Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

NAMA : MUHAJIR RIFADUDIN


KELAS : IVa ( M I N 1 E N D E )

1. 5 Macam Pakaian Adat di Indonesia


 Pakaian Adat Aceh: Ulee Balang

Ulee balang merupakan pakaian adat yang berasal


dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau
yang lebih dikenal dengan nama Aceh.
Dimana untuk pria akan memakai atasan dengan
berlengan panjang dan berbahan sutra bernama
Peukayan Linto Baro, dan bawahan berwarna
hitam Sileuweu yang ditenun jangan lupakan untuk
penutup kepala yakni Meukeutop dan hiasan
senjata khas Aceh yakni Rencong.
Kemudian untuk pakaian adat wanita Aceh
menggunakan baju kurung dengan celana cekak
musang yang bentuknya diadaptasi dari kebudayaan Melayu, Cina dan juga arap.
Tidak lupa pula untuk penutup kepala dengan menggunakan Meukeutop dan juga hiasan senjata
tradisional Aceh yakni Rencong.
Tetapi pada umumnya pakaian ini hanya dipakai oleh para raja dan juga keluarga-keluarganya saja
loh, biasanya digunakan pada saat ada sebuah acara yang sakral atau upacara adat.

 Pakaian Adat Jawa Barat: Bedahan


Bedahan merupakan pakaian adat yang berasal dari Provinsi Jawa
Barat. Bedahan ini biasanya akan digunakan oleh berbagai macam
kalangan, baik itu dari kalangan bangsawan hingga dari
masyarakat biasa.
Tapi, pada umumnya masing-masing kalangan akan mempunyai
baju adat yang tentunya berbeda-beda. Terutama yang digunakan
untuk para kaum laki-laki dan juga dari kaum perempuan.
Biasanya untuk membedakan golongan ini, maka bisa dilihat dari
perbedaan bahan dan juga corak yang digunakan dalam pakaian.
Sehingga tidak heran apabila kalian akan melihat berbagai macam
corak yang ada di pakaian adat Jawa Barat ini.

 Pakaian Adat Bali: Payas Agung


Bali, sebuah nama yang sudah tidak asing lagi dengan pulau satu
ini. Selain terkenal akan daya tarik dari wisatanya yang sangat
mengagumkan, ternyata Bali ini juga mempunyai budaya yang
begitu mengagumkan, salah satunya adalah baju adat yang berada
dari Bali ini.
Baju adat Bali mempunyai warna dan juga corak yang sangat
kental dengan beragam aksesoris yang menjadi pelengkapnya.
Biasanya berbagai corak yang ada pada baju adat Bali akan
berbeda dengan satu dan yang lainnya.
Perbedaan corak atau ornamen ini biasanya akan disesuaikan
dengan sebuah acara atau upacara adat yang akan dilakukan. Selain
digunakan sebagai pembeda dari acara, corak dari baju adat ini
juga digunakan untuk membedakan kelas sosial, umur dan juga
jenis kelamin.
 Pakaian Adat Sulawesi Selatan: Bodo
Bodo merupakan pakaian adat yang berasal dari Sulawesi
Selatan. Dimana baju ini merupakan salah satu baju yang
digunakan oleh para kaum hawa.
Keunikan yang ada pada baju adat Sulawesi Selatan ini adalah
baju mempunyai desain yang begitu sederhana dan juga minim
dengan jahitan. Meskipun desain yang diterapkan sangat
sederhana, tetapi baju ini terlihat sangat menarik dan juga elegan.

 Pakaian Adat Kalimantan Timur: Kustin


Kustin merupakan pakaian adat yang berasal dari Kalimantan
Timur. Dimana pada umumnya penduduk dari Kalimantan Timur
mempunyai dua entitas besar yakni suku Dayak dan juga suku
Kutai. Tetapi yang perlu dicatat disini adalah kedua suku ini
tentunya mempunyai pakaian adat uang berbeda-beda.
Baju adat dari suku Dayak bernama Ta’a dan Sapei Sapaq,
sedangkan untuk suku Kutai sendiri mempunyai baju adat yang
bernama baju kustin. Pada umumnya masyarakat akan
menggunakan baju adat sesuai dengan kegunaannya sehari-hari.
Misalnya adalah baju adat yang digunakan untuk upacara adat
tentunya akan berbeda dengan baju adat yang akan digunakan
untuk menari. Salah satu keunikan dari pakaian adat Kalimantan
Timur ini adalah pada bagian coraknya yang indah dan juga unik.

2. 5 Macam Pakaian Adat di Indonesia


 Tarian Adat Aceh: Tari Saman
Tarian Saman adalah warisan dan kekayaan budaya masyarakat
Aceh yang telah mendapatkan pengakuan dunia melalui
UNESCO sebagai Daftar Representatif Warisan Budaya
Takbenda Warisan Manusia. Tarian Aceh ini dimainkan oleh
puluhan atau lusinan pria, tetapi jumlahnya pasti aneh. Pendapat
lain mengatakan bahwa tarian itu ditarikan oleh kurang dari 10
orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang memberikan sinyal
saat bernyanyi.
Namun, dalam perkembangan di era modern yang mengharuskan
tarian akan lebih hidup jika ditarikan oleh penari dengan jumlah
yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya seorang
pemimpin disebut syekh. Selain mengatur gerakan para penari,
syekh itu juga ditugasi menyanyikan puisi saman, yaitu ganit.
 Tarian Adat Jawa Barat: Tari Merak

Tari merak yang merupakan tari adat tradisional dari Jawa Barat
ini terinspirasi dari burung merak.
Tari merak ini juga menceritakan kehidupan burung jantan yang
memikat burung merak betina.
Tak heran, bila kalian sering melihat tarian ini pada sebuah acara
pernikahan yang dibawakan untuk menyambut pengantin pria dan
juga sebagai hiburan para tamu.
Kostum dari tari merak ini begitu indah dan menawan dimana
penari menggunakan kostum lengkap dengan sayap dan mahkota
yang menyerupai burung merak.
Lagu Macan Ucul menjadi musik pengiring untuk tari merak.
Dan, apabila gerakan tari menunjukkan sepasang merak yang
sedang bermesraan maka suara boning akan terdengar lebih keras
untuk menggambarkan keadaan sepasang merak yang sedang
jatuh cinta.

 Tarian Adat Bali: Tari Margapati


Tarian khas Bali ini memiliki makna yang menyedihkan dan
cukup mematikan yaitu diartikan sebagai tarian menuju kematian.
Tarian ini dimainkan oleh penari wanita dengan gerakan lincah
seperti laki-laki yang seakan-akan ingin menyergap. 
Hal tersebut juga tentu memberikan suasana ketegangan bagi
para penontonnya. Akan tetapi tarian ini tetap memberikan daya
tarik tersendiri dengan keseruan serta rasa penasaran untuk dapat
melihatnya secara langsung.

 Tarian Adat Sulawesi Selatan: Tari Kipas Pakarena


Tari Kipas Pakarena adalah salah satu ikon kebudayaan provinsi
Sulawesi Selatan.
Tari Kipas Pakarena ini sudah dikenal oleh masyarakat Gowa
Sulawesi Selatan pada masa kerajaan Gantarang.
Tari Kipas Pakarena ini dimainkan oleh 4 penari wanita
menggunakan iringan alat musik berupa gandrang dan puik-puik.
Menilik sejarahnya,
Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu bentuk pemujaan
kepada para dewa. Namun karena keunikannya, fungsi tarian ini
lama-lama bergeser menjadi tarian hiburan.
 Tarian Adat Kalimantan Timur: Tari Burung Enggang

Tarian Burung Enggang atau Tari Enggang adalah tarian khas


suku Dayak Kenyah dari daerah Kalimantan Timur. Pada
pementasannya, tarian ini diperankan oleh sekelompok gadis
suku dayak dengan mengenakan hiasan dikepala bermotif burung
Enggang. Tarian ini menjadi tarian wajib, dan selalu ditarikan
oleh masyarakat setempat.
Menurut kepercayaan yang berkembang di orang Dayak Kenyah
bahwa nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke
bumi menyerupai burung Enggang. Sebab itu, masyarakat dayak
Kenyah sangat menghormati dan memuliakan burung Enggang.
Tari Enggang dapat dimaknakan sebagai penghormatan Suku
Dayak Kenyah terhadap asal usul dan sejarah leluhur mereka.
Bulu-bulu Burung Enggang ini selalu memegang peranan yang
penting pada setiap upacara – upacara adat dan tarian-tarian adat
dan juga bentuk – bentuk Burung Enggang banyak terdapat pada
ukiran-ukiran suku Dayak Kenyah.

3. 5 Macam Lagu Daerah di Indonesia


 Lagu Daerah Aceh: Jambo-jambo
Jika diterjemahkan arti kata jambo adalah pondok sederhana. Lagu yang satu inilah lagu yang paling
akrab dengan telinga masyarakat Aceh dan sering dinyanyikan oleh segala usia dan inilah mengapa
lagu ini menjadi begitu tenar. Lagu "Jambo-jambo" juga sering dibawakan untuk mengiringi tari-
tarian di Aceh.
Untuk makna dari lagu ini, "Jambo-jambo" menceritakan bagaimana suasana desa impian yang asri
dengan tanaman padi yang selalu tumbuh dengan suburnya walalupun sedang musim kemarau.
Pemandangan lahan dan padi yang menguning serta petani yang membajak sawah ditemani anak-
anak yang berlalu-lalang dengan keceriaan itulah gambaran lagu ini.
 Lagu Daerah Jawa Barat: Tokecang
Tokecang adalah judul lagu yang merupakan singkatan dari tokek makan kacang. Lagu ini
diciptakan oleh R.C Hardjosubroto dengan nada yang riang. Dalam penelitian Pembentukkan
Karakter Anak pada Lagu Tokecang, Jawa BaraT karya Shintya Putri Setiowati (Jurnal Ilmu
Budaya, 2020) mengungkap makna lagu ini memberi pesan agar menghindari kerakusan atau
keserakahan yang akhirnya membuat seseorang tidak mempedulikan orang lain.
 Lagu Daerah Bali: Macepat-cepatan
Lagu ini dinyanyikan dengan tempo yang cepat dan menjadi salah satu lagu yang bersemangat.
Makna yang terkandung dalam lagu ini adalah penggambaran masyarakat Bali yang cepat dan tegas
dalam mengambil keputusan.
 Lagu Daerah Sulawesi selatan: Anging Mammiri
Lagu Anging Mammiri atau dalam bahasa Indonesia berarti angin semilir merupakan lagu
tradisional di Sulsel yang berasal dari Suku Bugis. Lagu ini diciptakan oleh Borra Daeng
Ngirate sekitar tahun 1940-an. Lagu daerah Sulawesi Selatan ini juga sering menjadi
pengiring sebuah tarian atau penyambutan di acara-acara resmi.
Jika dilihat dari lirik lagunya, Anging Mammiri bercerita tentang kerinduan seorang yang
begitu mendalam kepada sang kekasih yang berada di tempat yang jauh.
Rasa rindu itu membuatnya berdiri di ujung jendela sambil melantunkan syair-syair
berharap angin menyampaikan pesan tersebut kepada sang kekasih.
 Lagu Daerah Kalimantan Timur: Indung-indung
Indung-Indung merupakan lagu daerah yang memiliki makna atau nasihat agama bahwa tiada upaya
maupun daya selain berserah diri kepada Allah SWT.
Indung yang memiliki arti ibu atau mama, dan udik sendiri berarti desa. Karena lagu ini
mengandung makna nasihat, maka banyak orang tua yang mengajarkan dan menyanyikan lagu ini
untuk anak-anaknya dengan tujuan menjadi doa serta harapan agar anak-anaknya tumbuh dengan
akhlak yang baik dan menjunjung tinggi sopan santun.

4. 5 Macam Makanan Khas Daerah di Indonesia


 Makanan Khas Daerah Aceh: Sate Matang
Sate Matang merupakan masakan khas Aceh yang
berasal dari Daerah Matang. Yang membuat masakan
tradisional Aceh ini berbeda dengan sate lainnya adalah
bahan berupa daging sapi atau kambing yang diungkep
dengan bumbu khas Aceh sebelum kemudian dibakar.

 Makanan Khas Daerah Jawa Barat: Nasi Timbel


Nasi timbel adalah nasi yang biasa dihidangkan pada para
petani. Nasi timbel adalah nasi yang dibungkus dengan daun
pisang yang sedikit dipanaskan. Kenikmatan nasi ini terletak
pada nasinya yang pulen dan juga lauk pauknya.
Variasi lauk pauk pada nasi timbel beragam. Mulai dari tahu,
tempe, ayam goreng, ikan asin, pepe ikan, empal, tawes,
lalapan, sambal, japuh, dan yang lainnya. Saat ini nasi timbel
juga biasa dijajakan pada restoran-restoran khas sunda sebagai
menu andalan.

 Makanan Khas Daerah Bali: Bebek Batutu


Kuliner Bali yang satu ini memang istimewa karena proses
memasaknya yang cenderung lebih lama. Bahkan, bisa
mencapai lebih dari 24 jam. Proses memasak bebek betutu
memang lama ketimbang ayam betutu.
Yang paling khas dari bebek betutu adalah bumbunya yang
kaya rempah seperti masakan khas Sunda. Bumbu ini
kemudian dilumurkan pada bagian dalam maupun luar dari
daging bebek utuh.

 Makanan Khas Daerah Sulawesi Selatan: Coto Makasar


Coto Makassar sekilas seperti sup daging. Makanan ini berupa
rebusan jeroan bercampur daging sapi yang diiris-iris lalu
dibumbui dengan racikan bumbu khusus. Coto Makassar
memiliki cita rasa gurih yang berasal dari rebusan daging,
jeroan, dan rempah-rempah. Coto Makassar biasa dinikmati
dengan ketupat yang dibungkus dengan daun kelapa dan buras
atau burasa, yaitu sejenis ketupat yang dibungkus daun pisang.
Burasa terbuat dari beras yang dicampur santan dan diberi
sedikit garam, lalu dibungkus dengan daun pisang dan diikat
secara khusus kemudian dikukus.
 Makanan Khas Daerah Kalimantan Timur: Pulut Nasi

Pulut nasi merupakan makanan dengan menggunakan beras


sebagai bahan utamanya namun karena porsinya sedang maka
pulut nasi kerap dijadikan sebagai menu makan pagi oleh
masyarakat sekitar.
Pulut nasi ini biasanya dibungkus dengan menggunakan daun
pisang yang dilipat kebagian tengah serta diberi sebatang lidi
kecil, sekilas Nampak sederhana akan tetapi ternyata memiliki
rasa yang gurih serta pedas.
Jika dicampur dengan menggunakan santan serta sambal dari
cabai dan kacang tanah yang dihaluskan maka akan
menghasilkan rasa yang nikmat.

5. 5 Macam Rumah Adat di Indonesia


 Rumah Adat Daerah Aceh: Rumoh Aceh/Krong Bade
Rumah adat Aceh dikenal dengan sebutan Rumoh Aceh atau
Krong Bade, bentuknya adalah rumah panggung dengan
ketinggian tiang penyangga antara 2,5-3 meter dan tangga
berjumlah ganjil.
Rumah adat ini memiliki bentuk empat persegi panjang dengan
posisi memanjang dari timur ke barat.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam menentukan
arah kiblat sholat. Struktur bangunan Rumoh Aceh terbuat dari
bahan kayu dengan atap daun rumbia.
Pembagian dalam ruangan biasanya terdiri dari 3-5 ruangan dengan satu ruangan utama yang dikenal
dengan sebutan “rambat”. Untuk rumah adat dengan tiga ruangan biasanya memiliki 16 tiang
penyangga, sementara untuk lima ruangan memiliki 24 tiang penyangga. Tiang penyangga yang
cukup tinggi pada rumah adat ini cukup efektif untuk menghindari banjir dan binatang buas.
Sementara struktur bangunannya juga aman dan tahan gempa. Ketinggian pintu utama dibuat lebih
rendah dari orang dewasa, yaitu sekitar 120-150 cm sehingga setiap orang yang memasuki rumah
harus menunduk. Hal ini menjaid simbol penghormatan tamu yang datang terhadap pemilik rumah.
Pintu yang relatif rendah ternyata berbanding terbalik dengan bagian di dalam rumah yang cukup
luas. Sementara ukiran atau ornamen pada rumah adat Aceh bisa menjadi simbol status sosial
pemiliknya. Bentuk ukiran atau ornamen yang rumit pada sebuah rumah menandakan bahwa pemilik
rumah adalah dari kalangan orang berada. Sebaliknya, rumah panggung tanpa ukiran atau ornamen
apapun menandakan bahwa pemilik rumah adalah orang biasa.
 Rumah Adat Daerah Jawa Barat: Imah Julang Ngapak

Jenis rumah adat yang memiliki bentuk seperti burung


yang sedang mengepakkan sayap. Jika diamati rumah
adat Jawa Barat memiliki bentuk atap yang diadaptasi
dari bentuk binatang. Salah satunya yaitu rumah adat
Imah Julang Ngapak yang memiliki bentuk atap seperti
burung yang sedang mengepakkan sayapnya. Bagian atas
dari rumah adat ini memiliki bentuk segitiga dan bagian
bawahnya melebar. Sementara, di kedua sudut atap terdapat cagak gunting yang berguna
untuk mencegah rembesan air hujan.Dahulu rumah adat ini dilapisi dengan ijuk rumbia atau
alang-alang. Meski lapisannya hanya dedaunan tetapi tidak mudah mengalami kebocoran.
Namun, saat ini bagian atap sudah dilapisi dengan material kayu.
 Rumah Adat Daerah Sulawesi Selatan: Saoraja

Rumah panggung kayu ini adalah salah satu dari beberapa jenis
rumah tradisional Bugis, Sulawesi Selatan yang memiliki
bentuk persegi empat yang dibuat secara memanjang ke
belakang. Selain itu rumah adat dari Sulawesi Selatan yang satu
ini sengaja dibuat lepas pasang agar dapat dipindahkan dari area
yang satu ke area yang lainnya. Masyarakat Bugis umumnya
mengenal sistem tingkatan sosial yang berpengaruh pada bentuk
rumah mereka ditandai dengan berbagai simbol khusus.
Berdasarkan lapisan sosial tersebut, maka juga berpengaruh dengan bentuk rumahnya. Rumah
Saoraja mempunyai ukuran besar yang jumlah tiangnya antara 40 hingga 48. Bangunan Saoraja
mempunyai timpak laja bertingkat antara 3 hingga 5 tingkat dan tangga yang dapat mencapai dua
meter. Rumah adat ini memiliki tiga buah ruangan, yakni:
Pemmakang dalam bahasa Makassar atau Rakkeang dalam bahasa Bugis yaitu tempat untuk
menyimpan benda pusaka, padi dan juga persediaan makan.
Bola atau kale balla yang terdiri dari beberapa ruang khusus seperti ruang tidur, ruang tamu dan
juga ruang makan.
passiringan atau awasao yakni tempat untuk menyimpan alat pertanian dan juga tempat
memelihara ternak.
 Rumah Adat Daerah Bali: Aling-aling

Aling-Aling adalah bangunan yang dominan sebagai pembatas


antara angkul-angkul dengan pekarangan dan dipercaya
berfungsi menghalangi aura negatif agar tidak masuk ke
pekarangan rumah.

 Rumah Adat Daerah Kalimantan Timur: Rumah Lamin


Rumah Lamin merupakan rumah adat dari propinsi Kalimantan
Timur. Rumah Lamin yang merupakan rumah adat suku Dayak
dikenal sebagai rumah panggung yang panjang dan sambung
menyambung dan terdiri banyak kamar.Panjang Rumah Lamin
sekitar 300 meter dengan lebar 15 meter dan tinggi kurang lebih
3 meter. Kebanyakan rumah Lamin terbuat dari kayu ulin dan
kayu besi yang cukup kuat dan tahan lama. Rumah Lamin
sebagai identitas dari masyarakat Dayak Kalimantan Timur
dapat dihuni oleh beberapa keluarga yakni sekitar 25 hingga 30 kepala keluarga .

6. 5 Macam Alat Musik Daerah di Indonesia


 Alat Musik Daerah Aceh: Sarune Kalee
Pengertian Alat Musik Tradisional Serune Kalee asal Aceh –
Sumatera Utara. Serune Kalee merupakan alat musik
tradisional yang berupa terompet khas Aceh dengan dengan
struktur bentuk mirip klarinet. Biasanya Serune Kalee
dimainkan sebagai instrumen utama dalam sebuah
pertunjukan musik tradisi di Aceh, diiringi geundrang, rapai,
dan sejumlah instrumen tradisional lainnya. Alat musik ini
dikenal terutama terdapat di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh
Besar, dan Aceh Barat.
 Alat Musik Daerah Jawa Barat: Angklung
Angklung merupakan alat musik berasal dari Jawa Barat yang
terbuat dari beberapa pipa bambu dengan berbagai ukuran yang
dilekatkan pada sebuah bingkai bambu. Cara memainkan alat
musik angklung adalah satu tangan memegang bagian atas
angklung dan tangan lain memegang bagian bawah dari sisi lain
angklung tersebut lalu menggoyangkannya.

 Alat Musik Daerah Sulawesi Selatan: Gesok-gesok/Keso-keso


Alat musik Gesok-Gesok merupakan alat musik gesek  yang
berasal dari Sulawesi Selatan yang cara memainkannya
dengan digesek pada dawainya menggunakan busur
penggesek.
Alat musik ini sebenarnya sejenis rebab namun hanya
memiliki dua buah dawai. Bahan baku pembuatan Gesok-
Gesok yaitu menggunakan kayu yang dibentuk menyerupai
jantung atau daun keladi, kulit hewan dan senar.

 Alat Musik Daerah Bali: Ceng-ceng


Alat musik Ceng-Ceng adalah salah satu alat musik dari
serangkaian alat musik gamelan Bali. Ceng-Ceng memiliki
peran penting didalam serangkaian Gamelan Bali diantara alat
musik tradisional Bali yang lainnya.
Ceng-ceng dimainkan dengan cara dipukul di bagian bundar
tembaga pada bagian atas dan akan mengeluarkan bunyi “ceng-
ceng-ceng” sesuai dengan namanya. Untuk mengeluarkan bunyi
yang keras, kamu cukup memegang kedua bagian yang berada
di atas dengan kedua tangan. Di daerah Bali, Ceng-Ceng sering dipakai pada barungan gamelan,
semar pegulingan, gong gede, pelegongan, barongan gong gebyar, dan lain-lain. Di Bali ada juga
pertunjukan yang lumayan terkenal yang dijuluki Tari Barong Batubulan Bali, Untuk satu set Ceng-
Ceng, terdiri dari dua bagian yang sering dibedakan jadi bagian atas dan bawah. Sekilas alat musik
Bali yang satu ini terlihat seperti simbal secara tampilan.
Di bagian luarnya, cengceng ini disematkan semacam tali atau rumbai-rumbai yang juga berfungsi
nantinya sebagai pegangan dengan cara dijepit oleh jari. Tali-tali tersebut kerap dinamai dengan
Bungan Cengceng.
Ceng-Ceng terbuat dari kayu nangka dan tembaga. Ceng-Ceng terdiri dari 6 logam bulat pada bagian
bawah dan 2 logam bundar pada bagian atas Tali yang berada pada bagian atas perunggu Ceng-ceng.

 Alat Musik Daerah Kalimantan Timur: Sampek


Sampe adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari
Suku Dayak. Untuk memainkan alat musik ini caranya adalah
dengan dipetik.

Anda mungkin juga menyukai