ISI
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN HIDUP
1.
Alat Produktif
Mata pencarian hidup orang Sulawesi Selatan adalah bertani bagi yang berdiam di
pedalaman dan daerah pegunungan dan berlayar atau menangkap ikan dengan
berperahu bagi yang berdiam di daerah-daerah pesisir/pantai. peralatan-peralatan
untuk melaksanakan mata pencarian hidup dalam dua lapangan ini,menjadi bendabenda kebudayaan yang sangat penting dikalangan orang Bugis-Makassar.
A. Alat-alat pencaharian di laut/air. seperti perahu untuk pengangkutan barangbarang niaga dan alat-alat penangkap ikan, sebagai nelayan, dapat disebutkan
antara lain jenis-jenisnya sebagai berikut:
B. Alat-alat pertanian
Alat-alat pertanian orang Bugis-Makassar, khususnya untuk pengolahan tanah
persawahan (padi) dipergunakan alat-alat yang pada umumnya sama dengan
alat-alat pertanian daerah-daerah lain di Indonesia seperti :
Senjata Tradisional
1. Badik yang berasal dari Makassar, Bugis, atau Patani masing-masing memiliki
bentuk dan sebutan yang berbeda yang menunjukkan perbedaan jenis badik di
setiap daerah tersebut. Di Makassar, badik dikenal dengan nama badik sari
yang memiliki kale (bilah) yang pipih, batang (perut) buncit dan tajam serta
cappa (ujung) yang runcing. Badik sari ini terdiri dari bagian pangulu (gagang
badik), sumpa kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Sementara itu,
badik Bugis disebut kawali, seperti kawali raja (Bone) dan kawali rangkong
(Luwu). Kawali Bone terdiri dari bessi (bilah) yang pipih, bagian ujung agak
melebar serta runcing. Sedangkan kawali Luwu terdiri dari bessi yang pipih
dan berbentuk lurus. Kawali memiliki bagian-bagian: pangulu (ulu), bessi
(bilah) dan wanoa (sarung).
Pada umumnya, badik digunakan untuk membela diri dalam mempertahankan
harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada budaya sirri
dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep sirri
ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir
masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan. Selain itu, ada
pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso, yang
memiliki nilai sejarah. Ada juga sebagian orang yang meyakini bahwa badik
berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk
gecong atau geco, yang bisa diartikan sekali geco (sentuh) langsung mati,
sampai saat ini banyak yang percaya kalau gecong yang asli adalah gecong
yang terbuat dari daun nipah serta terapung di air dan melawan arus, wallahu
alam, panjang gecong biasanya sejengkalan orang dewasa, pamor lonjo,
bentuknya lebih pipih,tipis tapi kuat Pakaian Adat.
3.
Pakaian Adat
1. Pakaian Adat Pernikahan
Pengantin Pria
Busana pengantin pria tak kalah elegan dan mewah dengan busana pengantin
wanita. Pengantin pria mengenakan belladada atau serupa dengan jas
berkerah yang dipadu dengan sarung bermotif (tope) dan warna yang sama
dengan yang dikenakan pengantin wanita. Busana ini dipadu dengan
perhiasan keemasan seperti gelang, rante sembang, salempang, kalung, sapu
tangan (passapu ambara), dan keris berbentuk ular naga. Keris yang biasa
digunakan oleh kalangan bangsawan adalah keris dengan kepala dan sarung
terbuat dari emas yang biasa disebut pasattimpo atau tatarapeng.
hitam pada dahi (mirip dengan paes pengantin Jawa) yang disebut Dadesa.
Selain Dadesa, pengantin wanita juga mengenakan anting yang disebut
Bangkara. Semua terkesan mewah dan elegan. Apalagi umumnya
perhiasan yang dikenakan terbuat dari emas.
2. Pengantin Pria :
Untuk pengantin pria, penggunaan Sigarak (penutup kepala) merupakan
sebuah kewajiban. Di bagian depan Sigarak terdapat sebuah hiasan yang
bentuknya mirip dengan kembang goyang. Perhiasan yang hadir hanyalah
Kalung Rante.
2. Pakaian Adat
4.
Wadah
Gumbang
Gumbang dibuat dari bahan Batu Padat (Bugis : Batu Bulu) atau batuan sungai
/ kali (Bugis : Batu Salo), melalui proses pemahatan yang memakan waktu dan
tenaga. Bukan hanya saat membuatnya, untuk menemukan bahan bakunya saja
butuh waktu dan tenaga. Jika menggunakan bahan batu padat, maka para
pallangro batu (perajin/pemahat batu) akan mencarinya dipunggung-punggung
bukit. Tempat penggalian ini, disebut Abbatung (Tambang Batu).
Jika dengan batu kali, maka biasanya tidak dipotong lagi berbentuk kotak. Tapi
utuh, langsung diangkat. Batu terpilih tadi selanjutnya dipotong sesuai dengan
ukuran yang dibutuhkan. Rata-rata berukuran 100 Cm x 80 Cm. Kotak batu ini
selanjutnya dipikul oleh beberapa orang menuju tempat para perajin pahat
batu. Setelah melewati proses pemahatan yang rumit, lalu Gumbang berbentuk
tabung dengan tinggi sekitar 80 Cm daeng diameter sekitar 60 Cm pada bagian
bawah
dan
50
Cm
pada
mulut
gumbang
tadi.
Busu atau berasal dari wadah ember apalagi dari galon. Air minum dari busu
akan terasa segar dengan hawa dingin yangunik.
Berbeda dengan rasa dingin dari lemari pendingin.Pernahkah anda disuguhi air
minum berwarna semburat merah, tapi tak menyertakan rasa manis ataupun
pahit. Inilah yang disebut wai seppang, sesungguhnya ia adalah air minum
biasa yang dipewarna, hasil dari penguraian warna alami yang terkadung
dalam aju seppang (Kayu Secang / Latin : Sappan lignum). Cara membuatnya
mudah, serpihan-serpihan aju seppang cukup dimasukkan dalam busu, biarkan
ia disana sepanjang waktu. Kandungan warna alami pada sekerat aju seppang
seberat 1 ons, akan mampu mewarnai 10 liter air minum. Bila anda sedang di
kota Yogyakarta atau Solo, carilah minuman Wedang Uwuh, didalamnya ada
aroma dan warna aju seppang tadi.
c.
Si Labu Pahit
wadah untuk membawa air wudhu yang terbuat dari Kaddaro Bila (Pohon
Maja / Latin : Aegle marmelo). Atau yang terbuat dari Buah Lawo Pai (Labu
Pahit/Latin), di Tanah Bugis disebut Tarompang. Masih adalagi Bira Awo,
wadah yang dari bambu.Kaddaro Bila.
Membuat kaddaro bila sangatlah sulit dan memakan waktu setidaknya 1 Bulan.
Dimulai dengan memilih buah maja yang sudah tua, dengan batok yang keras
dan mengeluar bunyi nyaring bila diketuk. Buah maja selanjut diberi 4 lubang
pada bagian atas. Dua lubang berdiameter 3-4 Cm dibuat sejajar. Lubang
sebagai lubang saluran memasukkan air, satu lubang lagi untuk jalur keluarnya
udara, yang tertekan akibat tekanan massa air yang masuk. Dua lubang lainnya
dengan diameter 0,5 cm dibuat berjajar pula tepat diatas 2 lubang besar tadi.
Berfungsi sebagai lubang untuk memasukkan tali pengait bagi wadah air ini
ketika dijinjing atau dipikul. Ingat, lubang ini harus dibuat tepat ditengah dan
presisi. Jika tidak, dipastikan air anda akan terbuang akibat guncangan saat
dijinjing atau dipikul.Setelah lubang dibuat, selanjutnya isi dari buah maja tadi
dikeluarkan semua dengan cara dikerok, lalu dibersihkan. Batok buah maja tadi,
kemudian di keringkan, bukan dijemur dibawah terik matahari. Agar lebih awet
dan tidak gampang pecah. Setelah kering, sebelum digunakan batok tadi
dipendam dilumpur sawah, setidaknya 5 7 hari.
Coto Mangkasara (Coto Makassar), Pallubasa juga terbuat dari jeroan (isi
dalam perut) sapi atau kerbau. Proses memasak pun hampir sama dengan
Coto Makassar, yakni jeroan direbus dalam saktu lama. Setelah matang,
jeroan
ditambah
dengan
daging
itu
diiris-iris,
kemudian
Songkolo adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus.
Beras ketan bisa yang hitam atau yang biasa atau
selera.
Penganan
Songkolo,
bisa
dimasak
putih, tergantung
bersama
santan.
memakai santan kental yang sudah didihkan dan menjadi sari pati . Atau
gula merah kental campur kuning telur yang disebut Palopo.
2. Minuman
6.
Alat Transportasi
Perahu Penisi/Pinisi,
Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar dalam ukuran besar (20 sampai
100 ton). Jenis perahu ini mengarungi laut-laut besar dalam abad-abad lalu
menghubungkan Makassar dengan kepulauan Nusantara baik di Timur
maupun di Barat. Jenis perahu ini mempunyai dua tiang agung dengan layar
berlapis-lapis di bagian depan, pada dua tiang agung, ditambah dua buah
layar kecil pada masing-masing puncak tiang agung. Kemudian yang
terpasang di belakang ada dua buah. Dahulu kala perahu jenis ini dipakai
juga oleh armada-armada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut
tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan
untuk perang laut, karena untuk penyerangan dan peperangan di laut
dipergunakan jenis lain yang lebih lincah dan lebih cepat. Penisi, selaku
perahu niaga, dipimpin oleh seorang Ana'koda (nakhoda), juru mudi, juru
batu dan awak perahu lainnya yang disebut sawi. Perahu dagang jenis penisi,
sampai sekarang masih dipergunakan untuk pelayaran niaga interinsuler yang
dapat dijumpai di semua pelabuhan di negeri kita.
3. Perahu Soppe',
Adalah juga jenis perahu dagang orang bugis makassar, dalam ukuran kecil
( 1 sampai dengan 10 ton) dipergunakan untuk angkutan barang-barang
dagangan antar pulau sekitar pantai-pantai Sulawesi Selatan. Juga biasa
dipergunakan untuk mengangkut penumpang antar pulau.
7. Rumah Adat
ini
mengistilkannya
disebut
dengan
dengan
istilah
Sipamanakang.
Sompulolo,
Mandar
orang
Sangan
Makassar
dan
Toraja
macam, yaitu sepupu dekat dan sepupu jauh. Yang tergolong sepupu dekat
adalah sepupu satu kali sampai dengan sepupu tiga kali, sedangkan yang
termasuk sepupu jauh adalah sepupu empat kali sampai lima kali.
c. Keturunan, Kekerabatan yang terjadi berdasarkan garis keturunan baik dari
garis ayah maupun garis ibu. Mereka itu biasanya menempati satu kampung.
Terkadang pula terdapat keluarga yang bertempat tinggal di daerah lain. Hal ini
bisanya disebabkan oleh karena mereka telah menjalin hubungan ikatan
perkawinan dengan seseorang yang bermukim di daerah tersebut. Bagi
masyarakat Bugis, kekerabatan ini disebut dengan Siwija orang Mandar Siwija,
Makassar menyebutnya dengan istilah Sibali dan Toraja Sangrara Buku.
d.
Pertalian sepupu/persambungan keluarga, Kekerabatan ini muncul setelah
adanya hubungan kawin antara rumpun keluarga yang satu dengan yang lain.
Kedua rumpun keluarga tersebut biasanya tidak memiliki pertalian keluarga
sebelumnya. Keluraga kedua pihak tersebut sudah saling menganggap keluarga
sendiri. Orang-orang Bugis mengistilakan kekerabatan ini dengan Siteppangteppang, Makassar Sikalu-kaluki, Mandar Sisambung sangana dan Toraja
Sirampe-rampeang.
e. Sikampung, Sistem kekerabatan yang terbangun karena bermukim dalam satu
kampung, sekalipun dalam kelompok ini terdapat orang-orang yang sama
sekali tidak ada hubungan darahnya/keluarga. Perasaan akrab dan saling
menganggap saudara/ keluarga muncul karena mereka sama-sama bermukim
dalam satu kampung. Biasanya jika mereka berada itu kebetulan berada di
perantauan, mereka saling topang-menopang, bantu-membantu dalam segala
hal karena mereka saling menganggap saudara senasib dan sepenaggungan.
Orang Bugis menyebut jenis kekerabatan ini dengan Sikampong, Makassar
Sambori, suku Mandar mengistilakan Sikkampung dan Toraja menyebutkan
Sangbanua.
Kesemua kekerabatan yang disebut di atas terjalin erat antar satu dengan yang lain.
Mereka merasa senasib dan sepenanggungan. Oleh karena jika seorang
membutuhkan yang lain, bantuan dan harapannya akan terpenuhi, bahkan mereka
bersedia untuk segalanya.
Dalam sistem perkawinan adat Bugis terdapat perkawinan ideal :
a. Assialang maolaIalah perkawinan antara saudara sepupu derajat kesatu, baik dari
pihak ayah maupun ibu.
b.
c.
2. Sistem Kemasyarakatan
a.Organisasi
Pemberdayaan
dan
Kemasyarakatan
Tingkat
Kelurahan
c. Organisasi Keagamaan :
1. Kelompok Rukun Kematian (Fardlu Kipayah)
d. Organisasi Kesenian :
1. Seni Hadrah/Qosidah Nurul Muslimin Kampung Bugis
2. Seni Barong Sai Bahana Surya Dharma
e. TITD
1. Organisasi Olah Raga :
2. Persatuan Bulutangkis YUS PUTRA Kampung Bugis
3. Persatuan Sepak Bola MKS Singaraja
4. Persatuan Tenis Meja (PTM) PANTURA Kampung bugis.
D. BAHASA
sebahagian
Sidenrengrappang,
kabupaten
Kabupaten
Majene,
Kabupaten
Soppeng,Kabupaten
Wajo,
Luwu,
Kabupaten
Kabupaten
Bone,
huruf Bugis yang dipanggil aksara Bugis. Aksara ini telah wujud sejak abad ke-12
lagi sewaktu melebarnya pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia.
La
Galigo
buang
sauh
di
Makassar.
Sebagian
orang
Bugis
kenyataannya.
Karena
itu,
banyak
orang
berterima
kasih
kepada Rhoda Grauer, Bali Purnati, dan Robert Wilson yang mengangkat
legenda
LaGaligo
dalam
pementasan
teater
kontemporer. Legenda
itu
sejumlah
kritik,
pementasan
itu
membuat
legenda
Sejumlah bocah kecil dengan obor bambu di tangan, telah siap mengantar pengunjung
menelusuri gua.
Bocah-bocah ini selain menyewakan obor bambunya, juga mampu menjadi pemandu
gua yang baik. Mereka paham cerita seputar gua, lengkap dengan bumbu-bumbunya.
Hari Minggu, dan hari besar keagamaan, menjadi hari-hari yang ditunggu anak-anak
ini.
Pada saat-saat itu pengunjungnya membludak, yang artinya mendatangkan rezeki
lebih banyak buat mereka. Selama 2 jam mendampingi pengunjung gua, biasanya
anak-anak kecil seperti ini, mendapat tips lima ribu rupiah.
Sayangnya, obor bambu yang banyak dipakai ini, asapnya menyisakan arang hitam
yang menempel di atap dan dinding gua. Sehingga kesan kotor, sulit dihindari. Namun
meski demikian, kawanan kalelawar yang bersarang di gua ini, masih setia mendiami
Gua Mampu. Bahkan kehadirannya yang telah puluhan tahun ini, mewarnai Gua
Mampu.
Kesakralan Gua Mampu, masih terjaga hingga kini. Tinggal bagaimana masyarakat
sekitar gua, menjaga cerita legenda yang menghiasi gua ini. (sumber: Teluk Bone).
c.Dongeng I laurang
sekilas cerita I Laurang tai dari daerah Sulawesi Selatan, Indonesia. Cerita di atas
termasuk dongeng yang mengandung nilai-nilai moral. Salah satu nilai moral yang
dapat diambil dari cerita di atas adalah akibat yang ditimbulkan dari sifat iri hati dan
dengki. Sifat ini tergambar pada sikap dan perilaku keenam putri raja yang iri hati dan
dengki kepada adiknya dan mencoba untuk membunuhnya. Pelajaran yang dapat
diambil dari cerita ini adalah bahwa sifat iri hati dan dengki dapat menimbulkan
kebencian yang mengarah pada suatu tindakan kekerasan terhadap orang lain dan
bahkan terhadap keluarga sendiri.Dari cerita ini juga dapat diambil sebuah pelajaran
bahwa orang-orang yang teraniaya akan selalu dilindungi oleh Tuhan Yang
Mahakuasa. Sebaliknya, orang yang suka iri hati dan dengki akan dibenci oleh Tuhan.
Dikatakan dalam ungkapan Melayu: kalau suka dengki mendengki, orang muak
Tuhan pun benciPelajaran lain yang dapat dipetik dari cerita di atas bahwa jika kita
berdoa kepada Tuhan, hendaknya lebih berhati-hati. Di samping itu juga, sebaiknya
kita harus berlapang dada menerima semua pemberian Tuhan apapun bentuknya,
karena terkadang di balik pemberian itu terdapat sebuah hikmah yang bermanfaat
yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
2.Seni Rupa
a. Songket Makassar
Keberadaan kain songket menunjukan sebuah tingkat kebudayaan yang tinggi, sebab
dalam kain ini tersimpan berbagai hal seperti bahan yang digunakan, cara pengerjaan,
makna yang terkandung didalamnya sekaligus cara penggunaanya dan tingkatan
orang yang memakainya. motif untuk kain tenun ini memiliki berwarna-warni serta
benang berwarna keemasan sehingga menampilkan kemewahan. Rangkaian benang
yang tersusun dan teranyam rapih lewat pola simetris menunjukan bahwa kain ini
dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk
membuat kain bermutu yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain
Masyarakat Bugis Makassar dan Mandar, menggunakan peralatan tradisional mereka
secara turun temurun untuk memproduksi kain sutra mereka. Peralan tersebut mereka
buat sendiri dalam komunitas. Baik peralatan pemeliharaan ulat sutra, memintal
benang, pewarnaan benang, sampai pada peralan tenunan. Bahan-bahannya mereka
ambil dari alam yang ada disekitar mereka, seperti kayu dari berbagai jenis pohon,
bambu, buah-buahan dan daun-daunan yang digunakan sebagai bahan pewarna.
Dalam waktu yang cukup lama masyarakat Nusantara khususnya yang ada di daerah
Bugis, Makassar dan Mandar tetap mempertahankan alat tenun tradisionl mereka.
Selajan dengan itu tenunan tradisional khususnya kain sutra terus diproduksi oleh
masyarakat. Kegiatan menenun menjadi salah satu mata pencarian masyarakat
khususnya kaum perempuan di daerah-daerah Bugis, Makassar, dan Mandar. Kain
songket digunakan setiap upacara keagamaan, perkawinan, ataupun upacara adat
lainya dan tidak untuk dipakai untuk sehari-hari. Ini semua menandakan kalau kain
songket tidak bias dipakai sembarangan karena didalamnya menganung makna-makna
tertentu.
b.Miniatur
Pada Koleksi Keramologika terdapat keramik Eropa abad 19-20 yang terbuat dari
bahan porselin bentuk bundar dan berglasir. Memiliki ragam hias kaligrafi berwarna
hitam, tulisan menceritakan tentang Nabi Muhammad Ya Rahman , para sahabatnya
dan malaikat antara lain: Abubakar, Mikhail, Umar, Israil, Usman, Israfil, Ali, Jibril.
Ada pula Keramik Jepang abad 17-19 yang terbuat dari bahan porselin berbentuk
bundar dan berglasir. Memiliki ragam hias bunga, pohon dan binatang laut
menyerupai siput berwarna biru dan merah. Berfungsi sebagai wadah makanan.
3. Musik
a.
telah punah
c. Suling calabai(suling ponco),sering dipadukan dengan piola(biola)kecapi
dan dimainkan bersama penyanyi
d. Suling dupa samping (music bamboo),music babu masih terpelihara di
daerah kecamatan Lembang.Biasanya digunakan pada acara karnaval
(baris-berbaris)atau acara penjemputan tamu
4.Tari
bahwa raja Bone ke 31 Lapawawoi Karaeng Sigeri sangat gemar akan tari Pajoge dan
semua anaknya memelihara tari Pajoge.Jadi dengan demikian bahwa Pajoge lahir di
istana raja untuk menghibur raja dan keluarganya, juga untuk menghibur rakyat pada
pesta-pesta. Penari-penari pada umumnya diambil dari rakyat biasa saja. Perbedaan
dengan tari Pakarena dengan tari Pajoge yang biasa hidup diistana raja yang penaripenarinya dipilih dari keturunan bangsawan atau anak anggota adat. Tetapi Pajoge
adalah merupakan tarian rakyat yang dipertontonkan pada pesta raja dan umum.
Tarian Sulawesi SelatanDemikian Pajoge berfungsi sebagai tarian hiburan, juga
merupakan alat penghubung antara raja dan rakyat, untuk mendekatkan hubungan
agar supaya rakyat tetap cinta kepada rajanya dan sebaliknya.Pajoge yang lahir di
istana raja itu penari-penarinya dipilih yang cantik-cantik saja serta mempunyai
kelebihan-kelebihan agar supaya dapat menarik perhatian para penonton, baik rajaraja maupun rakyat dengan maksud disamping ia berfungsi sebagai hiburan juga dapat
menarik keuntungan atau hasil yang berupa materi, karena para penonton diberi
kesempatan untuk Mappasompe pada salah seorang Pajoge yang diingininya. Dan
telah menjadi ketentuan bahwa setiap laki-laki yang mau Mappasompe harus
menyediakan uang atau benda lain.
Macam-macam Tari Pajoge :
1. Pajoge biasa (penari-penarinya dari wanita)
2.Pajoge Angkong (penari-penarinya orang-orang banci) tarian sulawesi selatan.
5.Drama
1. Drama Klasik Bugis We Sangiang I Mangkawani
Tonrawali menyesal, mengapa bukan ia yang mati di tangan La Fadomai. Namun, hati
I Mangkawani lebih hancur lagi sehingga ia memilih bunuh diri. Bak kisah RomeoJuliet karya sastrawan Inggris, William Shakespeare, cinta terlarang We Sangiang
berujung maut. Mungkin akhir yang mirip, tetapi We Sangiang I Mangkawani tidak
ada hubungannya dengan karya Shakespeare itu. We Sangiang I Mangkawani
adalah naskah drama adaptasi sastra lisan klasik Bugis, Tolopessena La Fadomai.
Tragedi cinta terlarang memang universal.
2. Drama "PUANG UPE Bissu Penjaga Rakkeang Kuning"
Upe
menjadi
Puang
Lolobahasa
Bugis
yang
berarti
alameng,
tetapi
kenyataannya
ia
belum
resmi
mendapat berkah dari Tuhan. Tata cara upacara pernikahan adat Bugis Makassar
melalui berberapa tahapan yaitu:
a. A'jagang-jagang/Ma'manu-manu
Penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui
latar belakang pihak calon mempelai wanita.
b. A'suro/Massuro
Acara ini merupakan acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria
kepada calon mempelai wanita. Dahulu, proses meminang bisa dilakukan
beberapa fase dan bisa berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.
c. Appa'nasa/PatenreAda
Usai acara pinangan, dilakukan appa'nasa/patenre ada yaitu menentukan hari
pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas
kawin dan uang belanja. Besarnya mas kawin dan uang belanja ditentukan
menurut golongan atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga
pria.
d. Appanai Leko Lompo (erang-erang)
Setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang
disebut A'bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan
passio/passiko atau Pattere ada (Bugis). Hal ini dianggap sebagai pengikat dan
biasanya berupa cincin. Prosesi mengantarkan passio diiringi dengan mengantar
daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi. Namun karena pertimbangan waktu,
sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre Ada atau
Appa'nasa.
e. A'barumbung(mappesau)
Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.
f. AppasiliBunting(CemmeMapepaccing)
Kegiatan tata upacara ini terdiri dari appasili bunting, a'bubu, dan appakanre
bunting. Prosesi appasili bunting ini hampir mirip dengan siraman dalam tradisi
pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan sebagai pembersihan diri lahir dan batin
sehingga saat kedua mempelai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan
mendapat perlindungan dari Yang Kuasa dan dihindarkan dari segala macam
mara bahaya. Acara ini dilanjutkan dengan Macceko/A'bubu atau mencukur
rambut halus di sekitar dahi yang dilakukan oleh Anrong Bunting (penata rias).
Tujuannya agar dadasa atau hiasan hitam pada dahi yang dikenakan calon
mempelai wanita dapat melekat dengan baik. Setelah usai, dilanjutkan dengan
acara Appakanre Bunting atau suapan calon mempelai yang dilakukan oleh
anrong bunting dan orang tua calon mempelai. Suapan dari orang tua kepada
calon mempelai merupakan simbol bahwa tanggung jawab orang tua kepada si
anak sudah berakhir dan dialihkan ke calon suami si calon mempelai wanita.
Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian
terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar
mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan
acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua mempelai
bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti beberapa acara seperti
pemasangan sarung sebanyak tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting
(pemandu adat). Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh
keluarga mempelai wanita.
G. Ilmu Pengetahuan
Suku bugis (ilmu) merupakan Suku dengan gelar suku "Berdarah Panas" karena
1.
emosi mereka yang sangat tinggi,dan banyak ilmu-ilmu mereka yang terkenal :
Rantai Babi, rantai yang dapat membuat si pemakai menjadi kuat.
2. Pelet (konon kalau ke pedesaan di sulawesi dilarang melihat mata orang-orang
3.