Dalam survei konstruksi akan dilakukan kegiatan survei dan navigasi untuk memandu
pergerakan barge baik dalam proses instalasi pipa bawah laut (push pull, tie-in)
maupun pada saat proses peletakan pipa bawah laut sepanjang jalur pipa bawah laut
rencana. Hasil akhir yang didapat dari survei konstruksi adalah distribusi jalur pipa
yang telah terpasang di dasar laut (actual pipeline) dengan asumsi bahwa koordinat
prediksi (sementara) dari pipa bawah laut yang telah terpasang merupakan koordinat
touchdown point (TDP) dari pergerakan barge (barge tracking).
Untuk mengidentifikasi jarak segmen pada jalur pipa bawah laut rencana digunakan
istilah kilometre post (KP). Pada peta batimetri digital dari hasil survei pendahuluan,
dapat diamati bahwa pada jalur pipa bawah laut rencana semakin ke kanan (ke arah
timur) nilai KP semakin positif (+) atau semakin besar nilainya dan sebaliknya
semakin ke kiri (ke arah barat) nilai KP semakin mengecil atau negatif (-). Untuk
lebih jelasnya, berikut disajikan gambar jalur pipa bawah laut rencana yang telah
selesai dikonstruksi dari MCOT landing point ke WLP-A platfrom, dari WLP-A
platform ke WLDP-C platform dan dari MCOT landing point ke arah laut lepas :
Gambar 3.1 Jalur pipa bawah laut rencana (jalur MCOT – WLPA Platform
berwarna merah pada peta) [www.googleearth.com, 2007]
25
Berikut disajikan koordinat-koordinat jalur pipa bawah laut rencana dari offshore ke
onshore :
Tabel 3.1 Koordinat-koordinat jalur pipa bawah laut rencana [Data survei pendahuluan, 2006]
Jalur Pipa Koordinat
Bawah Laut Geografis BRSO (feet) BRSO (m)
Existing WLP-A Platform 4° 29’ 50.266” N 1538467 ft E 468924.7416 mE
(KP 0.000) 113° 54’ 21.942” E 1632305 ft N 497526.5640 mN
Proposed MCOT 4° 28’ 53.964” N 1570841 ft E 478792.3368 mE
LandingPoint (KP 10.188) 113° 59’ 53.232” E 1626986 ft N 495905.3328 mN
Dalam bab ini akan dijelaskan juga mengenai kondisi morfologi dan kondisi geologis
dasar laut sepanjang koridor survei. Pengidentifikasian pipa bawah laut existing dan
posisinya di dekat pantai (nearshore) didasarkan pada output data hasil rekaman side
scan sonar dengan ketelitian sekitar ± 10 m.
Semua data-data dari hasil proses sounding direduksi ke mean sea level (MSL)
dengan menggunakan prediksi pasut Kuala Baram Port No.5146 (Royal Malaysia
Navy Tide Table Volume 3, Tahun 2006) (prediksi pasut dapat dilihat pada
lampiran III) dengan konstanta harmonik disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2 Konstanta harmonik prediksi pasut Kuala Baram Port 5146 (Royal Malaysia
Navy Tide Table Volume 3, Tahun 2006) [Data survei pendahuluan, 2006]
Koreksi S.W
Zo (m) M2 S2 K1 O1 1/4 diurnal 1/6 diurnal
go H.m. go H.m. go H.m. go H.m. f4 F4 f6 F6
0.9 335 0.17 0.11 0.08 319 0.35 269 0.3 0 0 0 0
26
3.1.2 Kondisi Morfologi Dasar Laut (Alam dan Buatan Manusia)
Untuk mengetahui kondisi, gambaran dan karakteristik morfologi dasar laut sepanjang
koridor survei digunakan side scan sonar. Kualitas data yang didapatkan melalui side
scan sonar sangat baik lalu dikaji sampai pada batas tertentu dengan range yang
dipilih.
Data rekaman side scan sonar menggambarkan keadaan morfologi dasar laut mulai
dari rendah sampai menengah yang diinterpretasikan melalui sonar reflectivity dengan
jenis sedimen mulai dari clay yang sangat halus sampai silty clay. Secara umum,
kondisi morfologi dasar laut diamati dalam area survei meliputi tingkat menengah
sampai tingkat tinggi saat melalui existing platforms, existing pipelines, pipeline
crossings, concrete sleepers atau mattresses, individual pockmarks, sonar contacts
dan debris.
Kondisi morfologi dasar laut tersebut terbentuk secara alamiah dan buatan manusia.
Kondisi morfologi dasar laut yang terbentuk secara alamiah tercermin dari
bervariasinya tekstur dan kandungan objek dasar laut yang membentuk topografi
dasar laut. Objek-objek buatan manusia yang juga membentuk morfologi dasar laut
meliputi :
Tabel 3.3 Concrete Sleepers dan Mattresses [Data survei pendahuluan, 2006]
Dimensi
Obyek (Panjang x Luas x Tinggi*) Keterangan
1 30 x 15 x nmh Obyek buatan manusia (mattress?)
2 10 x 5 x nmh Concrete Sleeper
3 10 x 5 x nmh Concrete Sleeper
4 10 x 5 x nmh Concrete Sleeper
5 10 x 5 x nmh Concrete Sleeper
27
b. Existing Platforms
Ada tiga platform yang terkait dalam jalur pipa bawah laut rencana 18” dari WLP-A
platform ke MCOT sepanjang koridor survei pipa laut yang akan dikonstruksi,
meliputi :
□ WLP-A
□ WLDP-A
□ WLK-A
c. Existing Pipelines
Terdapat banyak existing pipelines di dalam koridor survei. Beberapa existing
pipelines terpendam dalam minor sections dan tersingkap di dasar laut dengan jenis
yang bervariasi, meliputi pipa-pipa gas dan pipa minyak bawah laut.
Berikut disajikan tabel pipa bawah laut existing yang sudah ada di sekitar jalur pipa
bawah laut rencana :
Tabel 3.4 Pipa bawah laut existing [Data survei pendahuluan, 2006]
No Nama Pipa Bawah Laut Keterangan
1 *PL-005 16” OIL BK-P ke WLP-A Terpendam
2 *PL-285 6” GAS dari WLP-C Terpendam
3 *PL-286 8” GAS dari WLP-C Terpendam
4 *16” OIL BKP-A ke WLP-A Terpendam
5 *PL-217 6” GAS dari WL-123 Terpendam
6 *PL-216 6” GAS dari WL-123 Terpendam
7 *PL-221 6” OIL dari WL-123 Terpendam
8 *PL-227 10” VENT WLP-A ke WLV-A Terpendam
9 *PL-228 10” VENT WLP-A ke WLV-A Terpendam
10 *PL-229 10” VENT WLP-A ke WLV-A Terpendam
11 *6” GAS WLP-A ke WL-4 Terpendam
12 *PL-220 6” GAS WLP-A ke WL-4 Terpendam
13 PL-219 6” OIL WL-4 ke WLP-A Tersingkap sebagian
14 PL-230 10” OIL WLDP-C ke WLP-A Tersingkap sebagian
15 *PL-225 6” OIL dari MLDP-B Terpendam
16 *PL-224 6” OIL dari WLDP-B Terpendam
17 *PL-223 6” OIL dari WLDP-B Terpendam
18 *PL-222 6” OIL dari WLDP-B Terpendam
19 PL-233 18” OIL WLP-A ke MCOT Tersingkap sebagian
20 *PL-232 8” GAS WLP-A ke MCOT Terpendam
21 PL-231 10” OIL WLP-A ke MCOT Terpendam & Sekali-kali Tersingkap
28
22 *6” OIL Terpendam
24 *12” OIL Terpendam
25 *12” OIL Terpendam
26 *6” OIL Terpendam
27 *12” OIL 2C 19630’ Terpendam & Sekali-kali Tersingkap
28 *12” OIL 2B 19212 Kemungkinan Bergeser
29 *12” OIL 1C 20700 Bergeser
30 Possible (104-12-GL-610-2C) Tersingkap sebagian
31 *12” WOIL 1B 20450 Terpendam
32 **8” MOGAS 1D 21700 Terpendam
33 Pipeline Tidak Teridentifikasi /Kabel laut Tersingkap sebagian
34 Pipeline Tidak Teridentifikasi/Kabel laut Tersingkap sebagian
35 Pipeline Tidak Teridentifikasi /Kabel laut Tersingkap sebagian
36 Pipeline Tidak Teridentifikasi /Kabel laut Tersingkap sebagian
37 Pipeline Tidak Teridentifikasi /Kabel laut Tersingkap sebagian
38 *12 LFO 3B 19065 Tersingkap sebagian
39 *6” GL 1A 18950 Terpendam
40 *12” OIL 4B 20085 Sekali-kali tersingkap & Terpendam
41 *12” OIL 4C 19890 Terpendam
42 97 – 12 – EL – 610 – 1C Kemungkinan Bergeser
d. Pipeline Crossings
Jalur pipa bawah laut rencana 18 ” Steel X60 dari WLP-A platform ke MCOT landing
point dilalui 8 pipa bawah laut existing yang koordinatnya disajikan menurut tabel
sebagai berikut :
29
3.2 Pelaksanaan Survei Konstruksi Pipa Bawah Laut
Dalam melakukan semua tahapan survei baik survei pendahuluan, survei konstruksi,
maupun survei inspeksi, mengacu pada kerangka dasar geodetik yang telah ditetapkan
pada spesifiksi teknis survei.
Tahap survei pendahuluan, survei konstruksi, dan survei inspeksi pipa bawah laut ini
menggunakan datum lokal Timbalai yang mengacu pada spheroid everest 1830 (Mod)
dengan sistem proyeksi Borneo Rectified Skew Orthomorphic (BRSO) yang mana
pada saat melakukan aktivitas survei dan navigasi dilakukan transformasi datum ke
dalam datum global WGS ’84. Tabel berikut menjelaskan parameter-parameter
kerangka dasar geodetik yang digunakan dalam melakukan aktivitas survei dan
navigasi :
Tabel 3.6 Parameter geodetik West Lutong and Kuala Baram Pipeline Replacement Project
[Data proyek, 2006]
Datum Satelit GPS (WGS ’84)
Spheroid WGS 84
Datum WGS 84
Semi-major axis 6 378 137.000 m
Semi-minor axis 6 356 752.314 m
Inverse flattening 298.257 223 563
2
Eccentricity Squared (e ) 0.006 694 379 990 13
Datum Lokal
Spheroid Everest 1830 (Mod)
Datum Timbalai
Semi-major axis (a) 20 922 931.8 Imp. ft (6 377 298.561 m)
Semi-minor axis (b) 20 853 374.6 Imp. ft (6 356 097.554 m)
Inverse flattening 300.8017
Eccentricity Squared (e2) 0.006 637 846 630 2
Sistem Proyeksi
Borneo Rectified Skew Orthomorphic (BRSO)
Latitude of Origin 04° 00’ 00” N
Longtitude of Origin 115° 00’ 00” E
Bearing of initial Line (Alpha) 53° 18’ 56.9537” N
Skew to Rectified (Gamma) 53° 07’ 48.3685” N
Basic Longtitude (Omega) 109° 41’ 07.8727” E
Scale Factor at Origin 0.99984
False Easting at Origin 1 937 263.436 Imp. Ft
False Northing at Origin 1 452 947.575 Imp. Ft
Unit of Measurement Imperial feet
(Imp. feet conversion to metres = 0.304 799 471 8; Metres conversion to Imp. feet
= 3.280 845 581)
30
Datum Shift from WGS 84 to Timbalai Datum
DX + (plus) 533.4 m
DY - (minus) 669.2 m
DZ + (plus) 52.5 m
r(X) 0.00 s
r(Y) 0.00 s
r(Z) + (plus) 4.28 s
Scale Factor - (minus) 9.4 ppm
31
Pengolahan data pengukuran dilakukan secara post-processing dengan pengambilan
data selama 4 jam (static absolut positioning) menurut data sebagai berikut :
Dengan mengacu pada ITRF2000 dan ellipsoid GRS80 dengan menggunakan titik
kontrol stasiun-stasiun IGS Bakosurtanal (Indonesia), pimo (Filipina), dan tnml
(Taiwan) maka didapatkan koordinat fix titik 0212 dengan hasil disajikan menurut
tabel 3.8 dan 3.9 sebagai berikut :
Tabel 3.9 Koordinat geodetik (BM0212) dan titik-titik kontrol IGS hasil post processing
[AUSPOS, 2006]
Titik Lintang Bujur Tinggi diatas Tinggi diatas
ellipsoida (m) geoid (m)
Pimo 14° 38’ 8.5904” 121° 4’ 39.8321” 95.526 51.998
Bako -62° -29’ -27.7972” 106° 50’ 56.0793” 158.177 139.733
Tnml 24° 47’ 52.6354” 120° 59’ 14.4436” 75.88 56.856
0212 4° 25’ 15.4180” 113° 59’ 44.3432” 43.58 2.93
Jika tabel 3.9 di atas dikonversi dari sistem koordinat geodetik ke kartesian maka
hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.10 Koordinat kartesian (BM0212) dan titik-titik kontrol IGS hasil post processing
[AUSPOS, 2006]
Titik X (m) Y (m) Z (m) ITRF 2000
Pimo -3186293.858 5286624.25 1601158.271 12/2/2006
Bako -1836969.179 6065617.103 -716257.85 12/2/2006
Tnml -2982779.184 4966662.625 2658805.682 12/2/2006
0212 -2586131.401 5809733.026 488371.431 12/2/2006
Tinggi di atas geoid (tinggi orthometrik) dihitung diatas bidang ellipsoida (tinggi
geodetik) dan dikoreksi dengan undulasi geoid. Tinggi geoid dalam hal ini dihitung
dengan menggunakan persamaan harmonik bola dari geoid EGM96.
32
3.2.2 Persiapan dan Instalasi Peralatan Survei dan Navigasi
Inventarisasi peralatan survei dan navigasi dilakukan sebelum mobilisasi laying vessel
menuju ke titik awal lokasi jalur pipa bawah laut yaitu pada saat Mariam 281 laying
barge berada di jetty. Inventarisasi dilakukan dengan memberi identitas (penomoran)
pada masing-masing box sesuai peruntukannya untuk mempermudah pengambilan
peralatan yang dibutuhkan pada saat berlangsungnya survei konstruksi.
Gambar 3.3 Koneksi sistem navigasi di Mariam 281 barge dan AHT boat
[Dokumentasi proyek, 2007]
Setelah instalasi peralatan survei dan navigasi selesai, lalu dilakukan proses koneksi
(interface) antara peralatan survei dan navigasi ke perangkat lunak masing-masing
dengan pusat koneksi perangkat lunak Trimble HYDROpro construction.
33
panjang pipa antara stinger dan TDP dengan menggunakan fungsi sinus, cosinus, dan
tangent.
Ukuran offset Mariam barge didapatkan melalui gambar model Mariam barge
berformat (.dwg) yang sudah dibuat sebelumnya. Sedangkan offset posisi/letak
antena, station-1, stern, tranceiver, tranducer echosounder, dan TDP diukur dengan
menggunakan meteran maupun secara digital dengan menggunakan Trimble HD 150
laser pocket.
Setelah data-data offset didapatkan kemudian dilakukan interface peralatan survei dan
navigasi kedalam perangkat lunak HYDROpro construction. Setelah semua peralatan
survei dan navigasi dihubungkan pada masing-masing serial port (tersedia 8 port)
pada komputer utama (primary computer) dan kedua (secondary computer) maka
akan dilakukan pengetesan format output data dan pengesetan alat pada perangkat
lunak HYDROpro.
34
pada jarak baseline maksimum 10 km. Kestabilan sinyal yang diterima receiver akan
sangat bergantung pada frekuensi radio transmisi yang digunakan.
Gambar 3.4 Skema sistem navigasi di base station [Data proyek, 2007]
Pada segmen rover yang mana dalam hal ini adalah sistem navigasi di Mariam 281
barge menggunakan metode penentuan posisi secara diferensial yang menerima
koreksi (ΔR1, ΔR2, ΔR3, ΔR4) dari base station melalui transmisi radio. Skema berikut
menjelaskan mengenai sistem navigasi pada komputer utama di Mariam 281 barge :
Gambar 3.5 Skema sistem navigasi utama di Mariam 281 lay barge [Data proyek, 2007]
35
Pada sistem navigasi bandingan (komputer kedua), sistem navigasi yang digunakan
memakai sistem RTK sebagai pembanding ketelitian posisi terhadap sistem navigasi
utama. Skema berikut menjelaskan sistem navigasi kedua di Mariam barge :
Radio Antenna
Primary Heading
Primary Position
Power Tall Required :
- UPS Power Supply (2 Unit)
Computer Navigation (Secondary) - 12 Volt DC Power Supply (2 Unit)
HYDROpro Construction Software - 24 Volt DC Power Supply (2 Unit)
8 serial port available - Power Regulator (1 Unit)
Gambar 3.6 Skema sistem navigasi kedua di Mariam 281 lay barge [Data proyek, 2007]
Pada dasarnya, sistem navigasi di AHT boat mirip dengan sistem navigasi di Mariam
barge pada komputer utama, disajikan menurut skema berikut :
NMEA
HDT String
Computer Navigation
HYDROpro AHT Software
With minimum 2 serial port
Gambar 3.7 Skema sistem navigasi di AHT boat [Data proyek, 2007]
36
Sistem navigasi yang digunakan di survey boat adalah real-time kinematik dengan
menggunakan receiver GPS Trimble 5700 RTK, skemanya dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :
Gambar 3.8 Skema sistem navigasi di Survey boat [Data proyek, 2007]
Pada saat proses peletakan pipa bawah laut di dasar laut diperlukan instalasi perangkat
lunak HYDROpro agar mampu bersinergi dengan peralatan survei dan navigasi yang
digunakan, berikut dijelaskan proses navigasi selama proses peletakan pipa bawah
laut di dasar laut :
37
menunjukkan proses pergerakan Mariam barge dalam mereposisikan terhadap target
rig yang telah ditentukan beserta offline-nya terhadap jalur pipa bawah laut rencana :
Gambar 3.9 Offline Mariam barge terhadap jalur pipa bawah laut rencana
[Data proyek konstruksi pipa bawah laut, 2007]
b. Analisis Jalur Barge (Rig) Terhadap Jalur Pipa Bawah Laut Rencana
Analisis jalur barge (rig) terhadap jalur pipa bawah laut rencana dilakukan setelah
selesainya proses penyambungan pipa pada setiap stasiun Mariam barge,
peletakannya di dasar laut dan pemanduan pergerakan barge menuju target rig yang
telah ditentukan. Setelah barge sesaat bergerak dan kedudukan barge berada
mendekati target rig yang telah ditentukan, maka surveyor akan menganalisis apakah
barge telah benar-benar berada pada target yang telah ditentukan dengan acuan
toleransi terhadap jalur pipa bawah laut rencana (offline). Pada gambar diatas
diketahui bahwa offline Mariam barge pada station-1 adalah -1.97 m, pada stern
-1.17 m, dan pada TDP +0.10 m terhadap jalur pipa bawah laut rencana. Warna merah
pada offline menunjukkan bahwa kedudukan barge menyimpang ke arah kiri terhadap
jalur pipa bawah laut rencana dan warna hijau pada offline menunjukkan bahwa
kedudukan barge menyimpang ke arah kanan terhadap jalur pipa bawah laut rencana.
Selain itu, surveyor juga akan menganalisis optimasi panjang anchor wire selama
barge mendekati target yang telah ditentukan (barge moving).
38
Gambar berikut merupakan tampilan HYDROpro pada komputer utama pada saat
peletakan pipa bawah laut di dasar laut :
Gambar 3.10 Tampilan pada komputer utama pada saat peletakan pipa bawah laut
[Data proyek konstruksi pipa bawah laut, 2007]
39
Gambar 3.11 Tampilan HYDROpro construction di Mariam 281 barge
Maka pada display perangkat lunak HYDROpro di AHT boat akan menangkap
perintah dengan berkedap-kedipnya button F7 sebagai tanda agar kapten kapal AHT
boat segera menekan F7 tersebut setelah jangkar yang dibawa AHT boat yang
bersangkutan telah di-drop sesuai target yang diberikan. Sebelum proses anchor
deploy dilakukan, terlebih dahulu surveyor akan menganalisis apakah jangkar tersebut
layak untuk di-drop pada zona aman (penempatan jangkar terhadap pipa-pipa bawah
laut existing berjarak minimum 200 m pada crowded area dan 300 m pada zona open
sea) dengan memantau tug offline display
akan didapatkan koordinat aktual (x,y) jangkar (anchor deployed) yang relatif
mendekati koordinat target jangkar (anchor intended) yang diberikan oleh surveyor di
Mariam barge. Jika terjadi kesalahan pemberian target intended oleh surveyor di
Mariam barge, maka dengan menekan button F12 (clear instruction) maka target
yang telah diberikan tersebut secara otomatis akan non-aktif kembali dan selanjutnya
surveyor yang berada di Mariam barge akan memberikan koordinat target intended
yang benar sesuai dengan skenario koordinat anchor handling. Berikut merupakan
tampilan HYDROpro remote (anchor handling) pada sistem komputer tug boat :
40
Gambar 3.12 Tampilan HYDROpro remote pada AHT boat
3.3.1 Jalur Pipa Bawah Laut Aktual Berdasarkan Pergerakan Barge (Barge
Track)
Dalam hal ini akan dihasilkan distribusi jalur pipa bawah laut yang telah terpasang
(actual pipeline) berdasarkan pergerakan barge dengan asumsi bahwa koordinat
laying pipe merupakan koordinat titik touchdown point (TDP) yang masih bersifat
prediktif, karena pada kondisi sebenarnya di lapangan offset kedudukan titik TDP
tersebut akan berubah-ubah (dinamis) berbanding lurus dengan perubahan kedalaman
laut dan perubahan kemiringan stinger terhadap permukaan laut (MSL) menurut
persamaan (7) pada dasar teori (Bab II).
41
Gambar 3.13 Distribusi jalur pipa bawah laut aktual dari KP 0.0 – 10.194
Tabel 3.11 Segmen jalur pipa bawah laut aktual dari KP 0.0 – 10.194