Anda di halaman 1dari 5

MODUL PROJEK

PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)

TEMA : BHINNEKAAN TUNGGAL IKA


TOPIK PROJEK : KELESTARIAN BAJU ADAT

KELOMPOK : V (XI IPA)


KETUA : ELYA NOVITA PUTRI
SEKRETARIS : ZAID FADHILLAH
BENDAHRA : NUR ALISAH R.
ANGGOTA : 1. DANES ALYA PUTRA
2. AHMADI

FASILITATOR : M. RUSMAN EFENDI, S.Pd

SMA NEGERI 2 SATUI


TAHUN AJARAN 2023/2024
SEMESTER GENAP
KELESTARIAN BAJU ADAT
BAB I

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakaian adat adalah warisan budaya yang kaya akan sejarah dan tradisi,
mencerminkan identitas suatu masyarakat dan memperkaya keberagaman budaya di
seluruh dunia. Dalam banyak budaya, pakaian adat sering kali menjadi simbol penting,
tidak hanya sebagai bentuk perlindungan tubuh, tetapi juga sebagai ekspresi seni dan
nilai-nilai yang dipegang teguh.
Sejarah pakaian adat sering dimulai dari zaman kuno, dengan setiap detail desain
dan bahan memiliki cerita tersendiri. Beberapa pakaian adat mungkin telah diwariskan
dari generasi ke generasi, mempertahankan tradisi dan teknik pembuatan yang khas.
Seiring berjalannya waktu, pakaian adat dapat mengalami perubahan sebagai respons
terhadap perkembangan budaya, sosial, dan ekonomi.
Lingkungan geografis juga memainkan peran krusial dalam pembentukan pakaian
adat. Misalnya, di daerah pegunungan, pakaian mungkin didesain untuk melindungi dari
suhu dingin, sementara di daerah tropis, pakaian cenderung lebih ringan dan terbuka
untuk meningkatkan sirkulasi udara. Bahan-bahan yang digunakan sering kali diambil
dari alam sekitar, menciptakan hubungan erat antara pakaian dan lingkungan.
Kepercayaan keagamaan juga dapat memberikan pengaruh signifikan pada desain
pakaian adat. Pakaian ini mungkin dipakai dalam upacara keagamaan atau ritual khusus
yang memiliki makna mendalam bagi komunitas tersebut. Simbol-simbol keagamaan
sering diintegrasikan ke dalam desain pakaian, menambahkan dimensi spiritual pada
pakaian adat.
Pertukaran budaya antar masyarakat dapat memberikan warna dan variasi pada
pakaian adat. Pengaruh dari budaya-budaya lain dapat terlihat dalam bentuk-bentuk baru,
motif, atau teknik pembuatan yang diadopsi dan disesuaikan dengan kebudayaan
setempat.
Meskipun demikian, pakaian adat terus berkembang seiring dengan perubahan
zaman. Beberapa pakaian adat mengalami modifikasi untuk memenuhi tuntutan gaya
hidup modern dan kebutuhan praktis. Namun, banyak masyarakat yang tetap
mempertahankan keaslian pakaian adat sebagai cara untuk melestarikan warisan budaya
mereka.
Dengan keberagaman dan kompleksitasnya, pakaian adat adalah bagian integral
dari kekayaan budaya dunia, menjadi jendela yang mengungkapkan sejarah, nilai-nilai,
dan identitas yang unik bagi setiap masyarakat.
Dari latar belakang yang sudah kami jelaskan, maka dari itu pada kegiatan Projek
penguatan profil pelajar pancasila (P5) kali ini kami memilih topik projek yaitu
kelestarian baju adat.

I.2 Tujuan

1. Peserta didik dapat melestarikan pakaian adat di Indonesia


2. Peserta didik dapat mengetahui jenis-jenis pakaian adat
3. Menambah wawasan siswa mengenai pakaian adat jawa lurik

I.3 Manfaat

Sebagai pembelajaran bagi siswa untuk menghormati sejarah dan warisan budaya,
untuk memperkaya indentitas dan kebanggaan, untuk meningkatkan rasa cinta
terhadap warisan budaya yang ada di Indonesia, dapat mengenal dan mempelajari
pakaian adat khususnya pakaian adat Jawa timur lurik
BAB II

II. TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian

Pakaian adat merupakan ciri khas kebudayaan suatu daerah. Setiap daerah di
Indonesia memiliki pakaian adat yang berbeda-beda, setiap daerah juga memiliki
pengertian pakaian adat-nya sendiri. Sebagai ciri khas, pakaian adat memang dijadikan
penanda untuk sesuatu, biasanya berupa doa atau pencerminan suatu sikap. Perbedaan
tata cara berpakaian setiap daerah berbeda karena mereka memiliki suku, budaya, adat
istiadat yang berbeda. Salah satunya yaitu baju adat Jawa Lurik yang merupakan pakaian
khas daerah Jawa. Baju adat jawa Lurik sering digunakan pada acara-acara seperti
upacara adat, acara pernikahan, dan acara keagamaan

Pakaian adat Jawa lurik merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dan
penuh makna dari masyarakat Jawa. Lurik sendiri merujuk pada motif garis-garis yang
terdapat pada kain tenun tradisional Jawa. Pakaian adat ini memiliki desain yang elegan
dan sering kali digunakan dalam berbagai upacara adat, pernikahan, atau acara
keagamaan di Jawa.

Salah satu karakteristik utama dari pakaian adat Jawa lurik adalah keberagaman
warna dan pola yang terdapat pada kainnya. Garis-garis lurik yang terbuat dari benang
tenun dengan teknik tradisional memberikan sentuhan estetika yang unik dan
mempesona. Pakaian ini juga sering dihiasi dengan berbagai aksesoris seperti keris, kain
selendang, hingga hiasan kepala yang menambahkan keindahan dan kesakralan pada
penampilan pemakainya.

Pentingnya pakaian adat Jawa lurik tidak hanya terletak pada aspek estetika, tetapi
juga dalam representasi nilai-nilai budaya dan identitas masyarakat Jawa. Pemakaian
pakaian adat ini menjadi simbol kebanggaan dan penghargaan terhadap warisan nenek
moyang. Selain itu, pemilihan warna dan pola pada pakaian adat Jawa lurik sering kali
memiliki makna filosofis dan mengandung pesan moral yang dalam, mencerminkan
kebijaksanaan dan kearifan lokal.

Meskipun zaman terus berubah, pakaian adat Jawa lurik tetap bertahan sebagai
bagian penting dari keberagaman budaya Indonesia. Masyarakat Jawa melestarikan
tradisi ini sebagai wujud cinta dan rasa hormat terhadap warisan leluhur mereka,
sehingga pakaian adat Jawa lurik tidak hanya sekadar pakaian, melainkan juga simbol
kebersamaan dan keharmonisan dalam menjaga kearifan lokal yang telah ada selama
berabad-abad.

II.2Ciri khas pakaian adat lurik

Pakaian adat lurik adalah jenis pakaian tradisional yang memiliki ciri khas
tertentu dan biasanya terkait dengan budaya atau daerah tertentu di Indonesia. Lurik
sendiri merujuk pada jenis kain tradisional Indonesia yang terbuat dari serat alam,
seperti katun atau sutra, dan memiliki pola garis-garis yang khas. Berikut adalah
beberapa ciri khas pakaian adat lurik:

Bahan:
Pakaian adat lurik umumnya terbuat dari kain lurik yang merupakan kain tenun
dengan motif garis-garis. Kain lurik biasanya terbuat dari serat alam, seperti katun,
dan memiliki tekstur yang khas.

Motif Garis-garis:
Ciri utama dari pakaian adat lurik adalah adanya motif garis-garis pada kainnya.
Pola garis-garis ini bisa bervariasi, termasuk lebar dan warna garis yang berbeda-
beda, tergantung pada tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat.

Warna Tradisional:
Pakaian adat lurik sering kali mengandalkan warna-warna alami dan tradisional,
seperti coklat, hitam, merah, hijau, dan kuning. Warna-warna ini sering kali memiliki
makna dan simbolisme tertentu dalam budaya setempat.

Desain dan Potongan:


Desain dan potongan pakaian adat lurik juga dapat bervariasi. Namun, secara
umum, pakaian adat lurik memiliki potongan yang sederhana dengan sentuhan
tradisional, sesuai dengan karakteristik budaya setempat.

Aksesoris:
Pakaian adat lurik seringkali dilengkapi dengan aksesoris tradisional seperti
selendang, ikat pinggang, atau hiasan kepala yang menambahkan kesan khas pada
pakaian tersebut.

II.3Cara memakai baju adat lurik

1. Atasan:
 Pilih atasan baju adat lurik yang sesuai dengan jenis kelamin dan tradisi setempat.
Atasan bisa berupa kebaya atau bentuk pakaian tradisional lainnya.
 Kenakan atasan dengan cara yang sesuai dengan desainnya. Beberapa atasan
mungkin memiliki hiasan atau aksen khusus yang perlu diperhatikan.

2. Bawahan:
 Sesuaikan bawahan baju adat lurik, seperti kain sarung atau rok, dengan atasan
yang dipilih.
 Pastikan bawahan dipakai dengan rapi dan sesuai dengan norma-norma adat
setempat.
3. Aksesori:
 Tambahkan aksesori sesuai dengan tradisi, seperti selendang, hiasan kepala, atau
perhiasan tradisional.
 Pastikan aksesori dipakai dengan benar dan sesuai dengan tata cara adat.
4. Penataan Rambut dan Make-up:
 Lakukan penataan rambut dan make-up yang sesuai dengan tradisi setempat.
Beberapa daerah mungkin memiliki aturan tertentu mengenai penampilan ini.
5. Perlengkapan Tambahan:
 Perhatikan apakah ada perlengkapan tambahan seperti sanggul, ikat pinggang,
atau hiasan lainnya yang perlu dipakai sesuai dengan adat

Satui, 10 Januari 2024

MENGETAHUI,
FASILITATOR : KETUA KELOMPOK
M. RUSMAN EFENDI, S.Pd ELYA NOVITA PUTRI

Dokumentasi kegiatan membuat modul

Anda mungkin juga menyukai