DASAR TEORI
Dalam konstruksi pipa bawah laut di anjungan minyak lepas pantai, harus ditentukan
terlebih dahulu berbagai prosedur mengenai pekerjaan konstruksi, pekerjaan survei
konstruksi, peralatan (maintenance) yang akan digunakan dari kontraktor, sub-
kontraktor, dengan mengacu pada prosedur yang telah diberikan pihak pemilik tender
(owner) yang kesemuanya dituangkan dalam spesifikasi teknis konstruksi. Dalam bab
ini akan dijelaskan mengenai teknis pelaksanaan konstruksi pipa bawah laut secara
jelas terperinci yang merupakan output data dari peralatan survei dan navigasi yang
digunakan.
6
Berikut merupakan klasifikasi tipe jalur pipa bawah laut berdasarkan kelima kategori
diatas disertai dengan gambar :
(1) Flowlines (meliputi spools dan jumpers) digunakan untuk menghubungkan
subsea wellhead ke manifolds atau platforms.
(2) Water injection dan Gas lift lines, sama dengan flowlines tetapi jalurnya
berlawanan arah.
(3) Inter-fields pipelines, mengangkut fluida (yang diproses/tidak diproses) antara
manifolds dan platforms.
(4) Export (Trunk) pipelines, mengangkut produk hidrokarbon yang sudah
diproses dari platforms ke shore based terminal atau offshore loading facility.
Gambar 2.1 Klasifikasi pipa bawah laut [Dr. Boyun Guo et al, 2005]
7
Desain jalur pipa bawah laut sangat memperhatikan ukuran pipa (diameter dan
ketebalan dinding pipa) dan bahan material yang dipilih yang didasarkan analisis
stress, stabilitas hydrodynamic, span, thermal insulation, korosi dan stabilitas coating,
serta spesifikasi pipa riser. Berikut merupakan jenis pipa yang dikonstruksi berjenis
pipa minyak bumi Steel X60 berdiameter 18” :
Gambar 2.2 Pipa minyak bumi bawah laut Steel X60 18”
8
2.3.1 Laying Vessel
Laying vessel yang digunakan dalam proses konstruksi pipa bawah laut di anjungan
minyak lepas pantai ini menggunakan tipe S-lay barge karena kedalaman maksimum
jalur pipa bawah laut yang akan dipasang sekitar 30 m, dengan nama MARIAM 281
lay barge. Barge yang berukuran 85.34 m x 27.45 m dan mempunyai 6 welding
station tersebut berbendera Singapura yang dibuat pada tahun 2004 oleh Labroy
Shipbuilding & Engineering Pte.Ltd. Berkut gambar Mariam 281 laying barge :
Gambar 2.3 Sketsa Mariam 281 laying barge (tampak atas dan samping)
9
Gambar 2.4 Mariam 281 laying barge (Keterangan lebih lengkap lihat pada lampiran)
Gambar 2.5 Anchor Handling Tug Boat (MV Dalini dan Oil Serve Alpha)
10
2.3.3 Survey Boat
Jenis survey boat yang digunakan adalah seatruck dengan kapasitas penumpang
maksimum sebelas orang yang dilengkapi dengan sistem survei untuk keperluan
survei batimetri.
11
2.4 Konstruksi Pipa Bawah Laut di Anjungan Minyak Lepas Pantai
Dalam perencanaan konstruksi pipa bawah laut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain : material yang akan diangkut (minyak bumi, gas alam, air, atau buangan
limbah), panjang jalur pipa, dan lingkungan (jalur pipa rencana antar kota/negara, di
darat/di laut, pada iklim hangat/iklim dingin).
Prosedur secara umum dalam perencanaan dan proses konstruksi pipa bawah laut
(pipa minyak bumi dan gas alam bawah laut), meliputi beberapa tahap sebagai
berikut :
Tahap 1 : Perencanaan awal
Tahap 2 : Pemilihan jalur
Tahap 3 : Pembebasan lahan (right of way)
Tahap 4 : Pengumpulan data (soil borings, soil test dan data lainnya)
Tahap 5 : Pendesainan jalur pipa
Tahap 6 : Legal permit
Tahap 7 : Proses konstruksi (secara umum)
Persiapan right of way
Stringing
Ditching dan Trenching
Boring
Tunneling
River crossing
Welding, coating, and wrapping
Pipe laying
Backfill & restoration of land
Pada tahap 7 (proses konstruksi), tahapan pekerjaan boring, tunneling, backfill &
restoration of land tidak dilakukan pada instalasi bawah laut dan hanya dilakukan
pada konstruksi pipa darat.
Secara garis besar proses konstruksi pipa bawah laut di anjungan minyak lepas pantai
dengan bantuan laying vessel dijelaskan menurut diagram berikut :
12
WELDING (PENGELASAN)
Dilakukan di Stasiun 1,2,3
semi otomatis
WELDING INSPECTION
Dilakukan di Stasiun 4
COATING
Dilakukan di Stasiun 5
Field joint coating antar
segmen pipa bawah laut
WRAPPING
Dilakukan di Stasiun 5
Dilakukan secara
manual oleh operator
FOAM FILLING
Dilakukan di Stasiun 6
Dilakukan secara
manual oleh operator
PELETAKAN PIPA
Sistem belakang atau samping
Diagram 2.1 Tahapan konstruksi pipa bawah laut diatas laying vessel
[Geocean field engineer, 2007]
Tahap terakhir dalam proses konstruksi pipa bawah laut adalah tahap peletakan pipa.
Pemilihan metode yang digunakan dalam proses peletakan pipa bawah laut
bergantung pada beberapa hal, yaitu :
Diameter dan ketebalan pipa
Yield stress material pipa
Resiko buckling dan buckle propagation
Panjang pipa
Sifat dari protective coating
Kecepatan pergerakan dalam peletakan pipa (laying speed)
Ketersediaan peralatan
13
Biaya mobilisasi dan demobilisasi armada serta peralatan
Antisipasi cuaca terburuk
kedalaman air dan profil arus laut
kondisi morfologi dasar laut dan tipe sedimen
Metode peletakkan pipa yang digunakan dalam konstruksi pipa bawah laut di
anjungan minyak lepas pantai ini bertipe S-lay barge dengan ketentuan :
Digunakan untuk pipa berukuran besar.
Kedalaman air maksimum ± 600 m.
Welding activity dilakukan dengan posisi pipa secara horizontal secara
“firing line”.
Proses peletakan pipa bawah laut pada stern secara S-shape catenary
sampai menuju touchdown point (TDP).
Dilengkapi dengan rollers dari mulai station – 1 sampai menuju stinger
untuk mengontrol over bending.
Barge yg digunakan dapat meletakkan pipa hingga yang mempunyai
diameter 60” (150 cm).
Gambar 2.8 Metode S-lay barge [Dr. Boyun Guo et al, 2005]
14
Pergerakan laying vessel diawasi oleh rekanan sehingga dalam anchor handling dan
pergerakannya, surveyor akan merumuskan skenario dengan keputusan berada pada
marine captain. Skenario tersebut meliputi : anchor job, posisi push pull, barge
towing, posisi side walking, dan posisi tie-in. Skenario-skenario tersebut disajikan
melalui peta navigasi pergerakan laying vessel dalam format digital (.dwg), meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
MCOT
Raiser tank
Stinger
pipa
rgerakkan
A rah pe
Gambar 2.9 Posisi push pull dan kondisi pulling head di MCOT [Dokumentasi proyek, 2007]
15
Selama posisi push pull tersebut, Mariam 281 barge mendrop jangkar no.7 dan 8 di
MCOT (onshore) masing-masing dengan panjang wire 1641.003 ft dan 1571.351 ft.
Koordinat-koordinat anchor deployed Mariam 281 barge disajikan menurut tabel
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Koordinat-koordinat jangkar Mariam 281 barge posisi push pull
Posisi Jangkar X (ftE) Y (ftN)
P1 1566748 1626269
Portside P3 1567383 1626049
P5 1568942 1626163
P7 1570825.5 1626560.2
S2 1566732 1627707
Starboard side S4 1567242 1627727
S6 1569541 1627337
S8 1570710.3 1627392.1
Gambar 2.10 Rute navigasi Mariam 281 barge menuju posisi push pull
[www.googleearth.com, 2007]
16
2.5.4 Posisi Side Walking
Merupakan skenario pergerakan Mariam 281 barge saat berada pada jalur pipa bawah
laut di sekitar WLP-A platform. Dalam hal ini, Mariam barge harus berbelok
berlawanan arah jalur pipa bawah laut rencana dan mereposisikan kembali pada jalur
abandon pipe untuk mengambil kembali abandon pulling head yang telah diletakkan
di dasar laut untuk selanjutnya disambungkan dengan pipa riser (dengan sistem davit)
dengan jalur menuju WLP-A platform. Koordinat-koordinat anchor deployed Mariam
disajikan menurut tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2 Koordinat-koordinat jangkar Mariam 281 barge posisi side walking
Posisi Jangkar X (ftE) Y (ftN)
P1 1541053 1632649
Portside P3 1540129 1633493
P5 1539951 1633832
P7 1537824 1633968
S2 1539998 1629930
Starboard side S4 1537969 1629781
S6 1536364 1632148
S8 1536546 1632439
17
Gambar 2.11 Posisi tie-in dengan sistem davit [Dokumentasi proyek, 2007]
Pada posisi tie-in tersebut, Mariam barge menggunakan delapan jangkar untuk
stabilitas barge dengan koordinat-koordinat jangkar disajikan menurut tabel berikut :
Instalasi segmen pipa riser terhadap pipa abandon yang dilakukan di WLP-A platform
dilakukan dengan sistem laying side menggunakan davit-davit laying barge dengan
prosedur desain dijelaskan menurut diagram sebagai berikut :
18
Diagram 2.2 Prosedur instalasi pipa riser
[Dr Boyun Guo et al, 2005]
Segmen pipa riser yang dikonstruksi secara garis besar dapat dijelaskan menurut
gambar sebagai berikut :
19
Berikut menggambarkan suasana pada saat instalasi pipa riser di WLP-A platform :
Gambar 2.13 Instalasi pipa riser di WLP-A platform [Dokumentasi proyek, 2007]
Misalkan : Titik A (xa , ya , za) dan B (xb , yb , yb) terletak pada suatu permukaan
(yang mewakili morfologi dasar laut), maka kedudukan titik A dan B pada sistem
koordinat kartesian tiga dimensi dapat diilustrasikan menurut sketsa sebagai berikut :
20
Gambar 2.14 Sketsa kedudukan titik A dan B pada suatu bidang permukaan
Dalam pendekatan dalam dua dimensi, vektor r – r0 dengan titik sekutu (x, y) dan
(x0 , y0) dapat dirumuskan dalam persamaan bidang tangen pada permukaan sebagai
berikut :
r – r0 = i (x – x0) + j (y – y0) ,
dapat ditulis dalam bentuk A = ia+jb
maka kemiringan dasar laut (gradien) akan dapat dihitung dengan syarat nilainya
terdefinisi untuk nilai a dan b 0 :
x x0 y y0 y y0 b
atau = tan ș .........................................................(1)
a b x x0 a
b
dimana nilai = tan ș merupakan nilai kemiringan dasar laut (slope/gradien)
a
Untuk pendekatan secara tiga dimensi, persamaan (1) diatas juga berlaku pada titik A
(xa , ya , za) dan B (xb , yb , yb) pada keadaan z – z0 = c dengan syarat a, b, c 0
menurut persamaan bidang tangen pada permukaan sebagai berikut :
x x0 y y0 z z0
r – r0 = i (x – x0) + j (y – y0) + k (z – z0) atau
a b c
maka persamaan umum bidang tangen pada permukaan yang didapat adalah :
21
2.6.2 Analisis Hitungan Peletakan Pipa
Kendala dalam peletakan pipa bawah laut (laying problem) yang selama ini menjadi
hambatan dan perlu diperhatikan dalam setiap pekerjaan konstruksi pipa bawah laut
dapat dijelaskan menurut sketsa berikut :
Dasar laut
Dari sketsa diatas dapat dijelaskan permasalahan peletakan pipa yang dihadapi
sebagai berikut :
Hubungan antara gaya equilibrium ( H ) yang merupakan momen bending dari radius
curvature dari pipa bawah laut, fungsi yields stress pipa \ (s) , dan sudut yang
dibentuk antara horizon dan tangent dari koordinat lokal s merupakan bentuk non-
dimensional menurut persamaan sebagai berikut :
(İ/ȝ)2 ȥss = sin (ȥ) – (ȝs – Ȝ) cos (ȥ) ..........................................................................(3)
22
Permasalahan peletakan pipa bawah laut terjadi pada kondisi :
Hubungan persamaan yang sangat penting adalah pengintegralan dari persamaan (1),
yang menunjukkan elastic free bending energy density, serta persamaan eksplisit yang
dapat diturunkan dari hubungan d dan ȥ (1) :
1
(İ/ȝ)2 = 1 – cos(ȥ(1)) – (ȝ – Ȝ) sin(ȥ(1)) + d .......................................................(6)
2
Pada praktisnya di lapangan, offshore surveyor hanya akan menganalisis pengaruh
faktor kedalaman laut terhadap kemiringan stinger pada saat peletakan pipa di dasar
laut, menurut persamaan matematis sebagai berikut :
Kedalaman
cos(90 T )
TDP Stinger
ª Kedalaman º
ș = arc sin « » .......................................................................(7)
¬ TDP Stinger ¼
dimana ș merupakan sudut yang dibentuk antara engsel stinger terhadap MSL
23
2.6.3 Analisis Hitungan Distribusi Jalur Pipa Bawah Laut
Hasil plotting distribusi koordinat jalur pipa bawah laut berdasarkan pergerakan barge
pada titik touchdown point (TDP) akan menghasilkan distribusi koordinat yang
patah -patah atau zig-zag. Oleh karena itu dalam proses penggambaran di AutoCAD
agar distribusinya lebih smoothing dilakukan perhitungan penentuan titik tengah
antara dua koordinat atau lebih (prinsip penentuan titik tengah pada suatu vektor),
dapat diilustrasikan meurut grafik sebagai berikut :
Grafik 2.1 Prinsip penentuan nilai titik tengah antara 2 vektor
y3
( x3 , y3 )
y2
( x2 , y 2 )
y1
( x1 , y1 )
x1 x2 x3
ª ( X X 2 ) (Y1 Y2 ) º
Titik Tengah = « 1 , » .......................................................................(8)
¬ 2 2 ¼
dimana : (X1,Y1) = koordinat pipe joint 1, (X2,Y2) = koordinat pipe joint 2
Setelah didapatkan nilai-nilai titik tengah maka dihubungkan satu sama lain dengan
garis sehingga hasil polyline yang didapatkan akan lebih smoothing dari keadaan
semula. Prinsip penentuan nilai titik tengah antara 2 vektor ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan hasil penggambaran distribusi jalur pipa bawah laut aktual
yang lebih smoothing agar lebih estetis.
2.6.4 Analisis Hitungan Penentuan Sudut Belok Segmen Jalur Pipa Bawah
Laut Rencana
Nilai sudut belok pada segmen jalur pipa bawah laut rencana didasarkan pada
spesifikasi natural bending yang diijinkan oleh field engineer dimana dalam setiap
pendesainan jalur pipa bawah laut natural bending yang diijinkan (maksimum) adalah
sebesar 1000 m (1 km). Nilai sudut belok tersebut dapat didekati dengan nilai sudut
jurusan rata-rata ( D ) antara titik-titik sampel sepanjang segmen belok dengan acuan
terhadap arah utara sebenarnya (sumbu-y) atau sebesar D - 90° dengan acuan terhadap
sumbu-x dalam sistem koordinat kartesian dua dimensi.
24