 m

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 75


 Kemiringan saluran type I dan II = 2%
 Mutu Beton (K225) atau campuran 1 semen : 2pasir : 3 kerikil
 Besi tulangan yang digunakan, Type I : besi diameter 6mm berulir; Type II besi
diameter 6 mm tanpa ulir/polos;
 Tebal selimut beton = 25 mm (2,5 cm)
 Bahan-bahan yang digunakan adalah semen, kerikil/batu pecah dan pasir beton;
 Untuk kepentingan pemasangan/penanganan maka pada kedua dinding samping
(kiri/kanan) diberi lubang secukupnya. Setelah pemasangan dilapangan, lubang
ini ditutup/ditambal dengan adukan semen dan pasir.
 Sebelum pemasangan model saluran dilapangan, maka dasar galian tanah dasar
saluran harus dipasang pasir urug atau kerikil diameter 1cm setebal 10 cm,
diratakan dan dipadatkan;

C. Saluran Tersier dan Sekunder dari Pasangan Bata dan Batu Kali
 Saluran dibuat kedap air. Agar saluran dapat meresapkan sebahagian air hujan
kedalam tanah, maka pada jarak tertentu harus diberi sumur resapan (misalnya
saluran hujan tersier dapat diberi sumur resapan setiap jaran 25 m dan untuk
saluran air hujan sekunder dapat diberi sumur resapan setiap jarak 50 meter).
Diameter sumur resapan dapat dibuat dengan menyesuaikan lebar saluran,
sedangkan untuk kedalamannya 1 – 1,5 meter. Sumur resapan tersebut harus
diberi kerikil atau batu pecah sampai pada permukaan sumur resapan atau
bagian dasar saluran, ukuran butir kerikil atau batu pecah 5 – 10 cm.

76 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Contoh-contoh type saluran:

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 77


D. Sumur Resapan Air Hujan (SRAH)
Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan
air hujan (bukan air limbah) kedalam tanah. Air hujan yang diresapkan berasal dari bidang
tanah, atap bangunan dan permukaan tanah yang dikedapkan/perkeras untuk menjaga
keseimbangan system tata air dilingkungan dan menyelamatkan sumberdaya air untuk
jangka panjang.
Persyaratan pembangunan SRAH harus mempertimbangkan keamanan bangunan
disekitar (jarak kesumber air 3m, jarak ke pondasi bangunan min. 1m dan tangki septik
min. 5m).
Bentuk SRAH dapat berupa sumur persegi/bulat dan dapat diterapkan pada lahan
datar/pekarangan dengan permukaan air tanah min. 1,5m dari muka tanah dan nilai
permeabilitas tanah min. 2cm/jam.
SRAH pada luas area maksimum 5 Hektar
Luas bid. Tadah Minimum SRAH yang
Type Rumah/Luas Jumlah rumah
No tiap rumah terpasang ditiap
Tanah (unit)
minimum (m2) rumah, Ø 80cm
1. T.21/60 150 18 1 buah
2. T.36/75 120 27 1 buah
3. T.45/90 100 32 2 buah
4. T.70/110 28 47 3 buah

4.5. PRASARANA AIR BERSIH


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas Air minum
harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku, sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002.
Pembangunan prasarana Air Bersih ini bersifat mendekatkan akses air bersih dan atau
memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat, khususnya warga miskin.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan sistem penyediaan air
bersih, mencakup :
1). Persyaratan Umum
Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan Sistem penyediaan
air bersih adalah sebagai berikut :
 Tersedianya data sumber air baku mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
 Perencanaan sistem air bersih harus memenuhi persyaratan teknis air bersih yang
berlaku.
 Perencanaan sistem harus merupakan karya yang terbaik dan termurah dalam
pembangunan dan operasi & pemeliharaan.
Dilakukan oleh masyarakat setempat dengan pendampingan oleh Konsultan
pendamping, terutama pada tahap survai lapangan (data lapangan) dan penentuan
ketersediaan air baku.

78 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


2). Persyaratan Lokasi
Lokasi yang dapat diusulkan untuk perencanaan sistem air bersih adalah lokasi yang
mempunyai sumber air yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
yang dapat diolah secara sederhana.
Evaluasi Lokasi Mata Air :
 Hitung Jarak Mata air, jika jarak mata air kedaerah pelayanan memenuhi
ketentuan (kurang dari 6 km), maka mata air dapat dipergunakan;
 Jika lokasi mata air berada didesa lain atau jalur pipa melalui desa lain, maka
mata air belum dapat dipergunakan, kecuali ada ijin dan kesepakatan bersama
untuk mata air dan jalur yang akan dilalui pipa;
 Bandingkan beda tinggi antara mata air dan daerah pelayanan, dapat
dikategorikan sebagai berikut :

 Tanah Lokasi harus sudah mendapat ijin atau dihibahkan oleh pemiliknya untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan umum;
 Lokasinya bukan didaerah yang terkena banjir;
 Untuk SGL/SPT, jarak dengan sumber pencemaran air (resapan, tangki
septik/cubluk), galian sampah minimum 15 meter;

3). Pemilihan Sumber Air Baku


Dari masyarakat diperoleh informasi sumber-sumber air baku yang berpotensi.
Sumber air baku (Mata Air, Air Tanah, Air Hujan, Air Permukaan) dipilih yang
berpotensi baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 79


80 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur
Untuk menetapkan jenis sumber yang akan digunakan, maka dapat digunakan alat
bantu berupa diagram pemilihan teknologi penyediaan air bersih perdesaan. Diagram
ini terdiri atas dua jenis diagram, yaitu diagram untuk jenis sistem yang dilayani
secara perpipaan (Gambar 1A) dan diagram untuk jenis sistem yang dilayani secara
non perpipaan (Gambar 1B).
Berdasarkan jenis sumber yang dapat dimanfaatkan tersebut, maka dipilih jenis
teknologi yang sesuai dengan jenis sumber air baku dan yang layak untuk diterapkan
dengan menggunakan teknologi yang sederhana, serta murah dan muddah dalam
pengoperasian dan perawatan.
4). Pengukuran Debit
a. Sumber Mata Air
Secara sederhana cara pengukuran debit air yang berasal dari Mata Air dapat
dilakukan sebagai berikut :
• Siapkan ember kosong dan ukur terlebih dahulu volume/isinya (dalam liter).
• Sumber air dibendung sementara, lalu buat pancuran air;
• Letakan ember kosong dibawah pancuran air, Catat waktu (dalam detik) mulai air
masuk sampai ember penuh;
• Hitung Debit Air (dalam liter per detik) dengan cara volume air/isi ember (dalam
liter) dibagi jumlah waktu yang dipergunakan mengisi ember sampai penuh (dalam
detik). Sebagai misal, Isi ember 20 liter, penuh terisi air selama 5 detik maka debit
airnya adalah 20 dibagi 5 sama dengan 4 liter/detik.
• Untuk mendapatkan nilai rata-rata debit air, maka lakukan pengukuran tersebut 3-
5. Selanjutnya hitung Debit Air rata-rata hasil pengukuran tersebut.
b. Sumber Air Permukaan (Sungai)
Cara pengukuran debit air sungai secara sederhana, seperti dijelaskan pada bagian
berikut ini :
• Siapkan alat pelampung (batang pisang atau botol diisi air) untuk kecepatan
permukaan air sungai.
• Siapkan pita ukur
• Siapkan pengukur waktu (jam/stopwatch).
• Tentukan lokasi pengukuran pada bagian sungai yang lurus dan permukaannya
relatif datar.
• Tentukan jarak pengukuran (50-100m).
• Tentukan luas penampang aliran dengan mengukur kedalaman (tinggi muka air)
dikalikan dengan lebar penampang (m2) di daerah lokasi pengukuran yang telah
ditetapkan.
• Perhitungan kecepatan aliran air sungai :
• Hanyutkan pelampung (batang pisang atau botol diisi air) ke dalam aliran sungai
sampai sebagiannya tenggelam untuk mengetahui waktu tempuh sesuai dengan
jarak yang sudah ditentukan (50-100m). Jarak ini tidak boleh terlalu besar untuk
mencegah agar pengapung tidak menyimpang dari arahnya karena pengaruh angin.
Agar supaya pengapung itu, meempunyai kecepatan sama dengan kecepatan air
maka ia harus dilepas pada jarak 25-40m sebelum titik awal perhitungan waktu.
Waktu yang dibutuhkan oleh pengapung tersebut untuk melalui jarak tersebut

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 81


dicatat (dalam detik). Hitung kecepatan aliran (m/detik) dengan cara membagi jarak
pengukuran (m) dengan waktu pengukuran (detik).
• Untuk mendapatkan nilai rata-rata kecepatan air permukaan, maka lakukan
pengukuran tersebut 3-5. Selanjutnya kecepatan rata-rata diperhitungkan sama
dengan 0,8-0,9 kali hasil pengukuran kecepatan permukaan tersebut.
• Hitung Debit Air (Q) sungai dengan rumus : Kecepatan Aliran Rata-rata (V) dikali
Luas Penampang Air (A) :
5). Pengukuran Kualitas Air Baku
Pengukuran kualitas air baku dilakukan dilaboratorium, kemudian hasilnya
dibandingkan dengan standar kualitas yang berlaku, sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002. Secara umum ada beberapa indikator
yang secara visual dapat diukur di lapangan di antaranya:
1. Kekeruhan
Perhatikan kekeruhan bilamana kekeruhan tinggi dalam periode yang lama, maka
sungai dapat dipakai dengan memperhitungkan biaya investasi, operasi, dan
pemeliharaan.
2. Rasa
Tes rasa air, jika rasa air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium terhadap
kandungan Klorida, jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai EC. Jika nilai EC
menunjukkan lebih dari 1.500 micro S/cm, maka ada salinitas, air tidak dapat
dipergunakan sebagai sumber air. (EC Meter adalah salah satu alat pengukur
suhu yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik dan dapat memberi
informasi tentang kadar garam).
3. Warna dan Bau
Periksa warna dan bau air, jika ditemukan warna dan bau, maka penyebab
timbulnya harus diperiksa. Untuk menjamin kualitas air tersebut dapat digunakan
sebagai sumber air.

82 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Untuk bahan yang berbau, berasa, kekeruhan dan berwarna diperlukan pengolahan
air. Pada umumnya air yang berasal dari air permukaan (sungai, waduk, embung,
saluran irigasi) berwarna keruh sehingga perlu diolah terlebih dahulu.
a) Saringan (Saringan Pasir Lambat, Saringan Karbon Aktif)
Pengolahan jenis ini dapat dilakukan bila kualitas air mempunyai kondisi :
kondisi air bau tanah dan bau besi;
kondisi air rasa tanah dan rasa besi;
kondisi air terlalu banyak kapur.
b) Bahan Kimia atau Koagulan
Pengolahan air dengan bahan kimia tergolong lebih sulit dan penentuan
pengolahannya harus dilakukan percobaan dan menguji tingkat keasaman air
terlebih dahulu untuk menentukan bahan koagulan. Contoh pengeolahan air
dengan koagulan, yaitu bila air mengandung zat mangaan (Mn) atau zat besi (Fe)
yang biasanya ditandai dengan : Air berwarna kuning setelah ditampung; kotoran
mengumpal dan tidak mudah larut dalam air.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 83


6). Perhitungan Kebutuhan Air
a). Penentuan Jumlah Penduduk (Pemanfaat)
Data jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dipakai untuk menentukan
daerah pelayanan dengan rumus perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Cari data jumlah penduduk awal perencanaan.
2. Tentukan nilai prosentase pertambahan penduduk pertahunnya (r).
3. Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan (misal 5
tahun) dengan menggunakan salah satu metode, misalnya metode
geometrik.
P = Po (1 + r )n
Dimana :
P = jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan
Po = jumlah penduduk awal perencanaan
r = prosentase pertambahan penduduk pertahun
n = umur perencanaan

b). Penentuan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan untuk 5 – 10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap
pemakai setelah ditambahkan 20 % sebagai faktor kehilangan air (kebocoran).
Kebutuhan total ini dipakai untuk mengecek apakah sumber air yang dipilih dapat
digunakan. Kebutuhan air bersih ini didasarkan atas pelayanan dengan
menggunakan Hidran Umum (HU) dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Hitung kebutuhan air bersih dengan mengkalikan jumlah jiwa yang akan
dilayani sesuai dengan tahun perencanaan (P) dikali kebutuhan air perorang
perhari (q) dikali faktor hari maksimum (fmd = 1,05 – 1,15).
Q = Pxq
Qmd = Q x fmd
Dimana :
Qmd = kebutuhan air minimum (liter/hari)
P = jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa)
q = kebutuhan air per orang per hari (liter/orang/hari)
fmd = faktor maksimum ( 1,05-1,15)
2. Hitung kebutuhan total air bersih (Qt), dengan faktor kehilangan air 20 %
dengan persamaan :
Qt = Qmd x 100/80
3. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi atau tidak, jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku
lain.
7). Penentuan Sistem Penyediaan Air
Sistem penyediaan air minum didasarkan pada :
 Ketersediaan sumber air baku dengan prioritas air baku dari mata air, air tanah,
air permukaan dan air hujan dengan membandingkan kehandalan (kualitas,
kuantias dan kontnuitas) air baku.

84 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Pengolahan air, yaitu pengolahan lengkap atau tidak lengkap, yang berdasarkan
dari hasil pemeriksaan kualitas air baku;
 Sistem pendistribusian, yaitu gravitasi atau pemompaan;
 Sistem pelayanan yang berupa sambungan rumah/langsung dan hidran
umum/kran umum.
a). Alternatif Jenis Sarana & Prasarana
Jenis prasarana dan sarana yang diperlukan dalam sistem penyediaan air
bersih/minum sesuai dengan sumber air baku serta sistem pengolahannya dapat
dilihat pada tabel berikut :

b). Kriteria Desain


Kriteria disain untuk setiap sistem penyediaan air minum, pipa transmisi dan pipa
distribusi disajikan dalam tabel-tabel berikut ini :
c). Sistem Pengolahan Air
Dalam menentukan Sistem Pengolahan Air Bersih akan tergantung oleh kualitas
sumber air baku, namun demikian pada umumnya diusahakan harus sederhana,
murah dalam biaya pembangunan dan pemeliharaan serta mudah dalam
pembangunan dan operasional & pemeliharaanya. Berdasarkan pengalaman,
instalasi pengolahan air sederhana yang umum ada dan digunakan diantaranya
adalah sebagai berikut :

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 85


1. Bangunan Intake (Penyadap)
Berupa pipa sadap (PVC/GI) yang dihitung dengan formula sebagai berikut :
Dimana :
4Q ф = Diameter pipa (m)
φ =
πv Q = Debit aliran (m/detik)
v = Kecepatan aliran (m/detik)
2. Bangunan Bak Pengumpul :

Volume bak pengumpul = Waktu detensi (td) x Qt


Volume bak pengumpul = Panjang (P) x Lebar (L) x Tinggi (T)

Dimensi bak pengumpul :


• Panjang (P)= (3 - 4) x Lebar (L)
• Kedalaman (T) = 1 – 1,5 m
3. Bangunan Saringan Pasir Lambat (SPL)

Qt (m3/dtk)
Luas Permukaan (A) =
v filtrasi
= P (m) x L(m)

Jumlah unit bangunan SPL minimum = 2 unit,


Dimensi SPL :
• Panjang (P) = (2 - 3) x Lebar (L)
• Tinggi media pasir = 0,7 - 1 m

d). Sistem Pendistribuasian


Penyaluran air dapat dilakukan dengan sistem perpipaan gravitasi maupn dengan
cara mekanis/pompa.
(a) Penentuan dimensi perpipaan transmisi dan distribusi dapat mengunakan rumus :
Q = VxA
A = 0,785 x D2
Dimana :
Q = Debit Air (m3/detik)
V = Kecepatan pengaliran (m/detik)
A = Luas Penampang Pipa (m2)
D = Diameter pipa (m)
Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan
tinggi dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) medium atau pipa PVC kelas AW, 8
s/d 10 kg/cm2) atau pipa berdasarkan SNI, seri (10-12,5);
(b). Pompa
Hitung Daya Pompa yang diperlukan berdasarkan data total tekanan (head) yang
tersedia dengan rumus :

86 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Q.w.H
Daya Pompa (P) =
75 . л
Dimana :
P = Daya Pompa (tenaga kuda)
3
Q = Debit Air (m /detik)
3
w = Density (kg/cm )
H = Total Tekanan (m)
л = efisiensi pompa (60-75%)

e). Sistem Pelayanan (Bangunan HU/KU)


Bangunan Hidran Umum cara perhitungannya sama dengan bak penampung, namun
umumnya bangunan HU berupa tabung dari fiberglass dengan volumenya sudah
ditetapkan (2 m3 dan 4 m3), mengingat jarak maksimum antara hidran umum
maksimum 200 meter, maka umumnya jumlah HU lebih dari satu.

4.6. PRASARANA IRIGASI


Irigasi yang dimaksud dalam program ini adalah sebagai berikut :
 Irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat kelurahan/desa
 Irigasi ini bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam
inventarisasi DPU Pengairan
Tujuan pembangunan jaringan irigasi perdesaan, yaitu;
 Meningkatkan produksi pangan terutama beras.
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air irigasi.
 Meningkatkan intensitas tanam.
 Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan jaringan irigasi
perdesaan.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi sederhana dibatasi dengan prioritas
sebagai berikut :
 Perbaikan/ rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada.
 Peningkatan irigasi perdesaan yang telah ada.
 Pembangunan baru irigasi perdesaan.
Karena proses pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi peredesaan (mulai dari
penyuluhan, survai, desain sampai pelaksanaan konstruksi) harus dapat diselesaikan dalam
satu tahun anggaran, maka urutan prioritas ditetapkan sebagai berikut :
 Diutamakan pekerjaan perbaikan atau rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada, dan
tidak memerlukan kajian teknis yang berat.
 Pekerjaan peningkatan jaringan irigasi yang telah ada, yang benar-benar diperlukan.
 Pembangunan jaringan irigasi baru yang sangat diperlukan.
Meskipun membangun irigasi baru dimungkinkan (sekalipun merupakan prioritas terakhir),
harus dihindari pembangunan bendung baru. Pembangunan bendung baru memerlukan
kajian teknis yang berat seperti: Pengumpulan data hidrologi dan hidrometri, penyelidikan
tanah, dsb. secara akurat dan kajian teknik yang berat, yang kesemuanya itu memerlukan
waktu panjang. Maka sangat sulit mempertanggungjawabkannya jika harus membuat
bendung sejak persiapan perencanaan sampai selesai konstruksi hanya dalam waktu satu
tahun saja.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 87


Jenis infrastruktur Bangunan Pengairan/Irigasi yang dapat dibangun antara lain : Embung,
Bendung Cerucuk, Bendung Bronjong, Saluran Pembawa & Boks Bagi, Bangunan Pelindung
Pantai Sederhana dgn Turap, Bangunan Penahan Longsoran Tanah, dll.
Standar Irigasi sederhana mengacu pada Pedoman Teknis Sederhana Pembangunan
Bangunan Pengairan untuk Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan, Puslitbang Pengairan - Dep. PU Tahun 1995.
Kriteria pembangunan Irigasi yang perlu diperhatikan :
 Irigasi tidak tercatat dalam buku inventaris PU Pengairan
 Luas areal irigasi perdesaan maksimum 60-100 Ha
 Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi perdesaan dilaksanakan oleh
P3A atau kelompok tani.
 Pembangunan irigasi baru sederhana harus memenuhi ketentuan :
 ada sumber air cukup, adanya sawah (tadah hujan);
 ada petani, kualitas air memenuhi;
 tanah/sawah baik untuk pertanian (padi);
 ada pemasaran hasil produksi;
 daerah irigasi bukan merupakan daerah banjir rutin,
 kapasitas bangunan mampu untuk mengalirkan debit air yang direncanakan,
 pembagian air akan lebih adil/merata.
 Usulan bendung baru dari pasangan batu atau beton terbatas pada :
 panjang bendung maksimum :5 m, sedangkan untuk panjang > 5 m sebaiknya
dikoordinasikan dengan instansi teknis terkait.
 tinggi bendung maksimum : 3m
 debit banjir rencana : 30 m/dtk
 Pembangunan Embung harus memenuhi ketentuan :
 Berada didaerah tadah hujan paling luas 100Ha;
 Kolam embung berkapsitas maksimum 100.000 m3
 Tinggi maksimum tubuh embung 5 m
 Pelimpah Tanah, berupa saluran terbuka kapasitas paling besar sama dengan
banjir 50 tahun;
 Embng milik masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan bukan termasuk dalam
daftar inventarisasi PU;
 Rehabilitasi Irigasi harus memenuhi ketentuan :
 Lingkup Kegiatan :
 saluran atau bangunan yang fungsi pelayanan sudah berkurang;
 perbaikan saluran talud atau penahan tebing;
 perbaikan bangunan terjun, pembagi dan bangunan sadap
 Kriteria Kegiatan :
 bangunan masih kuat dan akan bertahan lama;
 bangunan akan tetap stabil;
 kapasitas bangunan akan mampu mengalirkan debit rencana;
 mudah dioperasikan petani;
 dapat menjamin pembagian air;
 melindungi irigasi dari pengaruh alam;

88 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


A. Perhitungan Debit Andalan
Debit andalan dihitung 80 % dari debit rata-rata minimum sumber air untuk setiap 2
minggu.
Debit andalan akan rnenentukan luas areal sawah irigasi yang dapat dilayani oleh
sumber air. Luas maksimum area yang dapat dilayani irigasi dapat dihitung dengan
rumus :
A = Qp / IWR

Dirnana :
A = Maksimum luas area pelayanan irigasi (ha)
Qp = Debit andalan (m3/det)
IWR = Kebutuhan air irigasi (lt/det/ha)
Untuk irigasi desa IWR = 1.75 lt/det/ha (NWR=1,4 lt/dt/ha), diambilkan dari data
irigasi teknis yang berada dekat den lokasi proyek.
Untuk keperluan perencanaan Bendung pada Irigasi perdesaan perhitungan debit air
tersedia di sungai dapat digunakan cara yang praktis dan sederhana yaitu dengan
cara estimasi/pendekatan berdasarkan tinggi muka sungai :
a) Dengan menanyakan kepada penduduk setempat yang terdekat den lokasi sungai
mengenai keadaan tinggi elevasi muka air pada kea air banjir tertinggi, muka air
normal, muka air rendah(tinggi muk di sungai yang sering terjadi selama 1 tahun).
Informasi ini digun untuk menggambarkan penampang basah sungai. Untuk
menghitung debit andalan digunakan data tinggi air dari an pengamatan 5-6
bulan.
b) Dalam menghitung debit dibutuhkan data luas tampang melintang kecepatan air :
Qa = Ar . V
Dimana :
Qa = Debit air (m3/det)
Ar = Luas penampang basah rata-rata (m2),
V = Kecapatan air (m/det)
Kecepatan air dapat dihitung dengan cara sederhana, yaitu pengukuran
kecepatan air secara langsung dengan menggunakan pelampung (lihat metode
pengukuran debit air baku, perencanaan air bersih).

B. DESAIN
1. Bangunan Utama
a). Bendung Sederhana
 Bendung berfungsi untuk meninggikan permukaan air sungai sesuai
dengan kebutuhan dan membelokkan air ke saluran pembawa sesuai
dengan debit yang dibutuhkan.
 Digunakan pada daerah irigasi yang elevasi permukaan sawahnya lebih
tinggi dibanding dengan elevasi permukaan air sungai rendah.
 Bendung ditempatkan pada alur sungai yang lurus dan dasar sungai
relative stabil

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 89


 Panjang bendung tidak lebih dari 0,8 lebar rata-rata dasar sungai.
 Bendung sederhana dapat terbuat dari pasangan batu, bronjong dan
cerucuk.
b). Perhitungan Debit Banjir Rencana
Debit Banjir Rencana dihitung guna menentukan panjang bendung, tinggi tembok
samping dan penampung sungai di bagian hulu bendung, serta menentukan
kedalaman dan panjang lantat olak.
Dihitung dari bangunan-bangunan air yang terdapat di dalam sungai, misalnya,
bendung dan lain-lain. Rumus Bendung :
Q = m.b.d Vg d
dimana :
Q = debit banjir
b = panjang bendung
d = tinggi peluapan = 2/3 .H
H = tinggi air di atas mercu,
take water depth
m = angka penaliran (1,3-1,35)
g = gravitasi (9,81 m/dt2)

c) Bendung Bronjong
Bendung bronjong adalah bangunan air sederhana yang sifatnya tidak permanen,
dibuat dari susunan atau tumpukan bronjong kawat diisi batu kali, melintang
sungai yang lebarnya lebih kecil dari 15 m dan berfungsi menaikkan muka air
sungai sehingga air sungai dapat dialirkan ke daerah irigasi tadah hujan yang akan
dikembangkan.
Pada arus surgai yang mengangkut batu. kayu dan air sungai agresif, bendung
bronjong tidak disarankan pemakaiannya.
Perencanaan Teknis Bendung :
Kemiringan bagian hilir bendung 1:1 sampai 1:2 dan untuk hulu dengan
kemiringan 1:1.
Ukuran bronjong dapat disesaaikan dengan kebutuhan dengan ketebalan 0,5
m, kawat yang digunakan adaiah kawat yang digalvanis dengan diameter
minimal 3 mm.
Untuk mengurangi bocoran pada bendung bronjong dapat dipakai lapisan ijuk
yang dipasang diantara kotak bronjong. Dengan demikian butir-butir tanah
akan tertahan.
Tinggi bendung maksimum 2,50 m. Panjang lantai 2 - 2,5 tinggi bendung.
Panjang tubuh bendung kurang dari 15 m.
Elevasi mercu bendung direncanakan berdasarkan perhitungan tinggi air
saluran ditambah 20 cm, sebagai kehilangan tinggi pada mercu bendung karena
tubuh bendung terbuat dari bronjong yang lolos air.

90 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


d) Waduk/Embung
 Pada umumnya bangunan waduk/embung berfungsi untuk menampung air
hujan dan digunakan untuk irigasi air minum dan lain-lain.
 Waduk/embung dibuat pada daerah cekung atau pada alur sungai kecil yang
memungkinkan untuk menjadi penampung air.
 Dipilih pada daerah yang berjenis tanah tidak porous (lolos air).
 Tubuh tanggul waduk/embung pada umumnya dibuat dari timbunan tanah
pudel, bangunan intake dan pelimpah dibuat dari pasangan batu yang
ditempatkan pada tanah asli.
 Bila terjadi bocoran pada tanggul, maka diatasi dengan cara :
• Menebalkan tanggul bagian luar
• Membuat inti lapisan kedap air
• Dibuat pasangan batu atau diberi lapisan kedap air di bagian dalam tanggul
• Membuat drain filter di kaki tanggul luar dari pasangan batu kosong atau
bronjong.
 Stabilitas tanggul diperhitungkan terhadap : Rembesan, Stabilitas lereng dan
penurunan.
 Untuk keperluan air irigasi perlu dibuat bangunan pengambilan.
 Disain Teknis :
• Pembuatan peta situasi genangan maupun lokasi bangunan embung
dilaksana dengan alat optik atau pipa (slang) plastik.
• Daya dukung tanah pondasi minimum 1 kg/cm2 (1 ton/m2)
• Koefisien rembesan maksimum K < 10 -5 m/det.
• Kemiringan badan embung, minimum hilir =1:3, hulu = 1: 3,5.
• Tinggi embung > 3 m dibuat berem selebar 2 m
• Lebar puncak embung minimum 4,00 m
• Bila lapisan kedap air berada < 2,00 m dari dasar tanah pondasi dibuat
paritan (cut off) lebar paritan 2,00 m.
• Tinggi jagaan minimum 1,00 pada tinggi air minimal
e) Mata Air
 Sumber air ini berfungsi sebagai sumber air utama atau sebagai suplesi.
 Untuk mata air ini biasanya dibuatkan bangunan penampung air, dialirkan ke
jaringan irigasi, melalui bangunan pengambilan yang dapat diatur.
 Konstruksi bangunan penampung air dibuat dari pasangan batu.
 Apabila diperlukan dibuat bangunan pelimpah untuk membuang limpahan
(over topping).
Catalan : Dalam menentukan elevasi dasar bangunan pengambilan harus
hati-hati agar mata air nantinya tidak berpidah atau mati.
f) Air Tanah
 Air tanah adalah air yang berada pada lapisan bagian bawah tanah.
 Kandungan air tanah terdapat pada lapisan tanah yang terbentuk dari bahan-
bahan tanah berpasir dan kerikil.
 Lapisan tanah yang mengandung air tanah biasanya dibatasi oleh :
• Bagian bawah dengan lapisan kedap air
• Bagian atas muka air tanah berhubungan dengan atmosfir

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 91


 Air tanah terdapat di daerah cekungan atau di daerah datar dekat pantai;
 Pemanfaatan dan syarat-syarat :
• Letak air tanah tidak lebih dari 2.00 m dari permukaan tanah.
• Dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
• Pemanfaatan untuk pertanian terbatas pada tanaman palawija dan
sayuran.
 Disain Teknik :
• Cara mengumpulkan air tanah dilakukan dengan membuat sumur gali
yang dapat diperkuat dengan pipa beton Ø 0,80 - 1.00 m atau pasangan
batu/batu bata.
• Kedalaman air dalam sumur 1.50 - 2.00 m.
• Pada tanah yang banyak mengandung pasir disarankan pada dasar sumur
di beri lapisan ijuk yang diberi pemberat batu.
• Untuk menaikkan air dapat dilakukan dengan : Pompa air mekanis
(pompa dragon), ditimba, system senggot (jawa)
g) Saluran Pembawa, Alat Ukur Debit dan Bangunan Penguras
i) Saluran Pembawa
Untuk pengaliran air irigasi diperlukan saluran pembawa. Kapasitas
saluran irigasi ditentukan oleh kebutuhan air irigasi sehingga
perencanaan saluran harus diperhitungkan dengan biaya murah,
pemeliharaan paling rendah, serta aman terhadap erosi dan sedimentasi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas yang paling umum dibuat
adalah saluran berbentuk trapesium
ii) Pemilihan jenis saluran hendaknya mempertimbangkan
 Fungsi jaringan irigasi dengan kondisi fisik dalam keadaan baik
 Saluran lama yang ada
 Biaya pemeliharaan murah
 Pengoperasian mudah "
 Aspirasi atau tradisi masyarakat setempat.
iii) Perencanaan Saluran
 Saluran pembawa dapat berupa saluran tanah, pasangan batu atau
beton.
 Kapasitas rencana saluran dihitung berdasarkan kebutuhan air irigasi
dengan memperhatikan faktor efisiensi dan dimensi saluran yang
ada.
 Saluran pembawa juga harus mempertimbangkan debit air hujan
yang masuk.
iv) Saluran pasangan hanya digunakan pada tempat-tempat yang porous
(tanah berongga) sedangkan pada tempat-tempat rawan dapat dibuat
saluran tertutup.

92 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


4.7. PRASARANA PERSAMPAHAN
Persyaratan umum pembangunan prasarana persampahan :
 Lokasi dipilih pada tempat yang
jauh dari sumber air bersih, bukan
didaerah banjir dan mudah
dijangkau oleh alat transportasi
sampah (mobil angkutan sampah)
untuk memudahkan
pengangkuatan ketempat
pembuangan akhir (TPA);
 Lokasi TPS harus dimusyawarahkan
dan sepakati bersama oleh warga, terutama warga disekitar lokasi TPS akan dibangun
sehingga tidak menimbulkan konflik sosial;
 Penyediaan TPS berikut Gerobak Sampah diutamakan bagi kelurahan/desa yang
terjangkau oleh jaringan/sistem persampahan kota atau mempunyai akses yang dekat
ke tempat pembuangan akhir sampah (dengan gerobak sampah mampu dibuang
sendiri ke lokasi TPA). Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang
masih rendah dan tanah cukup luas (perdesaan), pembungan sampah dapat dilakukan
dengan cara menggali lubang sampah ditanah dipekarangan untuk dibakar atau
ditimbun tanah kembali setelah penuh.
 Pengumpulan sampah dari rumah-rumah sekurang-kurangnya 2 hari sekali dan
pembungan sampah dari TPS sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan volume
sampah minimal, untuk menghindari bau, mencegah pencemaran lingkungan dan
kemungkinan sarang vektor penyakit (lalat).
 Masyarakat bersedia membentuk kelembagaan pengelola pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana berikut pembiayaannya secara swadaya. Anggota masyarakat
yang menggunakan jasa pengelolaan sampah akan dimintai kontribusi berupa
dana/iuran sampah. Dengan cara tersebut diharapkan memperoleh lingkungan
permukiman yang bersih dan sehat.

Bangunan TPS dibuat dari konstruksi sederhana, sesuai kondisi sosial setempat dan dapat
menggunakan bahan lokal, seperti dari pasangan batu/batu bata. Ukuran TPS sekurang-
kurangnya mempunyai kapasitas (isi) 2 m3 dengan jarak antar TPS sekurang-kurangnya
150m.

4.8. PRASARANA PEBANGKIT LISTRIK/PENERANGAN UMUM


Prasarana/kegiatan lingkungan penerangan umum yang dibangun dalam PNPM merupakan
jenis prasarana/kegiatan yang bersifat umum/kepentingan umum bagi masyarakat miskin
yang pengelolaannya dilakukan sendiri oleh masyarakat, bentuk kegiatannya kebutuhan
akan listrik bukan saja pada penerangan jalan/tempat umum (Tiang + Lampu) dan
Pembangkit Listrik (Genset/PLTM + Jaringan + Rumah Genset), namun bisa dikembangakan
pada pemenuhan listrik dengan tenaga mikro hidro, listrik tenaga matahari, listrik tenaga
angin, dalam buku petunjuk teknis sebagai contoh adalah pembangkit listrik Tenaga
Mikrohidro. Adapun tahapannya sbb:

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 93


a. Persiapan dan Penggalian Tanah
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) ditempatkan di jaringan irigasi pada lokasi
yang mempunyai bangunan terjun atau got miring dengan tinggi terjun (perbedaan
tinggi antara muka air udik dan muka air hilir), h, kurang dari 3,0 m dan debit aliran , Q,
tidak kurang dari 80 l/dt. Tanah untuk penempatan PLTM yang letaknya di sebelah
bangunan terjun disiapkan dengan cara membersihkan, meratakan, dan memasang
patok-patok dan palang-palang penjuru yang diperlukan. Untuk membuat bangunan-
bangunan tangki tekan, saluran hulu, saluran hilir, dan rumah PLTM dilakukan
penggalian tanah di sebelah bangunan terjun.
b. Pembuatan Tangki Tekan, Saluran Hulu, Dan Saluran Hilir
Pada lubang galian dibuat bangunan-bangunan tangki tekan, saluran hulu, dan saluran hilir
dari pasangan batu. Tangki tekan dilengkapi dengan pintu pengatur, jembatan
pelayanan, dan saringan sampah. Lubang masuk aliran dari tangki tekan ke turbin
dibuat dari koker beton bertulang. Pondasi turbin dan generator dan generator
dengan lubang-lubang angkur dibuat pada pangkal saluran hilir.
c. Pembuatan Inlet Dan Outlet
Setelah tangki tekan, saluran hulu, dan saluran hilir selesai dibuat sampai batas inlet
dan outlet, lubang galian diurug kembali kecuali pada bagian inlet dan outlet. Pada
saluran irigasi, di sekitar inlet dan outlet dibuat dam pengeringan (kisdam) dari karung
pasir dan tanah.

Tanah pembatas antara saluran dan lubang galian digali. Inlet dan outlet saluran hulu
dan saluran hilir dapat dibuat dalam keadaan kering.

Untuk menghemat biaya kisdam, sebagai alternatif, inlet dapat dibuat lebih dulu
dengan memasang kisdam hanya pada inlet. Setelah inlet selesai dibuat, pintu pengatur
ditutup rapat dan kisdam pada inlet dibongkar untuk dipergunakan lagi pada
pembuatan outlet.
d. Pembuatan Rumah Pembangkit
Setelah saluran hulu dan saluran hilir selesai lengkap sampai dengan inlet dan outletnya,
sisa lubang galian diurug kembali, permukaan tanah diratakan dan dipadatkan. Untuk
pekerjaan selanjutnya kisdam dapat dibongkat, namun pintu pengatur harus ditutup rapat.
Pembuatan rumah pembangkit dimulai dengan pembuatan lantai dari pasangan bata
diplester dan plat beton untuk bagian yang terdapat di atas saluran. Dudukan turbin
dan generator lengkap dengan angkurnya dipasang pada lantai.
e. Pemasangan Turbin, Generator, Dan Panel Kontrol
Setelah rumah pembangkit selesai dibuat, turbin, generator, dan panel kontrol dapat
dipasang. Pemasangan turbin dan generator pada dudukannya menggunakan waterpass
dua arah agar as turbin maupun as generator benar-benar horizontal. Untuk
penyelesaiannya digunakan pengganjal dari potonganpotongan plat tebal sampai plat tipis.
Panel kontrol digantung pada dinding.Kabel-kabel tegangan rendah ditarik mulai dari
panel kontrol di rumah pembangkit sampai ke rumah-rumah penduduk melalui tiang-
tiang besi atau beton. Setelah ujicoba dengan pengawasan dari instansi yang
berkompeten, dan siap dioperasikan.

94 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


4.9. PRASARANA BANGUNAN GEDUNG
Prasarana bangunan gedung terdiri dari gedung sarana kesehatan, sarana pendidikan,
rumah dan pasar untuk lebih jelasnya sbb:
A. PRASARANA KESEHATAN
yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk menunjang pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat, melalui upaya kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM).
Kegiatan UKBM yang dikembangkan dalam program ini antara lain adalah Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos bersalin desa (Polindes),
dalam cakupan layanan wilayah kelurahan/desa.
Lingkup pembangunan sarana/prasarana kesehatan dasar disini hanyalah mencakup
penyediaan fisik/bangunan sederhana termasuk meubelair yang diperlukan, tetapi tidak
termasuk penyediaan tenaga/peralatan medis, transportasi, komunikasi dan obat-obatan.
Prioritas pemilihan pembangunan prasarana kesehatan dasar adalah sebagai berikut:
 Rehabilitasi/perbaikan bangunan yang telah ada karena fungsi bangunan berkurang;
 Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung penyelenggaraan
kegiatan utama sesuai fungsi organisasinya, misalnya gedung Polindes yang ada
dikembangkan menjadi Poskesdes.
 Kelurahan/desa yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum
memiliki bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan
kegiatan utama sesuai fungsinya;
 Kegiatan yang dilaksanakan harus dikoordinasikan dengan pemerintah
desa/kelurahan dan instansi teknis kesehatan setempat.
 Pembangunan Poskesdes tidak diprioritaskan bagi Desa/kelurahan yang terdapat
sarana kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit).

Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung sederhana
tahan gempa yang ditetapkan Kementerian PU sedangkan terkait dengan kebutuhan
ruangan bangunan mengacu pada standar teknis yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan.

1). Poskesdes (Pusat Kesehatan Desa)


Poskesdes dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini kader, relawan dengan bimbingan
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan di Poskesdes
minimal seorang Bidan. Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara terpadu dengan lintas
sektor. Pembinaan teknis medis secara periodik dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan
hal-hal non teknis medis dilakukan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan dan lintas sektor di
tingkat Kecamatan.

2). Posyandu
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat melalui musyawarah pada saat
pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari Pembina,
seorang ketua, seorang sekertaris dan seorang bendahara ditambah dengan kader
posyandu yang selanjutnya ditetapkan oleh Lurah/Kades. Susunan pengurus bersifat
fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan
permasalahan setempat.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 95


Lokasi pembangunan posyandu sebaiknya ditempat yang relatif datar dan ditengah-
tengah lingkungan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

Sebagai contoh desain dan pengaturan ruangan posyandu dapat dilihat dibawah :

SKALA
MODEL POSKESDES - 60 1 m 2 m 3 m 4 m 5 m
Pos Kesehatan Desa O
100 200 300 400 500
LUAS BANGUNAN: ± 60 m2

96 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


B. PRASARANA PENDIDIKAN
Prasarana pendidikan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk
menunjang pelayanan pendidikan dasar bagi masyarakat yang dikelola oleh
masyarakat/pemerintah, tetapi tidak termasuk prasarana pendidikan dasar yang dikelola
oleh swasta/yayasan.
Pembangunan sarana/prasarana pendidikan dasar yang dikembangkan dalam program
ini antara lain adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Taman Kanak-kanan (TK),
Rehabilitasi bangunan Sekolah Dasar/sederajat, termasuk meubeler (seperti meja,
bangku, papan tulis) tetapi tidak termasuk tenaga pengajar dan buku-buku pelajaran.
Prioritas pemilihan pembangunan prasarana pendidikan dasar adalah :
 Rehabilitasi/perbaikan bangunan pendidikan dasar yang telah ada karena fungsi
bangunan berkurang;
 Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung penyelenggaraan
kegiatan utama sesuai fungsinya, misalnya penambahan ruangan belajar/ruang guru
termasuk fasilitas sanitasi.
 Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, terutama bagi
kelurahan yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum memiliki
bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan kegiatan
utamanya.
 Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, bagi kelurahan yang
belum memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi bersedia membentuk pengelola
pemanfaatan & pemeliharaan bangunan segera setelah usulan kegiatan disetujui.
Seluruh pembangunan prasarana pendidikan yang dibangun disini harus dikoordinasikan
dan tidak bertentangan dengan kebijakan/perencanaan umum dari pemerintah
desa/kelurahan dan dinas/sektor Pendidikan dan Kebudayaan di daerah setempat.
Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung (sederhana)
tahan gempa atau untuk rehabilitasi SD mengacu pada standar teknis bangunan SD tahan
gempa yang ditetapkan Departemen PU sedangkan terkait dengan kebutuhan ruangan
dan kelengkapan fasilitas bangunan mengacu pada standar teknis yang ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
C. PRASARANA PERUMAHAN/PERMUKIMAN
Pembangunan prasarana perumahan yang didanai dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah
merupakan kegiatan pembangunan rumah yang diperuntukkan bagi keluarga miskin di
kelurahan PNPM MP yang memiliki hak atas tanah dan memiliki rumah yang tidak layak
huni bila dilihat dari aspek kesehatan, kenyamanan dan keamanan penghuninya.
Pembangunan rumah ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu, pertama
rehabilitasi dan kedua pembangunan baru, penentuan kategori ini didasarkan pada hasil
survey yang dilaksanakan sebelumnya. Oleh karena itu besaran alokasi pagu dana BLM
PNPM MP untuk rehabilitasi dan pembangunan baru rumah layak huni maksimum
sebesar Rp. 15 juta per unit,
Dana yang berasal dari BLM PNPM MP tersebut merupakan stimulan bagi masyarakat
untuk merehab/membangun konstruksi rumah yang sudah direncanakan dan disepakati
bersama.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 97


Dalam proses pelaksanaan pembangunan rumah tinggal tersebut, calon pemanfaat
harus dilibatkan sebagai pelaku utama dalam proses pengambilan keputusan pada saat
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.
Untuk memenuhi standar kualitas bangunan rumah yang layak huni harus
memperhatikan / memenuhi persyaratan dan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Syarat dan ketentuan Umum
Beberapa faktor dan syarat yang harus dipenuhi dalam merencanakan bangunan
rumah tinggal adalah kekuatan, keawetan, keindahan dan kesehatan. Untuk lebih
jelasnya bisa diuraikan sbb:
a. Kekuatan: suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat untuk
melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan sehingga penghuni dapat
merasakan ketentraman selama tinggal didalamnya.
b. Keawetan: bengunan seharusnya direncanakan agar berumur panjang, sebab
yang kuat dan awet akan memeberikan rasa aman dan tentram bagi
penghuninya, untuk itu mendapatkan keawetan yang baik perlu diperhatikan
jenis bahan yang digunakan, hanya memmperhatiakan standar mutu dan kualitas,
serta cara pelaksanaan pekerjaan yang betul sesuai dengan prosedur yang benar.
Selain itu untuk menambah keawetan perlu dipelihara dan dikontrol secara
berkala terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian yang harus diganti atau
diremajakan.
c. Keindahan: Keindahan bangunan akan memberikan kebanggaan kepada
penghuninya dan juga menambah nilai banguan tersebut . Untuk menjadikan
bangunan indah, perlu diperhatiakan proporsi antara struktur dan organisasi
ruang yang sesuai dengan fungsi bangunan.
d. Kesehatan: Perencanaan bangunan harus memperhatikan kebersihan dan
kesehatan lingkungannya, untuk menjaga kesehatan, maka faktor-faktor yang
harus diperhatikan adalah tersedianya pembuangan air kotor dan kotoran
(sanitasi), pembungan sampah / limbah yang lain dan memperhatikan
pencahayaan, penghawaan, suhu udara serta kelembaban dalam ruangan.
2. Persyaratan Pokok Rumah Yang Lebih Aman (Tahan Gempa)
Struktur sebuah bangunan rumah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: Struktur
bangunan bagian Atas, yaitu struktur bangunan yang berada diatas permukaan
tanah, yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian atap dan rangka bangunan (dinding
dan kolom) dan Struktur Bagian Bawah, yaitu struktur bangunan yang berada
dibawah permukaan tanah yang dimaksud disini adalah pondasi, kedua struktur
tersebut dalam pelalsanaannya harus memnuhi persyaratan sbb:
a. Kualitas bangunan yang baik
b. Keberadaan dan dimensi struktur yang sesuai
c. Seluruh elemen struktur utama tersambung dengan baik
d. Mutu pengerjaan yang baik

98 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Gambar 1 : Contoh Struktur Bangunan Atas

3. Persyaratan Komponen Bangunan Rumah:


Pelaksanaan pembangunan dan rehabilitasi rumah tinggal layak huni harus
memenuhi minimal komponen kelengkapan bangunan sebagai berikut:

No Komponen Bangunan Persyaratan

1 Penutup Atap Umum

2 Kuda-kuda Kuat (Tahan gempa)

3 Pondasi Kuat (Tahan gempa)

4 Kolom, balok pengikat (sloof), ringbalk Kuat (Tahan gempa)

5 Dinding Umum

6 Pintu, Jendela Umum

7 Lantai Umum

8 Kamar Mandi , WC Umum

9 Saluran pembuang air kotor & kotoran (sanitasi) Umum

4. Persyaratan Kualitas Bahan Bangunan


A. BAHAN BETON
 Perbandingan isi campuran beton terdiri dari : 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil
Catatan: perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 99


disesuaikan agar beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak
terlalu kental)
 Ukuran kerikir yang baik 10 mm - 20 mm dengan gradasi yang baik

B. BAHAN CAMPURAN ADUKAN (MORTAR)


Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar terdiri dari: 1 bagian semen : 4
bagian pasir bersih dan air secukupnya.

C. BAHAN PONDASI
Pondasi terbuat dengan menggunakan batu belah / batu sungai yang keras

D. KAYU
Menggunakan kayu yang berkualitas baik, yaitu Kayu harus kering, tidak cacat,
bewarna gelap, serat cukup rapat, tidak ada retak, berat dan lurus.

5. Persyaratan Struktur Utama dan Ukuran


Bangunan sebuah rumah harus mempunyai struktur rangka yang terdiri atas kolom,
balok pengikat/sloof, dan balok keliling/ringbalk yang terbuat dari beton bertulang
yang terletak di atas pondasi yang kuat dan stabil. Selain itu sudut-sudut bangunan
juga harus tersambung dengan dinding yang berfungsi sebagai penyekat ruangan.
Agar bangunan berkualitas baik (kuat) maka ukuran kolom, balok pengikat/sloof dan
balok keliling/ring harus memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, untuk lebih
jelasnya ukuran dan spesifikasi struktur bangunan rumah dijelasan sebagai berikut:.

A. PONDASI
 Jika keadaan tanah cukup keras, fondasi batu dapat dibuat dengan ukuran
sebagai berikut :
 Lebar atas pondasi minimal 30 cm
 Lebar bawah pondasi minimum, 60 cm
 Tinggi pondasi minimum 60 cm,

100 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Jika keadaan tanah lunak, maka terlebih dahulu dilakukan perbaikan tanah
dasar dengan menggunakan timbunan tanah keras atau penguatan tanah
dasar dengan menggunakan trucuk (dimensi pondasi menyesuaikan kondisi
lapangan)
Gambar Pondasi batu kali

B. BALOK PENGIKAT / SLOOF


Spesifikasi balok pengikat/sloof harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm
 Ukuran tulangan utama diameter 12 mm,
 Ukuran tulangan begel diameter 8 mm
 Jarak antar begel 15 cm.
 Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135°
 Ketebalan selimut beton adalah 15 mm

Gambar Pembesian Balok Pengikat/Sloof

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 101


C. KOLOM
Spesifikasi kolom harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Ukuran Kolom minimal 15 cm x 15 cm;
 Jarak antar kolom maksimum 3 meter;
 Tulangan utama baja diameter 12 mm,
 Tulangan begel baja diameter 8 mm
 Jarak antar begel 15 cm,
 Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135°
 Ketebalan selimut beton adalah 15 mm

D. BALOK KELILING (RING BALK)


Spesifikasi balok keliling/ring balk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Ukuran balok keliling / ring balk minimal 12 cm x 15 cm;
 Tulangan utama baja diameter 12 mm;
 Tulangan begel baja diameter 8 mm
 Jarak antar begel 15 cm.
 Ketebalan selimut beton adalah 15 mm

E. STRUKTUR ATAP
Spesifikasi struktur rangka atap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Kuda-kuda Kayu:
 Ukuran minimum balok kayu untuk kuda-kuda adalah 8 cm x 12 cm.
 Menggunakan kait besi / baja pada sambungan kuda-kuda

102 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Struktur atap dipilih yang sesuai dengan jenis penutup atap dan dipasang
dengan benar.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 103


b. Sopi-sopi /Ampig
 Sopi-sopi /gunung-gunungan /ampig harus diberi kolom dan balok miring dari
beton bertulang (sebagai bingkai) dengan dimensi 12 cm x 15 cm dan
penulangan utama diameter 12 mm, tulangan begel diameter 8 mm, selimut
beton 1 cm (sama dengan balok keliling / ring balk).
 Ampig terbuat dari susunan bata yang direkatkan dengan campuran adukan 1
semen : 4 pasir dan diplester, diajurkan bahan ampig menggunakan bahan
ringan seperti papan dan GRC utnuk meminimalisir akibat yang parah bila
ampig robok saat terjadi gempa.

Gambar 6: Sopi-sopi (gunung-gunungan)

c. Ikatan angin
Untuk memperkuat kerangka atap rumah terhadap pengaruh angin maka
diperlukan ikatan angin pada kuda-kuda (rangka atap) dengan konstruksi seperti
gambar berikut :

104 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


6. Hubungan Antar Elemen Struktur
a. Hubungan Pondasi- Balok pengikat/sloof

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 105


b. Hubungan Balok Pengikat/Sloof - Kolom

c. Hubungan Kolom –Dinding

d. Hubungan Kolom – Balok Keliling/Ringbalk

106 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


7. Langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
a. Pembentukan KSM pembangunan Rumah, yang keanggotaanya adalah terdiri dari
penerima manfaat dan relawan yang peduli terhadap penanggulangan
kemiskinan.
b. Memastikan kepemilikan hak tanah dan rumah atas nama calon penerima
manfaat dengan bukti surat kepemilikan yang syah.
c. Melakukan Survey teknis dengan melakukan identifikasi tingkat kerusakan per
sub komponen bangunan rumah dan data pemilik rumah dengan menggunakan
format survey kerusakan rumah (Form Survey RTLH).
o Status tanah (pererima manfaat harus mempunyai hak atas tanah)
o Identifikasi kerusakan termasuk kategori rusak ringan , rusak sedang atau
rusak berat.
o Membuat desain/gambar rencana rehab/membangun baru meliputi:
• Gambar Denah
• Gambar tampak depan/samping
• Gambar potongan memanjang dan melintang
• Gambar Pondasi
• Gambar Struktur
• Gambar pembesian
• Detail sambungan ( Sambungan kayu , sambungan besi)
d. Langkah perencanaan dan pelaksanaan berikutnya seperti kegiatan Infrastruktur
yang lain atau dapat mengacu pada petunjuk teknis perencanaan dan
pelaksanaan Infrastruktur.
e. Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan rumah
tahan gempa dan POB pembangunan rumah yang ditetapkan Departemen PU.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 107


Form Survey RTLH

DATA HASIL SURVEY KERUSAKAN RUMAH

Nama Pemilik : ……………………………...............


Alamat /RT/RW : …………………………………………..
Kelurahan : …………………………………………..

Bobot ( % ) Tingkat Kerusakan


Komponen Terhadap
No Sub Komponen Bangunan Kerusakan Bobot Nilai (%)
Bangunan Seluruh
Maksimum (%) (4x6)
Bangunan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Atap a. Penutup Atap 10.56% 100%
b. Rangka Atap 11.62% 100%
c. List Plank & Talang 2.06% 100%
Sub Total 24.24%
2 Plafon a. Rangka Plafon 4.67% 100%
b. Penutup & List Plafon 5.06% 100%
c. Cat 1.41% 100%
Sub Total 11.14%
3 Dinding a. Kolom & Balok Ring 9.66% 100%
b. Bata / Dinding Pengisi 13.68% 100%
c. Cat 1.65% 100%
Sub Total 24.99%
4 Pintu & Jendela a. Kusen 2.70% 100%
b. Daun Pintu 2.47% 100%
c. Daun Jendela 5.15% 100%
Sub Total 10.32%
5 Lantai a. Struktur Bawah 2.89% 100%
b. Penutup Lantai 8.96% 100%
11.85%
6 Fondasi a. Fondasi 11.15% 100%
b. Sloof 3.30% 100%
Sub Total 14.45%
7 Utilitas a. Listrik 1.79% 100%
b. Instalasi Air Hujan & 1.22% 100%
Pasangan Rabat Beton
Keliling Bangunan
Sub Total 3.01%
JUMLAH TOTAL 100.00%
NILAI TINGKLAT KERUSAKAN …………….%

108 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


D. PRASARANA PERDAGANGAN
Prasarana/kegiatan Perdagangan yang dibangun dalam proyek ini merupakan jenis
prasarana/kegiatan yang bersifat umum/kepentingan umum bagi masyarakat miskin,
misalnya Pasar Desa (termasuk Kios didalamnya) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dll.
a). Pasar
Pasar yang dimaksudkan disini adalah pasar desa/kelurahan yang merupakan suatu
tempat yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi jual beli.
Persyaratan utama untuk pembangunan pasar adalah adanya penjual dan pembeli serta
barang/komoditas yang diperjual belikan.
Lingkup kegiatan pembangunan pasar desa/kelurahan diprioritaskan pada :
 Rehabilitasi atau perbaikan bangunan pasar lama yang telah ada;
 Peningkatan bangunan/fasilitas pasar yang telah ada sehingga mampu memberikan
pelayanan secara lebih optimal;
 Pembangunan pasar baru yang benar-benar dibutuhkan.
Kriteria rehabilitasi/peningkatan pasar lama yang perlu diperhatikan, antara lain :
 Pasar lama yang ada masih terdapat aktivitas perdagangan dan pedagang yang
ada/calon pedagang bersedia memanfaatkan pasar secara rutin;
 Bangunan pasar lama masih kuat dan akan tetap stabil;
 Tersedia lokasi yang cukup untuk peningkatan bangunan/fasilitas pasar lama sehingga
mampu meningkatkan pelayanannya.
 Lokasi pasar lama tidak bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah setempat;
Kriteria pembangunan baru pasar desa/kelurahan, antara lain :
 Belum tersedia pasar terdekat, dengan jarak kurang lebih 5 km;
 Sudah ada beberapa bakal calon (embrio) pedagang;
 Jumlah yang cukup dari calon pedagang yang bersedia dan terdaftar untuk
memanfaatkan pasar secara rutin;
 Ada komoditas/barang dagangan setempat yang akan diperjual-belikan;
 Tersedia lahan yang siap dipergunakan sesuai kebutuhan luas pasar tanpa
menimbulkan dampak lingkungan dan social bagi warga;
 Lokasi pasar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah setempat;
1). Potensi dan Lokasi Pasar
Survey potensi dan kebutuhan terhadap pembangunan baru pasar secara sederhana
dapat dilakukan pada beberapa penduduk dan tokoh masyarakat di sekitar lokasi
pasar di dalam desa maupun di luar desa dengan menggunakan peta desa lengkap
serta jalan porosnya.
 Di lokasi rencana sudah ada beberapa (embrio) pedagang di tempat calon pasar
tersebut.
 Jarak kepasar yang terdekat dengan lokasi rencana kurang lebih 5 km.
 Lokasinya strategis (pertigaan jalan/perempatan jalan kendaraan atau tempat
persinggahan kendaraan umum). dekat pemukiman penduduk dan
transportasinya mudah di jangkau.
 Jumlah yang cukup untuk calon pedagang yang mendaftar (untuk menentukan
luas pasar).
 Secara umum untuk Jumlah Pembeli = Jumlah Penduduk x Koefisien (koef. maks.
= 1)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 109


2). Calon Pengguna dan Kebutuhan Luas Bangunan Pasar

a. Calon pengguna pasar


Calon pengguna pasar adalah pedagang yang akan menggunakan pasar tersebut
secara rutin. Jumlahnya adalah jumlah pedagang pada embrio pasar ditambah
dengan calon pedagang baru yang bersedia dan terdaftar pada saat
sosialisasi/survey khusus yang dilaksanakan. Pendaftaran bagi para calon
pengguna pasar dilakukan dengan formulir/blanko, diantaranya mencakup
tentang : nama, alamat, pedagang harian atau mingguan, jenis dagangan serta
iuran yang disepakati untuk retribusi dan tanda tangannya.

b. Kebutuhan Luas Bangunan Pasar


Setelah diketahui jumlah calon pedagang yang mendaftarkan, maka untuk
menentukan kebutuhan luas bangunan pasar bisa ditentukan dengan
mamperkirakan secara rata-rata kebutuhan lahan berdagang untuk tiap satu
orang pedagang = 4 m2.
Maka kcbutuhan luas bangunan Pasar = Jumlah calon pedagang x 4 m2.
Ada dua jenis bangunan yang dibutuhkan di dalam pasar.
 Los pasar, bangunan besar yang digunakan bersama-sama antar pedagang
yang bagian atasnya terlindungi, sedangkan sisi-sisinya terbuka.
 Kios-kios, bangunan yang bagian atas maupun sisi-sisinya terlindungi dan

110 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


pada sisi bagian depannya bisa di tutup dan dibuka. Setiap kios berukuran
sekurang-kurangnya 3m x 4m.
Untuk menentukan jumlah kios bisa diambil angka 50% x jumlah pedagang
harian, walaupun angka sebenarnya perlu di sepakati Iebih lanjut dengan para
calon pedagang terutama menyangkut dana yang tersedia.
3). Kebutuhan Sarana Penunjang Pasar
Pada setiap bangunan pasar memerlukan sarana penunjang yaitu. MCK, Parkir
Kendaraan, Bak Sampah dan Listrik. Untuk menentukan kebutuhan sarana penunjang
tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan berikut.
(a) MCK, Jumlah kebutuhan MCK sama dengan Jumlah Calon Pedagang dibagi 15,
dimana angka 15 merupakan perkiraan kemampuan pelayanan 1 unit per hari.
MCK harus tersedia air bersih yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan
kontinuitasnya.
(b) Parkir, luas lahan (m2) kebutuhan parkir sama dengan Jumlah Pedagang dikali luas
lahan per kapita pedangan (m2). Luas lahan per kapita pedagang sekurang-
korangnya 10 m2. Untuk lebar lahan parkir sekurang-kurangnya 10m.
(c) Bak Sampah, Ukuran Bak sampah ditentukan berdasarkan volume timbulan
sampah per pedagang (sebesar 0,1m3/hari). Untuk tinggi bak 1,5 m maka luas bak
sampah yang diperlukan adalah Jumlah pedagang dikali 0,1 m3 dibagi 1,5m.
(d) Listrik, Bila diperlukan maka pasar dapat disediakan listrik berdasarkan kebutuhan
rata-rata per orang pedagang di Los Pasar sebesar 100VA dan per Kios rata-rata
450 VA.
Pasar juga harus dilengkapi dengan drainase air hujan yang terintegrasi dengan
system drainase kota yang ada atau tempat pembuangan air (sungai, sumur resapan,
laut, danau, dll). Drainase dapat dibuat terbuka atau ditutup.

4). Tata Ruang Pasar


Penataan ruang pasar memperhatikan letak pasar dengan jalan masuk utama yang
ada disekitarnya. Penataan ruang pasar dapat diatur seperti contoh gambar berikut :

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 111


Beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan terkait dengan penataan ruang pasar
tersebut, seperti diuraikan pada table berikut :

5). Teknis
(1) Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan setempat yang tersedia dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan bahan bangunan
yang tercantum dalam SNI
b. Kemudahan penyediaan bahan bangunan
c. Kemudahan pelaksanaan konstruksi
d. Keandalan konstruksi
(2) Konstruksi
Konstruksi bangunan dibuat sederhana sehingga tidak diperlukan perhitungan-
perhitungan konstruksi, namun apabila daya dukung tanahnya kurang baik maka
perlu dilakukan perhitungan. Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar
teknis bangunan gedung (sederhana) tahan gempa yang ditetapkan Kementerian PU.

112 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


Gambar Denah Pasar Desa

4.10. PRASARANA MANDI, CUCI, KAKUS


1). Ketentuan Umum
 MCK Komunal yang dibangun merupakan kebutuhan bagi warga miskin dan warga
pengguna bersedia untuk memelihara.
 Sumber air di MCK harus terjamin (tersedia dalam 24 jam), kualitas (air bersih) dan
kuantitasnya agar prasarana MCK dapat berfungsi dengan baik;
 Lokasi dan waktu tempuh dari rumah warga pemanfaat adalah 2 menit (jarak
kurang/lebih 100m) dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3Ha.
 Limbah MCK harus dikontrol dengan baik sehingga tidak mengganggu dan mencemari
lingkungan. Resapan dan saluran pembuangan harus lancar dan tidak meresap ke
sumur disekitarnya.
 Bangunannya sederhana, sesuai dengan standar teknis yang berlaku dan
mempertimbangkan budaya setempat;
 Keperluan wanita dan laki-laki terpisah dan kapasitas satu unit MCK sebagai berikut.

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 113


2). Bagian-bagian MCK
a. Sumber Air
Sumber air MCK harus memenuhi syarat air bersih :
 Kualitas air tidak berasa, berbau, berwarna dan tidak pula keruh;
 Penyediaan air bersih dapat dari PDAM, air tanah, sumur bor/gali/mata air dan
kuantitas air sekurang-kurangnya untuk mandi 20 ltr/orang/hari, cuci 15
lt/org/hr, kakus 10 lt/org/hr.
 Air Bersih Perpipaan/PDAM dengan ketentuan :
o Pipa air bersih dapat digunakan pipa PVC diameter sekurang-kurangnya 12,5
mm.
o Pipa sebaiknya tertanam dalam tanah atau dilindungi dengan baik.
 Sumur pompa tangan/mesin, dengan ketentuan :
o Sekeliling sumur pompa harus ada lantai kedap air selebar 1,20 m
o Pipa selubung sumur harus terbuat dari bahan kedap air dengan kedalaman
minimum 2 meter dari permukaan lantai
 Sumur Gali dengan ketentuan :
o Sekeliling sumur gali harus ada lantai kedap air selebar 1,20 m
o Dinding sumur gali harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap
air sampai ketinggian 0,75 meter keatas dan 2 meter kebawah permukaan
lantai.
 Mata Air dilengkapi dengan bak penangkap air.
 Air Hujan dengan Bak Penampung Air Hujan;
 Lokasi sumur minimal 10 meter dari sumber pengotoran (cubluk/resepan).
b. Kamar Mandi dan WC
 Kamar Mandi/WC boleh tanpa atap bila sesuai kebiasaan masyarakat setempat;
 Lantai dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah tempat pembuangan +1%.
 Tinggi dinding sekurang-kurangnya 160 cm.
 Pintu dari Bahan tahan air atau PVC dengan ukuran lebar 60-80cm dan tinggi
160cm.
 Ventilasi udara dan sinar/cahaya alami tersedia sekurang-kurangnya seluas
0,5m2, bila tidak cahaya alami tidak memungkinkan maka disediakan penerangan
lampu/listrik secukupnya.
 Air bekas mandi dapat dibuang ke saluran atau peresapan;
 Luas lantai KM sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak
sekurang-kurangnya 0,5m2 .

114 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


 Luas lantai WC sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak
sekurang-kurangnya 0,1m2 .
 Kloset Jongkok untuk WC;
 keperluan wanita dan laki-laki terpisah.
 Bak kontrol, bak untuk memeriksa dan membersihkan pipa saluran.
 Pipa saluran, pipa untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke cubluk atau
tangki septic, PVC diameter sekurang-kurangnya 10cm. Kemiringan sekurang-
kurangnya 2%. Belokan 90 derajat sebaiknya dihindari dengan membuat 2 kali
belokan 45 derajat atau bak kontrol.
c. Tempat Cuci Umum
 Tempat Cuci boleh terbuka atau diberi atap.
 Luas lantai sekurang-kurangnya 10m2. Lantai dibuat tidak licin dengan
kemiringan kearah tempat pembuangan +1%.
 Tempat menggilas pakaian dapat berdiri atau jongkok.
 Air bekas cuci dapat dibuang ke saluran atau peresapan;
 Bila dilengkapi dengan dinding, pintu, ventilasi dan penerangan maka berlaku
ketentuan-ketentuan seperti pada KM/WC juga dapat diterapkan.
d. Saluran Pembuangan Air Limbah
 Air yang masuk ke saluran pembuangan air limbah harus mengalir dengan lancar
sampai ketempat pembuangan akhir/drainase.
 Saluran dibuat kedap air bila disekitarnya terdapat sumur air bersih dengan jarak
8 meter agar tidak merembes ke sumur.
 Diameter minimum 10 cm;
e. Septictank dan Peresapan
 Septicktank
Berfungsi untuk menampung tinja, urine dan air gelontoran sekaligus
mematikan bakteri aerob dan anaerob.
 Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu bata, spesi campuran 1 semen :
3 pasir atau Beton, campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil
Volume konstruksi tergantung dari jumlah pemakai, dapat dihitung dengan
pendekatan table berikut :

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 115


 Tangki septik empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan
lebar 2 : 1 sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurang-kurangnya 0,75 m dan
panjang tangki sekurang-kurangnya 1,50 cm.
 Tangki air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan keadalaman
maksimum 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki,
ditambah dengan ruang bebas air sebesar (0,20 – 0,40) m dan ruang
penyimpanan lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan
kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Dinding
tangki septik harus dibuat tegak.
 Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat
berbentuk bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan tinggi
sekurang-kurangnya 1,00 m.
 Penutup tangki septik maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m.

 Peresapan
Berfungsi untuk membuang air limbah dari septictank sehingga didalam
septictank tinggal material pada saja. Syarat teknis peresapan :
 Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu/bata tanpa spesi/plesteran
agar air dapat masuk meresap kesela-sela batu tapi konstruksi harus cukup
kuat untuk menahan tanah tidak runtuh.
 Jarak peresapan dengan sumur air bersih, sekurang-kurangnya untuk :
tanah lempung 6 m , tanah normal 10 m dan tanah berpasir 25 m. Jarak
ke pondasi bangunan minimal 1,5m dan jarak ke pipa air bersih minimal
3m.
 Pada daerah dengan topografi yang miring, elevasi letak resapan harus
lebih rendah dari elevasi sumur air bersih agar air resapan tidak masuk ke
sumur.
 Dimensi bangunan resapan tergantung dari jumlah pemakai, dapat dihitung
dengan pendekatan table berikut :

116 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 117
GAMBAR DENAH & POTONGAN MCK
B

10
DRAIN 60
20
15
T. CUCI

BAK KONTROL 100

A PIPA Ø 3"
BAK AIR POMPA A
200 15 385

10 50 10 100

20 15
20 90 20 180 20
330 60
10

15 100 15 120 15 165 10


440

DENAH MCK TYPE A

RING BALOK

+ 2.00

PAS. DINDING BATA

PAS. BATA
KEDAP AIR
200

BETON BERTULANG BAK KONTROL PAS. BATU KALI


60

60

URUGAN TANAH
10

± 0.00
PIPA Ø 3" - 0.20
KE SUMUR 25
RESAPAN
10 50 10
150

- 0.80
- 1.00
PAS. BATU BATA 10 60 10 10 60 10 10 60 10
115 135 175
20

LANTAI KERJA
PASIR URUG
PAS. BATU KOSONG
20 20 90 20 180 20 20
PASIR
POTONGAN A - A

118 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


GAMBAR DENAH & POTONGAN SEPTIK TANK DAN RESAPAN

VENTILASI Ø 1 1/4" TANAH URUG

LAPISAN IJUK

KERIKIL
MANHOLE MANHOLE
PVC Ø 4" BERLUBANG

BATU PECAH

PIPA DARI KLOSET OUTLET PVC Ø 4"


PVC Ø 4"

PASANGAN BATA
BETON (1 PC : 2 PS)
(1PC : 2PS : 4KR)

POTONGAN A

PIPA DARI KLOSET VENTILASI Ø 1 1/4" OUTLET PVC Ø 4"


PVC Ø 4"
PVC Ø 4"

A A
MANHOLE MANHOLE

DENAH TANGKI SEPTIK & RESAPAN (1)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 119


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Formulir Kode Format


1 COVER PROPOSAL

2 SURAT PENGANTAR PR-1

3 DATA USULAN KEGIATAN Form - 1


4 SURAT PERNYATAAN HIBAH/IJIN PAKAI/IJIN DILALUI/GANTI RUGI Form - 2
5 DAFTAR CALON PEKERJA PROYEK TK-1
6 BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN SWADAYA MASYARAKAT Form - 3
7 HASIL KESEPAKATAN HARGA SATUAN UPAH/BAHAN/ALAT RAB-1
8 GAMBAR DESAIN ( SITUASI, DENAH, POTONGAN DAN DETAIL ) Form-GBR-1
9 DOKUMENTASI KEGIATAN Form Photo
10 PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG Form - 4
11 DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN dan REFERENSI Form - 5
12 DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN RAB-2
13 RENCANA ANGGARAN BIAYA SWADAYA DAN PNPM/BLM(RAB) RAB-4
14 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN Form-6
15 DAFTAR RENCANA PENGADAAN BAHAN/MATERIAL Form-7
16 STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAKSANA Form - 8
17 SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN O & P PRASARANA Form - 9
18 REFERENSI DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN Form - 10

19 LEMBAR VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL Form – V1

20 BERITA ACARA VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL Form – V2

120 PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur


PROGRAM NASIONAL 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 
MANDIRI PERKOTAAN

NAMA BKM :______________________


KELURAHAN :______________________

JENIS KEGIATAN :___________________________________


___________________________________

JUMLAH BIAYA : 1. Swadaya Rp:___________________

2. PNPM/BLM Rp:___________________

Total Biaya Rp:___________________

CAKUPAN ISI :
F-1 USULAN KEGIATAN F-5 UJI IDENTIFIKASI DAMPAK
F-2 PERNYATAAN KONTRIBUSI LAHAN RAB-2 DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN
TK-1 DAFTAR CALON TENAGA KERJA RAB-4 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
F-3 KESEPAKATAN SWADAYA F-6 JADWAL PELAKSANAAN
RAB-1 KESEPAKATAN HARGA F-7 DAFTAR RENCANA PENGADAAN
F-Gbr GAMBAR F-8 TIM PELAKSANA
F-Photo PHOTO PERNYATAAN KESANGGUPAN
F-9
F-4 LIST NEGATIF OPERASI & PEMELIHARAAN (O&P)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  121 
  Form SP‐1
 
SURAT PENGANTAR 
 
 
 
Kepada Yth  :  
Badan Keswadayaan masyarakat ( BKM ) 
Kelurahan/Desa  : .................................... 
Kecamatan    : .................................... 
Kab/Kota    : .................................... 
di  
Tempat 
 
 
 
Bersama  ini  kami  sampaikan  Proposal  pelaksanaan  kegiatan  infrastruktur  pada  Program  Nasional 
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) yaitu : 

SUMBER PENDANAAN 
NO  NAMA  VOL  BLM   SWADAYA  SUMBER  TOTAL  LOKASI 
KEGIATAN  APBD 
MASY.  LAIN  BIAYA 
1                 
2                 
dst                 
 
Demikian  kami  sampaikan  untuk  menjadi  bahan  pertimbangan,  atas  kerjasama  dan  dukungannya 
disampaikan banyak terima kasih. 
 
 
 
                       ...................., ........................ 20 ...... 
                  KSM........................................ 
                                 
           Ketua 
 
 
 
                            (....................................) 

122  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
FORM - 1
A. DATA USULAN KEGIATAN

Kota/Kabupaten :
Kecamatan :
Kelurahan/Desa :
Nama BKM :
Jumlah Pengurus & Anggota
Nama KSM
KSM/Panitia (Org)
KSM : L P Jumlah

Kegiatan : Lingkungan

Nama Pekerjaan )* :

Volume
: (Meter/Unit)**
Pekerjaan

SWADAYA PNPM/BLM TOTAL BIAYA


(Rp) (Rp) (Rp)
Jumlah Biaya :

Alasan
Pembangunan :
Prasarana

Lokasi
: Dusun/RT/RW : …………….........................................
Pekerjaan

Penerima
: Jumlah : ......... KK Miskin : …...... KK Miskin : ...... %
Manfaat

Metode Gotong Semi Gotong Kerjasama


Konstruksi : Royong
Royong Pihak Ketiga

Status
Tanah Lokasi :
Kegiatan

Tanda )* : Diisi sesuai DetailSub Komponen Kegiatan Infrastruktur (SIM)


Tanda )** : Coret yang tidak perlu

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  123 
FORM - 2

PERNYATAAN HIBAH / IJIN PAKAI/IJIN DILALUI/GANTIRUGI*)


Yang bertanda tangan dibawah ini , Saya:
Nama : ...................................................
No. KTP : ...................................................
Pekerjaan : ...................................................
Alamat : Jl. ................................................. RT/RW/Dusun …………... ...............
Kel /Desa ………………..............., Kab./Kota ........................................
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah, Nomor :
............................................. Tanggal ........................................dari Notaris/PPAT/Instansi lain yang
Sah. Dengan ini menyatakan bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk : Hibah/Ijin Pakai
selama..........tahun/Ijin Dilewati selama ........... tahun/Gantirugi*), berupa :
Volume
Alamat
Bentuk Kontribusi & Satuan Sketsa Peta Lokasi
Asset
Asset

1. Tanah/Lahan
Cantumkan :
1. Batas dan status kepemilikan kanan,
2. Tanaman Produktif kiri, depan dan belakang tanah warga
2. Bagian atau seluruh lahan milik warga
3. Asset lainnya disertai ukuran luas
(sebutkan) 3. Jalan sekitar lahan untuk identifikasi
lokasi
Syarat/Bentuk Kontribusi Yang disepakat dengan Pemilik : 4. Batas bagian tanah yang akan diberikan
...............................................................................................

Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan : ............................................., untuk dimanfaatkan bagi


kepentingan masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ............................................................., di
Lokasi ............................................................. oleh KSM : ....................................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
. ……………….. , …………………………. 20.....
Yang Menerima, Yang Memberikan,
Lurah/Ka Desa Pemilik

Materai
Rp.6.000
(_______________________) (_______________________)
Mengetahui :
Nama Jabatan Tandatangan
BKM/Mewakili
Ketua KSM
Ketua RT/Mewakili
*) Pilih yang sesuai;

124  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
TK - 1

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  125 
FORM-3

BERITA ACARA
HASIL KESEPAKATAN SWADAYA MASYARAKAT

Pada hari ini…………… tanggal ….. bulan ………. tahun 200…. bertempat di
........…………………… Kelurahan/Desa …………………., telah dilaksanakan Rembug
Kesepakatan Swadaya Masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan :
......................................................, oleh KSM : ......................................................
Atas nama warga masyarakat penerima manfaat kegiatan, disepakati bahwa jika usulan
kegiatan KSM tersebut, disetujui oleh Badan Keswadayaan Masyarakat, kami sepakat dan
sanggup untuk memberikan swadaya sebagai berikuti :
Jenis Jenis
Volume Sat. Volume Sat.
Swadaya Swadaya
1. Tenaga Kerja : 3. Peralatan :
a. Mandor HOK a. Truk/Mobil
b. Kepala Tukang HOK Pengangkut
c. Tukang HOK b. Mesin Gilas
d. Pekerja HOK
Juml. Laki-laki (L) Org 4. Administrasi
Juml. Perempuan (P) Org
2. Bahan : 5. Dana/Uang Rp.
a. Batu Kali M3 Tunai
b. Semen Zak 6. Tanah/ Tanaman :
c. Kerikil M3 a. Tanah M2
d. Pasir M3 b. Tanaman
Btg
e. Benang/Ember/ Produktif
Linggis/Cangkul,dll c. Asset Lainnya
Dst
7. Konsumsi

Daftar Rincian Nama-nama dan bentuk Swadaya terlampir.


Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
……………………………. 200….
Mengetahui, Dibuat,
BKM/UPL, Lurah/Ka. Desa Ketua KSM/Panitia

(……………..………) (……………………) (……………………)

Atas nama warga masyarakat ,

No Nama Jabatan Alamat Tanda Tangan


1. Ketua RT …..
2. Ketua RW …..

126  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
RAB-1

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  127 
FORM –

128  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
FORM-Photo

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  129 
FORM-4

PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIF LIST)


Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untuk
dibiayai oleh dana PNPM Mandiri Perkotaan ?
No BUTIR / ITEM YA TIDAK
1. Pembangunan atau Rahabilitasi gedung Kantor Pemerintah atau kantor BKM
2. Pembangunan atau Rahabilitasi Rumah Ibadah, termasuk infrastruktur lainnya yang
secara langsung berada didalam lokasi rumah ibadah;
3. Pembebasan Lahan;
4. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, sumbangan
politik, dll);
5. Kegiatan Militer atau semi-militer (pembelian/perdagangan senjata dan sejenisnya);
6. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti :
 Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi
seperti : Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai
berhutan bakau (Mangrove), Kawasan Resapan Air, Cagar Alam, Suaka Marga
Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian Satwa, Taman Nasional, Taman
Wisata Alam, Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi Situs Purbakala, lokasi
peninggalan sejarah;
 Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; .
 Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair
dan gas kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan-kegiatn yang telah
direview dan diberikan sertifikat oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol
polusi air dan udara.
 Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan-bahan limbah berbahaya, termasuk
pestisida dan herbisida, dan produk terkait lainnya;
 Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk
tembakau atau produk yang mengandung tembakau.
 Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon;
 Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang
berbahaya (termasuk kategori limbah berbahaya- B3);
 Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan, pengadaan kayu dan peralatan
perkayuan. Pengadaan Kayu diatas 3M3 per kegiatan harus memiliki
SKSHH/FAKO
 Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan;
 Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem
persampahan kota yang sudah ada;
 Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang telah ada
atau drainase tanpa pembuangan akhir;.
 Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan
oleh masyarakat;
 Berdampak negatif terhadap penduduk asli;
 Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal;
7. Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga Bank;
8. Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik
yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak
ketiga lainnya;
9. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan
kemanusiaan serta tidak sejalan dengan Visi, Misi, Tujuan dan nilai-nilai PNPM
Mandiri Perkotaan

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)

130  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
FORM-5

DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN


Hasil uji identifikasi dampak negatif terhadap lingkungan yang mencakup uraian jenis
potensi dampak dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya sebagaimana
diuraikan pada tabel berikut. Kemudian kami akan melakukan pemantauan atas
pelaksanaan pengamanan tersebut, pada saat perkembangan kegiatan kira-kira
mencapai kemajuan 50% dan 100% guna memastikan bahwa seluruh pengamanan
dampak telah kami lakukan.
PEMANTAUAN
POTENSI/SUMBER DAMPAK UPAYA PENANGGULANGAN/ PENYELESAIAN
No
NEGATIF MITIGASI
(50%) (100%)

..............................................., ............................200....
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)


(Lihat Referensi Daftar Uji Dampak Lingkungan-Lampiran 4)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  131 
RAB - 2

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)

132  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
RAB - 4

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  133 
FORM – 6

134  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
FORM-7

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  135 
FORM-8

STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAKSANA

Ketua KSM

Sekretaris

BENDAHARA PELAKSANA LOGISTIK


LAPANGAN

Ketua Regu Kerja/ Ketua Regu Kerja/


Mandor Mandor

MASYARAKAT

SUSUNAN TIM PELAKSANA KSM :

No NAMA POSISI
1. Ketua/Penanggungjawab
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Pelaksana Lapangan
5. Logistik/Pengadaan
6. Ketua Regu Kerja (Mandor)
7. Ketua Regu Kerja (Mandor)
Dst
Susunan Tim Pelaksana Lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi Lapangan/SDM KSM

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)

136  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
FORM-9

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN


PENGOPERASIAN & PEMELIHARAAN PRASARANA
Yang bertanda tangan dibawah ini, kami :

Nama : …………………..................................………............................
Jabatan : Ketua KSM............. ………………………................................,
Kel./Desa ................................. Kecamatan ........................... Kab./Kota
................................................................................
Alamat : Jl. .................................... Dusun/RT/RW ……………............

Menyatakan kesanggupan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana & prasarana yang kami
bangun, yaitu :
No Jenis Sarana & Prasarana Lokasi (Jl/Dusun/RT/RW)
1.

2.
3.

dst

Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana tersebut akan kami
sampaikan setelah kami ditetapkan sebagai pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana
tersebut.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

……………….. , …………………………. 20.....

Yang Menyatakan ,
Ketua KSM ………………
Materai
Rp.6.000

(……………………………)

Mengetahui :
No Nama Jabatan Tandatangan
1 BKM/Mewakili
2 UPL
3 Ketua RW/Mewakili
4 Ketua RT/Mewakili

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  137 
FORM-10
REFERENSI DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN
POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU


1 Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan trase/jalur jalan atau bangunan ke
Galian/Timbunan Tanah diarea tempat lain yang lebih aman
lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin
kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus
sungai/pantai
2 Jembatan mengganggu lalu lintas
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
perahu
3 Jembatan/T.Perahu merubah Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah
arah/aliran sungai
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus
sungai/pantai
4 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
5 Meningkatnya erosi pada saluran Dasar saluran diperlandai
pinggir/samping Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit
(sub drainase)
Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar
saluran, seperti beton, aspal, dll.
6 Jalan tanah meningkatkan debu Permukaan jalan dipadatkan
Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan
berbutir kasar (kerikil/sirtu)
7 Jalan menutup/memotong aliran
Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase
air alamiah/drainase
8 Saluran samping/drainase terjadi Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau
pendangkalan/ sedimentasi beton
Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau
saluran kota yang ada (terintegrasi)
9 Jalan baru akan menebang banyak Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang
pohon-pohon lebih aman
10 Tidak ada pembuangan akhir /ada Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
genangan air dari (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
drainase/Gorong-gorong Drainase kota;
11 Bangunan tidak nyaman/aman Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang
tajam
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau
badan jalan

138  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu


masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)
Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong
(kiri+kanan)
12 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA IRIGASI
1. Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan jalur Saluran atau bangunan ke tempat
Galian/Timbunan Tanah diarea lain yang lebih aman
lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin
kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus
sungai/pantai
2 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
atau dinding saluran tanah Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3 Konsentrasi air tidak terkendali Pengaturan penggunaan Air
disaluran/sawah Dibuat pintu-pintu air
4 Saluran terjadi Dasar saluran diperlandai
pendangkalan/sedimentasi akibat Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
erosi dari dinding sal.
Tanah/Tebing Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat
pembuangan
5 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA AIR BERSIH
1 Galian Sumur (sumur dangkal) Dibuat turap penahan tanah
longsor Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
2 Galian sumur dalam/bor bisa
memunculkan bahan2 tambang Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/
yang bisa berbahaya, seperti instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;
minyak,gas
3 Kualitas air sumur bercampur
Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum
mineral/bahan2 berbahaya bagi
dimanfaatkan
kesehatan
4 Sumur Gali (sumur dangkal)
Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton
longsor
5 Sumur terlalu dekat dengan Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11
MCK/WC meter
6 Air Sumur tercampur air Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi
permukaan/Air Rembesan Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  139 
POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

7 Mata Air tercampur air permukaan


Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah
air masuk
Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau
8 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA
1 Tidak ada saluran pembungan Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat
limbah cair domestik pembuangan atau drainase yang ada
(MCK,Jamban,Air Cucian
Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban
Dapur,dsb)
2 Pipa sanitasi dipermukaan tanah Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank
yang sangat rawan thd sinar
matahari, terinjak, dan kenakalan Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk
manusia septicktank
3 Bangunan MCK, Jamban, Drainase
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
air limbah, tidak sesuai standar
ketentuan standar teknis bangunan
teknis
4 Septicktank/Resapan MCK/WC Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur
terlalu dekat dengan Sumur. minimal 11 meter
5 Jenis bangunan Septicktank tidak Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya
sesuai jenis tanah resap tanah
6 Tidak ada pembuangan akhir dari Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir
saluran MCK, WC, Saluran Limbah (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Rumah Tangga/ada genangan air Drainase kota;
7 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN
1. Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang
Galian/Timbunan Tanah diarea lebih aman
lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin
kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
2 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3 Saluran terjadi Dasar saluran diperlandai
pendangkalan/sedimentasi akibat Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
erosi dari dinding sal.
Tanah/Tebing Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat
pembuangan
4 Tidak ada pembuangan akhir Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
drainase/ada genangan air (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem

140  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

Drainase kota;
5 Bangunan Drainase Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
standar teknis ketentuan standar teknis bangunan
6 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA PERSAMPAHAN
1 Bangunan Sampah Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
standar teknis ketentuan standar teknis bangunan
2 Tidak ada Pembuangan Sampah TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan
dari TPS kota;
3 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
Persampahan pemeliharaan

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  141 
Form : V.1
LEMBAR
VERIFIKASI KELAYAKAN USULAN KEGIATAN KSM LINGKUNGAN
PENILAIAN
KELAYA KAN CATATAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI
(PENYEMPURNAAN)
YA TIDAK

A ASPEK ORGANISASI
1 Adakah pengurus, anggota, serta aturan organisasi
yang jelas ?
2 Apakah jumlah anggota organisasi KSM dari
perempuan, minimal 30% ?
3 Apakah KSM telah Mendaftar pada BKM/LKM dan
dinyatakan layak ?
4 Apakah Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana &
Prasarana?
5 Adakah kontribusi Swadaya masyarakat ?
B ASPEK MANAJEMEN, TEKNIS KEGIATAN
1 Apakah Prasarana yang diusulkan sesuai dokumen
PJM-Pronangkis ?
2 Apakah rencana lahan lokasi Bangunan telah
dibebaskan (tidak akan ada dampak sosial)?
3 Adakah calon tenaga kerja yang akan terlibat ?
4 Adakah Kesepakatan Harga Hasil Survey (minimal 3
toko setempat) ?
5 Adakah Gambar sederhana Infrastruktur ?
6 Adakah dokumentasi/photo kondisi awal (0%) ?
7 Apakah rencana Bangunan tidak bertentangan dengan
Daftar Kegiatan Terlarang ?
8 Apakah rencana Bangunan tidak berpotensi
menimbulkan Dampak Negatif (merusak) Lingkungan?
9 Adakah Daftar Kuantitas Pekerjaan?
10 Adakah Perhitungan RAB (Swadaya & BLM/PNPM) ?
11 Adakah Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ?
12 Adakah Rencana Pengadaan Kegiatan ?
13 Adakah Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksanaan
Kegiatan ?
14 Apakah rencana Bangunan layak secara teknis? (Kesesuaian spesifikasi dengan standar teknis,
Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat, dan Keamanan/kenyamanan Pemakai).
1. Apakah Lokasi Yang Dipilih sesuai dengan Jenis
Infrastruktur yang direncanakan ?
2. Apakah Desain/Spesifikasi & kualitas bahan utama
yang direncanakan baik/kuat (sesuai persyaratan
stándar teknis bangunan) ?

142  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
PENILAIAN
KELAYA KAN CATATAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI
(PENYEMPURNAAN)
YA TIDAK
3. Apakah bangunan utama dan pelengkap dari
prasarana sudah direncanakan (minimal untuk
menjamin keamanan bagi pemakai atau agar usia
pemakaian prasarana lebih lama) ?
4. Apakah desain sudah memperhatikan kebiasaan
lokal?
5. Apakah KSM Mampu mengerjakan sendiri Prasarana
tersebut? (Untuk pekerjaan pemadatan perkerasan
(Kerikil/Sirtu, Telfor, Makadam) agar diupayakan
menggunakan mesin gilas/pemadat);
6. Apakah desain sudah mempertimbangkan
pencapaian manfaat dari prasarana (setelah
bangunan selesai dapat langsung bermanfaat),
khususnya prasarana seperti Air Bersih, Drainase,
dll;
7. Dan lain2 persyaratan/standar teknis yang dianggap
prinsip pada bangunan (lihat Pedoman Teknis
perjenis prasarana);
JUSTIFIKASI KELAYAKAN :
Rekomendasi Hasil Verifikasi
Nama Yang Memverifikasi Tandatangan
*)
UPL:
______________________ LAYAK / (..............................................)

Faskel Teknik : LAYAK DENGAN


______________________ PENYEMPURNAAN /
(..............................................)
Askot/TA Infrastruktur : TIDAK LAYAK
______________________
(..............................................)
Unsur Dinas/Tim Teknis Kota/Kab

______________________ (..............................................)

*) Pilih Yang Sesuai

PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur  143 
Form : V.2
BERITA ACARA
HASIL VERIFIKASI KELAYAKAN USULAN KEGIATAN LINGKUNGAN

Pada hari ini ………………tanggal ………………bulan……………tahun ……….telah dilaksanakan


verifikasi kelayakan proposal usulan kegiatan KSM Lingkungan sebagaimana yang telah
ditetapkan berdasarkan skala prioritas, Renta PJM pronangkis.
Berdasarkan kesepakatan hasil verifikasi maka dinyatakan bahwa kegiatan berikut :
Rekomendasi
Uraian Kegiatan
Kelayakan
1. Nama pekerjaan :………………………………….
2. Lokasi :………………………………….
LAYAK
3. Volume :…………………………………. untuk dilaksanakan
4. Nilai Kegiatan sesuai ketentuan
PNPM yang ada
a. Swadaya : Rp…………………………….
b. BLM PNPM : Rp…………………………….
c. TOTAL (a+b) : Rp…………………………….
5. Nama KSM/Panitia :………………………………….
Secara lengkap hasil verifikasi terlampir (Formulir Verifikasi Form V.1).
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
............................,. tgl......................................

Tim Verifikasi : Pengusul :


Faskel Teknik U P L, Ketua PANITIA

(…………………………) (…………………………) (…………………………)


Askorkot Infra

(…………………………)
Mengetahui/Saksi-saksi :
No Nama Jabatan Tandatangan

1 Lurah/Kades 1
2 Ketua RW 2
3 Ketua RT 3
4 To Mas/Mewakili 4

144  PETUNJUK TEKNIS Perencanaan Kegiatan Infrastruktur 
KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110

KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan
Jakarta Pusat Indonesia - 10210

SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI


www.pnpm-mandiri.org

PENGADUAN
P.O. BOX 2222 JKPMT
SMS 0817 48048
e-mail : ppm@pnpm-perkotaan.org

www.p2kp.org | www.pnpm-perkotaan.org

Anda mungkin juga menyukai