Dosen Pengampu:
Bapak Dr. M. Daud Yusuf, M.Si
Disusun Oleh :
Asep Achmad Suyudi (C1B190779)
Hendra Andriana (C1B190846)
Sahrul Haryadi (C1B190836)
Wandi Wahyudi (C1B190787)
Yopi Sopian (C1B190778)
Mursalim pusung. (C1B190847)
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Karena Ridho-Nya lah kita
masih mampu hidup hari ini di tengah pandemic yang ingin segera diahiri. Dan
atas izin-Nya kami mampu menyusun makalah ini dengan seksama dan tanpa
halangan yang berarti.
Produk fisik budaya ialah hasil cipta karya manusia yang berwujud yang
memiliki nilai fungsi. Salah satunya ialah pakaian. Karena kenaekaragaman,
produk budyapun demikian. Dari keanekaragaman budaya inilah nantinya
makalah ini akan membahas tentang pakaian adat Sunda.
Kelompok 4
i
Daftar Isi
ii
AB 1
PENDAHULUAN
Lahir ditengah masyarakat yang sangat kaya akan budaya adat dan
istiadat jelas suatu kebanggaan tersendiri yang wajib disyukuri. Karena manusia
yang berbudaya berrarti manusia yang menggunakan potensi akal pikirannya.
Pakaian itu sendiri merupakan hasil cipta karya pikiran manusia yang
muncul karena ada respon lingkungan, yang dimana tubuh manusia ketika siang
kepanasan dan ketika malam kedinginan, dengan demikian terciptalah pakaian.
Seiring perkembangan pemahaman, pakaian lebih dari sekedar pembalut tubuh.
3.1 Tujuan
1
AB 2
PEMBAHASAN
Pangsi
Pangsi adalah salah satu pakaian adat dari Indonesia. Pangsi merupakan
setelan pakaian berupa baju kemeja polos yang agak longgar serta celana yang
juga longgar dan panjangnya tidak melebihi mata kaki. Pakaian ini umumnya
dipakai oleh laki-laki dan merupakan pakaian khas dari beberapa suku
di Indonesia, terutama Betawi dan Sunda. Dalam kultur Betawi, pangsi
digunakan oleh jawara atau pemuka masyarakat, sementara dalam kultur Sunda
pangsi merupakan pakaian bagi laki-laki yang termasuk ke dalam kelompok atau
golongan rakyat biasa. Adapun suku bangsa lain di Indonesia yang juga
menggunakan pangsi adalah Suku Melayu. Pangsi pada awalnya hanya merujuk
kepada celana longgar, sehingga sering disebut celana pangsi. Seiring
berjalannya waktu pangsi merujuk terhadap setiap setelan pakaian yang
memakai celana pangsi sebagai bawahan, sehingga baju yang dipakai pun ikut
disebut sebagai baju pangsi meskipun baju tersebut memiliki nama sendiri.
Kebaya Sunda
Kebaya yang dipakai oleh para wanita Jawa Barat bentuknya sama
dengan sedikit sekali perbedaannya dengan kebaya dari Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Untuk pakaian adat Jawa Barat yang berupa kebaya ini akan terlihat
perbedaannya pada bentuk bagian leher khusus untuk kebaya modern. Jika
kebaya lama, bentuknya cenderung sama dengan kebaya dari tetangganya yang
tinggal di pulau Jawa.
Kain Kebat
Kain Kebat adalah kain yang dipakai sebagai pelengkap baju Kebaya
Sunda untuk masyarakat kelas bawah yang berupa kain dengan corak yang
tidak terlalu mencolok dan sering dipakai oleh orang Sunda dalam
kesehariannya.
Selain itu para wanita kelas bawah atau masyarakat biasa juga
memakai beuber untuk ikat pinggang, dan kamisol untuk branya juga alas
kakinya cukup menggunakan sandal jepit biasa.
2
2.2 Baju Bedahan dan Kebaya
3
3.2 Jas Beludru Sulam Benang Emas
Baju Adat Kaum Bangsawan – Menak (Jas Beludru Sulam
Benang Emas)
source: budayajawa.id
Dari namanya saja sudah ketahuan bahwa pengelompokan jenis pakaian
adat dari Sunda berdasar tingkatan yang terakhir ini merupakan kelas
paling atas. Artinya orang yang mengenakannya hanya dari kalangan
bangsawan (orang terpandang).
Sehingga secara tampilan pun berbeda jauh dari pada jenis pakaian yang
saya jelaskan di atas. Bagi kaum bangsawan pria, baju adat Sunda yang
digunakan adalah jas yang terbuat dari bahan beludru hitam. Konon jas
tersebut disulam dengan benang emas pada bagian ujung lengan.
Celana panjang, dan untuk motif nya serupa dengan jas, dan sabuk
emas. Tidak lupa menggunakan bendo sebagai tutup kepala dan untuk
alas kaki yaitu menggunakan sandal selop hitam.
Adapun untuk perempuan, pakaian adat yang dikenakan adalah kebaya
dengan bahan beludru hitam. Disulam dengan tambahan mute atau
manik-manik. Tidak lupa kain kebat dengan motif rereng sebagai
bawahan. Dan untuk alas kaki itu menggunakan selop dari bahan beludru
hitam.
Tak ketinggalan juga sebagai tambahan aksesoris yang digunakan adalah
berupa sanggul rambut (konde), cincin, tusuk konde, peniti rantai, dan
bros, selanjutnya yang tak kalah penting yaitu memakai perhiasan yang
biasanya bertahtakan berlian ataupun emas.
4
4.2 Beskap
5
5.2 Pengantin dan Anak-Anak
Untuk Wanita.
Busana / baju yang dikenakan pengantin wanita adalah kebaya brokat.
Aksesoris gelang, cincin permata dan dua kalung (pendek dan panjang)
yang dipakai bersamaan. Bawahanya menggunakan kain batik kebat
Lereng Eneng Prada.
Untuk Pria.
Adapun untuk pengantin prianya mengenakan Jas Buka Prangwedana
dengan warna yang disesuaikan dengan mempelai wanita. Begitupun
dengan kain batik yang dipakai. Untuk penutup kepala (Bendo) dengan
hiasan permata. Kemudian di bagian bawahadalah Boro Sarangka, yakni
sejenis kantong atau tempat untuk menyimpan keris.
6
AB 3
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan diatas, kami dapat
menyimpulkan bahwa pakaian adat sunda itu cukup unik dan bisa
menjadi daya tarik dari segi kebudayaan. Hal ini merupakan aset
kekayaan masyarakat dan budaya sunda itu sendiri. Pengenalan dan
penggunaan pakaian adat sunda harus lebih dikampanyekan lagi agar
tidak punah dan akan tetap terjaga.
2.3 Saran
saran dari kami adalah bahwa pakaian adat sunda ini
harus secara insten dimunculkan kembali eksistensinya. Dibuat
semenarik mungkin tanpa mengupas nilai budayanya. Di dunia
pendidikan-pendidikan di tatar pasundan, kampanye terus
menerus dari pakaian adat sunda ini akan membantu menjaga
kelestarian budaya dari bidang pakaian.
7
Referensi
https://perpustakaan.id/pakaian-adat-jawa-barat/
https://milenialjoss.com/pakaian-adat-sunda/
8
9