Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmatNya, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Setiap daerah mempunyai ciri khas masing-masing, salah satu cirinya dari segi
busana. Busana Surakarta sangat beragam diantaranya busana pengantin, busana di dalam
kraton, busana untuk tari tradisi dan busana untuk tari klasik. Busana tersebut telah Penulis
bahas dalam makalah ini.

Busana pengantin di Surakarta memiliki tiga jenis yaitu busana solo basahan, busana
solo putri, busana sikepan ageng. Tiga busana ini, memiliki ciri keunikan masing-masing ada
yang berangkat dari ide gagasan tradisi adapula yang merupakan saduran dari busana klasik
dalam kraton. Tentu semua busana ini perlu untuk kita pelajari baik untuk pelestarian maupun
untuk pengembangan local genius.

Tujuan makalah ini di tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Rias dan Busana
yang diampu oleh ibu Purwosiwi Pandansari, M.Pd. Selain itu makalah ini dapat menjadi
referensi atau acuan dalam hal busana adat Surakarta bagi pembaca.

BAB II ISI
PEMBAHASAN

Ajining diri gumantung saka lathi, ajining raga gumantung saka busana, idiom ini
mengajarkan bahwa penghargaan atas diri seseorang berdasarkan aspek lahiriah dan
batiniah secara seimbang. Busana merupakan simbol sikap seseorang. Memang benar,
cara berpakaian menunjukkan sifat tabiat seseorang baik dalam tingkah laku sehari-hari,
tata krama, selera, maupun pandangan hidupnya. Budaya Jawa mengajarkan pedoman-
pedoman dasar dalam cara berbusana yang benar dan sesuai dengan situasi serta kondisi.

Busana dalam hal ini khususnya kain batik dan kebaya, memiliki nilai-nilai estetis dan
filosofis, selalu disesuaikan dengan lingkungan. Demikian istilahnya yang berarti
berpakaian itu hendakanya sesuai dengan keadaan lingkungan kita, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat. Seni berbusana selalu mencari keharmonisan serasi dengan
diri kita selaras dengan lingkungan dan seimbang dengan kemampuan.

BUSANA PENGANTIN

A. Busana solo putri

Terdiri dari kebaya dan kain batik. Kebaya terbuat dari bahan bludru warna hitam,
hijau, biru, merah, ungu/coklat, kebaya penjang hingga lutut. Pada bagian depan (dada)
berupa kain tambahan penutup dada atau kutu baru dengan bros renteng/susun tiga
sehingga terlihat indah. Sementara kain batik bawahan bermotif sido mukti, sido mulya,
sido asih, dengan wiru sembilan, sebelas / tiga belas jumlahnya. Mempelai pria solo putri
mengenakan beskap langen harjan dengan blangkon, kemeja berkerah dan bermanset dan
dipadu dengan batik bermotif sama dengan batik pengantin wanita. Perhiasan yang
dikenakan pengantin pria berupa bros yang dipakai pada kerah dada sebelah kiri, dan
memakai kalung karset ditarik kekiri dan diselipkan pada saku beskap sebelah kiri.
Pengantin pria memakai keris ladrang dengan bunga kolong keris di bagian belakang.
B. Busana Solo Basahan

Busana solo basahan adalah simbol berserah diri kepada Tuhan akan perjalanan hidup
yang akan datang. Busana solo basahan putri berupa kemben sebagai penutup dada, kain
dodot atau kampuh, sampur atau selendang cinde, sekar abrit (merah), dan kain jarik
warna senada, serta buntal berupa rangkaian dedaunan pandan dari bunga-bunga
bermaknaa sebagai penolak bala. Corak dodot biasanya bermotif alas-alasan pradan.
Perlengakapan kain dodot terdiri dari sangkelat, stagen, longtoreso, udet, januran, dan
slepe buntal udan mas.

Busana basahan pengantin pria berupa kampuh atau dodot yang bermotif sama
dengan mempelai wanita, kuluk (pilihan warnanya kini semakin beragam, tidak hanya
biru sebagaimana tradisi kraton) sebagai penutup kepala, stagen, sabuk timang, epek,
celana cinde sekar abrit, keris warangka ladrang, buntal, kolong keris, selop, dan
perhiasan kalung ulur.
C. Busana sikepan ageng /basahan keprabon

Busana sikepan ageng /basahan keprabon adalah salah satu gaya busana basahan yang
diwarnai dari tradisi para bangsawan dan raja Jawa yang hingga kini tetap banyak
diminati. Mempelai pria mengenakan kain dodotan dilengkapi dengan baju takwa yakni
semacam baju beskap yang dulu hanya boleh dipergunakan oleh Ingkan Sinuhun saja.
Untuk mempelai wanita memakai kain kampuh atau dodot dilengkapi dengan bolero
potongan pendek berlengan panjang dari bahan bludru sebagai penutup pundak dan dada.
BUSANA TARI KLASIK

Busana tari Gambyong yang disebut angkinan atau kembenan penggunan kain yang
diwiru, dengan gelung gedhe. Jarik (kemben) berwarna hijau dan kuning. Slendang
dikalungkan pada leher penari, sabuk diikatkan dipinggang guna menjaga jarit agar tidak
lepas. Gelang dan kalung sebagai hiasan yang dikenakan penari.

BUSANA TARI TRADISI

Tari Driasmara merupakan tari berpasangan laki-laki dan perempuan. Penari


perempuan menggunakan mekak ungu, ilat-ilatan, sabuk, jarik parang rusak, sampur
merah, irah-irahan, kelat bahu, gelang, kalung, dan giwang sebagai hiasan. Penari laki-
laki menggunakan irah-irahan, kelat bahu, keris, sampur merah, stagen, jarik parang
rusak, dan celana panji.

BUSANA DALAM KRATON


Busana kejawen di Surakarta sekarang untuk laki-laki ada dua yaitu busana Jawi
Jangkep (busana warna hitam) dan busana Jawi Jangkep Padintenan (selain hitam).

Busana Jawa dari atas ke bawah di antaranya :

1. Kudeng ( Blangkon, Dhestar )

2. Kulambi ( Rasukan krowong wingking )

3. Stagen ( Paningset )

4. Sabuk ( Paningset )
5. Epek timang lerep

6. Sinjang ( nyamping )

7. Keris ( Dhuwung, Wangkingan )


8. Cenela utawi selop ( namung ngaggem sak jawi Kraton )

Busana putri kelengkapannya sebagai berikut :

1. Ungkel atau sanggul


2. Kebaya
3. Semekan
4. Stagen
5. Januran dan slepe mirip epek dan timang
6. Kain panjang ( sinjang dan dodotan )
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Kebudayaan pada dasarnya adalah identitas sebuah daerah. Dengan kebudayaan banyak
sekali keuntungan dan pelajaran yang didapat. Kebudayaan juga seharusnya dilestarikan
khususnya oleh warga masyarakat setempat, jangan sampai kebudayaan yang dimiliki oleh
suatu daerah sejak dahulu kala diambil begitu saja atau diakui oleh daerah lain bahkan oleh
negara lain. Maka dari itu diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat melestarikan
kebudayaan daerahnya masing-masing agar bertahan sampai dikemudian hari.

SARAN

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan, penulis berharap para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini, semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi penulis dan para pembaca.
Tata Busana Adat Surakarta

Makala ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Tata Rias dan Busana

oleh:

Arrini Sidqo (1410010017)

Madinah Putri S. (1410013017)

Meilina Ratria P. (1410021017)

Dimas Aryo B. (1410029017)

PROGRAM STUDI S-1

PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA YOKYAKARTA

2016
Daftar Pustaka

Purwadi.2012.Busana Jawa.Yogyakarta:Pura pustaka

Webtografi : akucintanusantaraku.blogspot.co.id/2014/01/busana-kejawen-jawi-jangkep-lan-
larah.html?m=1

Djurnal.com

Anda mungkin juga menyukai