Sinaga
au t h o r n a m e
This template is designed by Otto Coster and provided to you by Smashing Magazine
Koordinator Penelitian
Ir. Pantja Dharma Oetojo, M.Eng.Sc.
PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN
Editor
Dr.Ir. Hikmat Iskandar, M.sc
.
Desain & Tata Letak
Andrian Roult, SE.
Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40294
Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
info@pusjatan.pu.go.id
Sekretaris:
Ir. Nanny Kusminingrum
Anggota:
Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.
Dr. Ir. IF Poernomosidhi, M.Sc.
Dr. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc.
Ir. Sri Hendarto, M.Sc.
Dr. Ir. Tri Basuki Juwono, M.Sc.
Nara Sumber:
Dr. Ir. IF Poernomosidhi, M.Sc.
Dr. Endang Widjajanti, MT.
i
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
© PUSJATAN 2011
Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011, pada paket pekerjaan
Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Teknologi Jalan Perkotaan yang berwawasan lingkungan DIPA Puslitbang Jalan dan
Jembatan. Pandangan-pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini merupakan pandangan penulis dan tidak
selalu menggambarkan pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum maupun institusi pemerintah lainnya.
Penggunaan data dan informasi yang dimuat di dalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percetakan dan memperbanyak informasi secara eklusif untuk perorangan
dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan yang memadai kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Tulisan
ini dapat digunakan secara bebas sebagai bahan referensi, pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seijin
pemegang HAKI dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebut sumbernya.
Buku ini juga dibuat dalam versi e-book dan dapat diunduh dari website pusjatan.pu.go.id. Untuk keperluan pencetakan
bagi perorangan dan pemanfaatan non-komersial dapat dilakukan melalui pemberitahuan yang memadai kepada
Kementerian Pekerjaan Umum.
ii
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah lembaga riset yang berada di bawah Badan Litbang Kementerian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat strategis di dalam mendukung tugas
dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan jalan di Indonesia. Sebagai lembaga riset, Pusjatan
memiliki visi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang terkemuka dan terpercaya, dalam menyediakan jasa
keahlian dan teknologi bidang jalan dan jembatan yang berkelanjutan, dan dengan misi sebagai berikut :
• Meneliti dan mengembangkan teknologi bidang jalan dan jembatan yang inovatif, aplikatif, dan berdaya saing;
• Memberikan pelayanan teknologi dalam rangka mewujudkan jalan dan jembatan yang handal; dan
• Menyebarluaskan dan mendorong penerapan hasil litbang bidang jalan dan jembatan.
Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indonesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan
untuk menghasilkan inovasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual.
Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melakukan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi
yang memungkinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna. Kemudian Pusjatan memilliki
fungsi untuk memastikan keberlanjutan keahlian, pengembangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan
L
infrastruktur.
aporan akhir ini merupakan output dari kegiatan Penelitian Puslitbang Jalan dan Jembatan khususnya
Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan tahun 2011 dengan Judul Studi “ Kajian Penanganan
Dampak Kebisingan dengan Berbagai Bahan dan Variasi Bentuk Atas Bangunan Peredam Bising di Ruas
Jalan Perkotaan “ yang bertujuan untuk mendapatkan efektifitas Bangunan Peredam Bising melalui
iii
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengantar
iv
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Ringkasan
v
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan 3
Bab II Preservasi Jalan 5
2.1. Prinsip Preservasi 5
2.1.1. Pengertian 5
2.1.2. Program Preservasi Jalan 6
2.1.3. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Preventif 9
2.2. Teknologi Preservasi 9
2.2.1. Teknologi Preservasi Pada Perkerasan Lentur 9
2.2.3. Teknologi Preservasi Pada Perkerasan Kaku 11
2.3. Pengalaman Empiris Berbagai Negara 12
2.3.1. Perancis 12
2.3.2. Afrika Selatan 12
2.3.3. Australia 12
Bab III Pengelolaan Jalan di Indonesia 13
3.1. Regulasi Pengelolaan Jalan 13
3.2. Konsep Penanganan Jalan 14
3.3. Kriteria dan Metoda dalam Pemilihan Jenis Penanganan Jalan 14
3.4. Adaptasi Konsepsi Preservasi 17
3.5.2. Perbandingan Tipe Penanganan 18
3.5.3. Rangkuman Perbandingan 19
Bab IV Manajemen Preservasi Jaringan Jalan Wilayah 21
4.1. Peranan Manajer Ruas 21
4.2. Manajemen Jaringan 22
4.3. Simulasi Manajemen Jaringan Jalan Menggunakan HDM-4 22
Kesimpulan 22
1
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel
Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Dokumen Perencanaan dan Pemeriksaan Lapangan Terhadap Kinerja Chip Seal
10
Tabel 4. Hasil Rekayasa Laboratorium 10
Tabel 4.2. Hubungan antara Kondisi Visual Jalan dengan Nilai IRI 15
Tabel 4.7 Perbandingan Kriteria PenilaianIndikator yang Digunakan dalam Penilaian Kondisi Jalan di Beberapa Negara
18
DAFTAR GAMBAR
Daftar Tabel
2
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pendahuluan
BAB I
Pendahuluan
T
ransportasi di Indonesia nampaknya masih Sementara pada sisi lain, fakta menunjukkan bahwa
didominasi oleh moda jalan. Khususnya dalam kondisi jaringan jalan di Indonesia, pada umumnya
hal lalu lintas perangkutan barang di Indonesia, sangat bervariasi dalam rentang antara kondisi
fakta empiris menunjukkan 90% lalu lintas tersebut baik dan buruk. Dalam keseluruhan jaringan jalan
dilayani oleh moda jalan, sebesar 7% dilayani oleh nasional sepanjang 348.241 km, secara umum
moda laut, dan sisanya 3% oleh moda lain (kereta hanya terdapat sekitar 54% dalam kondisi baik
api, pesawat terbang, serta angkutan sungai dan dan cukup, sedangkan sisanya 46% berada dalam
penyeberangan) (Ofyar ZT, 2008). Pentingnya kondisi buruk. Demikian pula untuk jaringan jalan
peranan jalan dalam lalu lintas perangkutan provinsi, hanya terdapat sekitar 28% berada dalam
barang tersebut mengisyaratkan perlunya kinerja kondisi baik, sekitar 35% dalam kondisi cukup, dan
pelayanan infrastruktur jalan selalu dalam kondisi sisanya berada dalam kondisi buruk (lihat Tabel 1).
prima.
3
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pendahuluan
4
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
BAB II
Preservasi Jalan
2.1. Prinsip Preservasi meningkatkan aspek keselamatan jalan dan sesuai
dengan harapan atau kepuasan pengguna jalan.
2.1.1. Pengertian Preservasi jalan tersebut menganut prinsip bahwa
Menurut Pavement Preservation Guidelines - biaya perbaikan perkerasan akan menjadi lebih
FHWA, preservasi perkerasan jalan (pavement tinggi pada kondisi perkerasan yang lebih rendah
preservation)didefinisikan sebagai suatu (rusak) --- Hal ini disebabkan karena hubungan
pendekatan sistematis yang menggunakan antara kenaikan biaya dan penurunan kondisi
strategi berperspektif jangka panjang dan makro/ perkerasan bersifat tidak linear (lihat gambar 1).
menyeluruh (tingkat jaringan), untuk meningkatkan Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk
kinerja pelayanan perkerasan, dengan mempertahankan kondisi perkerasan pada jaringan
menggunakan berbagai metode atau praktek jalan akan lebih rendah dengan diterapkannya
yang terintegrasi dan efisien (costs-effective), yang prinsip preservasi perkerasan jalan
pada akhirnya meningkatkan umur perkerasan,
5
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
Secara praktis, preservasi perkerasan jalan dapat surface treatments, and ultra-thin and thin hot-
diartikanpelaksanaan pemeliharaan (treatment) mix asphalt overlays, sedangkan untuk jenis
yang tepat untuk kondisi jalan yang sesuai/tepat perkerasan portland-cement concrete (PCC) antara
dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain meliputi cleaning and sealing joints and cracks,
lain adalah lebih baik (efisien/murah) memelihara/ diamond grinding, and dowel-bar retrofitting.
mempertahankan kondisi jalan tetap baik pada
saat sekarang, daripada melakukan perbaikan nanti 2.1.2. Program Preservasi Jalan
setelah kondisi jalan mengalami kerusakan yang Preservasi perkerasan jalan merupakan
parah (significant). Dengan demikian, preservasi pendekatan pro-aktif dalam mempertahankan
perkerasan jalan menunjukkan pendekatan yang kondisi jaringan jalan yang ada.Penerapannya
pro-aktif dalam mempertahankan kondisi jaringan memungkinkan mengurangi pelaksanaan proyek-
jalan yang ada. proyek rehabilitasi dan rekonstruksi yang mahal,
lama dan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Disamping itu, preservasi perkerasan jalan hanya Dengan menerapkan kegiatan preservasi secara
bertujuan untuk memperpanjang umur perkerasan tepat waktu, pembina jalan dapat menyediakan
(menghambat kerusakan perkerasan yang meluas) kinerja pelayanan jaringan jalan, dengan mobilitas
dan/atau mengembalikan kemampuan pelayanan yang tinggi, keselamatan jalan yang lebih baik,
suatu perkerasan jalan, tetapi tidak untuk penurunan kemacetan, serta perkerasan yang lebih
meningkatkan kapasitas, maupun kekuatan dari baik dan berumur lebih panjang. Hal inilah yang
perkerasan. seharusnya menjadi tujuan yang harus dicapai dari
kegiatan preservasi perkerasan jalan.
Menurut FHWA, secara fungsional lingkup dari
kegiatan preservasi (atau pemeliharaan preventif) Suatu program preservasi perkerasan jalan
adalah segala hal yang terjadi pada perkerasan pada dasarnya terdiri dari 3 komponen, yaitu:
yang berkaitan dengan masalah aging, oxidation, pemeliharaan preventif (preventive maintenance),
surface deterioration, and normal wear and tear rehabilitasi minor/non-struktural (minor
from day-to-day performance and environmental rehabilitation/non-structural), and beberapa
conditions. Penanganan (treatment) preservasi kegiatan pemeliharaan rutin lainnya (routine
perkerasan jalan untuk jenis perkerasan hot-mix maintenance). (lihat gambar 2).
asphalt (HMA), antara lain meliputi crack sealing,
6
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
Suatu program preservasi perkerasan jalan yang Karakteristik dari kegiatan-kegiatan preservasi
efektif akan memberikan beberapa manfaat, yaitu perkerasan jalan adalah untuk mengembalikan
mempreservasi dana investasi pada jaringan jalan fungsi dari system jaringan jalan yang ada dan
yang dibangun, meningkatkan kinerja pelayanan memperpanjang umur pelayanannya, tapi
perkerasan, menjamin efisiensi pengalokasian bukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
dana pembiayaan jalan, memperpanjang umur meningkatkan kapasitas jalan, maupun kekuatan
pelayanan perkerasan jalan, mengurangi hambatan struktur perkerasan jalan.Gambaran dari lingkup
perjalanan (delays), meningkatkan mobilitas kegiatan preservasi perkerasan jalan ini dapat
pergerakan orang dan barang, serta meningkatkan dilihat pada tabel berikut ini.
keselamatan perjalanan.
7
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
8
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
perkerasan kaku yang lepas (blow-ups), road diikuti dengan pemberian satu lapisan chipping.
washouts, longsor (avalanches, rockslides). Tujuan dari chip seal adalah untuk memberikan
• Pavement reconstruction adalah pergantian suatu lapisan penutup (seal) pada lapisan pondasi
seluruh struktur perkerasan jalan eksisting (base) dan untuk memberikan lapisan yang
dengan menempatkan struktur perkerasan durabel dengan tahanan gelincir yang memadai
yang sama atau yang lebih baik. Rekonstruksi (SANTRAL,2007; Hussain et al. 2008; Edmund
dapat merupakan material baru maupun 2008).
recycled. Rekonstruksi dilakukan pada saat Pada tahun 2009, telah dilakukan kajian mengenai
perkerasan rusak. teknologi chip seal yang dilakukan oleh Anwar
Yamin dkk. Dari hasil penelitian tersebut, didapat
2.1.3. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Preventif kesimpulan bahwa:
Kegiatan preservasi terutama lebih dititikberatkan a. Hasil Survey lapangan terhadap tipe chip seal,
pada kegiatan pemeliharaan preventif, disamping lalu lintas, bahan yang digunakan, dan umur
kegiatan rehabilitasi minor dan pemeliharaan rutin. pelayanan.
Dari hasil pemeriksaan dokumen perencanaan dan
AASHTO mendefinisikan pemeliharaan preventif pemeriksaan lapangan terhadap kinerja chip seal
sebagai strategi penanganan yang terencana dan dapat diketahui bahwa parameter-parameter yang
efisien, pada suatu system jalan eksisting dan harus diperhatikan antara lain adalah precoating,
perlengkapannya, yang dapat mempreservasi lalu lintas, persen kendaraan berat, kekuatan lapis
sistem, memperlambat penurunan kondisi jalan pondasi, dan ukuran agregat. Selain itu, faktor
di masa yang akan datang, dan mempertahankan lingkungan juga harus diperhatikan. Dari hasil
atau meningkatkan kondisi fungsional dari sistem, pengamatan lapangan studi ini, dapat disimpulkan
tanpa harus meningkatkan kapasitas strukturalnya bahwa:
(seperti yang dikutip FHWA dari AASHTO Standing - chip seal dapat diterapkan di Indonesia
Committee on Highway 1997). dengan hasil yang cukup memuaskan, Lapisan
chip seal yang telah digunakan di Indonesia
Jenis-jenis kegiatan penanganan (treatment) yang umumnya dihampar di atas lapisan soil cement,
termasuk pada pemeliharaan preventif pada Pada umur dan kondisi yang sama lapisan
dasarnya dapat dikelompokkan atas teknologi chip seal lebih tahan terhadap retak refleksi
penanganan untuk: 1) perkerasan hot-mix asphalt dibandingkan dengan lapisan AC-WC setebal
(HMA); 2) perkerasan Portland-cement concrete 4 cm yang langsung diletakkan di atas lapisan
(PCC). pondasi soil cement
- Agregat yang ada di Indonesia dapat memenuhi
2.2. Teknologi Preservasi syarat dan dapat diproduksi menjadi ukuran
chip yang dapat digunakan untuk pekerjaan
2.2.1. Teknologi Preservasi Pada Perkerasan
chip seal,
Lentur - Tinggi rendah, overlapping penyemprotan dan
Teknologi pemeliharaan preventif pada jenis
kondisi nozzle sangat mempengaruhi kinerja
perkerasan lentur telah banyak tersedia beberapa
lapisan chip seal yang dihasilkan,
diantaranya adalah:
- Mikro tekstur lapisan chip seal di lapangan
• Chip Seals
secara umum masih sangat baik walaupun
• Fog Seals
chip tersebut telah dilewati atau mengalami
• Slurry Seals
pengausan akibat lalu lintas yang cukup tinggi
• Micro-Surfacing
dan lingkungan selama 4-6 tahun secara terus
• Thin Overlays
menerus,
• Crack Sealing
- Persyaratan chip yang akan digunakan
• Strain Alleviating Membrane (SAM)
untuk pekerjaan chip seal dapat mengacu ke
• Strain Alleviating Membrane Interlayer (SAMI)
persyaratan agregat untuk campuran beraspal,
• Geotextile Reinforced Seal (GRS)
- Nilai makro tekstur lapisan chip seal yang
didapat dari hasil pengujian British Pendulum
2.2.1.1. Chips Seal di lapangan adalah sangat baik. Hal ini
Chip Seal adalah pemberian satu lapisan aspal yang
9
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
mengindikasikan bahwa kekuatan lapis pondasi yang menggunakan chip seal sebagai lapisan
yang ada dan kuantitas aspal yang digunakan pondasi jalan yang menggunakan chip seal
sangat memadai, sebagai lapis penutupnya.
- Persyaratan lapis pondasi (soil cement) dalam
Spesifikasi Umum seksi 5.4 dengan target Data hasil pemeriksaan dokumen perencanaan
nilai UCS soil cement sebesar 24 kg/cm2 dapat dan pemeriksaan lapangan terhadap kinerja chip
digunakan sebagai lapisan pondasi jalan seal dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Dokumen Perencanaan dan Pemeriksaan Lapangan Terhadap Kinerja Chip Seal
Rekayasa laboratorium yang dilakukan untuk memberikan manfaat yang positif terhadap daya
mengetahui apakah aspal keras (AC Pen 60/70) lekatnya dengan aspal. Untuk tujuan ini, dilakukan
dan aspal polimer yang umumnya digunakan pengujian kelekatan aspal dengan chip dengan cara
untuk campuran beraspal di Indonesia dapat Vialit (Vialit test). Hasil dari pengujian ditunjukkan
juga digunakan untuk pekerjaan chip seal dan pada tabel berikut.
apakah precoated yang dilakukan pada aspal chip
Keterangan:
X = tidak dapat digunakan
V = dapat digunakan
1 = dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,75% terhadap berat chip
2 = dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,00% - 1,75% terhadap berat chip
3 = dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,00% - 1,75% terhadap berat chip, semakin kecil kuantitas
coating, semakin baik.
10
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
2.2.1.2. Fog Seal Kelebihan dari Slurry Seal adalah berbentuk Slurry
Fog seal ditempatkan terutama untuk menutup (bubur), sehingga dapat menutupi retak, tidak
perkerasan, menghambat kerusakan, memperkaya memerlukan pemadatan, aplikasi yang cepat, aman
pengeras/pengoksidasi aspal, dan membantu terhadap bahaya kebakaran, kedap air dan ramah
kekuatan ujung-bahu perkerasan.Fog seal lingkungan. Batasan dari slurry seal adalah tidak
aplikasinya sangat mudah yaitu dengan cara menghampar dalam kondisi hujan, perlu kontrol
menempatkan aspal elmusi yang dieencerkan di lalu lintas sebab ada penutupan lalu lintas 2 – 4
permukaan perkerasan tanpa agregat.Penerapanya jam, dan kondisi eksisting perkerasan yang rusak
berkisar antara 0,23 - 0,45 l/m2.perawatan dapat harus lebih dulu diperbaiki sebelum di Slurry Seal.
beradaptasi dengan baik di semua kondisi cuaca.
2.2.1.4. Micro Surfacing
2.2.1.3. Slurry Seal Micro-Surfacing merupakan sistem pelapisan
Slurry Seal adalah campuran merata yang terdiri menggunakan campuran dingin aspal polimer
atas agregat halus bergradasi menerus, air, bahan modifikasi yang dapat memperbaiki kerusakan
pengisi, dan Aspal Emulsi yang digunakan untuk pada jalan.Perawatan ini cocok untuk jalan jalan
lapis penutup permukaan pada perkerasan yang memiliki lalu lintas padat dan memiliki
(Pedoman Teknik Bina Marga,1999). Fungsi dari kemampuan untuk mengisi rutting.Bahan-bahan
slurry seal ini sebagai lapisan aus, kedap air, yang digunakan harus terus menerus diukur
mengisi pelepasan butir, menutupi retak, membuat dengan tepat kemudian secara seksama di
permukaan seperti baru dan sebagai lapisan anti campur pada mesin pencampur. Pada saat mesin
slip. Karakteristik Slurry seal adalah non structural, pencampur bergerak maju, hasil campuran secara
berupa bubur (slurry) yang berwarna coklat (saat menerus ditampung pada suatu bak terbuka yang
basah) dan hitam (saat kering), tebal 6-8 mm, menyebarkan Micro-Surfacing selebar jalur lalu
fleksibel serta aplikasi secara dingin. lintas pada satu lintasan. atau dapat juga digunakan
Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Slurry Seal yaitu: bak alur yang direkayasa khusus, dirancang
- Pengisian semua material ke dalam hoppers untuk menghampar partikel agregat pada bagian
dari Slurry Machine terdalam dari alur sehingga memberikan stabilitas
- Pembersihan permukaan jalan dengan yang maksimum pada jejak roda.
compressor udara. Keuntungan dari Micro-Surfacing:
- Penghamparan campuran dengan Slurry • Dengan pelapisan tipis setebal 0,95 mm (3/8“),
Machine Micro-Surfacing dapat meningkatkan tingkat
- Proses curing hamparan slurry dengan kekesatan, perbedaan warna, perbaikan
penutupan lalu lintas selama 2 – 4 jam permukaan, dan umur layan jalan dengan
- Lalu lintas dibuka lalulintas berat dan kecepatan tinggi.
• Pada landasan udara, Micro Surfacing
bergradasi rapat menghasilkan permukaaan
yang kesat tanpa mengakibatkan terlepasnya
butiran yang dapat merusak mesin pesawat.
Micro-Surfacing dapat diterapkan pada
CONTOH KONDISI PERMUKAAN DENGAN DAN
TANPA APLIKASI SLURRY SEAL
rentang temperatur dan kondisi cuaca yang
bervariasi.
11
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Preservasi Jalan
pohon keputusan
2.3.3. Australia
Program manajemen aset untuk pemeliharaan
dan rehabilitasi perkerasan digunakan oleh semua
lembaga negara jalan di Australia. Program-
program ini, mirip dengan sistem manajemen
perkerasan di Amerika Serikat, bervariasi di tiap
negara bagian. Program manajemen aset yang
telah dipikirkan dengan baik dan termasuk model
prioritasya serta analisis cost-benefit. Program
manajemen Aset telah digunakan secara efektif
Gambar 4. Penanganan Kerusakan Jalan dengan dalam mengidentifikasi kebutuhan dan dalam
Teknologi meyakinkan manajemen bahwa pendanaan
Micro Surfacing dibutuhkan untuk pemeliharaan jalan.
12
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
BAB III
Pengelolaan Jalan di
Indonesia
3.1. Regulasi Pengelolaan Jalan diperhitungkan serta mengikuti suatu standar
Menurut PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan tertentu.
pasal 84 butir tiga (3), program penanganan jalan b. Pemeliharaan berkala jalan merupakan kegiatan
didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terdiri penanganan terhadap setiap kerusakan yang
dari: diperhitungkan dalam desain agar penurunan
1) Pemeliharaan Jalan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi
Pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, kemantapan sesuai dengan rencana.
pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi, dimana: c. Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan
a. Pemeliharaan rutin jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang
merawat serta memperbaiki kerusakan- tidak diperhitungkan dalam desain, yang
kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan berakibat menurunnya kondisi kemantapan
dengan kondisi pelayanan mantap. Jalan pada bagian/tempat tertentu dari suatu
dengan kondisi pelayanan mantap adalah ruas- ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar
ruas jalan dengan umur rencana yang dapat penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat
13
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
14
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
15
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
Perk nilai
Jenis Permukaan Kondisi ditinjau secara visual Nilai RCI
IRI
Jalan tanah dengan drainase yang jelek,
dan semua tipe permukaan yang tidak Tidak bisa dilalui 0-2 17 - 24
diperhatikan sama sekali
Semua tipe perkerasan yang tidak di- Rusak berat, banyak lubang
perhatikan sejak lama (4-5 tahun atau dan seluruh daerah per- 2-3 12 -17
lebih) kerasan
Pen. Mac. lama Latasbum lama, Batu Rusak, bergelombang, ban-
3-4 9 - 12
krikil yak lubang
Agak rusak, kadang-kadang
Pen.Mac setelah pemakaian 2 tahun,
ada lubang, permukaan tidak 4-5 7-9
Latasbum lama
rata
Cukup, tidak ada atau sedikit
Pen. Mac. baru, Latasbum baru, Lasbu-
sekali lubang, permukaan 5-6 5-7
tag setelah pemakaian 2 tahun
jalan agak tidak rata
Lapis tipis lama dari Hotmix, Latasbum
Baik 6-7 3-5
baru, Lasbutag baru
Hot-mix setelah 2 tahun, Hot-mix tipis
Sangat baik umumnya rata 7-8 2-3
diatas Pen.Mac
Hot-mix baru (Lataston, Laston) (Pen-
ingkatan dengan menggunakan lebih Sangat rata dan teratur 8 -10 0-2
dari 1 lapis)
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010
Karena kriteria IRI dan RCI pada dasarnya selalu dipolakan, maka penilaian tipe penanganan secara sederhana
dapat ditetapkan berdasarkan padanilai IRI dan SDI semata, dimana nilai IRI dan SDI menjadi indikator teknis
untuk melihat kondisi jalan (lihat Tabel 4.21), dari kondisi teknis ini ditentukan tipe penanganan yang akan
dilakukan (lihat Tabel 4.22)
SDI
IRI (m/km)
< 50 50 – 100 100 – 150 > 150
<4 Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
4–8 Sedang Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
8 – 12 Rusak Ringan Rusak Ringan Rusak Ringan Rusak Berat
> 12 Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010
16
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
SDI
IRI (m/km)
< 50 50 – 100 100 – 150 > 150
Peningkt /
<4 Pmlh rutin Pmlh rutin Pmlh berkala
Recons
Peningkt /
4–8 Pmlh rutin Pmlh rutin Pmlh berkala
Recons
Peningkt /
8 – 12 Pmlh berkala Pmlh berkala Pmlh berkala
Recons
Peningkt / Peningkt / Peningkt / Peningkt /
> 12
Recons Recons Recons Recons
Sumber: Dir. Bina Program, Dirjen Bina Marga, Kemen PU, 2010
17
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
Tabel 4.7Perbandingan Kriteria PenilaianIndikator yang Digunakan dalam Penilaian Kondisi Jalan di Beberapa Negara
8 – 12 (Fair – 2.5-3.8
> 5 (poor) 1.5 -2 (Fair) 8-11 (Average)
Poor) (Fair)
< 77 (Ex-
SDI < 50 (Baik)
cellent)
50 – 100 77 – 87
(Sedang) (good)
100 – 150
88 – 97
(Rusak
(fair)
ringan)
> 150 (Ru- ≥ 98
sak barat) (poor)
Sumber: Dikompilasi konsultan dari berbagai sumber
18
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
Struc-
Surface
tural
Negara IRI Distress RCI Kondisi Jenis Penanganan
Distress
Index
Index
Indone-
<4 - 8 < 50 - 100 Baik - sedang Pemeliharaan Rutin
sia
8 - 12 <50 - 150 Rusak Ringan Pemeliharaan Berkala
>12 <50 - >150 Rusak Berat Peningkatan / Rekonstruksi
Nepal 0 – 1,7 Good Routine and recurrent maintenance
Routine and recurrent + periodic
1,8 – 3 Fair maintenance
Backlog maintenance or rehabilita-
3,1 – 5 Poor tion or reconstruction
India 1 Excellent Cyclic maintenance
2 Good Reactive maintenance
3 Fair Preventive or resurfacing works
4 Poor Structural overlay
5 Very Poor Pavement Reconstruction
Sumber: Dikompilasi konsultan dari berbagai sumber
19
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Pengelolaan Jalan di Indonesia
20
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Manajemen Preservasi Jaringan Jalan Wilayah
BAB IV
Manajemen Preservasi
Jaringan Jalan Wilayah
4.1. Peranan Manajer Ruas pengawasan.
Konsep manajer ruas merupakan hal yang Konsep manajer ruas merupakan upaya
masih baru di Bina Marga.Selama ini wewenang penyempurnaan pola dan manajemen penanganan
dalam pekerjaaan jalan berada pada PPK yang jalan dan jembatan demi mengakomodir
membawahi pengawas lapangan juga mandor dan perkembangan kondisi jalan dan jembatan
pekerja.Alur komando pekerjaan mengalir dari maupun mengakomodir apresiasi masyarakat
Kepala Satker pada PPK dimana program-program terhadap administrasi penanganan jalan dan
penanganan dengan jenis-jenis kegiatannya jembatan.Konsep ini mulai diperkenalkan awal
merupakan kebijakan dari direktorat Bina Program. tahun 2008. Secara umum, Manajer Ruas/
PPK kurang memiliki fleksibilitas dalam penentuan Area bertanggungjawab terhadap pengawasan,
kegiatan penanganan dikarenakan struktur pelaporan, dan penanganan ruas jalan di wilayah
organisasinya yang hanya sebgai pelaksana di kerjanya, sehingga upaya pencapaian zero hole
lapangan.Seringkali PPK berada jauh dari wilayah pot dan penanganan crack jalan dapat dilakukan
yang ditangani sehingga menyebabkan lemahnya dalam waktu secepatnya serta pengawalan kondisi
jaringan jalan nasional agar tetap prima. Peran
21
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah
Manajemen Preservasi Jaringan Jalan Wilayah
Kesimpulan
22
Manajemen Preservasi Jalan untuk
Pengelolaan Jaringan wilayah