Anda di halaman 1dari 20

Ringkasan usulan maksimal 500 kata yang memuat permasalahan, solusi dan target luaran

yang akan dicapai sesuai dengan masing-masing skema pengabdian kepada masyarakat.
Ringkasan juga memuat uraian secara cermat dan singkat rencana kegiatan yang
diusulkan.
RINGKASAN
Pada salah satu misi pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategi
Pembangunan Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat mandiri.
Sejalan dengan misi tersebut dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 khususnya
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, bertujuan untuk meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara
mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak
dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Untuk melibatkan segenap potensi
yang ada di masyarakat telah dikembangkan program Desa Siaga yang merupakan upaya
kesehatan berbasis masyarakat, agar upaya kesehatan yang dilakukan lebih tercapai
(accessible), lebih terjangkau (affordable), serta lebih berkualitas (quality).
Dari hasil wawancara dengan staf balai desa didapatkan hasil bahwa masyarakat pada
kalangan lansia mengidap penyakit degeneratif khususnya hipertensi serta kurang optimalnya
home care tuberkulosis akibat kurang terbukanya masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis.
Dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa dermaji, masyarakat masih
membutuhkan edukasi dan keterampilan dalam mengelola sumber daya alam yang ada
menjadi produk dengan nilai jual tinggi.
Solusi yang ditawarkan antara lain dengan melakukan penyuluhan mengenai
hipertensi bagi kalangan lansia dan pembentukan kader home visit terapi tuberkulosis bagi
seluruh masyarakat desa dermaji. Pelatihan pengolahan sumber daya alam yang ada di desa
dermaji dengan pembuatan kripik dari olahan singkong ataupun olahan tanaman singkong
sebagai alternatif obat tradisional. Pembentukan kader UMKM guna mengelola tanaman
albasia sebagai bentuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa dermaji. Untuk
menangani tidak terkelolanya limbah kotoran kambing dan sampah organik, masyarakat desa
dermaji dapat menciptakan kompos yang dapat berguna dalam sektor perekonomian
masyarakat desa dermaji.
Target luaran kegiatan ini adalah 1). Meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi
bagi kalangan lansia desa dermaji, 2). Masyarakat desa dermaji dapat mengetahui penyakit
tuberkulosis mulai dari cara pencegahan hingga penanggulangannya, 3). Masyarakat desa
dermaji mampu mengelola sumber daya alam yang ada hingga menjadi produk yang
memiliki nilai jual serta mampu memasarkannya secara luas.

Kata kunci maksimal 5 kata

Kata_kunci_1; Pelayanan Kesehatan, Kata_kunci_2; Hipertensi, Kata_kunci_3; Tuberculosis,


Kata_kunci_4; Pemanfaatan Limbah, Kata_kunci_5; Tanaman Obat.

Bagian pendahuluan maksimum 2000 kata yang berisi uraian analisis situasi dan
permasalahan mitra. Deskripsi lengkap bagian pendahuluan memuat hal-hal berikut.
1. ANALISIS SITUASI
Pada bagian ini diuraikan analisis situasi fokus kepada kondisi terkini mitra yang
mencakup hal-hal berikut.
a. Untuk Mitra yang bergerak di bidang ekonomi produktif
• Tampilkan profil mitra yang dilengkapi dengan data dan gambar/foto situasi mitra.
• Uraikan segi produksi dan manajemen usaha mitra.
• Ungkapkan selengkap mungkin persoalan yang dihadapi mitra.
b. Untuk Mitra yang mengarah ke ekonomi produktif
• Tampilkan profil mitra yang dilengkapi dengan data dan gambar/foto situasi mitra.
• Jelaskan potensi dan peluang usaha mitra.
• Uraiankan dan kelompokkan dari segi produksi dan manajemen usaha.
• Ungkapkan seluruh persoalan kondisi sumber daya yang dihadapi mitra
c. Untuk Mitra yang tidak produktif secara ekonomi / sosial
• Uraiakan lokasi mitra dan kasus yang terjadi/pernah terjadi dan didukung dengan
data dan gambar/foto.
• Ungkapkan seluruh persoalan yang dihadapi saat ini misalnya terkait dengan
layanan
kesehatan, pendidikan, keamanan, konflik sosial, kepemilikan lahan, kebutuhan
air
bersih, premanisme, buta aksara dan lain-lain.
2. PERMASALAHAN MITRA
Mengacu kepada butir Analisis Situasi, uraikan permasalahan prioritas mitra yang
mencakup hal-hal berikut ini.
a. Untuk Mitra yang bergerak di bidang ekonomi produktif: penentuan permasalahan
prioritas mitra baik produksi maupun manajemen yang telah disepakati bersama mitra.
b. Untuk Mitra yang mengarah ke ekonomi produktif: penentuan permasalahan prioritas
mitra baik produksi maupun manajemen untuk berwirausaha yang disepakati bersama.
c. Untuk Mitra yang tidak produktif secara ekonomi / sosial: nyatakan persoalan prioritas
mitra dalam layanan kesehatan, pendidikan, keamanan, konflik sosial, kepemilikan
lahan, kebutuhan air bersih, premanisme, buta aksara dan lain-lain.
d. Tuliskan secara jelas justifikasi pengusul bersama mitra dalam menentukan persoalan
prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama pelaksanaan program PKM.
PENDAHULUAN
Program pembangunan menjadi perhatian khusus di banyak negara berkembang di
Asia Tenggara, tidak terkecuali dengan negara Indonesia. Program pembangunan bukan
hanya dilihat dari segi ekonomi atau fisik kongkrit, akan tetapi pembangunan di bidang
kesehatan termasuk ke dalam program yang perlu diberikan perhatian khusus. Menurut
Effendy (Dalam Istiyanto, 2011) pembangunan merupakan proses komunikasi atau
penyampaian maksud maupun pesan, yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dalam
tujuan mengubah sikap, perilaku atau pendapat seseorang untuk mencapai pembaruan yang
lebih baik. Berdasarkan Undang-undang Otonomi Daerah No. 22 dan 25 tahun 1999,
pemerintah memeliki kekuasaan dalam melaksanakan program pembangunan kesehatan.
Tujuan pemerintah dalam melaksanakan proses pembangunan adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Sektor kesehatan banyak dipengaruhi dari berbagai sektor,
terutama dari sektor kemiskinan, akibat kemiskinan akan timbul berbagai macam masalah
tentang kesehatan (Yanuar,2017).
Salah satu misi pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategi
Pembangunan Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat mandiri.
Sejalan dengan misi tersebut dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 khususnya
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, bertujuan untuk meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara
mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak
dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Untuk melibatkan segenap potensi
yang ada di masyarakat telah dikembangkan program Desa Siaga yang merupakan upaya
kesehatan berbasis masyarakat, agar upaya kesehatan yang dilakukan lebih tercapai
(accessible), lebih terjangkau (affordable), serta lebih berkualitas (quality) (Depkes RI,
2006).
Masyarakat memegang peranan penting dalam peningkatan derajat kesehatan. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2016, pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dilakukan dengan mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat secara berkesinambungan, dengan target keluarga, dimana keluarga merupakan
unit terkecil dari masyarakat.
Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola
konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya adalah
masalah pada paru-paru yaitu tuberkolosis. Tuberkolosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosis, bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu yang lama untuk mengobatinya. Tuberkulosis paru masih terus menjadi masalah
kesehatan didunia terutama dinegara berkembang. Obat anti tuberculosis (OAT) sudah
ditemukan dan vaksinasi Bacillus Calmette Guerin (BCG) telah dilaksanakan, tetapi
tuberkulosis masih belum bisa diberantas (Sri et al,2017).
Berdasarkan Kementerian Kesehatan, prevalensi kasus Tuberkulosis paru di Indonesia
secara nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 285 per 100.000 penduduk sedangkan angka
kematian tuberkulosis paru telah turun menjadi 27 per 100.000 penduduk. Laporan World
Health Organization (WHO) tahun 2014, angka kejadian tuberkulosis paru pada tahun 2013
diperkirakan terdapat 450.000 oraang, 170.000 orang diantaranya meninggal dunia. (Sri et
al,2017).
Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainya. Bagi manusia, lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda
nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena
terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2004:35).
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Untuk merealiasasikan UndangUndang tersebut, kemudian diikuti oleh berbagai
peraturan pemerintah dan keputusan Menteri terkait, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 mengenai analisis dampak lingkungan, peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun
1999 mengenai pengendalian pencemaran pulau atau pengerusakan laut, dan peraturan
pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, tentang pengendalian pencemaran lingkungan.
Sampah sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan bahan buangan yang biasanya
dibuang secara open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan meninggalkan
gangguan lingkungan dan bau tidak sedap. Limbah sayuran dan buah-buahan mempunyai
kandungan gizi rendah, yaitu protein kasar sebesar 1-15% dan serat kasar 5-38%.
Penggunaan Effective Microorganisme 4 (EM4)dalam mempercepat pembuatan pupuk cair
dianggap sebagai teknologi karena bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi. Effective
Microorganisme merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang
bermanfaat(bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi aktinomisetes dan jamur
fermentasi)yang dapat meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM4 dapat
memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Nasrul et al,2016).
Dalam dinamika pembangunan ekonomi daerah, salah satu aspek yang perlu
diperhitungkan adalah kemampuan untuk memanfaatkan atau menggunakan sumberdaya
-baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam – seefektif dan seefesien mungkin.
Kemampuan dalam mengalokasikan dan memanfaatkan sumberdaya tersebut akan sangat
ditentukan oleh kapasitas dan ketersediaan sumberdaya dimaksud dengan kata lain,
persediaan (dalam aspek kuantitatif) dan mutu sumberdaya (dalam aspek kualitatif) dan
dimensi penggunaannya harus dirumuskan dalam suatu kerangka kebijakan pembangunan
ekonomi daerah yang bermutu, adil, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Junaidi &
Zulgani,2011).
Salah satu bentuk dari pembanunan ekonomi suatu daerah dalam pemanfaatan
sumberdaya alam dan sumber daya manusia berupa mebuat kerajinan mebel , selain sebagai
karya desain yang bersifat fungsional, mebelsangat potensial untuk dapat
dikembangkanseluas-luasnya dimasyarakat, serta penuh optimis ke depan akan
menumbuhkan karya cipta mebel dengan kekayaan bentuk dan fungsi. Hingga saat ini
terdapat puuluhan jenis kayu yang dapat digunakan untuk berbagai bentuk mebel.Didalam
desain produk atau benda pakai yang dimaksud mebel ialah segala sesuatu yang diciptakan
manusia berupa produk bendawi untuk memenuhi kebutuhan aktivitas kehidupannya
(Kusmandi,2000).

Berikut ini adalah kondisi demografis desa dermaji bersumber dari hasil survey yang
dilakukan anggota pengabdian masyarakat khususnya mahasiswa Universitas Harapan
Bangsa Tahun 2019 :
Desa dermaji memiliki 2 dusun dengan 7 RW. Pada Dusun I memiliki 4 RW dengan 26 RT
dan pada dusun II memiliki 3 RW dengan 15 RT. Desa dermaji sudah memiliki 2 lembaga
kesehatan yaitu puskesmas pembantu yang terletak di dusun I dan posbindu yang terletak di
dusun II. Untuk mata pencarian masyarakat desa dermaji sebagian besar memilih untuk
menjadi peternak kambing dan berkebun, sisanya bekerja sebagai petani dan ibu rumah
tangga. Terdapat beberapa khasus penyakit di desa dermaji yaitu untuk penyakit berat
masyarakat dermaji mengidap penyakit tuberculosis, untuk penyakit musiman masyarakat
sering terkena penyakit gandongan dan cacar dan untuk penyakit yang sering dikeluhkan
orang dewasa adalah penyakit hipertensi.

Solusi permasalahan maksimum terdiri atas 1500 kata yang berisi uraian semua solusi
yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Deskripsi lengkap
bagian solusi permasalahan memuat hal-hal berikut.
a. Tuliskan semua solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi mitra secara sistematis sesuai dengan prioritas permasalahan. Solusi harus
terkait betul dengan permasalahan prioritas mitra.
b. Tuliskan jenis luaran yang akan dihasilkan dari masing-masing solusi tersebut baik
dalam segi produksi maupun manajemen usaha (untuk mitra ekonomi produktif /
mengarah ke ekonomi produktif) atau sesuai dengan solusi spesifik atas permasalahan
yang dihadapi mitra dari kelompok masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi /
sosial.
c. Setiap solusi mempunyai luaran tersendiri dan sedapat mungkin terukur atau dapat
dikuantitatifkan.
d. Uraikan hasil riset tim pengusul yang berkaitan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan

SOLUSI PERMASALAHAN
Masalah yang ada di Desa Dermaji menjadi prioritas utama segera ditangani, hal ini
berdasarkan pertemuan dengan pihak staf kantor kepala desa Dermaji, pihak puskesmas
pembantu, kader, dan tenaga medis serta perwakilan petani dan peternak kambing serta
beberapa masyarakat. Dari pertemuan didapatkan beberapa masalah antara lain:
1. Penyuluhan hipertensi kepada kelompok lansia desa dermaji
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang hampir diderita sekitar 25% penduduk
dunia dewasa (Adrogué & Madias, 2007). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik >140 mm Hg atau tekanan diastolik > 90 mm Hg (National Heart Lung & Blood
Insitute, 2003). Insidensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, sekitar 60 %
dari semua kematian prematur diakibatkan oleh hipertensi terjadi di antara pasien dengan
hipertensi ringan (Fisher dan Gordon, 2005). Berdasarkan penelitian WHO-Comunity
Study of the Elderly Central Java menemukan bahwa hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler merupakan penyakit kedua terbanyak yang diderita lansia setelah artritis,
yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel (Nugroho, 2000). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Domas (2010) di desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo mengenai peningkatan
pengetahuan tentang hipertensi pada lansia, hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari
pengetahuan (Domas, 2010). Penelitian Anggi (2017) menyatakan bahwa adanya
pengaruh antara jalan kaki terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi (Anggi, 2017).
Oleh karena itu, solusi alternatif yang dapat ditawarkan adalah pemberian pengetahuan
melalui penyuluhan hipertensi pada lansia dalam bentuk penanggulangan penyakit
hipertensi seperti pengendalian berat badan, pengurangan asupan natrium klorida aktifitas
alkohol, pengendalian stress, dan serat, The 5-year primary prevention of hypertension
meneliti berbagai faktor intervensi terdiri dari pengurangan kalori, asupan natrium kloride
dan alkohol serta peningkatan aktifitas fisik. Hal tersebut didasari oleh tingginya jumlah
penderita penyakit degeneratif khususnya hipertensi, dikarenakan sistem informasi
pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
2. Pembentukan kader home visit terapi tuberkulosis kepada seluruh masyarakat desa
dermaji
Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Risiko
penularan setiap tahun yang dihitung dari indikator Annual Risk of Tuberculosis Infection
(ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3% (Dep Kes, 2009).
Global Report World Health Organization (WHO) pada 2015 menjelaskan, kematian
akibat TB mencapai 1,1 juta jiwa, HIV/AIDS 800 ribu jiwa, koinfeksi TB-HIV 400 jiwa
(Community    TB Care ‘Aisyiyah, 2015). Pada tahun 2015, jumlah penderita penyakit
tuberkulosis (TBC) di banyumas didominasi oleh usia produktif dan anak-anak yaitu
terdapat 2.673 kasus. Pada usia produktif (15-54 tahun) ada 1.747 orang atau sekitar 65
persen dari total kasus TBC tahun 2015. Berdasarkan hasil wawancara Pengelola penyakit
TBC Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas Misti Rahayu, pada tahun
sebelumnya penderita TBC di Banyumas mencapai 3.000 orang. Pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 1.088 penderita TBC, Kemudian pada tahun 2011 (1.143), tahun 2012 (1.161),
tahun 2013 (1.176), dan tahun 2014 (1.168). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
Kangagung (2013) mengenai pengaruh home care terhadap pemahaman dan ketaatan pada
pasien Tuberkulosis di farmasi komunitas didapatkan hasil bahwa dengan
dilaksanakannya home care dapat berpengaruh terhadap pemahaman pasien terhadap
penyakit tuberkulosis paru (Kangagung, 2013). Pada penelitian yang dilakukan Suharyo
(2013) mengenai determinasi Tuberkulosis di daerah pedesaan menunjukkan bahwa
hampir semua penderita TB paru mempunyai pengetahuan cukup baik, namun masih ada
sebagian yang masih berperilaku buruk, yaitu tidak menutup mulut saat batuk. Peran tokoh
masyarakat di pedesaan belum menunjang program pencegahan dan penanggulangan
penyakit TB paru. Peran petugas kesehatan (koordinator TB paru) masih terbatas
melaksanakan pengobatan, penyuluhan, dan belum melaksanakan pencarian kasus baru
secara aktif (Suharyo, 2013). Oleh karena itu, solusi alternatif yang dapat ditawarkan
yakni dengan membentuk kader home visit terapi TB di desa dermaji. Dengan
dibentuknya kader tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan atau tindakan penderita TB dan keluarga terhadap upaya pencegahan
kegagalan pengobatan tuberkulosis, dan dapat dijadikan sebagai salah satu model
pelayanan keperawatan keluarga yang tepat bagi penderita TB yang membutuhkan
pelayanan lanjutan di rumah.
3. Optimalisasi pemanfaatan dan pengolahan tanaman singkong sebagai obat tradisional
penyakit anemia dan produk olahan makanan
Singkong (Manihot esculenta Crantz) sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk di
dunia. Di Indonesia, singkong merupakan bahan pangan yang masih menjadi alternatif
dibandingkan bahan pangan yang lain (Bargumono, 2013). Bagian singkong yang dapat
dimanfaatkan adalah umbi dan daunnya. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok
penghasil karbohidrat. Daging umbinya berwarna putih dan kuning. Umbi singkong tidak
tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai
dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun
bagi manusia (Anonim, 2008). Selain umbi yang dapat digunakan, bagian daun-daun
muda (pucuk) juga sering dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam membuat berbagai
sayuran. Pemanfaatan daun singkong sebagai sayuran, disebabkan karena rasanya yang
gurih juga mengandung zat besi. Daun singkong masih banyak ditemukan dan mudah
dijangkau oleh masyarakat dermaji, hal ini dikarenakan luasnya lahan yang mampu
digunakan sebagai areal perkebunan. Pada penelitian Hetaria, (2012) sebelumnya telah
menggunakan pengaruh lama perebusan terhadap kandungan vitamin C dan vitamin B1
pada daun singkong varietas Mangi (Manihot esculenta Crantz). Hasil yang diperoleh dari
peneliti Hetaria (2012) adalah semakin lama waktu perebusannya, semakin banyak pula
kandungan vitamin yang hilang. Berdasarkan penelitian dari Adnyana (2012) diproleh
hasil bahwa jus daun singkong dapat mempertahankan hidup mencit yang terkena
amnemia lebih baik dari pada kelompok kotrol. Oleh karena itu solusi alternatif yang
tawarkan adalah didirikannya usaha pengelolaan tanaman singkong dimana daun singkong
akan dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengatasi penyakit amnemia serta
pengolahan umbi singkong menjadi kripik singkong yang dapat dipasarkan baik didalam
dermaji maupun ke luar daerah darmaji sehingga dapat meningkatkan profit masyarakat
Desa Dermaji.
4. Optimalisasi pemanfaatan limbah kotoran kambing dan limbah organik sebagai pupuk
kompos
Sampah merupakan satu hal yang banyak dihindari namun setiap waktu dihasilkan dari
aktivitas kita sehari-hari. Sampah dihasilkan dari berbagai sumber yaitu kegiatan rumah
tangga, industri, perkantoran, pertanian/perkebunan, fasilitas umum maupun
pertambangan. Sampah menjadi persoalan yang besar jika tidak dikelola dengan baik.
Kompos adalah pupuk yang berasal dari proses pelapukan bahan-bahan yang berupa
dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewwan, sampah organik dan lain-lain
(Dewi dan Tresnowati, 2012). Kabupaten banyumas dengsn jumlsh penduduk sekitar
1.620.918 jiwa pada tahun 2014, produksi sampah di kabupaten banyumas terbilang
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 produksi sampah di kabupaten banyumas
tersebut menvapai 700 m3 per hari, lima tahun kemudian yaitu tahun 2010 meningkat
menjadi 1.100 m3 per hari (Volume sampah rata-rata per hari menurut kabupaten/kota di
jawa tengah badan pusat statistik provinsi jawa tengah). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Nurjazuli dkk (2016) bahwa unit komposter tong plastik semi anaerobik dibantu
aktivator EM4 kompos cair mampu menghasilkan menghasilkan kompos cair dalam waktu
relatif singkat (+5 hari) (Nurjazuli dkk, 2016). Hasil penelitian Linda, dkk (2017)
mengenai pembuatan pupuk kompos dari limbah kotoran kambing dengan bioativator
EM4 dengan waktu pengomposan hari ke 10, 20, 30 menghasilkan pupuk kandang dengan
kualitas yang sesuai SNI. Oleh karena itu solusi yang ditawarkan adalah melakukan
pembangunan usaha pengelolaan kompos kotoran kambing dan sampah organik dimana
kompos ini merupakan sumber hara dan media pertumbuhan tanaman yang sangat baik
dimanfaatkan langsung oleh masyarakat Dermaji dalam pertanian dan perkebuan. Selain
itu kompos ini dapat dijadikan peluang usaha untuk meningkatkan profit masyarakat
dermaji dimana kompos akan dikemas secara khusus dan dipasarkan oleh masyarakat
melalui pembentukkan kader UMKM.
5. Pembuatan Kader UMKM dengan memanfaatan tanaman Albasia sebagai bahan mebel
serta sebagai potensi obat jamur tradisional khas dermaji
Albasia (Albazia chinensis) adalah tanaman yang tersebar luas di kawasan India, Asia
Tenggara, dan Cina Selatan. Di Indonesia sendiri persebaran Albasia sangat luas dan
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, dan memiliki nilai jual tinggi khususnya
pada bagian kayunya. Bagian ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai sektor. Desa
Dermaji merupakan sebuah desa yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian,
para petani menanam tanaman albasia salah satunya. Dengan keterbatasan keterampilan
yang mereka ketahui proses penjualan tanaman albasia masih sangat sederhana yaitu
dengan menjualnya secara langsung dalam bentuk utuh. Dalam rangka meningkatkan
pendapatan warga desa, melatih masyarakat berdaya saing global serta memanfaatkan
SDA yang ada dengan baik. Oleh karena itu solusi yang ditawarkan yaitu pembentukkan
kader UMKM akan menjadi pelopor usaha bagi masyarakat desa Dermaji, meningkatkan
keterampilan wirausaha, memanfaatkan SDA berupa pembuatan mebel dan pemanfaatan
kayu albasia sebagai potensi obat jamur tradisional dengan baik, meningkatkan
pengetahuan kewirausahaan bagi masyarakat, dan membangun kesadaran masyarakat akan
pentingnya ilmu kewirausahaan dan mengangkat perekonomian masyarakat desa Dermaji.

Metode pelaksanaan maksimal terdiri atas 2000 kata yang menjelaskan tahapan atau
langkah-langkah dalam melaksanakan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
permasalahan mitra. Deskripsi lengkap bagian metode pelaksanaan untuk mengatasi
permasalahan sesuai tahapan berikut.
1. Untuk Mitra yang bergerak di bidang ekonomi produktif dan mengarah ke ekonomi
produktif, maka metode pelaksanaan kegiatan terkait dengan tahapan pada minimal 2
(dua) bidang permasalahan yang berbeda yang ditangani pada mitra, seperti:
a. Permasalahan dalam bidang produksi.
b. Permasalahan dalam bidang manajemen.
c. Permasalahan dalam bidang pemasaran, dan lain-lain.
2. Untuk Mitra yang tidak produktif secara ekonomi / sosial, nyatakan tahapan atau
langkah-langkah yang ditempuh guna melaksanakan solusi atas permasalahan spesifik
yang dihadapi oleh mitra. Pelaksanaan solusi tersebut dibuat secara sistematis yang
meliputi layanan kesehatan, pendidikan, keamanan, konflik sosial, kepemilikan lahan,
kebutuhan air bersih, premanisme, buta aksara dan lain-lain.
3. Uraikan bagaimana partisipasi mitra dalam pelaksanaan program.
4. Uraikan bagaimana evaluasi pelaksanaan program dan keberlanjutan program di
lapangan setelah kegiatan PKM selesai dilaksanakan.

METODE PELAKSANAAN
Metode Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Dermaji dengan judul PPIM
Optimalisasi Layanan Kesehatan Dan Pemanfaatan Potensi Alam Sebagai Solusi Pengobatan
Awal Dalam Mewujudkan Desa Siaga Berbasis Masyarakat Di Desa Dermaji Kecamatan
Lumbir Kabupaten Banyumas. Adapun tahapannya sebagai berikut :
A. Realisasi Pemecahan Masalah
Kegiatan dilaksanakan pada pertemuan 1 :
Hari/Tanggal : Senin, 9 Desember 2019
Pukul : 09.00-15.00
Tempat : Aula Kantor kepala Desa Dermaji
Peserta : Seluruh masyarakat Desa Dermaji
Kegiatan dilaksanakan pada pertemuan 2 :
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Desember 2019
Pukul : 09.00-12.00
Tempat : Aula Kantor Kepala Desa Dermaji
Peserta : Seluruh masyarakat Desa Dermaji
B. Khalayak Sasaran
Kegiatan ini ditujukan bagi lansia pengidap penyakit hipertensi, pengidap penyakit TBC,
petani dan peternak kambing serta seluruh masyarakat desa Dermaji, Kecamatan Lumbir,
Kabupaten Banyumas
C. Metode yang Digunakan
- Ceramah/Presentasi
- Demonstrasi
- Banner
- Poster
- Memberikan booklet dan leaflet
- Mengisi quesioner
D. Persiapan dan Koordinasi
Tahap persiapan dan koordinasi dilakukan pada bulan Agustus-September 2019. Pada
tahap persiapan dan koordinasi dilakukan dengan metode survei di lapangan, pengurusan
perijinan dan anjangsana dengan Staff Balai Desa Dermaji, kelompok ternak Desa
Dermaji. Survei lapangan bertujuan mengidentifikasi kondisi dan situasi yang tepat untuk
memulai kegiatan dan menetapkan strategi pendekatan yang digunakan pada pelaksanaan
pengabdian pada masyarakat. Koordinasi teknis pelaksaan dilakukan pada bulan
September 2019. Koordinasi pelaksanaan teknis pengabdian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran pelaksanaan pengabdian masyarakat, mendapatkan dukungan dan
support serta membantu untuk mengidentifikasi kemungkinan faktor dan kendala agar
dapat diantisipasi. Koordin
asi akan dilaksanakan lebih mendalam khususnya pada sekelompok peternak, petani,
masyarakat desa setempat, dan puskesmas pembantu.
E. Skrining dan Sosialisasi Pada Para Peserta Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat
Pengumpulan dan pengelompokkan data peserta yang dapat mengikuti kegiatan
pengabdian masyarakat diantarannya adalah kelompok peternak kambing, petani, lansia
penderita hipertensi, penderita TBC dan masyarakat Desa Dermaji.
F. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Dengan Diskusi dan Musyawarah
Bersama
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Agustus-Februari 2020 di Desa Dermaji bekerjasama
dengan balai desa setempat, puskesmas pembantu, kelompok peternak kambing, petani
dan masyarakat sekitar dengan judul PPIM Optimalisasi Sistem Informai Layanan
Kesehatan Melalui Penyuluhan Penanggulanagan Penyakit Dan Pemanfaatan Potensi
Alam Dalam Upaya Mewujudkan Desa Siaga Berbasis Masyarakat Di Desa Dermaji
Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan cara
penyuluhan diskusi dan pelatihan dengan kelompok peternak kambing, petani, penderita
hipertensi, penderita tuberkulosis dan masyarakat sekitar. Pada kegiatan ini peserta
diberikan pelatihan dan sekaligus diberikan informasi dalam upaya meningkatkan mutu
SDM dan mewujudkan desa siaga kesehatan. Dengan Pendekatan Melalui Penyuluhan
Meliputi :
1. Pendekatan kepada tokoh masyarakat mengenai kegiatan yang akan dilakukan antara
lain rencana kegiatan yang akan dilakukan mencakup pembentukan kelompok lansia
Desa Dermaji, home visit TBC, kelompok tani, pembangunan usaha pengelolaan
kompos kotoran kambing dan sampah organik, pembentukkan pengelolaan tanaman
singkong, pembentukkan kader UMKM dengan bekerjasama dengan balai desa
setempat.
a. Dibentuknya kelompok lansia, salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dan sikap lansia mengenai hipertensi serta memperbaiki persepsi dan pola hidup
lansia. Lansia diharapkan untuk dapat menjalankan pola hidup sehat didasari dengan
pengetahuan yang cukup sehingga kesehatan dan kesejahteraan hidup lansia akan
menjadi lebih baik. Bahan yang digunakan dalam upaya promosi kesehatan
pencegahan hipertensi adalah materi presentasi tentang hipertensi dan faktor
risikonya terdiri dari file power point tentang hipertensi, LCD dan layar proyektor.
Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan ini adalah metode penyuluhan dan
pemeriksaan tekanan darah dan dilanjutkan dengan tanya jawab serta diskusi.
b. Dibentuknya kader home visit Tuberkulosis di desa Dermaji. Pembentukan kader
home visit ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai cara pencegahan bagi
masyarakat yang tidak terjangkit tuberculosis, cara deteksi dini, hingga
penanggulangan penyakit tuberculosis. Pembentukan kader home visit tersebut
dilaksanakan dengan melakukan pendekatan terhadap keluarga penderita TBC
melalui pemberian edukasi mengenai TBC.
c. Dilakukannya pelatihan pemanfaatan tanaman singkong bagi masyarakat darmaji
khususnya untuk obat tradisional. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa tanaman
singkong memiliki banyak sekali kandungan yang bermanfaat, singkong memiliki
kandungan karbohidrat dan daun singkong mengandung protein serta zat besi yang
dapat digunakan untuk penambah darah bagi penderita anemia, dengan dilakukannya
pelatihan ini masyarakat Dermaji diharapkan lebih mampu mengelola sumber daya
alam yang dimiliki. Selain dilakukannya pelatihan pemanfaatan singkong menjasi
obat tradisional, dapat dibentuknya lapangan pekerjaan baru berupa pengelolaan
tanaman singkong di desa dermaji dimana usaha ini memanfaatkan tanaman
singkong baik daun maupun akarnya akan diolah menjadi kripik yang kemudian
dikemas khusus dan dipasarkan oleh masyarakat di sekitar maupun keluar daerah
dermaji. Diharapkan dengan adanya pembentukan usaha pengelolaan tanaman
singkong dapat meningkatkan provit dan kualitas hidup masyarakat desa dermaji.
Untuk membentuk usaha pengelolaan tanaman singkong menjadi kripik dibutuhkan
kader yang akan dibantu oleh beberapa warga khususnya para ibu rumah tangga.
Berikut adalah bentuk penugasan yang lebih detail.
1) Koordinator: adalah ketua atau penanggung jawab kegiatan yang akan
memastikan usaha pengelolaan tanaman singkong terus berjalan,
mengembangkan usaha dan mencatat hasil kegiatan dari usaha.
d. Dibangunnya usaha pengelolaan kotoran kambing dan limbah organik di Desa
dermaji dengan memanfaatkan hasil buangan limbah organik masyarakat yang
belum dimanfaatkan serta mengelola kotoran kambing yang merupakan hasil
buangan dari setiap peternakan di desa dermaji. Pembangunan usaha pengelolaan
kotoran dan limbah organik ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan profit
masyarakat dermaji dengan cara membuka lapangan pekerjaan, meningatkan
kualitas pertanian dan perkebunan masyarakat darmaji serta meningkatkan nilai jual
kompos dengan membuat kompos bermerek. Untuk membentuk usaha pengelolaan
kotoran kambing dan limbah organik menjadi kompos bermerek dibutuhkan kader
yang akan dibantu oleh beberapa warga khususnya para peternak kambing. Berikut
adalah bentuk penugasan yang lebih detil :
1) Koordinator: Ia adalah ketua atau penanggung jawab kegiatan yang akan
memastikan usaha pengelolaan kototoran kambing dan limbah organik terus
berjalan, melakukan program pengembangan usaha dan mencatat hasil kegiatan
dari usaha.
e. Dilakukan pembentukan UMKM. UMKM sendiri adalah singkatan dari Usaha
Mikro, Kecil, Menengah. Adapun UUD yang mengatur UMKM adalah Undang –
Undang No 20 Tahun 2008 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi
pengembangan usaha dengan cara memberikan intensif kepada usaha mikro, kecil,
dan menengah mengembangkan teknologi dan kelestarian lingkungan hidup.
Pengembangan UMKM ini sendiri dimaksudkan dengan tujuan agar masyarakat
dapat meningkatkan profit mereka dengan cara mengolah sumber daya alam
khususnya tanaman albasia menjadi sebuah perabot yang memiliki nilai jual yang
lebih tinggi, selain itu dapat bermanfaat sebagai obat jamur tradisional, serta dapat
bermanfaat dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dermaji. Untuk
membentuk usaha pengelolaan tanaman albasia menjadi prabot dan obat jamur
tradisional dibutuhkan kader yang akan dibantu oleh beberapa warga khususnya para
perajin kayu. Berikut adalah bentuk penugasan yang lebih detil.
1) Koordinator: Ia adalah ketua atau penanggung jawab kegiatan yang akan
memastikan usaha pengelolaan tanaman albasia terus berjalan, mengembangkan
usaha dan mencatat hasil kegiatan dari usaha.
2. Sosialisasi program yang akan dilakukan
a. Sosialisasi kegiatan dan mendata peserta.
b. Menetapkan tempat kegiatan dan rencana perencanaan masalah.
c. Menyiapkan materi pelatihan dan alat-alat pendukung.
d. Sarana pendukung pada kegiatan antara lain : drum, sekop, selang, poly bag, plastik
besar, lakban, banner, tali, booklet, leaflet, poster.
e. Menyiapkan SDM yang terlibat (pelaksana, ketua, anngota kelompok peternak
kambing, petani dan masyarakat Desa Dermaji).
f. Narasumber diambil dari Kepala Desa dan Peternak Desa Dermaji.
g. Membuat undangan kepada para peserta.
h. Cheking akhir pelaksanaan.
G. Monitring dan Evaluasi Kegiatan Pengabdian Mayarakat
Tahap selanjutnya setelah kegiatan pengabdian masyarakat tentang PPIM Optimalisasi
Layanan Kesehatan Dan Pemanfaatan Potensi Alam Sebagai Solusi Pengobatan Awal
Dalam Mewujudkan Desa Siaga Berbasis Masyarakat Di Desa Dermaji Kecamatan
Lumbir Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan pendekatan penyuluhan
kepada kelompok peternak kambing, petani dan masyarakat sekitar. Kegiatan monitoring
dan evaluasi ini dilakukan mulai dari bulan Agustus-Juli 2020.
1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan
2. Memantau peran serta kader dan peserta kelompok peternak kambing, petani, penderita
hipertensi, penderita TBC, dan masyarakat sekitar.
3. Untuk evaluasi dampak pembentukan kelompok lansia Desa Dermaji, kelompok home
visit TBC, kelompok tani, pembangunan usaha pengelolaan kompos kotoran kambing
dan sampah organik, pembentukkan pengelolaan tanaman singkong, pembentukkan
kader UMKM dengan penyuluhan mengenai pengolahan limbah, sumber daya alam dan
penyuluhan kesehatan. Pada kelompok lansia Desa Dermaji dan masyarakat desa
dermaji secara keseluruhan akan di adakan evaluasi tertulis mengevaluasi pada
masyarakat sekitar dari segi evaluasi penyakit kronis pada lansia dan permasalahan
pada penyakit-penyakt yang sering diderita warga Desa Dermaji. Sedangakan pada
kelompok tani, pembangunan usaha pengelolaan kompos kotoran kambing dan sampah
organik, pembentukkan pengelolaan tanaman singkong, pembentukkan kader UMKM
akan dilakukan evaluasi tertulis mengevaluasi dari segi peningkatan kualitas hidup
masyarakat dermaji.
4. Untuk mengevaluasi keminatan kelompok lansia Desa Dermaji, kelompok home visit
TBC, kelompok tani, pembangunan usaha pengelolaan kompos kotoran kambing dan
sampah organik, pembentukkan pengelolaan tanaman singkong, pembentukkan kader
UMKM di Desa Dermaji.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih obyektif tentang kemajuan pelaksanaan
Program Penerapan IPTEK Kepada Masyarakat di desa Dermaji maka perlu dilakukan
kegiatan monitoring dan evaluasi PPIM. Melalui monitoring dan evaluasi diharapkan
dapat diketahui tingkat pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala yang dihadapi masing-
masing satuan kerja dalam melaksanakan PPIM, untuk selanjutnya dijadikan masukan
dalam perbaikan pelaksanaan reformasi birokrasi berikutnya.
Monitoring dan evaluasi PPIM dilakukan terhadap seluruh satuan kerja di
lingkungan desa Dermaji. Di antara Satker yang perkembangan capaian pelaksanaan
PPIM sangat signifikan, maka dipertimbangkan untuk diusulkan menjadi kandidat
peraih Satker berpredikat Desa siaga berbasis masyarakat, sedangkan yang sudah
menjadi role model / panutan dapat direkomendasikan untuk menjadi kandidat peraih
Satker berpredikat desa sadar PHBS dan pengoptimalan pemanfaatan SDA.
Pemilihan unit kerja / satuan kerja yang diusulkan mendapat predikat pelaksanaan
Program Penerapan IPTEK Kepada Masyarakat yang berkembang sangat signifikan
dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa syarat yang telah ditetapkan,
diantaranya adalah :
1. Dianggap sebagai unit yang penting / stategis dalam melakukan pelayanan publik.
2. Mengelola sumber daya yang cukup besar
3. Memiliki tingkat keberhasilan PPIM yang cukup tinggi di unit kerja / satuan kerja
tersebut.

Jadwal pelaksanaan PKM disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan
memperbolehkan penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.

JADWAL

NO Nama Kegiatan BULAN


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PERSIAPAN
Persiapan dan
Koordinasi
Persamaan persepsi
dengan Kader,
kelompok peternak
kambing dan
kelompok tani serta
tenaga kesehatan
2 PELAKSANAAN
Pembuatan materi:
booklet dan leaflet
Pembentukan
kelompok peternak
kambing,
kelompok tani dan
kelompok sadar
phbs untuk
mendukung
berkelanjutan
program
Penyuluhan serta
Demonstrasi
mengenai
NO Nama Kegiatan BULAN
pengelolaan limbah
dan penyuluhan
kesehatan
3 EVALUASI DAN
PELAPORAN
Evaluasi kegiatan
Pembuatan laporan
akhir
Desiminasi
Pelaporan

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan
pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada usulan yang dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah.


2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
3. Istiyanto, B. 2011. Komunikasi Pemerintah Daerah dalam Program Pembangunan
Daerah Wisata Pantai Pascabencana. Jurnal Ilmu Komunikasi, 9 (1): 16-27.
4. Yanuar, A. 2017. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI.
5. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Depkes RI.
Jakarta
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
7. Widyowati, S. R., Prabowo, T., Haryani. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan
Suspek Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Pengumpulan Dan Kualitas Sputum.
8. Soemirat, S. J. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM press.
9. Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan lingkungan hidup.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut.
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
13. Nasrul et al. 2016. Pengolahan Sampah Organik Buah-Buahan Menjadu Pupuk
Dengan Menggunakan Efektive Mikroorganisme. Jurnal Teknologi Kimia Unimal
14. Junaidi & Zulgani. 2011. Peranan Sumberdaya Ekonomi Dalam Pembangunan
Ekonomi Daerah. Fakultas Ekonomi Universitas Jambi. Jurnal Pembangunan Daerah
edisi III.
15. Kusmandi, M. 2000. Mebel Kayu Berukir sebagai Salah Satu Perwujudan Pelestarian
Karya Bernuansa Lokal. Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta.
16. Adrogué H J & Madias Nicolaos E. 2007. Sodium and Potassium in the Pathogenesis
of Hypertension. NEJM; 356:1966-1978
17. National Heart Lung & Blood Insitute. 2003. The seventh report of Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure dalam The JNC VII report
18. Fisher, NDL dan Gordon, H William. 2005. Hypertensive Vascular Disease dalam
Harrison’s principles of Internal Medicine 16th edition. USA: Mc Graw-Hill
Profesiona
19. Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontologi. Jakarta: EGC
20. Widyasari, D. F. & Anika, C. 2010. Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi pada
Lansia di Posyandu Lansia Dukuh Gantungan Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
21. Larasiska, A. & Wiwin, P. 2017. Menurunkan Tekanan Darah dengan Cara Mudah
pada Lansia. Indonesian Journal of Nursing Practices, Vol 1, No 2: 55-63.
22. Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
23. Hetaria, M. 2012. Pengaruh Lama Perebusan Terhadap Kandungan Vitamin B1 dan C
Daun Singkong Varietas Mangi (Manihot esculenta C). Jurusan MIPA. FKIP.
Unpatti: Ambon.
24. Adnyana, K., Arief, R., Joseph, I S., Siti, F R. 2012. Pengaruh Pemberian Jus Daun
Katuk, Jus Daun Ubi Jalar, dan Kefir terhadap Profil Hematologi Mencit Annemia
yang diinduksi Alumunium Sulfat. Jurnal Acta Pharmacutica Indonesia. Vol 37, No
2: 54-58.
25. Dewi, Y. S. & Tresnowati. 2012. Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga
Menggunakan Metode Komposting. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S, Vol. 8
No.2.
26. Kangagung, C. P., et al. 2013. Pengaruh Home Care terhadap Pemahaman dan
Ketaatan pada Pasien Tuberkulosis di Farmasi Komunitas. Bali: Universitas
Udayana.
27. Suharyo. 2013. Determinasi Penyakit Tubrkulosis di Daerah Pedesaan. Jurnal
Kesmas. Universitas Negeri Semarang.
28. Bargumono, H. M. & Wongsowijaya, S. 2013. Umbi Utama Sebagai Pangan
Alternatif Nasional. Yogyakarta: Leutika Prio.
29. Narjazuli, A A., Cut, J., Kartika, D P., Kholilah, S. 2016. Teknologi Pengolahan
Sampah Organik Menjadi Kompos Cair. Seminar Nasiona Sains dan Teknologi
Lingkungan II.
30. Trivana, L., Adhitya, Y P. 2017. Optialisasi Waktu Pengomposan dan Kualitas Pupuk
Kandang dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut Kelapa dengan Bioaktivator PROMI
dan Orgadec. Jurna Sain Veteriner, Vol 53 (1): 136-144.

Gambaran iptek berisi uraian maksimal 500 kata menjelaskan gambaran iptek yang akan
diimplentasikan di mitra sasaran.

GAMBARAN IPTEK

1. Pemberian edukasi melalui media presentasi powerpoint serta pemeriksaan mengenai


hipetensi kepada kelompok lansia desa Dermaji.
2. Penyuluhan tuberkulosis yang dilengkapi dengan booklet sebagai penunjang keberhasilan
dalam pemberian informasi sebagai upaya memaksimalkan home visit di desa Dermaji.
3. Dilakukan pelatihan bersama dengan mitra berkaitan dengan pengolahan singkong
menjadi obat anemia serta dibentuknya badan usaha perseorangan sebagai sarana
menciptakan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga melalui pemanfaatan
singkong yang diolah menjadi keripik dengan berbagai aneka rasa.
4. Pelatihan pembuatan pupuk kompos berbahan dasar limbah kotoran kambing dan limbah
organik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sektor ekonomi dengan
menciptakan produk home industry.
5. Dibentuknya kader UMKM sebagai pelopor usaha bagi masyarakat desa Dermaji melalui
pembekalan keterampilan pemanfaatan SDA tanaman albasia.
Peta lokasi mitra sasaran berisikan gambar peta lokasi mitra yang dilengkapi dengan
penjelasan jarak mitra sasaran dengan PT pengusul.
PETA LOKASI MITRA SASARAN

Anda mungkin juga menyukai