Anda di halaman 1dari 11

ISSN 1410-6086

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH XIII
TAHUN 2015

TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH XIII


Tema :

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


“Penguasaan Teknologi Pengelolaan Limbah untuk Mendukung
Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Kesejahteraan
Bangsa”

Diselenggarakan pada :
Selasa, 29 September 2015
Seminar Nasional Teknologi Limbah XIII di Grha Widya Bhakti
PUSPIPTEK Tangerang Selatan, Banten
Sekretariat :
Gd. 50, PTLR-BATAN, Kawasan Puspiptek Setu, Tangerang Selatan, 15310 Diterbitkan pada :
Telp. (021) 7563142, Fax (021) 7560927
Website : www.batan.go.id/seminarlimbah 30 Desember 2015

2015 PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

IMPLEMENTASI 5S UNTUK OPTIMASI KESELAMATAN,


KESEHATAN DAN PERFORMA KERJA
Tri Widianti, Sih Damayanti, Sik Sumaedi
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
Email : tri_widianti@yahoo.com

ABSTRAK
IMPLEMENTASI 5S: OPTIMASI KESELAMATAN, KESEHATAN DAN PERFORMA KERJA.
Optimasi pekerjaan dan keselamatan merupakan salah satu manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan 5S. Metode ini
diterapkan dalam lingkungan kelompok penelitian dengan tujuan untuk menata lingkungan kerja penelitian termasuk
didalamnya penataan sumberdaya penelitian.Penerapan diawali dengan pembentukkan model kerja yang ada dikelompok
penelitian sebagai acuan untuk membentuk struktur 5S.Penerapan 5S di kelompok penelitian diharapkan dapat menciptakan
lingkungan kerja dan pengelolaan sumberdaya penelitian yang efektif yang berdampak pada peningkatan kualitas keluaran
penelitian.Selain itu, penerapan 5S di kelompok penelitian juga diharapkan berdampak positif terhadap keselamatan
peneliti dengan terciptanya lingkungan kerja yang aman dan terhindar dari potensi bahaya. Model penerapan 5S ini dapat
dimanfaatkan di kelompok penelitian yang lain.
Kata Kunci : 5S, kelompok penelitian, keselamatan, kesehatan, performa kerja

ABSTRACT
5S IMPLEMENTATION: OPTIMIZATION OF SAFETY, HEALTH, AND WORKING
PERFORMANCE. Working optimization and safety are the benefits that can be obtained by implementing 5S. This
method is applied in research group environment and aims to organize research working environment including research
resources. The implementation was begun by the establishment of a working model which exists in research group as a
reference to form 5S structure. The implementation of 5S in research group is expected to create an effective working
environment and research resources management which affect to quality improvement of research output. Furthermore, 5S
implementation in research group is also expected to positively affect researchers’ safety by establishing a safe working
environment and avoiding potential hazard. This 5s implementation model can be used in other research group contexts.
Keywords :5S, research group, safety, health, working performance

PENDAHULUAN
Sebuah organisasi penting memperhatikan aspek lingkungan kerja dalam rangka
mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Lingkungan kerja yang berkualitas
diharapkan dapat menciptakan optimasi kerja serta menjamin keamanan dan keselamatan pekerja.
Lingkungan kerja yang berkualitas penting dimiliki dalam setiap jenis pekerjaan, termasuk
didalamnya lingkungan kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian merupakan suatu aktivitas dalam
rangka memperoleh infomasi atau data untuk memahami dan membuktikan kebenaran dengan
menggunakan kaidah-kaidah ilmiah [1]. Penelitian dilakukan dalam rangka pengembangan
keilmuan, inovasi dan perkembangan teknologi [2]. Mengingat pentingnya penelitian pada sistem
inovasi nasional [3-5] maka menjadi penting diperhatikan aspek-aspek yang mendukung proses
penelitian agar penelitian yang dilakukan berkualitas, efektif dan efisien. Salah satu aspek penting
yang harus diperhatikan adalah lingkungan kerja penelitian. Sehingga penataan terhadap
lingkungan kerja penelitian menjadi salah satu prioritas atau fokus perhatian organisasi penelitian.
Kelompok penelitian (keltian) pada studi kasus penerapan 5S ini merupakan keltian yang
baru terbentuk pada tahun 2014 di lembaga penelitian XYZ sebagai perwujudan reformasi
birokrasi di instansi pemerintahan. Perubahan struktur organisasi yang baru berdampak pada
perubahan alur kerja dan posisi kerja peneliti dan kelompok penelitian. Struktur organisasi yang
baru ini salah satunya berdampak pada ketidakteraturan penataan lingkungan kerja karena adanya
perpindahan posisi kerja dan alur kerja. Ketidakteraturan ini diduga selain berdampak pada
optimasi kerja juga dikhawatirkan akan berpotensi menimbulkan ancaman kesehatan dan
keselamatan. Beberapa fakta yang terjadi di lingkungan kelompok penelitian karena
ketidakteraturan lingkungan kerja saat ini menimbulkan beberapa waste yang merupakan bagian
dari 7 elemen waste (overproduction, inventory, time/waiting, transportation, processing, motion,
defects) [6]. Salah satunya motion waste yaitu ditemukannya gerakan tambahan yang tidak perlu
saat peneliti bekerja untuk menjangkau alat kerjanya. Selain motion, time waste juga terjadi karena
peneliti harus memindahkan perangkat kerja dari satu tempat ke tempat lain yang mengurangi
waktu efektif bekerja. Ketidakteraturan penataan lingkungan kerja juga berdampak pada keamanan
dan keselamatan peneliti. Misalnya, ketidakteraturan penataan sistem perkabelan dan kelistrikan

315
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

dapat berakibat terjadinya efek kejut listrik yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan
peneliti.
Ketidakteraturan lingkungan kerja penelitian yang berdampak pada hadirnya waste dan
ancaman terhadap keamanan dan keselamatan penelitian harus di atasi agar tercipta lingkungan
kerja yang berkualitas, aman, sehat, dan nyaman. Berdasarkan pemaparan di atas maka makalah
ini bertujuan membuat konsep penerapan 5S pada sebuah kelompok penelitian agar
ketidakteraturan lingkungan kerja penelitian dapat diselesaikan. Konsep 5S ini diharapkan dapat
diterapkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan kerja penelitian kelompok penelitian
manajemen mutu atau diterapkan di kelompok penelitian lain mengingat beberapa penelitian
sebelumnya telah membuktikan bahwa metode 5S dapat menyelesaikan persoalan penataan
lingkungan kerja [7-10].
Metode 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) ini pertama kali muncul pada
tahun 1980 an yang digagas oleh Takashi Osada [8]. Metode 5S ini merupakan sebuah metode
yang dapat digunakan untuk tujuan menciptakan dan menjaga kualitas lingkungan kerja dalam
organisasi [7-10]. Gurel [11] menekankan bahwa 5S juga bertujuan untuk menjaga lingkungan
kerja tetap aman, bersih, nyaman dan kondusif. 5S menurut Bayo-Morines dkk [12], memiliki
hubungan yang positif terhadap kualitas dan produktivitas.
Penerapan 5S menurut Douglas [13] harus memperhatikan konteks dan kebutuhan
praktikal sebuah organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Konsep khusus penerapan 5S di
organisasi penelitian penting dilakukan karena organisasi penelitian memiliki karakteristik
kegiatan yang khas dan berbeda dengan jenis organisasi lainnya. Organisasi penelitian memiliki
karakteristik dinamis dan melakukan hal-hal yang bersifat baru yang mengkategorikannya ke
dalam bentuk organisasi organik [14]. Penerapan metode 5S umumnya dilakukan di industri
manufaktur [8, 12, 13, 15-18]. Namun seiring dengan kebutuhan, 5S juga diterapkan dibidang lain
misalnya di laboratorium [9,19] dan perhotelan [11]. Sejauh ini, dengan mengacu pada beberapa
database besar jurnal seperti Googlescholar, sciencedirect, ebsohost, emerald dan springerlink,
penerapan 5S dalam konteks organisasi penelitian (kelompok penelitian) belum ditemukan.
Sehingga penerapan 5S dalam konteks ini menjadi menarik di teliti lebih lanjut.
Lebih lanjut menurut Gapp [20] pada penerapan 5S penting memperhatikan aspek
teknikal (visible) dan filosofis (invisible). Hal lain yang penting diperhatikan dalam implementasi
5S adalah komunikasi karena lemahnya komunikasi dapat menjadi rintangan dalam penerapan
metode ini [7]. Sehingga pada konteks penerapan 5S di kelompok penelitian, penting
mensosialisasikan konsep 5S yang akan diterapkan kepada pihak-pihak terkait baik peneliti
maupun koordinator keltian. Lebih lanjut, Ghodrati dan Zulkifli [7] menyebutkan faktor lain yang
dapat menghambat penerapan 5S adalah kesenjangan antara manajemen dengan pelaksana serta
kurangnya pelatihan dan lemahnya kesadaran terkait 5S. Selain itu, ketersediaan anggaran juga
menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penerapan 5S ini. Penjelasan Ghodrati
dan Zulkifli [7] mengenai metode 5S dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini:
1. Seiri
Dasar pemikiran Seiri adalah menghilangkan barang-barang yang tidak diperlukan
dilingkungan kerja [16]. Langkah ini dilakukan agar memudahkan pencarian alat atau perangkat
kerja yang dibutuhkan dan menghilangkan yang tidak dibutuhkan [16]. Proses menghilangkan
barang yang tidak diperlukan di lingkungan kerja dilakukan dengan pemilahan terhadap seluruh
barang yang berada dalam lingkungan kerja. Hirano [21] menjelaskan bahwa barang yang tidak
diperlukan barang adalah tidak dibutuhkan dalam proses kegiatan atau pekerjaan [21]. Peterson
dan Smith [22] menjelaskan bahwa untuk menciptakan kerapihan maka barang yang tidak
dibutuhkan harus dieliminasi dari lingkungan kerja. Gupta dan Jain [16] menjelaskan bahwa Seiri
dapat bermanfaat untuk memperlancar dan mempermudah alur kerja.
2. Seiton
Peterson dan Smith [22] prinsip dari Seiton adalah “a place for everything and place for
everything”. Setiap barang yang berada di dalam lingkungan kerja harus ditempatkan dan tertata
rapi. Penerapan Seiton di lingkungan kerja diharapkan agar orang dapat menemukan barang atau
perangkat kerjanya dengan cepat.Yasuhiro [23], menyebutkan bahwa hal ini bisa dilakukan dengan
memberikan label dan identitas yang jelas pada setiap barang dan tempat penyimpanannya. Prinsip
Seiton ini memungkinkan pekerja dengan mudah mengenali, mengambil, dan menaruh kembali
bahan dan perangkat kerjanya ke lokasi di dekat tempat penggunaan.

316
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

3. Seiso
Prinsip Seiso adalah memprioritaskan pada kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja
[16]. Bersih dan rapinya lingkungan kerja diharapkan akan menghadirkan efek nyaman bagi
pekerja [22, 24]. Prinsip Seiso ini mengharuskan tempat kerja harus bersih dan rapi setiap hari agar
tercipta lingkungan kerja yang berkualitas [16]. Lebih lanjut Gupta dan Jain [16] menekankan
prinsip Seiso harus dipahami dan dijadikan budaya setiap pegawai. Supaya setiap orang sadar dan
terlibat dalam menerapkan Seiso maka organisasi dapat memberikan aturan yang harus diikuti oleh
setiap karyawan [25]
4. Seiketsu
Seiketsu atau Standardization adalah prinsip yang digunakan untuk menjaga agar ketiga
prinsip yaitu Seiri, Seiton, dan Seiso dapat dijalankan secara berkelanjutan (Simanjuntak dan
Hemita, 2008). Seiketsu merupakan tahap perawatan dan konsistensi penerapan untuk menerapkan
tahapan-tahapan sebelumnya [26].
5. Shitsuke
Shitsuke atau Sustain dianggap prinsip “S” yang paling sulit diterapkan [16, 26].
Sehingga diperlukan pengendalian diri dan pemberian motivasi kepada pekerja untuk
menerapakan 5S [23]. Kondisi ini semakin sulit dengan semakin lamanya periode penerapan [22].
Gupta dan Jain [16] menyebutkan bahwa disiplin yang tinggi harus dijaga agar Shitsuke bisa
diterapkan yang bisa diwujudkan salah satunya dengan sistem penghargaan kepada para pekerja.

METODOLOGI
Penerapan 5S di lingkungan kerja kelompok penelitian lembaga penelitian XYZ
didahului dengan melakukan identifikasi terhadap unit analisis yaitu kelompok penelitian.
Tinjauan dilakukan terhadap layout lingkungan kerja saat ini serta masalah yang terjadi di
dalamnya. Hasil identifikasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun konsep penerapan 5S yang
sesuai dengan karakteristik kelompok penelitian. Hasil identifikasi berupa layout kerja saat ini
serta diagram sebab akibat. Adanya resistansi yang mungkin timbul baik dari peneliti maupun
koordinator penelitian menjadi pertimbangan bagi penulis dengan terlebih dahulu melakukan
komunikasi dan brainstorming terkait penerapan 5S. Aspek ini perlu diperhatikan mengingat apa
yang disampaikan oleh Gupta dan Jain [16] bahwa selalu ada potensi resistansi terhadap sistem
baru baik dari pihak manajemen maupun pekerja yang dapat berdampak pada kegagalan penerapan
sistem baru tersebut. Mengutip pendapat Gapp [20] faktor filosofis dan teknikal juga penting
diperhatikan dalam membangun konsep 5S maka pada penelitian ini sebelum melakukan
implementasi dilakukan pengenalan konsep 5S dan teknik penerapan 5S melalui sejumlah
pertemuan dan diskusi dengan para peneliti dan koordinator keltian. Seperti yang disampaikan
oleh Douglas [13] bahwa terkait dengan penerapan 5S di organisasi harus sesuai dengan kebutuhan
praktikal organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sehingga pada penelitian ini penulis
juga memperhatikan sasaran kelompok penelitian berupa pencapaian kinerja tahunan yang dimiliki
kelompok penelitian, aktivitas penelitian yang sedang berjalan pada saat sistem ditinjau, sumber
daya yang diperlukan untuk menerapkan 5S serta anggaran yang dimiliki untuk menerapkannya.
Sehingga penyusunan konsep 5S ini juga menekankan prinsip efisiensi dan efektivitas anggaran
serta usaha reuse atau recycle sumberdaya yang dimiliki oleh kelompok penelitian. Langkah
sistematis penyusunan konsep penerapan 5S dapat dilihat pada Gambar 2.

317
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap sistem kerja kelompok penelitian maka penyebab
ketidakteraturan di lingkungan kerja pada lingkungan kelompok penelitian dapat dilihat pada
gambar 2 di bawah ini:

318
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Material Machine/Tool Method

Poor of storage Chaotic Placing


Poor understanding
toward new working
No proper order
Chaotic placing
Storage
Unorganized,
unsafe
Poor archive keeping working
andhandling environment
Reorganization Poor of
structure Budgeting Plan
Poor archive system
understanding

Organizational Men Money

Gambar 2. Diagram Sebab-Akibat Unorganized Working Environment

Diagram sebab akibat pada Gambar 2 memperlihatkan beberapa penyebab dari tidak
terorganisasi dan tidak amannya lingkungan kerja disebabkan salah satunya karena tidak
memadainya tempat penyimpanan bahan penelitian serta lokasi penempatan yang sembarangan.
Penyebab lain yaitu, tidak adanya tempat yang memadai untuk penyimpanan alat dan tidak
teraturnya penempatan alat atau perangkat kerja juga. Lebih lanjut, adanya kondisi sistem kerja
baru yang diakibatkan dari adanya reorganisasi berdampak juga menjadi salah satu penyebab tidak
teratur dan tidak amannya lingkungan kerja. Selain itu, tidak terorganisasinya meja kerja masing-
masing peneliti menurut hasil analisis disebabkan karena lemahnya pemahaman peneliti pada
sistem pengarsipan atau penyimpanan rekaman. Lebih lanjut, kondisi lingkungan kerja yang tidak
teratur dan tidak aman ini juga diakibatkan oleh kurang baiknya rencana budgeting kelompok
penelitian, sehingga belum bisa mengusulkan rencana pengelolaan lingkungan kerja penelitian saat
ini dan di masa yang akan datang. Penerapan 5S menjadi solusi permasalahan di atas. Tahap awal
sebelum dilakukan penerapan 5S secara mendetail pada lingkungan kerja penelitian, dilakukan
brainstorming dan diskusi pembuatan rencana penerapan 5S. Hasil brainstorming dan diskusi
dengan koordinator keltian dan para peneliti menjadi masukan dalam pembuatan layout
lingkungan kerja penelitian yang dapat mengakomodasi kebutuhan kelompok penelitian saat ini
dan masa yang akan datang dengan membuat rencana pengembangan lingkungan kerja penelitian
yang dapat dilihat pada Gambar 3. Penyusunan layout ini mengacu pada prinsip Seiri, Seiton dan
Seiso.
Sub Keltian
Technical Quality Ruang Tamu
Keltian
Area Arsip
Sub Keltian Perpustakaan
Keltian
Standard Keltian
and Award
Sub Keltian
Organizational
Sub Keltian Behavior
Consumer
Behavior Lab
Keltian

Sub Keltian
Performance
Gambar 3. Layout Lingkungan Kerja Kelompok Penelitian

319
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Pada Gambar 3, layout lingkungan kerja penelitian dibagi berdasarkan sub keltian yang
ada dalam kelompok keltian dengan tujuan kemudahan pada proses kerja setiap peneliti sesuai
dengan bidang keahliannya. Penentuan area arsip penelitian dilakukan untuk memudahkan proses
tracking rekaman penelitian dan pemeliharaannya. Area arsip digunakan untuk penempatan
dokumen yang terkait penelitian yang terdiri dari rekaman teknis data penelitian, literatur
penelitian, data adminstrasi penelitian, serta arsip personil peneliti. Arsip yang bersifat dinamis
diletakkan di masing-masing stasiun kerja peneliti. Penempatan arsip kelompok penelitian dapat
dilihat pada gambar 4. Selain itu, pada layout juga dibuat area laboratorium statistik untuk
kelompok penelitian yang juga bisa berfungsi ganda sebagai ruang pelatihan atau diseminasi hasil
penelitian kepada stakeholder. Area perpustakaan kelompok penelitian juga dibuat untuk
menyimpan koleksi buku literatur kegiatan penelitian dan hasil publikasi penelitian. Layout
tersebut dijadikan acuan untuk pengembangan keltian di masa mendatang.

Gambar 4. Area Penyimpanan Arsip Penelitian Kelompok Penelitian

Penerapan 5S didahului dengan sosialisasi prinsip 5S kepada seluruh anggota kelompok


penelitian. Hasil sosialiasi ini menunjukkan kesediaan seluruh anggota keltian untuk menerapkan
5S serta dukungan penuh dari koordinator keltian. Seluruh anggota keltian diberikan
tanggungjawab untuk merapikan area kerja masing-masing sesuai dengan konsep 5S. Eksekusi
penerapan 5S diawali dengan pemilahan area kerja peneliti berdasarkan sub keltian. Terdapat 5
sub keltian yaitu sub keltian performance, organizational behavior, consumer behavior, technical
quality, serta standard and award. Seluruh area kerja dalam layout termasuk dalam proses
perencanaan masa datang diberikan tanda garis kerja berwarna hijau. Sedangkan area yang
dianggap zona waste diberi tanda garis merah. Hasil penerapan 5S yang dilakukan di lingkungan
kerja kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

320
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Tabel 1. Hasil Penerapan 5S


Aspek Sebelum Sesudah

Penerapan
Seiri (Sort)

Bahan, perlengkapan, dan barang yang Hanya bahan, perlengkapan, dan


tidak dibutuhkan terdapat dalam lemari barang yang dibutuhkan terdapat dalam
penyimpan lemari penyimpan
Penerapan
Seiton
(Set in Order)

Buku dan dokumen tercampur dan tidak Buku dan dokumen tercampur sudah
memiliki identifikasi yang mudah dikenali diberi identifikasi yang mudah dikenali
dengan penempatan yang tidak teratur dan diletakan dengan rapi sesuai
dengan kode warna yang ditentukan
Penerapan
Seiso (Shine)

Meja kerja kelompok penelitian tidak Meja kerja kelompok penelitian


teratur dan banyak bahan atau barang yang diberikan garis pembatas sesuai dengan
tidak terpakai serta kotor dan berdebu statsiun kerjanya untuk membagi
tanggungjawab pemeliharaan stasiun
kerja masing-masing

Berdasarkan Tabel 1 bisa dilihat hasil penerapan prinsip 5S Seiri, Seiton, dan Seiso.
Lemari bahan yang semula tidak teratur menjadi tertata rapi dan penempatan bahan kerja yang rapi
membantu peneliti untuk mengambil bahan kerja yang dibutuhkan lebih cepat dan mudah.
Pemberian identifikasi pada buku dan literatur pendukung penelitian dan penempatannya pada
lemari dengan rapih sesuai dengan kode warna yang ditentukan memudahkan peneliti menemukan
literatur yang dibutuhkan untuk penelitian. Selain itu, hal ini juga mempermudah pengendalian
dan perawatan literatur penelitian. Penataan meja kerja dengan pemberian garis kerja dan
penataan sistem perkabelan di meja kerja peneliti diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja
yang aman serta memudahkan pembagian tanggungjawab perangkat kerja yang ada pada setiap
meja kerja peneliti. Dijaganya kebersihan masing-masing area kerja peneliti dengan penghilangan
debu dan kotoran yang ada akan diharapkan dapat membantu menjaga kesehatan para peneliti.
Penerapan Seiketsu (Standarized) dilakukan dengan menentukan beberapa instruksi
sederhana terkait tanggung jawab peneliti terhadap lingkungan kerjanya yang dipasang di masing-
masing meja kerja. Selain itu, dibuat juga instruksi sederhana terkait pengelolaan perpustakaan
kelompok penelitian berupa instruksi peminjaman buku dan kode warna identitas buku. Terkait
dengan prosedur pengarsipan, maka setiap lemari arsip diberikan keterangan terkait isi dokumen

321
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

yang didalamnya serta pencantuman label 5S di masing-masing lemari arsip yang berguna untuk
memandu peneliti menjalankan 5S dalam pengarsipan data penelitian. Penerapan Seiketsu dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Label Instruksi Kerja Penerapan Seiketsu (Standarized)

Penerapan prinsip 5S yang terakhir adalah Shitsuke (Sustain)dilakukan dengan beberapa


cara, salah satunya adalah dengan adanya penanggungjawab harian pembersihan ruangan yang
dilakukan secara umum oleh petugas kebersihan. Pengendalian pembersihan ruangan menjadi
tanggungjawab koordinator kelompok penelitian. Selain itu, koordinator kelompok penelitian
setiap hari mengingatkan masing-masing anggota peneliti untuk membersihkan meja kerja
sebelum pulang kerja. Selain itu, dibuat sistem penghargaan bagi anggota kelompok penelitian
yang secara kontinu menerapkan 5S dengan diberikan pin 5S yang dapat dikenakan anggota
kelompok penelitian yang sudah berhasil secara konsisten menerapkan 5S. Desain pin 5S dapat
dilihat pada Gambar 7. Penilaian konsistensi penerapan 5S dilakukan oleh koordinator kelompok
penelitian dan salah satu staf yang ditunjuk untuk melakukan penilaian.

N - SE
E ITO IS
S
O
-
SEIRI

SEIK
T E

SU
- SHITSUKE

Gambar 7. Desain Pin Keberhasilan Penerapan5S

KESIMPULAN
Penelitian ini telah mengembangkan model penerapan 5S untuk lingkungan kerja
kelompok penelitian di lembaga penelitian XYZ. Penerapan 5S di kelompok penelitian dapat
mengatasi permasalahan lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak teratur. Dukungan penuh
penerapan 5S dari seluruh kelompok penelitian mempermudah eksekusi teknis penerapan 5S.
Penerapan 5S membantu penataan lingkungan menjadi aman, nyaman, bersih, dan sehat. Kondisi
ini merupakan kondisi lingkungan kerja yang berkualitas yang diharapkan dapat mendukung

322
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

optimasi kinerja peneliti dan penelitian. Penerapan metode 5S juga bermanfaat sebagai masukan
dalam perencanaan pengembangan lingkungan kerja kelompok penelitian di masa mendatang.
Model penerapan 5S ini dapat menjadi acuan penerapan 5S di kelompok penelitian yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia, Peraturan Kepala LIPI No. 2 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Peneliti/
2. Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
3. E. Arnold, K. Barker dan S. Slipersæter, Research Institutes in the ERA, Manchester
Business School, The University of Manchester, Brighton, (2010).
4. M.Fritsch, dan C.Schwirten, Enterprise-university co-operation and the role of public
research institution in regional innovation system, Industry and Innovation, (1999) 6, 1, 69-
83.
5. A.N. Link, dan J.T. Scott, The Role of Public Research Institutions in a National Innovation
System: An Economic Perspective. White Paper, Latin America and Carribean: Office of the
Chief Economist, (2004).
6. D.B. Modi and H. Thakkar, Lean thinking: reduction of waste, leadtime, cost, through lean
manufacturing tools and technique, International Journal of Emerging Technology and
Advanced Engineering, (2014) Vol. 4 No.339-344.
7. A.Ghodrati and N. Zulkifli, A review on 5S Implementation in Industrial and Business
Organizations, IOSR Journal of Business and Management (2012) 11-13.
8. M.N.Ab Rahman, N.K. Khamis, R.M. Zain, B.M. Deros, and W.H.W. Mahmood,
Implementation of 5S practices in the Manufacturing Companies: A Case Study, American
Journal of Applied Sciences, (2010) 1182-1189.
9. K.R.M. Ananthanarayanan, Application of 5S management System in NDE Laboratory, Proc.
National Seminar on Non-Destructive Evaluation, (2006) 7-9.
10. J.E. Becker, Implementation 5S: To promote safety and housekeeping, Professional Safety,
(2001)29-31.
11. D.A. Gurel, A conceptual evaluation of 5S model in hotels, African Journal of Business
Management, (2013) 3035-3042.
12. Bayo-Morines, A. Bello-Pintado, J. Merino –Diaz de Cerio, 5S use in manufacuring plants:
contextual factors and impact on operating performance, International Journal of Quality and
Reliability Management, (2010), 217-230.
13. A. Douglas, Improving Manufacturing Performance, The American Society for Quality
(ASQ) 56th Annual Congress, (2002),
14. Burns, T. and Stalker, G.M. (1961). The Management of Innovation. London: Tavistock
Publications.
15. G. Dulhai, The “5S” Strategy for continuous improvement of the manufacturing processes in
autocar exhaust, Management and Marketing, (2008), 115-120.
16. S.Gupta and S.K. Jain, An application of 5S concept to organize the workplace at a scientific
instruments at a scientific instruments manufacturing company, International Journal of Lean
Six Sigma, (2015), 73-88.
17. R.Jamian, M.N. Ab Rahman, B.M. Deros, N.Z.N. Ismail, A conceptual model towards
sustainable
18. N.Khamis, M.N. Ab. Rahman, K.R. Jamaludin, A.R. Ismail, J.A. Ghani, R.Zulkifli,
Development of 5S practice checklist for manufacturing industry, Proceeding of the World
Congress on Engineering, (2009).
19. M. Jimenez, L.Romero, M. Dominguez, M.d. M. Espinosa, 5S methodology implementation
in the laboratories of an industrial engineering university school, Safety Science, (2015), 163-
172.
20. R. Gapp, R. Fisher, K. Kobayashi, Implementing 5S within a Japanese context: an integrated
management system, Management Decision, (2008) 565-579.
21. H.Hirano, 5 Pillars of the Visual Workplace, Productivity Press, Portland, OR (1995)
22. J. Peterson and R. Smith, The 5S Pocket Guide, Quality Resources, New York, NY., (2001).
23. M.Yasuhiro, Sistem Produksi Toyota 2, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, (1995).

323
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIII ISSN 1410-6086
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

24. H.J. Harrington, Business Process Improvement: The Breakthrough Strategy for Total
Quality, Productivity and Competitiveness, McGraw-Hill, New York, NY, (2000).
25. J. Lancucki, Basis of Total Quality Management, AE, Poznan, (2001).
26. C. Suwondo, Penerapan budaya kerja unggulan 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke)
di Indonesia, Jurnal Magister Manajemen Vol. 1 No.1, (2012) 29-48.

324

Anda mungkin juga menyukai