Disusun Oleh :
Astri Setia Utami (22210141045)
Izza Nafila Rusdiyana (22210141075)
Devita Tiara Angelina (22210141055)
Anastasia Elwapatmi Dewi (22210141065)
Lutfiana Nurlinda Istiqomah (22210144050)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana
atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tanpa adanya halangan yang berarti.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pak Dr. Zulfi Hendri S. Pd.,
M. Sn. sebagai dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Budaya yang telah
membantu mengarahkan dan memberi pemahaman dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna, pasti dalam
penugasan makalah ini kami masih memiliki kekurangan karena keterbatasan
kami. Maka dari itu, kami sebagai penyusun makalah sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini, agar isi makalah
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok Lima
i
DAFTAR ISI
Hlm
COVER…………………………………………………………………… -
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pakaian Adat Madura………………………………………………….... 3
2.1.1 Pakaian Rakyat Biasa……………………………………………….. 3
2.1.2 Pakaian Bangsawan…………………………………………………. 5
2.2 Rumah Adat Madura……………………………..……………………... 6
2.2.1 Ruang/Unsur Rumah Adat Tanean Lanjhang………………………. 7
2.2.2 Makna Ruang pada Rumah Adat Tanean Lanjhang………………... 9
2.3 Korelasi Antara Pakaian dan Rumah Adat Madura dengan Seni Lain…. 10
2.3.1 Korelasi Pakaian Adat Pesa’an dan Rancongan dengan adat istiadat 11
lain di Madura
2.3.2 Korelasi Rumah Adat Tanean Lanjang dengan Pakaian Adat………
11
Pesa’an dan Adat Istiadat Lain di Madura
2.3.3 Korelasi Adat Istiadat di Madura dengan Agama Islam……………. 12
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja unsur, fungsi, dan makna dari pakaian adat Madura?
b. Apa saja unsur, fungsi, dan makna dari rumah adat Madura?
c. Bagaimana bentuk visual pakaian adat Madura?
d. Bagaimana bentuk visual rumah adat Madura?
e. Bagaimana korelasi atau hubungan antara pakaian dan rumah adat Madura
dengan seni lain?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Madura adalah salah satu daerah yang berada di provinsi Jawa Timur. Banyak
kebudayaan yang dimiliki oleh Madura seperti, makanan khas, rumah adat, dan
pakaian adat. Pakaian adat Madura adalah salah satu kebudayaan khas Madura
yang memiliki ciri khas tersendiri.
Pakaian adat Madura ini juga dibagi berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
status sosial. Berdasarkan usianya, masyarakat Madura membedakan unsur dan
atribut yang digunakan dalam pakaian adanya. Berdasarkan jenis kelamin, pakaian
adat juga dibedakan, yaitu pesa’an dan gomboran untuk laki-laki, sedangkan
marlena dan rancongan untuk perempuan. Sedangkan berdasarkan status
sosialnya, pakaian Madura juga dibedakan menjadi dua, yaitu pakaian adat untuk
rakyat biasa dan bangsawan.
2.1.1 Pakaian Madura untuk Rakyat Biasa
Pakaian untuk Laki-Laki
3
Gomboran yang longgar ini menandakan adanya
unsur kebebasan dan keterbukaan. Di mana kebebasan yang
dimaksud adalah kebebasan dalam bergerak, di mana masyarakat Madura
pada umumnya adalah petani. Sedangkan makna warna merah dan putih
dalam baju pesa’an adalah berani dan suci sebagaimana arti dari warna
bendera Indonesia, merah putih serta garis yang lurus juga menandakan
bahwa orang Madura adalah orang yang kuat, tegas, dan lurus.
Adapun atribut yang digunakan oleh orang Madura salah satunya
sabuk. Sabuk yang dikenakan oleh orang Madura adalah sabuk berwarna
hijau, tetapi sabuk ini biasanya dapat digantikan dengan sarung yang
diikatkan di pinggang. Pada sabuk yang dikenakan juga memiliki dua buah
kantong kecil yang fungsinya adalah untuk menyimpan tanaman bakau
dan menyimpan uang kertas. Sedangkan orang Madura yang mengenakan
sarung sebagai pengganti sabuk biasanya menggunakan sarung untuk
sholat setelah bertani. Atribut lainnya adalah penutup kepala atau biasa
disebut dengan odheng. Odheng juga dibedakan berdasarkan tua dan
mudanya pengguna. Untuk yang tua disebut dengan odheng butagen, yaitu
kain batik tanjung bumi yang diikat dibelakang dengan segitiga ke atas.
Sedangkan untuk yang muda disebut dengan tapokan, yaitu bentuk
segitiganya mengarah ke bawah. Adapun sandal yang digunakan orang
Madura adalah sandal yang terbuat dari kulit sapi karena sapi adalah
hewan yang paling mudah ditemukan.
4
berbentuk seperti biji jagung. Adapun hiasan yang digunakan di bagian
rambut yang disebut dengan cucuk sisir. Cucuk sisir terbuat dari emas dan
biasanya digunakan untuk memamerkan kekayaannya. Bentuk dari cucuk
sisir ini sendiri juga menyerupai busur yang terdiri dari untaian mata uang
emas dan cucuk dinar terdiri dari beberapa keping mata uang dolar.
Kemudian perhiasan kalung dan gelang. Walaupun sebagian ada yang
memakainya dan sebagian tidak memakainya, tetapi bagi yang
memakaianya, kalung wanita ini disebut dengan brondong. Kalung ini
tersusun dari emas yang membentuk rentengan biji jagung. Namun, ada
juga motif pale obi, dimana motif ini menyerupai batang ubi melintir dan
motif mon temon yaitu menyerupai biji mentimun. Sedangkan gelang dan
cincin yang digunakan oleh perempuan Madura adalah motif tebu sares.
Adapun aksesoris yang sudah menjadi ciri khas perempuan Madura
adalah penggel yang digunakan di pergelangan kaki. Penggel ini terbuat
dari kuningan, di mana penggel ini digunakan oleh perempuan Madura
untuk menunjukkan kekayaan mereka. Samper atau sarung juga dikenakan
oleh masyarakat perempuan Madura, tetapi penggunaan samper ini
cingkrang atau hanya sampai mata kaki saja. Hal ini disebabkan karena
masyarakat Madura yang bermatapencaharian sebagai petani, sehingga
memudahkan mereka dalam bertani di area berlumpur. Adapun samper
yang digunakan adalah batik tanjung bumi karena mudah didapatkan oleh
masyarakat Madura. Selain itu, masyarakat perempuan Madura juga
biasanya mengenakan sandal sebagai alas kaki yang terbuat dari kulit sapi.
Sandal ini juga bisa disebut dengan pacca’ (bakiyak).
Dalam penggunaan sanggul, masyarakat Madura biasanya
menggunakan gelung sintilan, tetapi karena semakin modern, sehingga
jenis sanggul yang digunakan juga menjadi bervariasi. Selain itu,
perempuan Madura juga menggunakan selendang sebagai alas di kepala
untuk menyungging kendi atau digunakan secara menyamping untuk
menggendong bayi. Perempuan Madura juga memberikan jimpit atau
warna merah di dahi. Warna merah ini konon disebabkan karena cubitan di
dahi hingga merah untuk mengatasi sakit kepala. Tetapi sekarang
penggunaan warna merah cukup menggunakan make up di dahi sekitar 1-2
cm.
2.1.2 Pakaian Madura untuk Bangsawan
Pakaian untuk Laki-laki
5
samper kembeng. Dilengkapi dengan kancing di depan yang berjumlah 5
buah, dimana 5 buah kancing itu menandakan adanya rukun islam, 3
kancing pada lengan kanan dan 3 kancing pada
lengan kiri juga menandakan adanya 6 rukun iman,
dan 2 kancing di leher menandakan 2 kalimat
syahadat. Penggunaan odheng rakyat biasa dengan
bangsawan juga berbeda. Odheng yang digunakan
oleh bangsawan adalah odheng tongkosan yang
memiliki motif modang, dul-cendhul, garik atau
jingga. Dalam menggunakan odheng, pengguna
juga harus sedikit mendongakkan kepalanya ke atas.
Hal ini mengandung makna “betapapun beratnya beban tugas yang
harus dipikul hendaknya diterima dengan lapang dada”. Yang artinya,
pemakaian odheng ini menunjukkan derajat kebangsawanannya. Selain
itu, ada pula aksesoris yang membedakan antara rakyat biasa dan
bangsawan adalah kuku macan yang pada zaman dulu disebut dengan jam.
Samper yang digunakan oleh bangsawan adalah samper berwarna
merah. Adapun batik yang dikenakan oleh laki-laki dan perempuan
memiliki lipatan wironcok rebung. Lipatan ini memiliki tujuan agar
pemakainya terlihat lebih tinggi dan jenjang. Untuk sandal yang digunakan
adalah selop hitam.
6
Selain memiliki pakaian adat, Madura juga memiliki rumah adat Madura yang
bernama rumah adat Tanean Lanjhang. Rumah adat Tanean Lanjhang ini
memiliki unsur, fungsi, dan filosofi di tiap-tiap bagian isi rumahnya. Unsur ruang
pada rumah adat ini terdiri dari kobhung, kandhang dan dapor, rumah, dan tanean
itu sendiri.
2.2.1 Ruang/Unsur Pada Rumah Adat Tanean Lanjhang
Kobhung
Kobhung atau langgar adalah bangunan ibadah keluarga di ujung barat.
Berukuran kecil berbentuk panggung dengan tiang penyangga bisa empat
bisa juga delapan. Bahan utamanya bisa kayu, bisa juga bambu padat, atau
biasa disebut parreng tongga'an sepanjang 40-50 cm. Sangger atau lantai
terbuat dari bambu, kayu ataupun perkerasan bila tidak berstruktur
panggung. Memiliki dinding belakang, kanan dan kiri.
Bentuk atapnya jadrih, kanopi, bahkan tromme. Bahan dinding terbuat dari
bambu, kayu atau tembok. Penutup atap dari daun sampai dengan genteng.
Semua ini tergantung pada kemampuan ekonomi pemiliknya. Berfungsi
sebagai pusat kegiatan laki-laki , yaitu transfer nilai-
nilai agama kepada junior, sebagai tempat bekerja di siang hari, tempat
menerima tempat istirahat dan tidur untuk mereka dan digunakan untuk
melakukan ritual sehari-hari dan juga gudang untuk produk pertanian.
(Mansurnoor, 1990).
7
berfungsi juga sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti jagung,
umbi-umbian, dan lain lain. Tata letak dapur dalam tanean tidak tetap,
pada susunan awal dapur kebanyakan bersebelahan dengan kandang, tetapi
bisa juga di sebelah langgar, di samping rumah maupun di belakang
rumah.
Rumah
Ruang tinggal atau rumah adalah ruang utama, memiliki satu pintu
utama dan hanya terdiri atas satu ruang tidur yang dilengkapi
serambi. Bisa jadi konsep ini lahir dari nilai-nilai Islam sebagai agama
yang mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan yang bukan mahram
tidak dibenarkan bercengkrama berdua. Tanian sifatnya terbuka dengan
pembatas yang tidak permanen, tetapi untuk memasuki tanian harus
melalui pintu yang tersedia. Rumah pertama yang terletak di barat laut
merupakan rumah asal dan menjadi tempat terpenting.
Tanean Lanjhang
Tanean merupakan ruang utama, berada di tengah-tengah permukiman.
Berfungsi sebagai tempat sosialisasi antar anggota keluarga, tempat
bermain anak-anak, melakukan kegiatan sehari-hari seperti menjemur
hasil panen, tempat melakukan ritual keluarga, dan kegiatan lain yang
melibatkan banyak orang. Di sinilah kelebihan tanean, bahwa tanean
8
adalah tempat berkomunikasi dan mengikat hubungan satu keluarga
dengan keluarga yang lain. Tanean sifatnya terbuka dengan pembatas yang
tidak permanen, tetapi untuk memasuki tanean harus melalui pintu yang
tersedia. Apabila memasuki tanean tanpa melewati pintu maka akan
dianggap tidak sopan.
2.2.2 Makna Ruang Pada Tanean Lanjhang
9
Penataan ruang yang sejajar dengan ruang di tengah menunjukkan bahwa
tanean adalah pusat sekaligus ruang penghubung yang sangat penting.
Ketinggian lantai bangunan juga memberikan nilai hierarki ruang
yang lebih jelas.
10
2.3 Korelasi Antara Pakaian dan Rumah Adat dengan Seni Lain
2.3.1 Korelasi Pakaian Adat Pesa’an dan Rancongan dengan adat istiadat
lain di Madura
2.3.2 Korelasi Rumah Adat Tanean Lanjang dengan Pakaian Adat Pesa’an
dan Adat Istiadat Lain di Madura
11
yang dijunjung masyarakat dalam bentuk penyusunan pemukiman
berdasarkan hirarki dengan pakaian adat pesaan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14