Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH GLOBALISASI DAN PERKEMBANGAN POLA PIKIR

MASYARAKAT TERHADAP PERADABAN DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan


kebudayaan.Kebudayaan pada hakikatnya adalah hasil cipta,rasa dam karsa
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta menghasilkan ilmu
Pengetahuan. Kemampuan rasa menghasilkan barang seni dan bentuk-bentuk
keseniaan, sedangkan karsa adalah kebahagiaan dan kemuliaan. Hasil atau
produk kebudayaan manusia inilah yang menghasilkan peradaban.

Peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah


mendapat tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf
kebudayaan yang telah mencapai taraf tinggi dari satu peradaban yaitu
kebudayaan.

Manusia sebagai mahluk sosial membentuk persekutuan-persekutuan


hidup, yaitu masyarakat.Manusia beradap pastilah berkeinginan membentuk
masyarakat yang beradaban. Terbentuklah masyarakat beradab atau keberedaban.

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang beradab sebab


dianugrahi harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi. Orang yang
beradab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi untuk berprilaku sopan,
berahlak dan berbudi pekerti yang luhur.Manusia yang beradab adalah manusia
yang dapat menyelaraskan antara cipta, rasa , karsa. Perkembangannnya Manusia
dapat jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak mampu menyeimbangkan
atau mengendalikan cipta, rasa, karsa yang dimilikinya.

Globalisasi memberi pengaruh dalam berbagai kehidupan, dengan


didukung teknologi komunikasi dan transportasi yang canggih dampak globalisasi
akan sangat luas dan kompleks. Akibatnya akan mengubah pola piker,sikap dan
tingkah laku manusia. Globalisasi memberi pengaruh dalam berbagai kehidupan ,
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan.

Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa suatu bnagsa sangat dipengaruhi


oleh fakto kemajuan teknologi , ilmunpengetahuan, dan tingkat pendidikan.
Dengan demikian, suatu bangsa atau daerah yang memiliki kebudayaan yang
tinggi atau peradaban dapat dinilai dari tingkat pendidikan, kemajuan teknologi
dan ilmun pengetahuan yang dimiliki.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana wujud peradaban global dalam bidang kebudayaan
masyarakat ?
2. Bagaimana Pengaruh masyarakat terhadap perdaban ?
3. Bagaimana upaya mencegah memudarnya budaya pada masa globalisasi ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui wujud peradaban global dalam bidang kebudayaan


masyarakat

2. Untuk mengetahui Pengaruh masyarakat terhadap perdaban


3. Untuk mengetahui upaya mencegah memudarnya budaya pada masa
globalisasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Wujud Peradaban Global Dalam Bidang Kebudayaan Masyarakat

2.1.1. Busana Adat Bali

Masyarakat Bali memiliki Budaya berbusana yang bekembang seiring


berjalannya waktu. Hampir semua masyarakat balipada zaman dahulu hanya
memakai busana pada bagian bawah saja, yaitu dari perut sampai ke kaki. Busana
tersebut berbahan kain yang di pakai dan diikat dengan sebuah selendang
sehingga berbentuk kamben. Sedangkan bagian atas, bisanya masyarakat Bali
jarang menggunakan pakaian sehingga tubuh bagian atas tetap telanjang. .kamen
(kain) adalah pakaian sehari-hari pada zaman tersebut pada zaman sekarang ini
kamen hanya digunakan dalam acaar-acara tertentu seperti: persembahyangan
atau upacara dan upakara adat. Selebihnya, pria dan wanita Bali sudah seperti
layaknya pria dan wanita modernmemakai celana panjang atau pendek. Saat ini
masyarakat Bali sudah memakai busana yang lebih tertutup, artinya masyarakat
sudah memakai busana lengkap, baik bagian atas maupun bawah Seiring
kemajuan jaman dan teknologi, budaya berbusana seperti zaman dahulusudah
mulai ditinggalkan oleh masyarakat Bali.

Perkembangan Budaya berbusana juga terjadi pada pakaian adat yang


digunakan untuk melaksanakan upacara atau upakara, Globalisasi telah membawa
kemajuan besar dan perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat
Bali, khususnya umat Hindu yaitu terjadinya benturan kultur. Dalam konteks
fenomena berpenampilan dalam berbusana adat kepura bagi umat Hindu. Busana
Adat ke Pura kian menyimpang, yang merupakan tradisi busana adat ke pura saat
ini terjadi bergeseran.banyak cara berpakaian busana adat ke pura yang tidak
sesuai dengan pakem. Penyimpangan yang dilakukan terhadap berbusana ke pura
ini tentunya dapat berpengaruh negatif. contoh perubahan busana adat kepura
diera globalisasi sekarang seperti :

1. Pemakaian baju kebaya/brokat bagi busana wanita menjadi lebih


transfaran, modis dan memakai lengan pendek.

2. Pemakaian kamben/kain bagi busana wanita sedikit lebih tinggi


atau diatas lulut.

3. Pemakaian asesoris yang berlebihan sehingga terkesan modis dan


mahal seperti bross, hiasan kepala.

4. Pemakaian udeng/destar bagi busana laki-laki yang tidak benar,


tidak memiliki ikatan ujung udeng menghadap keatas.

5. Pemakaian kamben/kain bagi busana laki-laki yang tidak memiliki


kancut (ujungnya lancip menyentuh tanah) dan ada juga yang
memakai kamben model sarung yang bukan termasuk busana
kepura.

6. Pemakaian tinggi saput dan jarak kamben bagi busana laki-laki


yang salah biasanya sejengkal dari mata kaki.

7. Pemakaian sanggul yang salah, gadis memakai pusung tagel dan


wanita yang sudah berkeluarga memakai pusung gonjer atau
bahkan dengan rambut terurai.
Gambar 1. Busana Adat Bali

2.1.2. Kesenian (seni ukir)

Masyarakat Batubulan pada zaman dahulu hanya menggunkan batu-


batu yang berasal dari alam dan kayu hanya untuk membuat bangunan-bangunan
seperti pura dan rumah, seiring berjalannya waktu dan perubahan pola piker
masyarakat Di desa Batubulan Batu-batu alam dan kayu mulai dipergunakan
sebagai barang seni berupa ukiran.

Seni Ukiran batu sebenarnya adalah tanda utama dari Desa Batubulan
sejak waktu yang sangat lama yaitu sekitar tahun 1970-an. Patung pertama, seperti
menggunakan kayu ukiran yang obyek utama berbagai mitos seperti epik
Ramayana, Mahabharata, dan lain-lain. Sampai saat sebagian besar patung ukiran
masih menggunakan angka-angka etnis traditioanal, desain baru sangat sedikit
atau penciptaan.

Pada awalnya semua batu yang digunakan adalah buish dalam warna
dan kemudian lebih banyak cahaya dan warna batu cerah datang ke panggung
samping penggunaan semen dan beton.Pengaruh Budha Tantrayana juga sangat
kuat, sehingga kita dapat melihat berbagai patung dengan ekspresi wajah yang
bervariasi. Seni ukiran yang terdapat didesa batubulan merupakan salah satu mata
pencaharian masyarakat didesa batubulan.
Gambar 2. Kesenian (seni ukir)

2.1.3. Kain Endek Tenun Ikat Khas Bali di Kabupaten Gianyar

Bali memiliki ragam kain tenun yang dikenal sebagai endek. Kain
yang dulu hanya dikenakan kalangan bangsawan itu kini menjadi milik
masyarakat, bahkan dikenakan dalam aktivitas sehari-hari oleh masyarakat Bali.
Kain endek adalah kain tenun ikat pakan yang cara pembuatannya dilakukan
dengan memberi motif pada benang pakan (benang searah lebar kain) sebelum
mulai ditenun. Pemberian motif dilakukan dengan cara mengikat bagian-bagian
tertentu dari benang pakan sebelum dicelupkansehingga terbentuk motif. Benang
yang telah diikat, dicelup, dikeringkan, dan digulung pada kumparan yang akan
menjalin pada benang lungsi (benang yang arahnya vertikal). Berbeda dengan
bentangan benang lungsi, benang pakan yang telah diberi corak tidak akan tampak
sampai selesai ditenun. Tenun endek banyak terdapat di daerah Gianyar.

Zaman dulu, perempuan Bali harus bisa menenun. Menenun


dikerjakan di sela-sela aktivitas mengurus rumah tangga dan mengasuh anak.
Namun, seiring perkembangan zaman, tidak banyak anak muda tertarik untuk
menenun. Saat ini, kain endek lebih banyak diproduksi menggunakan alat tenun
bukan mesin. Selain itu, banyak kain endek diproduksi dengan alat tenun mesin
demi mengejar produksi. Kain endek dibuat dalam tiga jenis. Kain endek untuk
sarung laki-laki, kain endek untuk kain panjang perempuan, dan kain endek untuk
selendang. Kain endek untuk sarung dijahit di tengah. Adapun kain endek untuk
perempuan diberi ragam hias di pinggirnya. Bagian tengah dibiarkan polos.
Gambar 3. Endek Tenun Ikat

2.1.4. Tari Barong


Tari barong pada zaman dahulu meupakan tari yang
disakralkan yang hanya dipertunjukan untuk upacara atau upakara.
Seiring berjalannya waktu dan banyaknya wisatawan yang datang
kebali tari barong di Desa Batubulan tidak lagi hanya
dipergunakan sebagai dalam upacara maupun upakara namun
sudah dipentaskan untuk hiburan.Tari Barong menggambarkan
kebaiikan dan Rangda melambangan kebatilan pada pementasan
diceritakan pertarungan antara kebajikan melawan kebatilan.

Gambar 4. Tari Barong


2.2. Pengaruh Masyarakat Terhadap Perdaban
Peradaban kebudayaan pada masa sekarang ini tentunya banyak
memiliki pengaruh dimana ada berdampak positif begitu pula sebaliknya ada juga
yang berdampak negatif.

1. Dampak Positif
a) Kebudayaan kita bisa lebih dikenal oleh negara-negara lain di
seluruh dunia.

b) Bagi orang-orang yang mentalnya globalisasi akan memperkuat


rasa untuk melindungi kebudayaannya, sehingga kebudayaannya
tidak hilang, malahan semakin kental.

c) Budaya Indonesia lebih dikenal di manca negara karena dengan


adanya media elektronik, dan Internet.

d) Adanya pertukaran pelajar, sehingga kebudayaan Indonesia dapat


dikenal dan dipelajari oleh pelajar luar negeri.

2. Dampak Negatif

a) Hilangnya kebudayaan asli Indonesia karena orang-orang lebih


senang mengikuti budaya barat yang terkesan lebih bergengsi.

b) Kurangnya penghargaan terhadap norma-norma di masyarakat.


Norma di masyarakat seperti (norma kesopanan, kesusilaan,dan
lain sebagainya).

c) Menurunnya rasa cinta terhadap budaya sendiri sehingga


pengetahuan terhadap budaya nasional menjadi minim.

2.3. Upaya Mencegah Memudarnya Budaya Pada Masa Globalisasi

Adanya arus globalisasi memunculkan masalah pada generasi muda.


Generasi muda merupakan pewaris kebudayaan maupun berkewajiban
mempertahankan jati diri bangsa, tetapi pada faktanya sekarang ini banyak
generasi muda merasa asing di negeri sendiri. Oleh karena itu upaya mencegah
memudarnya budaya dan jati diri bangsa perlu dilakukan baik oleh pemerintah,
pihak swasta maupun secara penuh kesadaran oleh masyarakat itu sendiri.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:


1. Melakukan reorientasi budaya (culture reorientation), yaitu
aktivitas menengok kembali keberadaan budaya sebagai langkah
awal untuk memperkenalkan budaya sendiri kepada generasi baru
yang belum memahami nama, fungsi dan asalusul suatu
subkebudayaan

2. Melakukan revitalisasi budaya, yaitu upaya perombakan dan


penyesuaian sedemikian rupa sehingga unsur-unsur budaya
tersebut menjadi penting kembali

3. Melakukan refungsionalisasi budaya, yaitu membuat suatu budaya


mengakar dan berfungsi bagi keperluan sehari-hari masyarakat

4. Mengupayakan pelembagaan budaya, yaitu Lembaga budaya


adalah lembaga yg mengatur tata cara dan prosedur dalam
melakukan hubungan sosial. fungsinya adalah : memberi pedoman
kepada masyarakat dan menciptakan masyarakat yg harmonis dan
kuat akan persatuan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Peradaban sangat erat kaitanya dengan perkembangan kebudayaan


karena terjadinya perubahan pola pikir dalam masyarakat. Globalisasi
memberi pengaruh yang besar dalam pekembangan kebudaayan,
globalisasi dapat menimbulkan dampak positif dan dapat negative dalam
kebudayaan tersebut.

3.2. Saran

Diharapkan kepada masyarakat untuk ikut melestarikan dan


menjaga kebudayaan agar kebudayaan yang telah ada tetap dipertaahankan
dan diwariskan secara turun-temurun.
DAFTAR PUSTAKA

Mubah, Safril. 2011.Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam


Menghadapi Arus Globalisasi. Korespondensi. Vol. 24, No. 4

Syam, Hamadani. 2015. Globalisasi Media Dan Penyerapan Budaya Asing,


Analisis Pada Pengaruh Budaya Populerkorea Di Kalangan Remaja Kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmu Komunikasi.Vol. 3, No.1

Anda mungkin juga menyukai