Anda di halaman 1dari 28

Harlan P.

Sinaga
au t h o r n a m e

Manajemen Preservasi Jalan


untuk Pengelolaan Jaringan
Jalan
An InDesign template for books, eBooks, Wilayah
papers and
reports

This template is designed by Otto Coster and provided to you by Smashing Magazine


MANAJEMEN PRESERVASI JALAN UNTUK PENGELOLAAN


JARINGAN JALAN WILAYAH
Drs. Harlan P. Sinaga, MT

Cetakan Ke-1 Desember 2011


© Pemegang Hak Cipta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

No. ISBN : 977-602-8256-68-1


Kode Kegiatan: :
Kode Publikasi :

Koordinator Penelitian
Ir. Pantja Dharma Oetojo, M.Eng.Sc.
PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN

Ketua Program Penelitian


Drs. Harlan P, MT

Editor
Dr.Ir. Hikmat Iskandar, M.sc
.
Desain & Tata Letak
Andrian Roult, SE.

Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40294
Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
info@pusjatan.pu.go.id

KEANGGOTAAN SUB TIM TEKNIS


BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN
Ketua:
Ir. Agus Bari Sailendra, MT.

Sekretaris:
Ir. Nanny Kusminingrum

Anggota:
Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.
Dr. Ir. IF Poernomosidhi, M.Sc.
Dr. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc.
Ir. Sri Hendarto, M.Sc.
Dr. Ir. Tri Basuki Juwono, M.Sc.

Nara Sumber:
Dr. Ir. IF Poernomosidhi, M.Sc.
Dr. Endang Widjajanti, MT.

i
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah


© PUSJATAN 2011
Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011, pada paket pekerjaan
Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Teknologi Jalan Perkotaan yang berwawasan lingkungan DIPA Puslitbang Jalan dan
Jembatan. Pandangan-pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini merupakan pandangan penulis dan tidak
selalu menggambarkan pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum maupun institusi pemerintah lainnya.
Penggunaan data dan informasi yang dimuat di dalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percetakan dan memperbanyak informasi secara eklusif untuk perorangan
dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan yang memadai kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Tulisan
ini dapat digunakan secara bebas sebagai bahan referensi, pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seijin
pemegang HAKI dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebut sumbernya.

Buku ini juga dibuat dalam versi e-book dan dapat diunduh dari website pusjatan.pu.go.id. Untuk keperluan pencetakan
bagi perorangan dan pemanfaatan non-komersial dapat dilakukan melalui pemberitahuan yang memadai kepada
Kementerian Pekerjaan Umum.

ii
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN

Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah lembaga riset yang berada di bawah Badan Litbang Kementerian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat strategis di dalam mendukung tugas
dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan jalan di Indonesia. Sebagai lembaga riset, Pusjatan
memiliki visi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang terkemuka dan terpercaya, dalam menyediakan jasa
keahlian dan teknologi bidang jalan dan jembatan yang berkelanjutan, dan dengan misi sebagai berikut :

• Meneliti dan mengembangkan teknologi bidang jalan dan jembatan yang inovatif, aplikatif, dan berdaya saing;
• Memberikan pelayanan teknologi dalam rangka mewujudkan jalan dan jembatan yang handal; dan
• Menyebarluaskan dan mendorong penerapan hasil litbang bidang jalan dan jembatan.

Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indonesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan
untuk menghasilkan inovasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual.
Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melakukan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi
yang memungkinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna. Kemudian Pusjatan memilliki
fungsi untuk memastikan keberlanjutan keahlian, pengembangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan

L
infrastruktur.
aporan akhir ini merupakan output dari kegiatan Penelitian Puslitbang Jalan dan Jembatan khususnya
Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan tahun 2011 dengan Judul Studi “ Kajian Penanganan
Dampak Kebisingan dengan Berbagai Bahan dan Variasi Bentuk Atas Bangunan Peredam Bising di Ruas
Jalan Perkotaan “ yang bertujuan untuk mendapatkan efektifitas Bangunan Peredam Bising melalui

iii
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah


Pengantar

iv
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah


Ringkasan

v
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan 3
Bab II Preservasi Jalan 5
2.1. Prinsip Preservasi 5
2.1.1. Pengertian 5
2.1.2. Program Preservasi Jalan 6
2.1.3. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Preventif 9
2.2. Teknologi Preservasi 9
2.2.1. Teknologi Preservasi Pada Perkerasan Lentur 9
2.2.3. Teknologi Preservasi Pada Perkerasan Kaku 11
2.3. Pengalaman Empiris Berbagai Negara 12
2.3.1. Perancis 12
2.3.2. Afrika Selatan 12
2.3.3. Australia 12
Bab III Pengelolaan Jalan di Indonesia 13
3.1. Regulasi Pengelolaan Jalan 13
3.2. Konsep Penanganan Jalan 14
3.3. Kriteria dan Metoda dalam Pemilihan Jenis Penanganan Jalan 14
3.4. Adaptasi Konsepsi Preservasi 17
3.5.2. Perbandingan Tipe Penanganan 18
3.5.3. Rangkuman Perbandingan 19
Bab IV Manajemen Preservasi Jaringan Jalan Wilayah 21
4.1. Peranan Manajer Ruas 21
4.2. Manajemen Jaringan 22
4.3. Simulasi Manajemen Jaringan Jalan Menggunakan HDM-4 22
Kesimpulan 22

1
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel

Tabel 1. Panjang dan Kondisi Jaringan Jalan di Indonesia 4

Tabel 2. Pedoman Kegiatan Preservasi Perkerasan Jalan 7

Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Dokumen Perencanaan dan Pemeriksaan Lapangan Terhadap Kinerja Chip Seal
10
Tabel 4. Hasil Rekayasa Laboratorium 10

Tabel 4.1Rentang Nilai IRI di Indonesia 15

Tabel 4.2. Hubungan antara Kondisi Visual Jalan dengan Nilai IRI 15

Tabel 4.3Rentang Nilai SDI 15

Tabel 4.4 Nilai RCI Secara Visual 16

Tabel 4.1 Proposed Technical rating 16

Tabel 4.2 Tipe Penanganan berdasarkan IRI dan SDI 17

Tabel 4.7 Perbandingan Kriteria PenilaianIndikator yang Digunakan dalam Penilaian Kondisi Jalan di Beberapa Negara
18

Tabel 4.8 PerbandinganJenis Penanganan Jalan 19

Tabel 4.9 Rangkuman Kajian Perbandingan 19

DAFTAR GAMBAR
Daftar Tabel

Gambar 1. Area Pelaksanaan Kegiatan Preservasi 6


Gambar 2. Komponen-komponen Preservasi Perkerasan Jalan 7
Gambar 3. Contoh Kondisi Permukaan Dengan dan Tanpa Aplikasi Slurry Seal 11
Gambar 4. Penanganan Kerusakan Jalan dengan Teknologi
Micro Surfacing 12
Gambar 4.1 Program Penanganan Jalan 14

2
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pendahuluan

BAB I

Pendahuluan

T
ransportasi di Indonesia nampaknya masih Sementara pada sisi lain, fakta menunjukkan bahwa
didominasi oleh moda jalan. Khususnya dalam kondisi jaringan jalan di Indonesia, pada umumnya
hal lalu lintas perangkutan barang di Indonesia, sangat bervariasi dalam rentang antara kondisi
fakta empiris menunjukkan 90% lalu lintas tersebut baik dan buruk. Dalam keseluruhan jaringan jalan
dilayani oleh moda jalan, sebesar 7% dilayani oleh nasional sepanjang 348.241 km, secara umum
moda laut, dan sisanya 3% oleh moda lain (kereta hanya terdapat sekitar 54% dalam kondisi baik
api, pesawat terbang, serta angkutan sungai dan dan cukup, sedangkan sisanya 46% berada dalam
penyeberangan) (Ofyar ZT, 2008). Pentingnya kondisi buruk. Demikian pula untuk jaringan jalan
peranan jalan dalam lalu lintas perangkutan provinsi, hanya terdapat sekitar 28% berada dalam
barang tersebut mengisyaratkan perlunya kinerja kondisi baik, sekitar 35% dalam kondisi cukup, dan
pelayanan infrastruktur jalan selalu dalam kondisi sisanya berada dalam kondisi buruk (lihat Tabel 1).
prima.

3
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pendahuluan

Tabel 1. Panjang dan Kondisi Jaringan Jalan di Indonesia

Gambaran tersebut mengisyaratkan bahwa sampai Dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009


saat ini pemerintah masih memiliki keterbatasan tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
dalam menyediakan jaringan jalan yang selalu terminologi preservasi dilekatkan pada konteks
dalam kondisi baik, khususnya disebabkan adanya dana preservasi, yang didefinisikan sebagai
keterbatasan dalam hal penyediaan dana untuk dana yang khusus digunakan untuk kegiatan
kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kondisi pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan
jalan. Oleh karenanya, upaya-upaya terobosan secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang
dalam meningkatkan ketersediaan dana untuk ditetapkan. Sementara dalam Renstra Bina Marga,
kegiatan-kegiatan tersebut sangat diperlukan. terminologi preservasi dikaitkan dengan kegiatan-
Demikian pula, diperlukan upaya-upaya yang kegiatan penanganan jalan yang antara lain bersifat
kreatif untuk lebih meningkatkan efisiensi dan preventive maintenance, safety, peningkatan
efektivitas pengalokasian dana untuk kegiatan- kapasitas tanpa pembangunan jalan baru,
kegiatan pemeliharaan dan peningkatan jalan. peningkatan riding quality.Perbedaan terminologi
Salah satu pendekatan yang berkembang dewasa preservasi tersebut pada gilirannya telah
ini dalam program pengelolaan jaringan jalan menyebabkan kerancuan pemahaman terhadap
adalah apa yang dikenal dengan preservasi. konsepsi preservasi itu sendiri sebagaimana
pertama kali terminologi tersebut diluncurkan
Jargon preservasi ini telah mulai pula diadopsi secara Internasional dan pada gilirannya membawa
dalam kerangka kebijakan pengelolaan jaringan implikasi pada lingkup kegiatan-kegiatan yang
jalan di Indonesia, baik dalam regulasi perundang- seharusnya dicakup dalam kegiatan preservasi
undangan (Undang-Undang No 22 Tahun 2009 sebagai suatu pendekatan atau pemikiran dalam
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan), maupun pengelolaan dan pembiayaan jaringan jalan.
dalam kerangka kebijakan pembinaan jalan yang Dengan didasari permasalahan-permasalahan
dilakukan oleh Ditjen Bina Marga (Renstra Bina tersebut, maka kajian studi ini menjadi relevan
Marga Tahun 2010–2014). Meskipun terminologi untuk dilakukan, agar didapatkan kejelasan
preservasi tersebut telah ada, namun pada penerapan terminologi preservasi dalam kegiatan
kenyataannya upaya pengimplementasiannya pengelolaan jaringan jalan yang merupakan aset
masih belum berjalan sebagaimana mestinya. negara yang berharga.

4
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

BAB II

Preservasi Jalan
2.1. Prinsip Preservasi meningkatkan aspek keselamatan jalan dan sesuai
dengan harapan atau kepuasan pengguna jalan.
2.1.1. Pengertian Preservasi jalan tersebut menganut prinsip bahwa
Menurut Pavement Preservation Guidelines - biaya perbaikan perkerasan akan menjadi lebih
FHWA, preservasi perkerasan jalan (pavement tinggi pada kondisi perkerasan yang lebih rendah
preservation)didefinisikan sebagai suatu (rusak) --- Hal ini disebabkan karena hubungan
pendekatan sistematis yang menggunakan antara kenaikan biaya dan penurunan kondisi
strategi berperspektif jangka panjang dan makro/ perkerasan bersifat tidak linear (lihat gambar 1).
menyeluruh (tingkat jaringan), untuk meningkatkan Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk
kinerja pelayanan perkerasan, dengan mempertahankan kondisi perkerasan pada jaringan
menggunakan berbagai metode atau praktek jalan akan lebih rendah dengan diterapkannya
yang terintegrasi dan efisien (costs-effective), yang prinsip preservasi perkerasan jalan
pada akhirnya meningkatkan umur perkerasan,

5
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

Gambar 1. Area Pelaksanaan Kegiatan Preservasi

Secara praktis, preservasi perkerasan jalan dapat surface treatments, and ultra-thin and thin hot-
diartikanpelaksanaan pemeliharaan (treatment) mix asphalt overlays, sedangkan untuk jenis
yang tepat untuk kondisi jalan yang sesuai/tepat perkerasan portland-cement concrete (PCC) antara
dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain meliputi cleaning and sealing joints and cracks,
lain adalah lebih baik (efisien/murah) memelihara/ diamond grinding, and dowel-bar retrofitting.
mempertahankan kondisi jalan tetap baik pada
saat sekarang, daripada melakukan perbaikan nanti 2.1.2. Program Preservasi Jalan
setelah kondisi jalan mengalami kerusakan yang Preservasi perkerasan jalan merupakan
parah (significant). Dengan demikian, preservasi pendekatan pro-aktif dalam mempertahankan
perkerasan jalan menunjukkan pendekatan yang kondisi jaringan jalan yang ada.Penerapannya
pro-aktif dalam mempertahankan kondisi jaringan memungkinkan mengurangi pelaksanaan proyek-
jalan yang ada. proyek rehabilitasi dan rekonstruksi yang mahal,
lama dan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Disamping itu, preservasi perkerasan jalan hanya Dengan menerapkan kegiatan preservasi secara
bertujuan untuk memperpanjang umur perkerasan tepat waktu, pembina jalan dapat menyediakan
(menghambat kerusakan perkerasan yang meluas) kinerja pelayanan jaringan jalan, dengan mobilitas
dan/atau mengembalikan kemampuan pelayanan yang tinggi, keselamatan jalan yang lebih baik,
suatu perkerasan jalan, tetapi tidak untuk penurunan kemacetan, serta perkerasan yang lebih
meningkatkan kapasitas, maupun kekuatan dari baik dan berumur lebih panjang. Hal inilah yang
perkerasan. seharusnya menjadi tujuan yang harus dicapai dari
kegiatan preservasi perkerasan jalan.
Menurut FHWA, secara fungsional lingkup dari
kegiatan preservasi (atau pemeliharaan preventif) Suatu program preservasi perkerasan jalan
adalah segala hal yang terjadi pada perkerasan pada dasarnya terdiri dari 3 komponen, yaitu:
yang berkaitan dengan masalah aging, oxidation, pemeliharaan preventif (preventive maintenance),
surface deterioration, and normal wear and tear rehabilitasi minor/non-struktural (minor
from day-to-day performance and environmental rehabilitation/non-structural), and beberapa
conditions. Penanganan (treatment) preservasi kegiatan pemeliharaan rutin lainnya (routine
perkerasan jalan untuk jenis perkerasan hot-mix maintenance). (lihat gambar 2).
asphalt (HMA), antara lain meliputi crack sealing,

6
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

Gambar 2. Komponen-komponen Preservasi Perkerasan Jalan

Suatu program preservasi perkerasan jalan yang Karakteristik dari kegiatan-kegiatan preservasi
efektif akan memberikan beberapa manfaat, yaitu perkerasan jalan adalah untuk mengembalikan
mempreservasi dana investasi pada jaringan jalan fungsi dari system jaringan jalan yang ada dan
yang dibangun, meningkatkan kinerja pelayanan memperpanjang umur pelayanannya, tapi
perkerasan, menjamin efisiensi pengalokasian bukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
dana pembiayaan jalan, memperpanjang umur meningkatkan kapasitas jalan, maupun kekuatan
pelayanan perkerasan jalan, mengurangi hambatan struktur perkerasan jalan.Gambaran dari lingkup
perjalanan (delays), meningkatkan mobilitas kegiatan preservasi perkerasan jalan ini dapat
pergerakan orang dan barang, serta meningkatkan dilihat pada tabel berikut ini.
keselamatan perjalanan.

Tabel 2. Pedoman Kegiatan Preservasi Perkerasan Jalan


  Type of Activity Increase Increase Reduce Restore Serviceability
Capacity Strength Aging
New Construction X X X X
Reconstruction X X X X
Major (Heavy) Rehabilita-   X X X
tion
Structural Overlay   X X X
Minor (Light) Rehabilita-     X X
Pave- tion  
ment Preventive Maintenance     X X
Pres-
Routine Maintenance       X
erva-
tion
   
Corrective (Reactive)       X
Maintenance
Catastrophic Maintenance       X

7
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

Pemeliharaan Preventif (preventive maintenance) Pemeliharaan Rutin (routine maintenance)


adalah strategi treatment yang cost-effektif untuk terdiri atas pekerjaan yang direncanakan dan
roadway system dan perlengkapannya yang dilakukan secara rutin untuk memelihara dan
mempreserve sistem, memperlambat kerusakan, mempreserve kondisi sistem jalan highway atau
dan memelihara atau meningkatkan fungsi untuk merespon kondisi tertentu dan menjaga
sistem (tanpa meningkatkan kapasitas struktur). sistem highway pada level of servis yang cukup
Preventive maintenance biasanya diterapkan pada (adequate). Pemeliharaan rutin terdiri atas
perkerasan dengan kondisi yang baik memiliki sisa kegiatan hari-hari yang dijadwalkan dengan
umur pelayanan. Sebagai bagian dari pavement pemeliharaan perorangan untuk memelihara
preservasi, preventive maintenance merupakan dan preserve kondisi sistem highway pada level
strategi untuk memperpanjang umur pelayanan of servis memuaskan. Contohnya, pemeliharaan
dengan menerapkan penanganan cost-efektif routin terkait perkerasan termasuk membersihkan
pada permukaan atau struktur terdekat dengan saluran tepi jalan dan struktur, pemeliharaan
permukaan perkerasan. Sebagai contoh preventive marka jalan, dan mengisi retak (crack filling),
treatments termasuk asphalt crack sealing, chip menambal lubang, dan overlay (isolated overlay).
sealing, slurry atau micro-surfacing, thin and ultra- Crack filling adalah kegiatan pemeliharaan rutin
thin hot mix asphalt overlay, concrete joint sealing, yang terdiri atas penempatan material beraspal
diamond grinding, dowel-bar retrofit, dan isolated, pada bagian yang retak sehingga tidak terjadi
partial dan/atau full-depth concrete repairs untuk peresapan air yang dapat menyebabkan retak dari
menyimpan fungsi slab beton (seperti edge spalls, bagian atas ke bawah perkerasan. Tergantung pada
dan kerusakan sudut). waktu penerapan, terjadinya regangan (distress),
dan tipe kegiatan, bahwa kegiatan pemeliharaan
Rehabilitasi (pavement rehabilitation)terdiri rutin dapat dikategorikan sebagai preservasi.
atas peningkatan struktur untuk memperpanjang Kegiatan pemeliharaan rutin biasanya dikerjakan
umur pelayanan dari jalan eksisting dan atau oleh agency masing-masing dan tidak dibiayai oleh
memperbaiki kapasitas. Teknik rehabilitasi Federal.
termasuk restoration treatment dan struktur
overlay. Proyek rehabilitasi memperpanjang umur Kegiatan lain dari perbaikan perkerasan yang
struktur perkerasan eksisting dengan menyimpan merupakan aspek penting dari program
kapasitas struktur eksisting melalui pembatasan pemeliharaan dan konstruksi STA, walaupun
terkait umur (age-related), environmental cracking berada di luar peservasi jalan:
dari permukaan perkerasan yang rapuh (embrittled • Corrective maintenance adalah kegiatan untuk
pavement surface) atau dengan meningkatkan merespon kerusakan jalan yang mempengaruhi
ketebalan perkerasan untuk meningkatkan keselamatan, efektifitas operasional fasilitas
perkerasan eksisting untuk mengakomodasi jalan, dan kemampuan masa depan perkerasan.
kondisi beban lalu lintas hasil proyeksi. Hasil dari Kegiatan corrective maintenance dilakukan
dua sub-kategori dari perbedaan ini, dimana secara reactive dan bukanlah proaktif, dan
secara langsung berhubungan dengan perbaikan dilakukan untuk menjaga perkerasan sampai
atua meningkatkan kapasitas struktur. dengan level of servis yang dapat diterima.
• Rehabilitasi minor, terdiri atas peningkatan Kegiatan seperti perbaikan lubang, tambal
non-struktural untuk perkerasan eksisting setempat, sebagai contoh pada jalan fleksibel:
untuk pembatasan yang terkait umur, top- kerusakan pinggir dan/atau grade separations
down surface cracking yang dapat terjadi sepanjang bahu jalan. Contoh pada perkerasan
pada perkerasan fleksiblel. Karena teknik kaku: penggantian sebagian atau seluruh join,
rehabilitasi minor yang non-struktural, tipe atau penggantian slab sampai kedalaman
teknik rehabilitasi ini ditempatkan pada tertentu pada lokasi tertentu.
kategori pavement preservasi. • Catastrophic maintenance menggambarkan
• Rehabilitasi mayor, terdiri atas peningkatan kegiatan yang biasanya untuk mengembalikan
struktur yang bertujuan memperpanjang umur fasilitas jalan ke level of servis minimum
pelayanan perkerasan eksisting dan/atau selagi permanen restorasi direncanakan
meningkatkan kemampuan menaban beban. dan dijadwalkan. Sebagai contoh, terdapat

8
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

perkerasan kaku yang lepas (blow-ups), road diikuti dengan pemberian satu lapisan chipping.
washouts, longsor (avalanches, rockslides). Tujuan dari chip seal adalah untuk memberikan
• Pavement reconstruction adalah pergantian suatu lapisan penutup (seal) pada lapisan pondasi
seluruh struktur perkerasan jalan eksisting (base) dan untuk memberikan lapisan yang
dengan menempatkan struktur perkerasan durabel dengan tahanan gelincir yang memadai
yang sama atau yang lebih baik. Rekonstruksi (SANTRAL,2007; Hussain et al. 2008; Edmund
dapat merupakan material baru maupun 2008).
recycled. Rekonstruksi dilakukan pada saat Pada tahun 2009, telah dilakukan kajian mengenai
perkerasan rusak. teknologi chip seal yang dilakukan oleh Anwar
Yamin dkk. Dari hasil penelitian tersebut, didapat
2.1.3. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Preventif kesimpulan bahwa:
Kegiatan preservasi terutama lebih dititikberatkan a. Hasil Survey lapangan terhadap tipe chip seal,
pada kegiatan pemeliharaan preventif, disamping lalu lintas, bahan yang digunakan, dan umur
kegiatan rehabilitasi minor dan pemeliharaan rutin. pelayanan.
Dari hasil pemeriksaan dokumen perencanaan dan
AASHTO mendefinisikan pemeliharaan preventif pemeriksaan lapangan terhadap kinerja chip seal
sebagai strategi penanganan yang terencana dan dapat diketahui bahwa parameter-parameter yang
efisien, pada suatu system jalan eksisting dan harus diperhatikan antara lain adalah precoating,
perlengkapannya, yang dapat mempreservasi lalu lintas, persen kendaraan berat, kekuatan lapis
sistem, memperlambat penurunan kondisi jalan pondasi, dan ukuran agregat. Selain itu, faktor
di masa yang akan datang, dan mempertahankan lingkungan juga harus diperhatikan. Dari hasil
atau meningkatkan kondisi fungsional dari sistem, pengamatan lapangan studi ini, dapat disimpulkan
tanpa harus meningkatkan kapasitas strukturalnya bahwa:
(seperti yang dikutip FHWA dari AASHTO Standing - chip seal dapat diterapkan di Indonesia
Committee on Highway 1997). dengan hasil yang cukup memuaskan, Lapisan
chip seal yang telah digunakan di Indonesia
Jenis-jenis kegiatan penanganan (treatment) yang umumnya dihampar di atas lapisan soil cement,
termasuk pada pemeliharaan preventif pada Pada umur dan kondisi yang sama lapisan
dasarnya dapat dikelompokkan atas teknologi chip seal lebih tahan terhadap retak refleksi
penanganan untuk: 1) perkerasan hot-mix asphalt dibandingkan dengan lapisan AC-WC setebal
(HMA); 2) perkerasan Portland-cement concrete 4 cm yang langsung diletakkan di atas lapisan
(PCC). pondasi soil cement
- Agregat yang ada di Indonesia dapat memenuhi
2.2. Teknologi Preservasi syarat dan dapat diproduksi menjadi ukuran
chip yang dapat digunakan untuk pekerjaan
2.2.1. Teknologi Preservasi Pada Perkerasan
chip seal,
Lentur - Tinggi rendah, overlapping penyemprotan dan
Teknologi pemeliharaan preventif pada jenis
kondisi nozzle sangat mempengaruhi kinerja
perkerasan lentur telah banyak tersedia beberapa
lapisan chip seal yang dihasilkan,
diantaranya adalah:
- Mikro tekstur lapisan chip seal di lapangan
• Chip Seals
secara umum masih sangat baik walaupun
• Fog Seals
chip tersebut telah dilewati atau mengalami
• Slurry Seals
pengausan akibat lalu lintas yang cukup tinggi
• Micro-Surfacing
dan lingkungan selama 4-6 tahun secara terus
• Thin Overlays
menerus,
• Crack Sealing
- Persyaratan chip yang akan digunakan
• Strain Alleviating Membrane (SAM)
untuk pekerjaan chip seal dapat mengacu ke
• Strain Alleviating Membrane Interlayer (SAMI)
persyaratan agregat untuk campuran beraspal,
• Geotextile Reinforced Seal (GRS)
- Nilai makro tekstur lapisan chip seal yang
didapat dari hasil pengujian British Pendulum
2.2.1.1. Chips Seal di lapangan adalah sangat baik. Hal ini
Chip Seal adalah pemberian satu lapisan aspal yang

9
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

mengindikasikan bahwa kekuatan lapis pondasi yang menggunakan chip seal sebagai lapisan
yang ada dan kuantitas aspal yang digunakan pondasi jalan yang menggunakan chip seal
sangat memadai, sebagai lapis penutupnya.
- Persyaratan lapis pondasi (soil cement) dalam
Spesifikasi Umum seksi 5.4 dengan target Data hasil pemeriksaan dokumen perencanaan
nilai UCS soil cement sebesar 24 kg/cm2 dapat dan pemeriksaan lapangan terhadap kinerja chip
digunakan sebagai lapisan pondasi jalan seal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Dokumen Perencanaan dan Pemeriksaan Lapangan Terhadap Kinerja Chip Seal

Rekayasa laboratorium yang dilakukan untuk memberikan manfaat yang positif terhadap daya
mengetahui apakah aspal keras (AC Pen 60/70) lekatnya dengan aspal. Untuk tujuan ini, dilakukan
dan aspal polimer yang umumnya digunakan pengujian kelekatan aspal dengan chip dengan cara
untuk campuran beraspal di Indonesia dapat Vialit (Vialit test). Hasil dari pengujian ditunjukkan
juga digunakan untuk pekerjaan chip seal dan pada tabel berikut.
apakah precoated yang dilakukan pada aspal chip

Tabel 4. Hasil Rekayasa Laboratorium


Jenis Aspal
Pen 60 E-55 E-60 E-70
Ukuran Chip
Temperatur (°C)
40 50 60 40 50 60 40 50 60 40 50 60
Metode Unprecoated
3/8" x x x v v v v v v v v v
1/2" x x x v v v v v v v v v
3/4" x x x v x x v v x v v v
Metode Precoated
3/8" 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1/2" 1 x x 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3/4" x x x 3 2 2 3 3 2 3 3 3

Keterangan:
X = tidak dapat digunakan
V = dapat digunakan
1 = dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,75% terhadap berat chip
2 = dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,00% - 1,75% terhadap berat chip
3 = dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,00% - 1,75% terhadap berat chip, semakin kecil kuantitas
coating, semakin baik.

10
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

2.2.1.2. Fog Seal Kelebihan dari Slurry Seal adalah berbentuk Slurry
Fog seal ditempatkan terutama untuk menutup (bubur), sehingga dapat menutupi retak, tidak
perkerasan, menghambat kerusakan, memperkaya memerlukan pemadatan, aplikasi yang cepat, aman
pengeras/pengoksidasi aspal, dan membantu terhadap bahaya kebakaran, kedap air dan ramah
kekuatan ujung-bahu perkerasan.Fog seal lingkungan. Batasan dari slurry seal adalah tidak
aplikasinya sangat mudah yaitu dengan cara menghampar dalam kondisi hujan, perlu kontrol
menempatkan aspal elmusi yang dieencerkan di lalu lintas sebab ada penutupan lalu lintas 2 – 4
permukaan perkerasan tanpa agregat.Penerapanya jam, dan kondisi eksisting perkerasan yang rusak
berkisar antara 0,23 - 0,45 l/m2.perawatan dapat harus lebih dulu diperbaiki sebelum di Slurry Seal.
beradaptasi dengan baik di semua kondisi cuaca.
2.2.1.4. Micro Surfacing
2.2.1.3. Slurry Seal Micro-Surfacing merupakan sistem pelapisan
Slurry Seal adalah campuran merata yang terdiri menggunakan campuran dingin aspal polimer
atas agregat halus bergradasi menerus, air, bahan modifikasi yang dapat memperbaiki kerusakan
pengisi, dan Aspal Emulsi yang digunakan untuk pada jalan.Perawatan ini cocok untuk jalan jalan
lapis penutup permukaan pada perkerasan yang memiliki lalu lintas padat dan memiliki
(Pedoman Teknik Bina Marga,1999). Fungsi dari kemampuan untuk mengisi rutting.Bahan-bahan
slurry seal ini sebagai lapisan aus, kedap air, yang digunakan harus terus menerus diukur
mengisi pelepasan butir, menutupi retak, membuat dengan tepat kemudian secara seksama di
permukaan seperti baru dan sebagai lapisan anti campur pada mesin pencampur. Pada saat mesin
slip. Karakteristik Slurry seal adalah non structural, pencampur bergerak maju, hasil campuran secara
berupa bubur (slurry) yang berwarna coklat (saat menerus ditampung pada suatu bak terbuka yang
basah) dan hitam (saat kering), tebal 6-8 mm, menyebarkan Micro-Surfacing selebar jalur lalu
fleksibel serta aplikasi secara dingin. lintas pada satu lintasan. atau dapat juga digunakan
Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Slurry Seal yaitu: bak alur yang direkayasa khusus, dirancang
- Pengisian semua material ke dalam hoppers untuk menghampar partikel agregat pada bagian
dari Slurry Machine terdalam dari alur sehingga memberikan stabilitas
- Pembersihan permukaan jalan dengan yang maksimum pada jejak roda.
compressor udara. Keuntungan dari Micro-Surfacing:
- Penghamparan campuran dengan Slurry • Dengan pelapisan tipis setebal 0,95 mm (3/8“),
Machine Micro-Surfacing dapat meningkatkan tingkat
- Proses curing hamparan slurry dengan kekesatan, perbedaan warna, perbaikan
penutupan lalu lintas selama 2 – 4 jam permukaan, dan umur layan jalan dengan
- Lalu lintas dibuka lalulintas berat dan kecepatan tinggi.
• Pada landasan udara, Micro Surfacing
bergradasi rapat menghasilkan permukaaan
yang kesat tanpa mengakibatkan terlepasnya
butiran yang dapat merusak mesin pesawat.
Micro-Surfacing dapat diterapkan pada
CONTOH KONDISI PERMUKAAN DENGAN DAN
TANPA APLIKASI SLURRY SEAL
rentang temperatur dan kondisi cuaca yang
bervariasi.

2.2.3. Teknologi Preservasi Pada Perkerasan


Kaku
Teknologi pemeliharaan preventif pada jenis
3/27/2010 Yayan Suryana 36
perkerasan kaku telah banyak tersedia beberapa
diantaranya adalah: cleaning and sealing joints
Gambar 3. Contoh Kondisi Permukaan Dengan dan and cracks, diamond grinding, and dowel-bar
Tanpa Aplikasi Slurry Seal retrofitting.

11
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan

pohon keputusan

2.3.3. Australia
Program manajemen aset untuk pemeliharaan
dan rehabilitasi perkerasan digunakan oleh semua
lembaga negara jalan di Australia. Program-
program ini, mirip dengan sistem manajemen
perkerasan di Amerika Serikat, bervariasi di tiap
negara bagian. Program manajemen aset yang
telah dipikirkan dengan baik dan termasuk model
prioritasya serta analisis cost-benefit. Program
manajemen Aset telah digunakan secara efektif
Gambar 4. Penanganan Kerusakan Jalan dengan dalam mengidentifikasi kebutuhan dan dalam
Teknologi meyakinkan manajemen bahwa pendanaan
Micro Surfacing dibutuhkan untuk pemeliharaan jalan.

2.3. Pengalaman Empiris Berbagai Kecuali di daerah perkotaan, filosofi pembangunan


jalan di Australia adalah untuk sub base dalam
Negara dan lapisan base lepas yang kuat dengan lapisan
2.3.1. Perancis pengikat aspal tipis.
Dalam sistem jalan Prancis, filosopinya adalah
untuk membangun base yang kuat sehingga Di New South Wales, otoritas jalan dan lalulintas
permukaan hanya di paving ulang setiap 10 atau 15 telah mengembangkan strategi yang meliputi
tahun dan overlay struktural ditargetkan setiap 20 rencana pemeliharaan infrastruktur lima
tahun. Rekonstruksi tidak umum. Beberapa overlay tahun. Rencana ini mengidentifikasi kebutuhan
jenis (tipis, ultra tipis, dll) yang digunakan, dengan pemeliharaan jalan berdasarkan kinerja sistem
ketebalan program khusus ditugaskan untuk jalan, penilaian fitur jalan, kondisi, dan manfaat
masing-masing. Untuk sistem jalan raya nasional, pada masyarakat.
proyek rehabilitasi yang dipilih di tingkat nasional.
Untuk semua jalan raya lainnya, keputusan tentang Di Australia Barat, pelaksanaan preservasi
jenis-jenis perawatan yang dibuat secara lokal. yang paling umum di daerah perkotaan adalah
penggilingan lapisan permukaan dan penerapan
Kegiatan preservasi dan pemeliharaan perkerasan interlayer membran stres-absorbing diikuti dengan
difokuskan pada masalah fungsional, seperti overlay tipis (30 milimeter). Pada jalan volume
meningkatkan skid resistance, reduksi kebisingan, yang lebih rendah-, mereka melakukan reseal
dan kenyamanan berkendaraan.Penekanan ini (segel chip) jalan raya dan mencapai kinerja baik.
mencerminkan tujuan yang telah ditetapkan Seal diharapkan bertahan 12 sampai 15 tahun
kementrian transportasi untuk pemeliharaan dan overlay aspal 20 tahun. Crack sealing sering
terhadap safety, perlindungan lingkungan, dan dilakukan untuk mencegah air masuk ke lapisan
efisiensi pelayanan publik. base, yang menjaga tanah dasar tetap kering
karena dianggap penting.
2.3.2. Afrika Selatan
Pra-coating pada agregat digunakan untuk untuk Di Victoria, strategi pemeliharaan terdiri dari
mencegah hilangnya agregat.Pelapisan dilakukan program enam tahun dengan tujuan menjaga
dengan pencampuran aspal dan agregat di jaringan kekasaran perkerasan pada indeks
stockpile. Maintenance perkerasan utama ialah kekasaran internasional(IRI) kurang dari 4,2 meter
menggunakan berbagai seal pada permukaan, per kilometer(270 inci per mil). Sejak tahun1994,
dipilih berdasarkan penelitian dan pengalaman. 10 persen dari jaringan setiap tahun telah di
Setiap proyek pemeliharaan direkayasa preservasi menggunakan strategi ini.
berdasarkan pedoman desain, termasuk diagram

12
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

BAB III

Pengelolaan Jalan di
Indonesia
3.1. Regulasi Pengelolaan Jalan diperhitungkan serta mengikuti suatu standar
Menurut PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan tertentu.
pasal 84 butir tiga (3), program penanganan jalan b. Pemeliharaan berkala jalan merupakan kegiatan
didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terdiri penanganan terhadap setiap kerusakan yang
dari: diperhitungkan dalam desain agar penurunan
1) Pemeliharaan Jalan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi
Pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, kemantapan sesuai dengan rencana.
pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi, dimana: c. Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan
a. Pemeliharaan rutin jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang
merawat serta memperbaiki kerusakan- tidak diperhitungkan dalam desain, yang
kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan berakibat menurunnya kondisi kemantapan
dengan kondisi pelayanan mantap. Jalan pada bagian/tempat tertentu dari suatu
dengan kondisi pelayanan mantap adalah ruas- ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar
ruas jalan dengan umur rencana yang dapat penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat

13
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai b. Peningkatan kapasitas merupakan penanganan


dengan rencana jalan dengan pelebaran perkerasan, baik
2) Peningkatan Jalan menambah maupun tidak menambah jumlah
Peningkatan jalan meliputi peningkatan struktur lajur.
dan peningkatan kapasitas, dimana: 3) Konstruksi Jalan Baru
a. Peningkatan struktur merupakan kegiatan Konstruksi jalan baru merupakan penanganan jalan
penanganan untuk dapat meningkatkan dari kondisi belum tersedia badan jalan sampai
kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi kondisi jalan dapat berfungsi.
tidak mantap atau kritis agar ruas-ruas jalan Dengan mengacu pada PP 34/2006 tersebut, maka
tersebut mempunyai kondisi pelayanan klasifikasi jenis penanganan jalan di Indonesia
mantap sesuai dengan umur rencana yang dapat diringkas seperti terlihat pada gambar
ditetapkan. berikut.

Gambar 4.1Program Penanganan Jalan


(Sumber: PP 34/2006 tentang Jalan)

3.2. Konsep Penanganan Jalan


Konsep penanganan jalan di Indonesia, penanganan Indikator teknis untuk menelaah kualitas
jalan apapun terhadap suatu segmen atau ruas hasil penanganan structural perkerasan jalan
jalan adalah suatu investasi, maka itu analisa berdasarkan survey kondisi jalan yang dilakukan
kelayakan ekonomi adalah merupakan suatu oleh Direktorat Jenderal Bina Marga adalah nilai: (1)
keharusan (walaupun tetap ada perkecualian). IRI (International Rougness Index); (2) SDI (Surface
Ukuran standar kelayakan investasi ini adalah: (1) Distress Index); dan (3) RCI (Road Condition Index).
Net Present Value, NVP harus positif; (2) Benefit
Cost Ratio, BCR > 1; (3) Economic Internal Rate of Kriteria penilaian yang digunakan dari indikator
Return, EIRR > 15%; dan (4) Incremental NPV harus penilaian kondisi jalan di Indonesia adalah sebagai
tertinggi. berikut:

A. Kriteria Nilai IRI


3.3. Kriteria dan Metoda dalam
Di Indonesia nilai IRI dikelompokkan menjadi 6
Pemilihan Jenis Penanganan Jalan (enam) kriteria dari kriteria tertinggi yaitu very
Metode penilaian kondisi jalan di Indonesia good dan kriteria terendah adalah verybad, kriteria
merupakan metode penilaian kondisi jalan yang nilai IRI beserta nilai kriteria selengkapnya dapat
dilakukan atau dikembangkan oleh Direktorat dilihat padaTabel 4.17 berikut ini:
Jenderal Bina Marga.Metode ini merupakan
metode dengan melakukan survey dilapangan.
Survei ini bertujuan untuk penyusunan rencana
dan program pembinaan jaringan jalan.

14
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

Tabel 4.1Rentang Nilai IRI di Indonesia

IRI (m/km) Type permukaan Keterangan


<4 Aspal Very Good
4–8 Aspal Good – Fair
8 – 12 Aspal Fair – Poor
12 – 16 Aspal Poor – Bad
16 – 20 Aspal Bad
>= 20 Aspal Very bad
Any Unsealed Unsealed
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010
Tabel 4.2. Hubungan antara Kondisi Visual Jalan dengan Nilai IRI

Kondisi Permukaan Jalan


IRI Aspal ditinjau secara Contoh Jenis – Jenis Permukaan
Visual
Hotmix yang baru setelah peningkatan dengan menggunakan
0–3 Sangat rata dan teratur
beberapa lapisan
Hotmix setelah pemakaiana beberapa tahun, hotmix yang baru
3–4 Sangat baik umumnya rata
dioverlay sebagai satu lapisan tipis diatas penetrasi macadam
4–6 Baik Lapisa tipis lama dari Hotmix, Latasbum baru, lasbutag baru
Cukup, sedikit atau tidak
Penetrasi Macadam baru, Latasbum baru, Lasbutag setelah pemakaian
6–8 ada lubang – lubang tetapi
beberapa tahun
permukaan jalan tidak rata
Jelek, kadang – kadang ada
Penetrasi Macadam setelah pemakaian 2 atau 3 tahun, Latasbum
8 – 10 lubang, permukaan tidak
lama, jalan kerikil yang kurang terpelihara
rata
Rusak, bergelombang, ban- Penetrasi Macadam lama. Latasbum lama, jalam kerikil yang kurang
10 – 12
yak lubang terpelihara
Rusak berat, banyak lubang
12 – 16 dan seluruh daerah per- Semua tipe – tipe perkerasan yang diabaikan lama sekali
kerasan hancur
Tidak biasa dilalui kecuali Jalan – jalan tanah dengan drainase yang jelek, semua tipe permukaan
> 16
oleh Jeep 4 WD jalan yang diabaikan sama sekali
Sumber :Guidelines for Routine Collection of Design Data, Bipran, CDO, Oktober 1989

B. Kriteria Nilai SDI


Di Indonesia kriteria nilai SDI dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kriteria dari Baik hingga Rusak Berat, kriteria
nilai SDI beserta nilainya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut ini:

Tabel 4.3Rentang Nilai SDI

Kondisi Jalan SDI


Baik < 50
Sedang 50 – 100
Rusak ringan 100 – 150
Rusak barat > 150
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010

15
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

C. Kriteria Nilai RCI


Nilai RCI dikelompokkan menjadi 8 (delapan) kriteria yaitu dari kriteria tertinggi (sangat rata dan teratur)
hingga kriteria terendah (tidak bisa dilalui).Kriteria dan nilai RCI untuk setiap kriteria selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.4Nilai RCI Secara Visual

Perk nilai
Jenis Permukaan Kondisi ditinjau secara visual Nilai RCI
IRI
Jalan tanah dengan drainase yang jelek,
dan semua tipe permukaan yang tidak Tidak bisa dilalui 0-2 17 - 24
diperhatikan sama sekali
Semua tipe perkerasan yang tidak di- Rusak berat, banyak lubang
perhatikan sejak lama (4-5 tahun atau dan seluruh daerah per- 2-3 12 -17
lebih) kerasan
Pen. Mac. lama Latasbum lama, Batu Rusak, bergelombang, ban-
3-4 9 - 12
krikil yak lubang
Agak rusak, kadang-kadang
Pen.Mac setelah pemakaian 2 tahun,
ada lubang, permukaan tidak 4-5 7-9
Latasbum lama
rata
Cukup, tidak ada atau sedikit
Pen. Mac. baru, Latasbum baru, Lasbu-
sekali lubang, permukaan 5-6 5-7
tag setelah pemakaian 2 tahun
jalan agak tidak rata
Lapis tipis lama dari Hotmix, Latasbum
Baik 6-7 3-5
baru, Lasbutag baru
Hot-mix setelah 2 tahun, Hot-mix tipis
Sangat baik umumnya rata 7-8 2-3
diatas Pen.Mac
Hot-mix baru (Lataston, Laston) (Pen-
ingkatan dengan menggunakan lebih Sangat rata dan teratur 8 -10 0-2
dari 1 lapis)
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010

Karena kriteria IRI dan RCI pada dasarnya selalu dipolakan, maka penilaian tipe penanganan secara sederhana
dapat ditetapkan berdasarkan padanilai IRI dan SDI semata, dimana nilai IRI dan SDI menjadi indikator teknis
untuk melihat kondisi jalan (lihat Tabel 4.21), dari kondisi teknis ini ditentukan tipe penanganan yang akan
dilakukan (lihat Tabel 4.22)

Tabel 4.1Proposed Technical rating

SDI
IRI (m/km)
< 50 50 – 100 100 – 150 > 150
<4 Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
4–8 Sedang Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
8 – 12 Rusak Ringan Rusak Ringan Rusak Ringan Rusak Berat
> 12 Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010

16
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

Tabel 4.2Tipe Penanganan berdasarkan IRI dan SDI

SDI
IRI (m/km)
< 50 50 – 100 100 – 150 > 150
Peningkt /
<4 Pmlh rutin Pmlh rutin Pmlh berkala
Recons
Peningkt /
4–8 Pmlh rutin Pmlh rutin Pmlh berkala
Recons
Peningkt /
8 – 12 Pmlh berkala Pmlh berkala Pmlh berkala
Recons
Peningkt / Peningkt / Peningkt / Peningkt /
> 12
Recons Recons Recons Recons
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010

3.4. Adaptasi Konsepsi Preservasi sebagai kegiatan preservasi.


Konsep preservasi pertama kali dinyatakan secara 1.1. Perbandingan Penilaian Kondisi Jalan dan
legal formal terdapat dalam UU No 22 Tahun Tipe Penanganan di Berbagai Negara
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 1.1.1. Perbandingan Penilaian Kondisi Jalan
dimana pengertian preservasi dikaitkan dengan Penilaian kondisi jalan di beberapa negara lain rata-
dana preservasi, yang didefinisikan sebagai rata menggunakan nilai IRI dan SDI, akan tetapi
dana yang khusus digunakan untuk kegiatan terdapat perbedaan kriteria penilaian indikator.
pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan Dimana rentang nilai kondisi baik suatu ruas jalan
secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang di suatu negara belum tentu sama dengan negara
ditetapkan. Dari bahasa hukum seperti ini, maka yang lainnya.
pengertian kegiatan preservasi adalah kegiatan
pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan. Nilai rentang IRI dan SDI negara Indonesia
berbeda dengan beberapa negara lain, di negara
Dengan mengacu padakedua regulasi yang yang lebih maju seperti Amerika, rentang nilai
mengatur kebijakan pengelolaan jalan, yaituPP kondisi sangat kecil, dimana nilai IRI lebih besar
34/2006 dan UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu dari 5 (lima) sudah menunjukkan kondisi poor,
Lintas dan Angkutan Jalan, maka pengertian sementara di Indonesia nilai IRI di atas 12 baru
preservasi menurut aturan hukum yang ada menunjukkan kondisi poor. Sama hal nya dengan
dapat diinterpretasikan meliputi: pemeliharaan nilai SDI. Rentang nilai di negara berkembang pun
jalan (pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, berbeda, Malaysia memiliki rentang nilai kondisi
dan rehabilitasi), dan peningkatan jalan yang yang hampir sama dengan negara maju, sedangkan
terbatas pada peningkatan struktur. Sedangkan Indonesia memiliki nilai kriteria atau rentang yang
peningkatan jalan yang berakibat pada peningkatan hampir sama dengan negara Nepal. Kriteria nilai
kapasitas tidak dapat dimasukkan sebagai kegiatan IRI dan SDI di Indonesia dan beberapa negara lain
preservasi, karena kegiatannya dilakukan dengan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.24.
pelebaran perkerasan yang tidak dipersyaratkan

17
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

Tabel 4.7Perbandingan Kriteria PenilaianIndikator yang Digunakan dalam Penilaian Kondisi Jalan di Beberapa Negara

Belgia, Portugal, Jepang, Perancis


Klasifi-
Indonesia Malaysia Amerika Kanada (untuk ADT
kasi
0-4999)*
< 4 (Very 2 (Ex- < 1 (Excel-
IRI < 2 (good) 0-2 (very good)
Good) celent) lent)

4 – 8 (Good 2-2.5 1.0 -1.5


3-5 (fair) 2-4 (good)
– Fair) (Good) (Good)

8 – 12 (Fair – 2.5-3.8
> 5 (poor) 1.5 -2 (Fair) 8-11 (Average)
Poor) (Fair)

12 -16( Poor > 3.8


> 2 (Poor) 11-12 (Bad)
– Bad) (Poor)
16 – 20
> 12 (very bad)
(Bad)
> 20 (Very
bad)

< 77 (Ex-
SDI < 50 (Baik)
cellent)

50 – 100 77 – 87
(Sedang) (good)
100 – 150
88 – 97
(Rusak
(fair)
ringan)
> 150 (Ru- ≥ 98
sak barat) (poor)
Sumber: Dikompilasi konsultan dari berbagai sumber

3.5.2. Perbandingan Tipe Penanganan Perbedaan rentang kondisi yang menyebabkan


Jenis penanganan jalan di Indonesia, tergantung perbedaan penanganan, dimana pelaksanaan
dari nilai IRI dan SDI, hal ini sama dengan Nepal penanganan jalan di Indonesia masih dalam
dimana jenis penanganan jalan dilihat dari kondisi penangaan pemeliharaan, di negara lain sudah
nilai IRI dan SDI. Bentuk jenis penanganan jalan di memasuki tahap peningkatan.
negara lain cenderung sama dengan di Indonesia.

18
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

Tabel 4.8 PerbandinganJenis Penanganan Jalan

Struc-
Surface
tural
Negara IRI Distress RCI Kondisi Jenis Penanganan
Distress
Index
Index
Indone-
<4 - 8 < 50 - 100 Baik - sedang Pemeliharaan Rutin
sia
8 - 12 <50 - 150 Rusak Ringan Pemeliharaan Berkala
>12 <50 - >150 Rusak Berat Peningkatan / Rekonstruksi
Nepal 0 – 1,7 Good Routine and recurrent maintenance
Routine and recurrent + periodic
1,8 – 3 Fair maintenance
Backlog maintenance or rehabilita-
3,1 – 5 Poor tion or reconstruction
India 1 Excellent Cyclic maintenance
2 Good Reactive maintenance
3 Fair Preventive or resurfacing works
4 Poor Structural overlay
5 Very Poor Pavement Reconstruction
Sumber: Dikompilasi konsultan dari berbagai sumber

3.5.3. Rangkuman Perbandingan


Berdasarkan hasil pemaparan di atas, maka dapat dibuatkan suatu rangkuman kajian perbandingan yang
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.26.
Tabel 4.9 Rangkuman Kajian Perbandingan

Literatur/ Benchmarking Aplikasi


Jenis Data Acuan Normatif Rekomendasi
Pustaka Negara Lain
Metoda penilaian
kondisi jalan
a. Indikator yang - Rata-rata indikator yang
digunakan digunakan adalah IRI
b. Kriteria penilaian - Dirjen Bina Kriteria penialaian yang Rentang kriteria
yang digunakan Marga, Survei digunakan di Indonesia penilaian kondisi
Kondisi Jalan lebih rendah dibanding- harus diidentifi-
kan dengan negara lain, kasi kembali
contoh: IRI kondisi baik di
Indonesia sedangkan di
negara lain rentang nilai
IRI tersebut sudah menun-
jukan kondisi jalan yang
buruk.
c. Fungsi/kegunaan - - Indikator digu- -
dari indikator/ nakan sebagai
kriteria alat ukur pelak-
sanaan kegiatan
penanganan ja-
lan

19
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia

d. Kebutuhan data - - Kebutuhan data -


dalam penilaian merupakan data
indikator/kriteria yang akan di-
kondisi jalan gunakan dalam
perhitungan pe-
nilaiak kondisi ja-
lan (misal: HDM
4)
e. Metoda per- - - Metoda perhi- -
hitungan yang tungan yang di-
digunakan gunakan hampir
sama yaitu den-
gan menggunak-
an sistem HDM-4
Jenis penanganan ja-
lan
a. Klasifikasi jenis - - -
penanganan jalan
b. Kriteria dan - - Pemilihan jenis -
metoda dalam penanganan di-
pemilihan jenis dasarkan kepada
penanganan jalan indikator yang di-
gunakan (IRI dan
SDI)
c. Standar pelaksa- - - - -
naan penanga-
nan jalan
Pendanaan Preservasi
Jalan
a. Definisi dana UU 22/2009 ten- - Di negara lain -Defenisi
preservasi jalan tang Lalu Lintas rekonstruksi ti- preser-
dan Angkutan dak termasuk ke- vasi per-
Jalan: dana yang dalam preservasi. lu dikaji
khusus digu- kembali.
nakan untuk
kegiatan pemeli-
haraan, rehabili-
tasi, dan rekon-
struksi Jalan
b. Tujuan dan sasa- Pemeliharaan, - Pemeliharaan -
ran dana preser- rehabilitasi, dan hingga rehabili-
vasi jalan rekonstruksi Ja- tasi ringan
lan
c. Program aplikasi Pemeliharaan, - Pemeliharaan -
dana preservasi rehabilitasi, dan hingga rehabili-
jalan rekonstruksi Ja- tasi ringan
lan

20
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Manajemen Preservasi Jaringan Jalan Wilayah

BAB IV

Manajemen Preservasi
Jaringan Jalan Wilayah
4.1. Peranan Manajer Ruas pengawasan.
Konsep manajer ruas merupakan hal yang Konsep manajer ruas merupakan upaya
masih baru di Bina Marga.Selama ini wewenang penyempurnaan pola dan manajemen penanganan
dalam pekerjaaan jalan berada pada PPK yang jalan dan jembatan demi mengakomodir
membawahi pengawas lapangan juga mandor dan perkembangan kondisi jalan dan jembatan
pekerja.Alur komando pekerjaan mengalir dari maupun mengakomodir apresiasi masyarakat
Kepala Satker pada PPK dimana program-program terhadap administrasi penanganan jalan dan
penanganan dengan jenis-jenis kegiatannya jembatan.Konsep ini mulai diperkenalkan awal
merupakan kebijakan dari direktorat Bina Program. tahun 2008. Secara umum, Manajer Ruas/
PPK kurang memiliki fleksibilitas dalam penentuan Area bertanggungjawab terhadap pengawasan,
kegiatan penanganan dikarenakan struktur pelaporan, dan penanganan ruas jalan di wilayah
organisasinya yang hanya sebgai pelaksana di kerjanya, sehingga upaya pencapaian zero hole
lapangan.Seringkali PPK berada jauh dari wilayah pot dan penanganan crack jalan dapat dilakukan
yang ditangani sehingga menyebabkan lemahnya dalam waktu secepatnya serta pengawalan kondisi
jaringan jalan nasional agar tetap prima. Peran

21
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Manajemen Preservasi Jaringan Jalan Wilayah

Manajer Ruas/Area ini diwewenangkan kepada 4.2. Manajemen Jaringan


SNVT Preservasi Jalan dan Jembatan dengan lingkup
wilayah kerja mencakup seluruh Jalan Nasional di
wilayah Provinsi yang dalam melaksanakan tugas
4.3. Simulasi Manajemen Jaringan
dan fungsinya, Manajer Ruas/Area terdiri dari sub-
sub Manajer Ruas/Area (PPK Preservasi). Jalan Menggunakan HDM-4

Kesimpulan

22
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah

Anda mungkin juga menyukai