Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAJU

BODO
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
 A. ST. NUR AINUN AMSAL
 AGHY LATIF
 ANDI DEVINA
 DEWI SAHRADITA
 MUSDALIFAH

XII MIPA 3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanawata’ala atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah BAJU
BODO. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai baju bodo bugis Makassar
sebagai ciri khusus suku bugis Makassar.

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap bisa menjadi acuan atau
referensi sekaligus menambah wawasan tentang perkembangan baju bodo suku bugis
Makassar. Penulis juga menyadari, bahwa masih memiliki kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan
utamanya kepada penulis. Selain itu, semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kepada pembaca dan penulis khususnya.

Selayar, Januari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makassar adalah suatu kota yang terletak di provinsi sulawesi selatan.
Makassar terkenal dengan berbagai macam kebudayaan. Salah satunya yaitu Tari
Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan khususnya Makassar. Pada
abad ke-20, tari ini keluar dari tradisi istana dan menjadi pertunjukan populer. Ia
seringkali dipentaskan di sejumlah acara, seperti pernikahan, ritual pengobatan dan
sunatan. Tari ini sangat energik, terkadang begitu hingar bingar oleh musik, namun
diiringi oleh tarian yang sangat lambat lemah gemulai dari para penari wanita muda.
Dua kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-
puik) mengiringi dua penari.selain tarian terdapat juga busana adat tradisional.
Busana adat merupakan salah satu aspek yang cukup penting. Bukan saja
berfungsi sebagai penghias tubuh, tetapi juga sebagai kelengkapan suatu upacara
adat. Yang dimaksud dengan busana adat di sini adalah pakaian berikut aksesori yang
dikenakan dalam berbagai upacara adat seperti perkawinan, penjemputan tamu, atau
hari-hari besar adat lainnya. Pada dasarnya, keberadaan dan pemakaian busana adat
pada suatu upacara tertentu akan melambangkan keagungan upacara itu sendiri.
Melihat kebiasaan mereka dalam berbusana, sebenarnya dapat dikatakan
bahwa busana adat Makasar menunjukkan kemiripan dengan busana yang biasa
dipakai oleh orang Bugis. Meskipun demikian, ada beberapa ciri, bentuk maupun
corak, busana yang khas milik pendukung kebudayaan Makasar dan tidak dapat
disamakan dengan busana milik masyarakat Bugis.
Pada masa dulu, busana adat orang Makasar dapat menunjukkan status
perkawinan, bahkan juga status sosial pemakainya di dalam masyarakat. Hal itu
disebabkan masyarakat Makasar terbagi atas tiga lapisan sosial. Ketiga strata sosial
tersebut adalah ono karaeng, yakni lapisan yang ditempati oleh kerabat raja dan
bangsawan; tu maradeka, yakni lapisan orang merdeka atau masyarakat kebanyakan;
dan atu atau golongan para budak, yakni lapisan orangorang yang kalah dalam
peperangan, tidak mampu membayar utang, dan yang melanggar adat. Namun dewasa
ini, busana yang dipakai tidak lagi melambangkan suatu kedudukan sosial seseorang,
melainkan lebih menunjukkan selera pemakainya.
Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin pemakainya, busana adat Makasar
tentu saja dapat dibedakan atas busana pria dan busana wanita. Masing-masing
busana tersebut memiliki karakteristik tersendiri, busana adat pria dengan baju bella
dada dan jas tutunya sedangkan busana adat wanita dengan baju bodo dan baju
labbunya.
Busana adat pria Makasar terdiri atas baju, celana atau paroci, kain sarung
atau lipa garusuk, dan tutup kepala atau passapu. Baju yang dikenakan pada tubuh
bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada.
Model baju yang tampak adalah berlengan panjang, leher berkrah, saku di kanan dan
kiri baju, serta diberi kancing yang terbuat dari emas atau perak dan dipasang pada
leher baju. Gambaran model tersebut sama untuk kedua jenis baju pria, baik untuk jas
tutu maupun baju bella dada. Hanya dalam hal warna dan bahan yang dipakai
terdapat perbedaan di antara keduanya. Bahan untuk jas tutu biasanya tebal dan
berwarna biru atau coklat tua. Adapun bahan baju bella dada tampak lebih tipis, yaitu
berasal dari kain lipa sabbe atau lipa garusuk yang polos, berwarna terang dan
mencolok seperti merah, dan hijau.
Khusus untuk tutup kepala, bahan yang biasa digunakan berasal dari kain
pasapu yang terbuat dari serat daun lontar yang dianyam. Bila tutup kepala pada
busana adat pria Makasar dihiasi dengan benang emas, masyarakat menyebutnya
mbiring. Namun jika keadaan sebaliknya atau tutup kepala tidak berhias benang
emas, pasapu guru sebutannya. Biasanya, yang mengenakan pasapu guru adalah
mereka yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian tutup kepala pada
busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang
melambangkan satus sosial pemakainya.
Kelengkapan busana adat pria Makassar yang tidak pernah lupa untuk
dikenakan adalah perhiasan seperti keris, gelang, selempang atau rante sembang, sapu
tangan berhias atau passapu ambara, dan hiasan pada penutup kepala atau sigarak.
Gambaran busana adat pria Makassar lengkap dengan semua jenis perhiasan seperti
itu, tampak jelas pada seorang pria yang sedang melangsungkan upacara pernikahan.
Lebih tepatnya dikenakan sebagai busana pengantin pria.
Sementara itu, busana adat wanita Makasar terdiri atas baju dan sarung atau
lipa. Ada dua jenis baju yang biasa dikenakan oleh kaum wanita, yakni baju bodo dan
baju labbu dengan kekhasannya tersendiri. Baju bodo berbentuk segi empat, tidak
berlengan, sisi samping kain dijahit, dan pada bagian atas dilubangi untuk
memasukkan kepala yang sekaligus juga merupakan leher baju. Adapun baju labbu
atau disebut juga baju bodo panjang, biasanya berbentuk baju kurung berlengan
panjang dan ketat mulai dari siku sampai pergelangan tangan. Bahan dasar yang
kerap digunakan untuk membuat baju labbu seperti itu adalah kain sutera tipis,
berwarna tua dengan corak bunga-bunga. Kaum wanita dari berbagai kalangan
manapun bisa mengenakan baju labbu.
Pasangan baju bodo dan baju labbu adalah kain sarung atau lipa, yang terbuat
dari benang biasa atau lipa garusuk maupun kain sarung sutera atau lipa sabbe dengan
warna dan corak yang beragam. Namun pada umumnya, warna dasar sarung Makasar
adalah hitam, coklat tua, atau biru tua, dengan hiasan motif kecil kecil yang disebut
corak cadi. Sama halnya dengan pria, wanita makasar pun memakai berbagai
perhiasan untuk melengkapi tampilan busana yang dikenakannya Unsur perhiasan
yang terdapat di kepala adalah mahkota (saloko), sanggul berhiaskan bunga dengan
tangkainya (pinang goyang), dan anting panjang (bangkarak). Perhiasan di leher
antara lain kalung berantai (geno ma`bule), kalung panjang (rantekote), dan kalung
besar (geno sibatu), dan berbagai aksesori lainnya. Penggunaan busana adat wanita
Makassar yang lengkap dengan berbagai aksesorinya terlihat pada busana pengantin
wanita. Begitu pula halnya dengan para pengiring pengantin, hanya saja perhiasan
yang dikenakannya tidak selengkap itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan baju bodo
2. Jelaskan arti warna baju bodo
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang baju bado
2. Untuk mengetahui arti Warna baju Bodo
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Sekilas Tentang Baju Bodo

Meskipun baju adat dari Makassar cukup popular, dikenal luas masih ada
sebagian orang yang belum mengenal apa baju adat makassar yang sesungguhnya.
Selama ini kita hanya melihatnya dari gambar buku-buku pelajaran dan foto-foto dari
berbagai media baik cetak maupun elektronik. Tidak adil rasanya jika hanya
mengetahui baju adat dari daerah sendiri, Indonesia merupakan Negara kesatuan,
upaya kita mengenal keanekaragaman budaya termasuk cinta tanah air. Dengan kita
lebih mengenal lebih lanjut tentang budaya Makassar sedikitnya mengikis rasa
etnosentrisme yang melekat didalam diri kita.

Etnosentrisme merupakan paham yang menganggap bahwa budayanyalah


yang paling baik dibandingkan dengan budaya lain. di sisi lain paham ini
menanamkan semangat kestiaan yang tinggi, tetapi disisi lain dapat memberikan
konflik jika ditanamkan secara berlebihan. Sebagai Negara kesatuan kita dituntut
untuk bisa saling menghargai budaya masing-masing.

Baju adat merupakan pakaian tradisional yang terbuat dari bahan, corak,
model, dari masyarakat setempat. Baju adat dari Makassar sering disebut baju bodo.
Untuk sebagian suku bugis yang menetap di Makassar menyebut baju bodo dengan
sebutan baju tokko. Baju bodo atau bojo tokko dibuat dengan bentuk segi empat
berlengan pendek. Baju ini dibuat dengan berbagai warna, dan kain yang digunakan
adalah kain muslin.
Kain muslin merupakan kain yang terbuat dari gulungan kapas yang dijalin
dengan menggunakan benang katun. Baju bodo ini merupakan salah satu baju
tradisional tertua yang ada di dunia. Bahkan public internasional pun tidak
mengetahuinya, maka dari itu kita perlu memperkenalkannya keseluruh penjuru
dunia. Seperti telah disebutkan sebelumnya baju bodo terbuat dari kain muslin, yang
merupakan kain yang sangat tua bahkan dikenal sejak abad ke-13.

Hebatnya jika dibanding dengan masyarakat didataran Eropa, lebih dulu


dikenal oleh masyarakat Makassar khususnya pada abad ke 17. Baru dikenal di Eropa
pada ke-18. Kain muslin yang digunakan untuk membuat baju bodo atau waju tokko
ini awalnya sangat tipis, bahkan transparan. Sehingga pada awal pembuatan baju
bodo, baju ini memperlihatkan bentuk tubuh wanita, sehingga bagian dada, pusar dan
payudaranya sangat jelas terlihat. Sementara untuk padananya menegenakan kain
sejenis kain sarung tenun khas Makassar.

Perjalanan selanjutnya, baju bodo ini berubah menjadi la’bu . Dahulu baju
bodo yang masih memperlihatkan bagian dada wanita ini sejak zaman masuknya
islam ditanah Makassar. Meskipun agama islam sudah masuk ke Makassar pada abad
ke-5, namun baru diterima oleh masyarakat pada abad ke-17.

Penerimaan ajaran islam ini juga tidak lepas dari peran DI/II, DI/TII ini juga
memberikan pengaruh pada perkembangan dan perubahan Baju Bodo menjadi baju
La’bu dalam ajaran islam yang diemban oleh DI/TII pada masyarakat ini melarang
memperlihatkan aurat, bahkan larangan in menjadi isu besar dikalangan agamawan
dan pelaku adat. Larangan yang dilontarkan oleh penganut DI/TII waktu itu membuat
baju Bodo juga semakin jarang dikenakan. Hal ini tentu saja bisa berakibat
terkikisnya corak khas budaya dan minimnya. Penggunaan baju bodo dalam upacara
adat.

Keterbukaan Kerajaan Gowa akan ajaran Islam ini, membuat raja gowa
mengambil kebijakan yang cukup bijaksana. Kebijakan yang diberikan adalah
memodifikasi baju bodo yang semua transparan dibuat agak tebal,longgar, panjang
sampai lutut yang disebut dengan baju la’bu.

Jadi baju adat dari Makassar yang masih banyak kita sebut dengan baju bodo
ini, sebenarnya disebut dengan baju la’bu tetap saja tidak menghilangkan unsur
sejarah baju bodo itu sendiri sehingga masyarakat luas masih saja menyebutnya baju
bodo.

Baju bodo adalah pakaian tradisional perempuan suku Bugis


Makassar, Sulawesi, Indonesia. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan
pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Baju bodo juga dikenali sebagai salah
satu busana tertua di dunia. Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo yang dipakai
oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya.

B. Arti Warna Baju Bodo

Bagi masyarakat Makassar, baju adat tradisionalnya tidak dibuat jika tidak
memasuki arti atau makna, serta fungsi. Baju bodo yang dibuat dari kain yang
berwarna warni ini memasuki arti dan fungsi yang berbeda beda. Salah satunya
perbedaan warna baju yang dipakai dikenakan itu menunjukkan identitas
penggunaanya.

Arti warna baju bodo dibuat hanya diperuntukkan untuk kaum wanitanya,
tidak untuk laki-laki. Perbedaan arti dan fungsi inilah mengapa baju bodo ini dibuat
berwarna, tetapi khususnya warna yang menjadi kesepakatan adat tidak boleh salah
penggunaanya, sementara warna lainnya diperbolehkan untuk acara non formal. Baju
bodo yang dikenakan untuk kelompok usia tertentu akan berbeda pilihan warnanya.
Hal ini sudah dilakukan turun temurun sejak neneng moyang mereka sudah menjadi
tradisi. Jika tradisi ini dilanggar, dipandang tidak tahu adat. Berikut arti warna baju
bodo yang menunjukkan usia pemakainya:
 Warna kuning gading. Baju bodo warna kuning gading ini disebut dengan
waju pella-pella (kupu-kupu), dan dikenakan untuk anak perempuan dibawah
usia 10 tahun. Warna ini disimbolkan sebagai dunia anak-anak yang penuh
keceriaan, dan diharapkan supaya anak cepat dewasa dan bisa menghadapi
tantangan hidup .
 Warna jingga (merah muda). Baju bodo warna jingga dikenakan untuk
perempuan usia 10-14 tahun. Usia ini dianggap masih matang atau setengah
dewasa.
 Warna jingga atau merah muda lapis. Baju bodo warna ini dikenakan untuk
perempuan usia 14-17 tahun. Bedanya dengan usia 10-14 tahun hanya model
bajunya, yang dibuat bersusun atau berlapis. Baju bodo warna ini dikenakan
juga untuk mereka yang sudah menikah tetapi belum memilki anak.
 Warna merah darah lapis. Baju bodo warna ini dikenakan untuk usia 17-25
tahun. Baju ini dikenakan untuk wanita yang sudah menikah dan telah
memiliki anak. Menggunakan warna merah darah ini maknanya si wanita ini
sudah mengeluarkan darah dari rahimnya.
 Warna hitam. Baju bodo khususnya warna hitam dikenakan untuk wanita
yang berusia 25-40 tahun.
 Warna ungu. Baju bodo warna ini biasanya dikenakan oleh seseorang yang
sudah tidak memilki seoarang suami (janda)
 Warna putih. Baju bodo Warna putih biasanya dipakai oleh para pembantu
dan dukun.
 Warna hijau. Baju bodo Hijau biasanya dipakai oleh perempuan bangsawan.

Selain peraturan pemakaian baju bodo itu, dahulu juga masih sering didapati
perempuan Bugis-Makassar yang mengeakan Baju Bodo sebagai pakaian pesta,
misalnya pada pesta perkawinan. Akan tetapi saat ini, baju adat ini sudah semakin
terkikis oleh perubahan zaman. Baju bodo kini terpinggirkan, digantikan oleh kebaya
modern, gaun malam yang katanya modis, atau busana-busana yang lebih simpel dan
mengikuti trend. Walau dengan keterpinggirannya, Baju bodo kini tetap dikenakan
oleh mempelai perempuan dalam resepsi pernikahan ataupun akad nikah. Begitu pula
untuk passapi’nya (pendamping mempelai, biasanya anak-anak). Juga digunakan
pagar ayu.

C. Aksesoris Dan Kelengkapan Baju Bodo

Kain yang dipergunakan untuk baju Bodo merupakan kain sutera yang tipis
atau dariserat nanas namun tidak tembus pandang karena dibuat rangkap dua. Warna
dan panjangnya Baju Bodo menunjukkan status perkawinan atau kedudukan si
pemakai, seperti :
1. Wanita yang sudah bersuami Merah tua (baju Bodo panjang)
2. Wanita puteri keraton Merah jambu (baju Bodo pendek)
3. Gadis di lingkungan keraton Hijau muda (baju Bodo pendek)
4. Gadis dari kalangan biasa Kuning (baju Bodo pendek)
5. Ibu mempelai wanita Hitam (baju Bodo panjang)
6. Pengantin wanita Merah darah (baju Bodo pendek)
7. Ibu pengasuh puteri keraton Putih (baju Bodo pendek)
Adanya pembagian warna pada pemakaian baju Bodo karena pada mulanya
pendudukSulawesi merupakan campuran dari berbagai ras, maka dalam
perkembangannya kemudian terdapat sejumlah kesatuan sosial.Secara horizontal
ditandai dengan adanya perbedaan suku dan masing-masing memiliki kebudayaan
sendiri dan kepercayaan keagamaan yang bermacam-macam seperti kepercayaan asli
yaitu animisme dan dinamisme, Islam dan Kristen.

Sarung yang dipergunakan sebagai paduan baju Bodo terbuat dari benang
biasa atausutera asli yang berasal dari serat alam, serat pisang hutan, serat akar
anggrek liar.Sarung merupakan sarung tenun Mandar dan tenunan Bugis.Warna
sarung yang dipergunakan biasanya memiliki warna dasar hitam, coklat tua atau biru
tua.Apabila sarung dibuat dengan warna mengkilap disebut Lipa Sabbe.Ciri khas
motif yang dipakai adalah corak kotak-kotak besar atau kecil dengan hiasan emas
pada garisnya.

Kelengkapan busana yang biasa dipakai untuk baju Bodo sebagai aksessoris dan
millineris adalah :

a. Selendang tipis dengan ujung – ujungnya dihiasi bundaran emas atau perak.
b. Tali ikat untuk mengencangkan lilitan sarung.
c. Ikat pinggang emas dengan pendingnya yang penuh dengan perhiasan.
d. Kipas.
e. Berbagai perhiasan emas, seperti ;
1) Sanggul berhiaskan bunga dengan tangkainya (pinang goyang).
2) Anting panjang (bangkarak).
3) Kalung berantai (geno ma’bule).
4) Kalung panjang (rantekote).
5) Kalung besar (geno sibatu).
f. Alas kaki dahulu tidak beralas kaki, namun sekarang menggunakan alas kaki
berupa selop atau sepatu pantoffel berwarna hitam.

Tata rias rambut yang biasa dipergunakan sebagai kelengkapan berbusana


baju Bodo adalah :

1. Sanggul yang letaknya rendah dengan hiasan tusuk sanggul emas besar berupa
2. Kuntum bunga-bunga palsu dari kain, dan kembang goyang berupa bando
yang
3. Berbentuk setengah lingkaran dipakai membujur dihiasi bunga-bunga emas.
4. Untuk acara resmi rambut ditata dengan model sasak sedikit tinggi (sigara).
5. Atau sanggul agak rendah dan diletakkan agak ke sebelah kanan, berhias
tusuk konde
6. Dan di bagian pelipis kanan dan kiri diselipkan kembang goyang emas.
Sederet bunga
7. Serempa dan bunga seruni menghiasi seputar sanggul.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baju bodo adalah pakaian tradisional perempuan


suku BugisMakassar, Sulawesi, Indonesia. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya
berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Baju bodo juga dikenali
sebagai salah satu busana tertua di dunia. Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo
yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya.

B. Saran

Penulis berharap dengan adanya makalah ini, memberikan pengetahuan bagi


pembaca agar mengatahui pakaian adat bugis Makassar. Serta penulis menginginkan
agar pakaian adat bugis Makassar yakni baju bodo bisa terkenal sampai keseluruh
penjuru dunia yang bisa mengangkat martabat khususnya suku bugis Makassar.

Anda mungkin juga menyukai