Anda di halaman 1dari 5

ANGKA KEJADIAN MUAL DAN MUNTAH SETELAH TINDAKAN OPERASI

PADA BIDANG BEDAH MULUT DENGAN GENERAL ANESTESIA

(KAJIAN PENELITIAN PROSPEKTIF DI RSUP DR. SARDJITO)

Proposal Judul Thesis

Untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai sebutan Dokter Gigi Spesialis

Program Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial

Kelompok Ilmu Kedokteran Gigi

Disusun oleh :
BRAMASTO PURBO SEJATI
14/373972/PKG/939

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS-I


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kejadian mual dan muntah setelah tindakan operasi dengan bius umum merupakan

suatu kondisi lazim dan sering terjadi. Kejadian mual dan muntah dapat menyebabkan lenght

of stay dari pasien meningkat, meningkatkan biaya pengobatan, dan juga dapat minimbulkan

persepsi negatif pasien terhadap tindakan pembedahan dan pembiusan (Dobbeleir dkk.,

2017). Berdasarkan hasil penelitian Kwak (2017), kejadian mual dan muntah pasien

mempengaruhi sekitar 30% pasien setelah operasi, dan pada pasien dengan resiko tinggai

angka kejadian menjadi 80%. Kejadian mual dan muntah dapat menyebabkan konsekuensi

yang lebih serius, seperti kerugian pada hasil pembedahan.

Kondisi mual dan muntah setelah operasi didefinisikan sebagai kondisi mual, muntah,

maupun keduanya yang terjadi selama dua hari setelah operasi (Dobbeleir dkk.,2017).

Berdasarakan Apipan, dkk. (2016) etiologi kondisi mual dan muntah setelah operasi sampai

sekarang masih jelas namun melibatkan banyak faktor antara lain faktor pasien, anestesi, dan

tindakan bedah. Prediktor risiko spesifik pasien yang terkenal meliputi jenis kelamin wanita,

status non-perokok, dan riwayat mabuk. Prediktor terkait anestesi meliputi penggunaan

anestesi umum, anestesi volatil atau nitrous oxide, dan opioid pasca operasi. Resiko kejadian

mual dan muntah setelah operasi dijelaskan oleh Dubbeleir dkk.,(2017) dapat dikategorikan

menjadi tiga kriteria, preopertatif, periopertif, dan post operatif.

Tindakan operasi di bidang bedah mulut merupakan tindakan pembedahan yang

memanipulasi daerah maksilofasial terutama rongga mulut baik jaringan keras maupun

jaringan lunak (Balaji, 2013). Menurut Abubaker dkk.,(2016) tindakan operasi bedah mulut

meliputi pembedahan terkait gigi-geligi , infeksi pada tulang dan jaringan pendukung gigi,

kondisi patologis terkait tumor di maksilofasial, kelainan deformitas dan kongenital pada

wajah, persendian temporo mandibular joint ,dan trauma pada tulang fasial.

2
Berdasarkan uraian diatas banyaknya bidang yang dikelola oleh bedah mulut,

berimbang dengan jumlah pasien yang dikelola, walaupun tidak semua dilakukan dengan

pembiusan umum. Menurut Apapin dkk.,(2016) faktor risiko terjadinya mual dan muntah

setalah operasi bedah mulut diperkirakan terkait kondisi pasien menelan darah, dimaha hal ini

dapat merangsang mual dan muntah pada pasien. Selain itu, adanya darah di dalam perut,

atau besarnya penggunaan cairan irigasi selama operasi intraoral dapat memiliki efek emetik

setelahnya. Ditambahkan oleh Dobbelier dkk.,(2017) adanya bau darah dan adanya drainase

darah ke tenggorokan menambah tingginya terjadinya mual dan muntah. Menurut Apapin

dkk., (2016), pembengkakan pada daerah oro-facial, dan adanya parestesi pada bibir baik atas

maupun bawah setelah operasi merupakan faktor penyebab mual muntah setelah operasi di

bidang bedah mulut. Selain itu adanya mual dan muntah harus ditangan serius karena dapat

terjadi aspirasi pada pasien dengan fiksasi intermaksilari wire, Berdasarkan alasan ini,

penulis bertujuan untuk mengurangi insiden mual dan muntah setelah operasi pada bidang

bedah mulut. Penulis melakukan penelitian retrospektif untuk menentukan bagaimana angka

kejadian mual dan muntah setelah tindakan operasi pada bidang bedah mulut dengan general

anestesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, timbul permasalahan bagaimana angka kejadian

mual dan muntah setelah tindakan operasi pada bidang bedah mulut dengan general anestesia.

C. KEASLIAN PENELITIAN

Berdasarkan penelusuran penelitian penulis, menemukan penelitian – peneliian terkait

tentang angka kejadian mual dan muntah setelah tindakan operasi pada bidang bedah mulut

dengan general anestesia. Dobbeleir dkk.,(2017) meneliti angka kejadian mual dan muntah

setelah tindakan operasi ortognatik pada rahang atas dan rahang bawah dengan general

anestesia. Apipan dkk., (2016) meneliti angka kejadian mual dan muntah setelah tindakan

3
operasi pada bidang bedah mulut dengan general anestesia dengan meneliti apa saja faktor

resiko terjadinya kejadian mual dan muntah pasca operasi.

Penelitian ini dilakukan dengan membandignkan kejadian mual dan muntah setelah

operasi bius umum dengan faktor resiko baik preoperative, perioperatif, dan post operatif

selain itu penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Sarjito Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan informasi secara ilmiah mengenai bagaimana angka kejadian mual dan

muntah setelah tindakan operasi dengan general anestesia pada bidang bedah mulut

2. Memberikan informasi kepada klinisi maupun pasien terkait prevalensi dari adanya resiko

mual dan muntah setelah operasi pada bidang bedah mulut dengtan general anestesia.

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana angka kejadian mual dan

muntah setelah tindakan operasi dengan general anestesia pada bidang bedah mulut

4
KERANGKA PENELITIAN

PASIEN BEDAH MULUT

TINDAKAN OPERASI DENGAN GA

JENIS KELAMIN
USIA
BMI
LAMA OPERASI
DURASI ANESTESI
OPIOP PRE/POST OP
JUMLAH PERDARAHAN
RIWAYAT MUAL DAN MUNTAH

QUESTIONER PONV

MULTI LOGISTIC REGRESSION

Anda mungkin juga menyukai