Anda di halaman 1dari 18

UAS PENGUJIAN MATERIAL AISI 1045

OLEH :

NAMA MAHASISWA : DENDY WANDIRA

NIM : 5173520012

MATA KULIAH : PENGUJIAN ALAT DAN MESIN

PRODI : D3-TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
MEDAN
JUNI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya saya bisa menyelesaikan tugas makalah tentang Pengujian Material Aisi 1045
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah pengujian produk pemesinan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan , Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II. PEMBAHASAN

A. Teori Dasar

B. Peralatan

C. Langkah Percobaan

D. Data Hasil Pengujian

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

E.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada suatu benda kerja diperlukan suatu kekasaran tertentu pada permungkaannya
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan agar berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karena
itu kita perlu mengukur kekasaran permungkaan benda kerja tersebut. Untuk mengukur
kekasaran permungkaan maka perlu dilakukan uji kekasaran atau surface tester.

Untuk memperoleh produk bermutu berupa tingkat kepresisian yang tinggi serta
kekasaran permukaan perlu didukung oleh proses permesinan yang gerakannya dikontrol
secara semi otomatis..
Proses pemesinan dilakukan pada suatu material baja AISI 1045 dengan
menggunakan pahat HSS. Karakteristik kekasaran permukaan dipengaruhi oleh faktor kondisi
pemotongan dan geometri pahat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
faktor kecepatan potong, gerak pemakanan dan nose radius pahat terhadap kekasaran
permukaan benda kerja, menentukan parameter potong terbesar pengaruhnya terhadap
kekasaran dan menentukan model persamaan kekasaran permukaan (Ra).
Kondisi pemotongan divariasi dengan jumlah tertentu dan pengulangan 2 kali. Benda
kerja hasil pemesinan diukur kekasarannya dan pengolahan data dengan metode statistik.

B. Tujuan

Tujuan dari praktek pengujian kekasaran permukaan adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan dalam mengukur kekasaran permukaan (Ra).

2. Untuk mempelajari karakteristik hasil permukaan benda uji.

3. Dapat mengoperasikan alat uji surface tester.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Dasar

Permukaan suatu benda kerja sebenarnya dapat terdiri dari lapisan-lapisan. Lapisan ini
diantaranya ada yang terlihat lebih menonjol membentuk pola yang kompleks yang disebut
profil. Berdasarkan profil ini permukaan benda dapat terdiri dari empat ketidakteraturan,
yaitu:

1. Ketidakteraturan makro geometri

2. Ketidakteraturan gelombang

3. Ketidakteraturan alur

4. Ketidakteraturan serpihan

Profil permukaan benda kerja dapat terdiri dari empat ketidakteraturan. Dari empat
ketidakteraturan tersebut, yang disebut dengan kekasaran permukaan adalah kombinasi dari
ketidakteraturan alur dan serpihan.

Elemen geometrik lainnya adalah Kehalusan dan tekstur (rupa) permukaan bisa
merupakan elemen geomtrik yang penting, misalnya elemen permukaan berfungsi :

1. Mengurangi gesekan

2. Mempertinggi kekuatan elemen mesin dalam menahan beban dinamik dalam


kaitannya dengan umur dan kerusakan karena kelelahan (fatigue)

3. Mempermudah pemrosesan berikutnya seperti pengeleman atau lapisan

4. Memperindah tekstur/rupa

5. Mencegah korosi

Untuk memproduksi profil suatu permukaan maka jarum peraba dari alat ukur
kekasaran permukaan akan bergerak sepanjang lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut dengan panjang
pengukuran (lm). Sesaat setelah jarum berhenti maka secara elektronis alat ukur melakukan
perhitungan berdasarkan data yang telah terdeteksi oleh jarum peraba. Bagian dari panjang
pengukuran dimana dilakukan analisa profil disebut panjang sampel (l).

 Parameter-parameter dalam profil permukaan.

1. Profil geometrik ideal adalah profil permukaan ideal


2. Profil terukur adalah profil permukaan terukur

3. Profil referensi adalah profil yang digunakan sebagai acuan untuk menganalisa
ketidakteraturan konfigurasi permukaan.

4. Profil alas adalah profil referensi yang digeserkan kebawah (arah tegak lurus
terhadap profil geometrik ideal) pada suatu panjang sampel sehingga
menyinggung titik terendah dari profil terukur.

5. Profil tengah adalah profil referensi yang digeserkan kebawah pada suatu
panjang sampel sedemikian rupa sehingga jumlah luas daerah diatas profil
tengah sampai ke profil terukur sama dengan luas daerah profil bawah profil
tengah sampai ke profil terukur.

Berdasarkan profil- profil diatas maka dapat didefinisikan beberapa parameter


kekasaran permukaan yang berhubungan dengan dimensi pada arah tegak dan arah mendatar.
Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa parameter, yaitu :

1. Kekasaran total (Rt)adalah jarak antara profil referensi dengan alas

2. Kekasaran perataan (Rp) adalah jarak rata-rata antara profil referensi dengan profil
tengah.

3. Kekasaran rata-rata aritmatik (Ra)adalah rata-rata aritmatik dari harga absolut


antara profil terukur dengan profil tengah. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
lm
l
Ra= ∫ [ f ( x ) ] [d ( x ) ]
lm 0

4. Kekasaran rata-rata kuadratik (Rq) adalah akar dari jarak kuadrat rata-rata antara
profil terukur dengan profil tengah. Dapat dirumuskan :
lm
l
Rq=√ ∫ [ f ( x ) ] [d ( x ) ]
lm 0

5. Kekasaran rata-rata total (Rz), merupakan jarak rata-rata profil als ke profil terukur
pada lima puncak tertinggi dikurangi jarak rata-rata profil ke alas profil terukur
pada lima lembah terendah.

Rz = (P1+P2+...+P5-V1-V2-...-V5)/5

Dari bermacam parameter kekasaran permukaan diatas, parameter Ra relative lebih


banyak digunakan untuk menentukan tingkat kekasaran permukaan suatu produk. Parameter
Ra cocok apabila digunakan untuk memeriksa kualitas permukaan kompenen mesin yang
dihasilkan dalam jumlah banyak dengan menggunakan suatu proses tertentu. Dibandingkan
dengan parameter lainnya, harga Ra lebih sensitif terhadap penyimpangan yang terjadi pada
proses pemesinan.
Tabel angka kekasaran menurut ISO atau IDN 4763:1981

Kekasaran Ra (µm) Kelas Kekasaran Panjang Sampel (µm)


50 N12 8
25 N11
12.5 N10 2.5
6.3 N9
3.2 N8 0.8
1.6 N7
0.8 N6
0.4 N5
0.2 N4 0.25
0.1 N3
0.05 N2
0.025 N1 0.08

Baja AISI 1045

Pemilihan baja AISI 1045 karena baja ini banyak dipakai dalam pembuatan komponen-
komponen

permesinan, murah dan mudah didapatkan di pasaran. Komponen mesin yang terbuat dari
baja ini

contohnnya poros, roda gigi dan rantai. Adapun data-data dari baja ini adalah sebagai
berikut :

1. AISI 1045 diberi nama menurut standar american iron and steel institude (AISI) dimana

angka1xxx menyatakan baja karbon, angka 10xx menyatakan karbon steel sedangkan angka
45

menyatakan kadar karbon persentase (0,45 %).

2.Penulisan atau penggolongan baja AISI 1045 ini menurut standar yang lain adalah sama
dengan

DIN C 45, JIS S 45 C, dan UNS G 10450.

3. Menurut penggunaannya termasuk baja kontruksi mesin.

4. Menurut struktur mikronya termasuk baja hypoeutectoid (kandungan karbon < 0,8 % C).
5. Dengan meningkatnya kandungan karbon maka kekuatan tarik dan kekerasan semakin
menjadi

naik sedangkan kemampuan regang, keuletan, ketangguhan dan kemampuan lasnya menurun.

Kekuatannya akan banyak 8 berkurang bila bekerja pada temperatur yang agak tinggi. Pada

temperatur yang rendah ketangguhannya menurun secara dratis.

B. Peralatan

1. Bahan

Bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu, hasil pengerjaan dari mesin
frais, bubut, gerinda dan sebagainya

 Benda kerja 1

 Benda kerja 2

 Benda kerja 3

 Benda kerja 4
 Benda kerja 5

 Benda kerja 6

 Benda kerja 7

 Benda kerja 8
 Benda keja 9

 Benda kerja 10

2. Peralatan

Peralatan yang digunakan yaitu mesin surface tester, standar kekasaran


permukaan, dan landasan.

 Rockwell
Rockwell merupakan metode yang paling umum digunakan karena
mudah dan tidak menghendaki keahlian khusus. Indenter : intan
kerucut Berdasarkan besar beban minor dan major. Uji kekerasan
rockwell : - beban minor : 10 kg - beban major : 150 kg Pengujian
kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap benda uji
(speciment) yang berupa kerucut intan yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut.

 Mesin Surface tester

 Standar kekasaran permukaan

C. Langkah Kerja

Pada penelitian ini pengujian kekerasan dilakukan dengan metode Rockwell. Pengujian
tersebut menggunakan beban 100 kg dengan indentor bola baja 1/16 inchi. Spesimen
pengujian berjumlah 10 spesimen dengan masing-masing spesimen mendapatkan lima
titik kekerasan dan didapat data-data seperti pada tabel

1. Persiapkan benda uji untuk kekasaran permukaan

 Letakkan benda uji pada landasan

 Pasang power dari alat surface tester

2. Atur panjang sampel


3. Tekan start untuk memulai proses pengukuran

4. Pasang detektor. Perhatikan letak sensor dan jangan sampai dipegang dengan tangan

5. Tekan tombol start dan tunggu beberapa saat

6. Tekan parameter untuk melihat hasil Ra,Rz,Rq, dan lainnya

7. Ulangi sesuai dengan jumlah data.

D. Data Hasil Pengukuran

Data Pengamatan

- Data Hasil Kekerasan Data Harga Kekerasan Awal Baja AISI 1045

Data Harga Kekerasan Akhir Baja AISI 1045

Proses perlakuan panas dengan cara Annealing bertujuan untuk memperbaiki mampu

mesin, mampu bentuk, memperbaiki keuletan, menurunkan kekerasan dan

menghilangkan tegangan dalam dengan cara memperhalus ukuran butir.


Sebelum dilakukan proses perlakuan panas semua material diukur kekerasan awalnya
menggunakan alat uji keras Rockwell C dan didapat harga kekerasan awal rata-rata
pada material Baja AISI 1045 22 HRC. Setelah dilakukan pengujian kekerasan awal
semua spesimen disimpan dalam suatu wadah dari plat baja kemudian diatasnya
ditutupi oleh arang kayu yang berfungsi untuk mencegah reaksi oksidasi antara O2 di
udara dengan unsur karbon yang ada pada material. Setelah dilakukan proses
perlakuan panas metoda Annealing didapatkan harga kekerasan yang lebih rendah
dari harga kekerasan awalnya, dikarenakan pada proses Annealing ukuran butir pada
material menjadi lebih besar sehingga semakin besar ukuran butir maka material
tersebut menjadi lebih ulet dan harga kekerasannya menjadi menurun.

Ra = 2,998 µm

lsampel = 2,5 mm

No. Ra1 Ra2 Ra3 Rarata-rata


(µm) (µm) (µm) (µm)
1. 1,646 3,104 6,201 3,65
2. 6,843 5,5 6,62 6,32
3. 0,1 0,77 1,09 0,65
4. 1,07 0,96 0,50 0,84
5. 7,6 5,7 5,07 6,12
6. 0,64 1,009 0,71 0,78
7. 5,91 7,67 10,02 7,8
8. 2,9 3,7 4,1 3,5
9. 1,1 5,9 3,1 3,3
10. 4,1 9,9 2,9 5,6

 Benda uji 1

Ra = 6,201 Rku = 2,212

Rq = 7,410 Rc = 22,782

Rz = 29,576 Rsm = 496,0

Rp = 15,957 RΔq = 0,246

Rv = 13,619 Rt = Rz + Rv

Rsk = 0,585 =29,576 + 13,619


= 43,195 N =8

 Benda uji 2

Ra = 6,620 Rc =E0110

Rq = 9,647 Rsm = E0110

Rz = 31,841 RΔq = 0,061

Rp = 27,029 Rt = Rz + Rv

Rv = 4,812 = 36,653

Rsk = 1,918 N =9

Rku = 4,158

 Benda uji 3

Ra = 1,092 Rc = 4,262

Rq = 1,271 Rsm = 716,0

Rz = 5,281 RΔq = 0,061

Rp = 2,556 Rt = Rz + Rv

Rv = 2,725 = 8,006

Rsk = 0,177 N =6

Rku = 1,958

 Benda uji 4

Ra = 0,501 Rku = 8,534

Rq = 0,737 Rc = 2,663

Rz = 5,435 Rsm = 247,9

Rp = 1,907 RΔq = 0,079

Rv = 3,528 Rt = Rz + Rv

Rsk = -1,702 = 8,963


N =6

 Benda uji 5

Ra = 5,072 Rc = 25,942

Rq = 6,981 Rsm = 494,6

Rz = 41,488 RΔq =0,376

Rp = 22,736 Rt = Rz + Rv

Rv = 18,752 = 60,24

Rsk = 0,846 N =9

Rku = 4,398

 Benda uji 6

Ra = 0,715 Rc = 4,260

Rq = 0,878 Rsm = 644,5

Rz = 6,533 RΔq = 0,069

Rp = 2,952 Rt = Rz + Rv

Rv = 3,581 = 10,114

Rsk = -0,709 N =6

Rku = 3,109

 Benda uji 7

Ra = 10,020 Rsk = 0,036

Rq = 12,138 Rku = 2,425

Rz = 55,722 Rc = 23,374

Rp = 29,675 Rsm = 375,8

Rv = 26,046 RΔq = 0,474


Rt = Rz + Rv N =9

= 75,766

 Benda uji 8

Ra = 4,175 Rc = 15,686

Rq = 5,111 Rsm = 358,5

Rz = 22,311 RΔq = 0,157

Rp = 8,735 Rt = Rz + Rv

Rv = 13,576 = 35,887

Rsk = -0,877 N =7

Rku = 2,529

 Benda uji 9

Ra = 3,151 Rc = 15,268

Rq = 4,114 Rsm = 476,6

Rz = 23,914 RΔq = 0,147

Rp = 77,55 Rt = Rz + Rv

Rv = 16,160 = 40,074

Rsk = -1,064 N =8

Rku = 4,891

 Benda uji 10

Ra = 2,966 Rv = 13,707

Rq = 4,319 Rsk = 1,440

Rz = 32,958 Rku = 7,874

Rp = 19,250 Rc = 21,499
Rsm = 876,0 = 46,665

RΔq = 0,153 N =8

Rt = Rz + Rv

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum surface tester/uji kekasaran permukaan
ini yaitu, dalam menentukan atau memeriksa kualitas permukaan komponen mesin yang
dihasilkan dalam jumlah banyak maka diperlukan pengujian surface tester ini untuk
menentukan tingkat kekasarannya, yang dapat berpatokan pada angka kekasaran ISO atau
IDN.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan pada pratikum ini yaitu sebagai berikut :

 Dalam pengambilan data, pastikan kondisi mesin surface test stabil dan rata

 Gunakan landasan yang kokoh

 Telitilah dalam praktek dan mengambil data


DAFTAR PUSTAKA

 Manual book SJ 201P Mitutoyo

 Sularso. Menggambar Teknik, Erlangga 1993

 Nieman Gustav, Elemen, Erlangga, 1990

Anda mungkin juga menyukai