Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI METODE

ANTROPOMETRI

Dosen Pengampu : Dewi Nugraheni Mastuti, S.KM., M.Gizi

Disusun Oleh :

Zuhrotul Qorina (0618013581)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin meningkatnya taraf hidup yang ada di perkotaan maupun pedesaan akan
memberikan dampak perubahan pola gaya hidup masyarakat. Apalagi di kalangan remaja
atau remaja menuju dewasa. Banyak aneka jajan maupun makanan kekinian yang sudah
menjadi kegemaran dan sudah menjadi favorit banyak kalangan terutama remaja dan
dewasa. Pemilihan makanan siap santap atau siap saji sudah menjadi pilihan masyarakat
zaman sekarang. Rata rata jenis makanan tersebut memiliki kandungan gizi yang tidak
seimbang, dimana makanan tersebut mengandung banyak minyak dan garam yang tinggi
dan memiliki kandungan serat yang rendah. Dalam pemilihan minuman juga kurang baik,
masyarakat cenderung menyukai minuman kekinian seperti thai tea maupun minuman
lainnya, dimana dalam minuman tersebut mengandung banyak gula yang dapat
menimbulkan diabetes bahkan obesitas jika dikonsumsi berkepanjangan.
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan
makanan yang di ukur dari berat badan dan tinggi badan dengan perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT), sehingga konsumsi makanan berpengaruh pada status gizi
seseorang. Katagori status gizi tersebut dibedakan atas status gizi buruk, status gizi
kurang, status gizi lebih. (Sinarmata, 2009)
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan status gizi
seseorang dengan cara mengumpulkan data pentig, baik yang bersifat objektif untuk
kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung
meliputi antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi
secara tidak langsung meliputi survey konsumsi makanan, statistic vital, factor ekologi.
(Supariasa, 2016)
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Antropometri dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang
sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu ukuran tubuh lainnya
seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, lingkar
pinggul. Ukuran ukuran antropometri tersebut bias berdiri sendiri untuk menentukan
status gizi dibandingkan baku atau berupa indeks dengan membandingkan ukuran lainnya
seperti BB/U, BB/TB, TB/U. (Sandjaja dkk., 2010)
Pentingnya dilakukan praktikum penilaian status gizi metode antropometri adalah
agar mahasiswa dapat mengetahui jenis dan cara pemeriksaan metode tersebut. Serta
mahasisiswa dapat menginterpretasikan hasil dan pemeriksaan dengan menggunakan
metode antropometri agar dapat mengatahui status gizi seseorang.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu melaksanakan prosedur praktik penilaian status gizi dengan metode
antropometri yang dilakukan di laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Antropometri

Secara harfiah kata antropometri berasal dari Bahasa Yunani, yaitu anthropos
yang berarti manusia, dan metric berarti ukuran, jadi antropometri adalah ukuran
tubuh manusia. Secara definisi anthropometric (antropometri) adalah studi yang
mempelajari tentang ukuran tubuh manusia. Saat ini antropometri banyak digunakan
untuk keperluan berbagai keilmuan, baik ilmu kesehatan maupun di luar ilmu
kesehatan, misal tentang ergonomi pada kesehatan kerja.
Jenis ukuran atau parameter antropometri yang sering digunakan untuk
menilai status gizi diantaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar lengan
atas, lapisan lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan lainnya. Terdapat
beberapa persyaratan peralatan yang digunakan untuk pengukuran antropometri, di
antaranya alat tersebut harus mudah didapat dan digunakan, hasil ukuran harus
objektif, biaya pembuatan alat relatif murah, pengukuran dapat dilakukan dengan
pelatihan yang sederhana, hasilnya mudah disimpulkan dan kebenaran ukuran diakui
secara ilmiah. Dengan persyaratan tersebut, maka diharapkan hasil pengukuran
dengan menggunakan alat antropomeri akan menghasilkan data yang akurat.
Antropometri juga dapat digunakan sebagai indikator untuk penilaian status
gizi, karena pertumbuhan seseorang yang optimal memerlukan asupan gizi yang
seimbang. Gizi yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya gangguan
pertumbuhan. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan,
sebaliknya kelebihan gizi dapat mengakibatkan pertumbuhan berlebih (gemuk). Oleh
karena itu, antropometri sebagai parameter status pertumbuhan dapat digunakan
untuk menilai status gizi.
Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi atau
menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi
status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang
rawan gizi (Istiany dkk, 2013).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas
pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini
terjadi karena latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan
pengukuran (Istiany dkk, 2013).
B. Jenis Parameter
1. Berat badan
Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB
berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam
keadaan tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat
tersebut, maka indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini.
(Aritonang, 2013).
2. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal, TB
tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap
TB akan tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut
indeks TB/U dapat menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang, 2013)
3. Umur
batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year ) dan
untuk anak umur 0 – 2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month).
Contoh : Tahun usia penuh (Completed Year )
Umur : 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan, dihitung 6 tahun
Contoh : Bulan usia penuh (Completed Month )
Umur : 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan
3 tahun 27 hari, dihitung 3 bulan
4. Lingkar lengan atas (LILA)
Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LLA pada kelompok wanita usia subur
(WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan
oleh masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko Kekurangan Energi
Kronis ( KEK ). Wanita usia subur adalah wanita usia 15 – 45 tahun. Pd anak
digunakan sbg alternatif kalau tidak bisa ditimbang/diukur tinggi badannya.
5. Lingkar kepala
Lingkar kepala : memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala / peningkatan
ukuran kepala. Contoh : Yang sering adalah kepala besar ( hidrocefalus ) &
kepala kecil ( mikrosefalus ), lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran
otak & tulang tengkorak, lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi
tambahan dalam pengukuran umur.
6. Lingkar dada
Biasanya dilakukan pada anak usia 2 -3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan
lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh
secara lambat & pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan & 5 tahun,
rasio antara lingkar kepala & dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan
akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan /kelemahan otot & lemak pada
dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada
balita.
C. Indeks Antropometri
1. Berat badan menurut umur (BB/U)
Jika dalam keadaan normal maka berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Jika dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan yaitu
berat badan berkembang cepat/ lebih lambat dari keadaan normal.
2. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Kondisi normal,
TB tumbuh seiring pertambahan umur. Maka indeks ini menggambarkan status
gizi masa lalu. Beaton & Bengoa ( 1973 ) :
Indeks TB/U disamping memberikan status gizi masa lampau, juga lebih erat
kaitannya dengan status sosial ekonomi.
3. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Dalam keadaan normal, perkembangan BB akan searah dengan pertumbuhan TB
dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB mrp indikator yang baik u/ menilai
status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen
terhadap umur.
4. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)
LLA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. LLA merupakan parameter yang labil, sehingga LLA merupakan
indeks status gizi saat ini. ( Jellife, 1966 ) :
perkembangan LLA pada tahun pertama 5,4 cm sedangkan pada umur 2 tahun – 5
tahun ± 1,5 cm per tahun, kurang sensitif untuk usia selanjutnya.
Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara
tunggal juga dalam bentuk kombinasi dengan dengan parameter lainnya LLA/U
dan LLA/TB yang disebut dengan quack stick.
D. Indeks Massa Tubuh
Masalah kekurangan & kelebihan gizi pada orang dewasa ( usia 18 tahun keatas )
merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu, juga
dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan
tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
mempertahankan BB yang ideal/normal.
Sejak tahun 1958 digunakan cara perhitungan BB normal berdasarkan dengan rumus :
BB ideal = ( TB – 100 ) – 10% ( TB – 100 ) atau 0,9 X ( TB – 100 ) untuk
perhitungan bagi laki laki
BB ideal = (TB – 100) – 15% (TB – 100) untuk perhitungan bagi wanita
BB(Kg)
IMT =
TB2
Batas ambang indeks massa tubuh (IMT) :
Kurus : <17.0 (kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 -18,4 (kekurangan berat badan tingkat ringan)
Normal : 18,5 – 25,0
Gemuk : 25,1 – 27,0 (kelebihan berat badan tingkat ringan)
>27,0 (kelebihan berat badan tingkat berat)
BAB III
ALAT DAN BAHAN
A. Pengukuran Berat Badan
Berat badan merupakan jumlah cairan, lemak, otot, dan mineral tulang di dalam tubuh
manusia. Berat badan seseorang dapat diketahui dengan beberapa cara, namun yang
paling sederhana adalah melakukan penimbangan menggunakan timbangan berat
badan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). Timbangan berat badan yang
digunakan dapat berupa timbangan digital maupun timbangan jarum. Akan tetapi,
pada praktikum ini menggunakan timbangan jarum.
B. Pengukuran Tinggi Badan
Panjang badan atau tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk
pertumbuhan linier. Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai
pertumbuhan panjang atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu
yang lama, sehingga sering disebut akibat masalah gizi kronis. Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tinggi badan harus mempunyai ketelitian 0,1 cm. alat
yang digunakan untuk mengukur tinggi badan disebut microtoise.
C. Pengukuran LILA
Pengukuran LILA pada kelompok WUS baik ibu hamil maupun calon ibu merupakan
salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat
awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. KEK merupakan keadaan dimana
ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
D. Pengukuran RLPP (Rasio lingkar pinggang panggul)
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme,
termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding
dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme
memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan
perbedaan distribusi lemak tubuh. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio lingkar
pinggang - pinggul.
BAB IV
CARA KERJA
A. Cara kerja pengukuran berat badan

Nama alat : Timbangan injak atau timbangan jarum


Fungsi : Mengetahui berat badan
Prosedur penggunaan alat pada orang dewasa:
1. Timbangan injak disiapkan dan diletakkan pada permukaan lantai yang rata.
2. Timbangan dikalibrasi pada angka 0
3. Responden berdiri diatas timbangan dengan posisi badan tegak dan kepala
menghadap lurus ke depan
4. Catat hasil pengukuran
B. Cara kerja pengukuran tinggi badan
Nama alat : Microtoise
Fungsi alat : Untuk mengukur tinggi badan
Prosedur penggunaan :
1. Microtoise disiapkan dan diletakkan pada dinding yang tegak lurus dengan
permukaan tanah/lantai yang rata
2. Responden berdiri tegak, persis dibawah microtoise tanpa menggunakan alas kaki
3. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat, dan tumit ditempelkan pada
dinding tempat microtoise dipasang
4. Microtoise digeser sampai menyentuh bagian atas kepala responden
5. Angka yang tertera dibaca sejajar dengan mata praktikan lalu hasilnya dicatat
C. Cara kerja pengukuran LILA

Nama alat : Pita LILA


Fungsi alat : Untuk mengukur lingkar lengan atas
Prosedur Penggunaan :
1. Posisi pangkal bahu dan posisi ujung siku pada tangan sebelah kiri ditentukan dengan
telapak tangan ke arah perut dalam keadaan rileks
2. Pita Lila diletakkan di sepanjang pangkal bahu dan ujung siku
3. Titik tengah ditentukan antara pangkal bahu dan ujung siku responden
4. Pita Lila pada titik tengah lengan dilingkarkan dan ujung pita dimasukkan pada
lubang yang ada pada pita Lila
5. Pita ditarik perlahan dengan posisi pita tidak terlalu longgar dan tidak terlalu ketat
6. Catat hasil pengukuran.
D. Cara kerja pengukuran RLPP

Nama alat : Pita meteran


Fungsi alat : Untuk mengukur lingkar pinggang panggul
Prosedur penggunaan :
1. Ambil pita meteran. Satu-satunya cara untuk mengukur badan dengan akurat adalah
menggunakan pita meteran fleksibelUntuk hasil profesional, WHO menyarankan
meteran yang tidak meregang dengan ketegangan 100 gram. Namun, jika Anda
melakukannya di rumah, meteran seperti ini tidak harus ada.
2. Berdirilah dengan tegak, tubuh rileks, dan rapatkan kaki. Jangan membungkuk atau
bersandar karena pengukuran akan keliru. Jangan menahan napas atau menarik perut
ke dalam karena hasilnya juga tidak akurat.-->Kenakan pakaian minim atau tidak
berpakaian sama sekali. Ukur badan sedekat mungkin dengan kulit.
3. Ukur badan tepat setelah mengembuskan napas. Ini akan menghasilkan ukuran yang
paling akurat. Cobalah mengukur di antara selesai mengembuskan napas dan sebelum
menarik napas berikutnya.
4. Lingkarkan meteran di bagian pinggang paling kecil. Biasanya, posisi ini ada tepat di
atas pusar, di atas tulang pinggul. Tempelkan meteran rata di perut, tidak berbelit atau
terputar. Jangan menarik meteran, tempelkan saja sampai pas di kulit.
5. Lingkarkan pita meteran di sekeliling bagian pinggul yang paling lebar. Ini biasanya
ada di bagian pantat yang paling lebar, tepat di bawah sendi paha. Lingkarkan
meteran, sekali lagi tidak terputar, terbelit, atau ditarik dengan kencang.
6. Ukur lagi lingkar pinggang dan pinggul untuk berjaga-jaga jika ada perubahan karena
bernapas. Ini adalah standar klinis, tetapi jika Anda hanya ingin tahu gambaran
kasarnya, silakan dilewati.
7. Bagi lingkar pinggang dengan lingkar pinggul. Hasil pembagian ini adalah rasio
pinggang dan pinggul, atau RPP. Ambil kalkulator dan bagi hasil pengukuran lingkar
pinggang dengan lingkar pinggul.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil pengukuran BB yaitu 48kg
2. Hasil pengukuran TB yaitu 152 cm
3. Hasil pengukuran LILA yaitu 25cm
4. Hasil pengukuran RLPP
a. Lingkar pinggang = 69 cm
b. Lingkar pinggul = 91 cm
5. Menghitung BB ideal, IMT
BB ideal = (TB – 100) – 15% (TB – 100)
= (152 – 100) – 15% (152 – 100)
= 52 – 7,8
= 44,2
Jadi, berat badan ideal responden adalah 44,2 kg
BB (KG )
IMT =
TB2(M )
48
=
1,522
48
=
2,3104
= 20,78 kg/m 2
Jadi, batas ambang perhitungan dari responden masuk dalam kategori normal
6. Menghitung RPP
Lingkar pinggang
RPP =
lingkar pinggul
69
=
91
= 0,75 cm
Jadi, rasio pinggang pinggul responden masuk dalam kategori sedang atau cukup
B. Pembahasan
Pemilihan responden dalam praktikum ini adalah salah satu teman kelas sendiri.
Responden tersebut mempunyai umur 20 tahun. Dalam praktikum penilaian status
gizi dengan menggunakan metode antropometri ini dilakukan pengukuran di
antaranya adalah pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
lingkar lengan atas, serta pengukuran lingkar pinggang dan pinggul.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hasil dari penilaian status gizi tersebut,
responden memiliki status gizi yang baik di lihat dari hasil pengukuran BB ideal,
IMT, dan RPP serta melihat ambang batasnya masing masing.
B. Saran
Responden lebih baik mempertahankan nilai status gizi yang sudah cukup baik
dengan menjaga asupan gizi yang baik, menjaga pola makan, serta rajin melakukan
aktifitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-bungawidit-5851-2-babii.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/524/3/BAB%20II.pdf

https://www.studocu.com/id/document/universitas-diponegoro/penilaian-status-
gizi/practical/laporan-praktikum-penentuan-status-gizi/4549222/view
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai