Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fashion merupakan gaya hidup dan menjadi hal penting di berbagai kalangan
masyarakat. Fashion bukanlah sesuatu yang ada pada pakaian saja, fashion ada di
langit, di jalan, fashion ada hubungannya dengan ide-ide cara kita hidup dan apa
yang terjadi fashion adalah konsep yang berubah cepat yang menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari semua orang dari abad ke-20. Gaya dan ide menjadi
lebih mudah diakses oleh perancang busana dengan meningkatkan komunikasi
dan media. Fashion adalah bagian dari siapa kita, cara kita hidup dan masa di
mana kita ada untuk memulai timeline dimasukkan untuk menunjukkan hubungan
antara trend mode1.

Seorang perancang busana harus mampu menganalisis sebuah trend dan


peluang. Pada dasarnya sebagai perancang busana adalah pekerja seni yang harus
mengetahui latar belakang dan sejarah fashion, sehingga dapat melihat peluang
dan menentukan konsep perencanaan. Mode berubah seiring perubahan zaman
dan pakaian adalah sesuatu yang muncul dari kehidupan sehari-hari manusia
biasa. Pemahaman yang melahirkan ide-ide baru dan memberi energi orang.
Namun, kebaruan itu seharusnya tidak sepenuhnya subjektif dan harus menjadi
sesuatu yang dapat dihubungkan dengan sejumlah besar orang. Fashion harus
menggabungkan pemahaman tentang cara dunia bergerak, karena desain yang
paling segar dan penuh rasa adalah kontemporer tetapi juga mengandung
kesadaran masa lalu2. Seperti yang akan disampaikan penulis, yaitu sebuah
perencanaan pembuatan koleksi busana yang menetapkan satu tema inspirasi.
Tema inspirasi yang penulis dapat yaitu melalui suatu warisan kebudayaan yang

1
Fashionary Team, Fashionpedia The Visual Dictionary of Fashion Design. Fashionary. Internasional Ltd,
2019. Hlm. 10

2
Sunao Onuma, Garment Design Textbook 1 – Fundamentals Of Garment Design. Bunka Fashion Colloge,
2009. Hlm. 11

1
ada di Indonesia, dapat menjadikan karakter koleksi busana yang akan
diwujudkan.

Kebudayaan adalah perwujudan dari sebuah renungan, kerja keras dari


kearifan suatu masyarakat dalam mengarungi dunianya. Kebudayaanlah yang
menjadikan suatu masyarakat dapat memandang lingkungan hidupnya dengan
bermakna3. Salah satu hal yang perlu mendapatkan pemahaman bersama adalah
adanya kemungkinan perkembangan varian-varian dari suatu kebudayaan. Dari
tersebut di atas dapat mengangkat kebudayaan yang akan dibahas, yaitu karnaval
tua Suku Buton yang dilakukan oleh Masyarakat Buton, Sulawesi Tenggara sejak
zaman Kesultanan Buton pertama.

Karnaval Budaya Tua Suku Buton merupakan acara turun temurun yang
dilakukan setiap tahunnya terletak di Buton, Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Alasan
Budaya Suku Buton membuat karnaval ini karena masyarakat Buton telah
memegang teguh semboyan yang disampaikan yaitu “Poromu Yinda Saangu
Pogaa Yinda Koolota” yang artinya “Menyatu tapi tidak dari asal yang satu,
tetapi tidak berantara”. Acara tersebut dibuat sejak Kesultanan Buton pertama
pada tahun 1332 Masehi. Karnaval tua suku Buton rangkaian acara yang
dilakukan dihari pertama oleh kelompok Keraton. Karnaval tua suku Buton
sebelum dilaksanakan dan memasuki area pantai wajib melakukan sebuah ritual
yang mengandung filosofis sebagai situs sejarah Keraton Buton. Ritual yang
dilaksanakan dengan melakukan sebuah penghormatan untuk jasa petinggi yaitu
Raja Halu Oleo sebagai Sultan Kerajaan Buton pertama dengan berziarah. Usai
ritual dilaksanakan akan disambut oleh ribuan masyarakat yang berlangsung
sangat ramai. Tradisi penyambutan pulangnya para laskar dari keraton dapat
dilihat oleh masyarakat dari bukit pantai. Proses penyambutan tampak seperti
lautan manusia yang bergerak dengan penuh warna membuat orang yang melihat
akan berbinar-binar dengan banyaknya warna pada hamparan pantai, hal ini
membuat kesan contrast diatas tanah Buton yang menunjukkan bukti nyata dari

3
Tim Depdikbud, Analisis Hasil Penelitian Arkeologi. Depdikbud, 1995. Hlm 1

2
medan perang. Dalam kegiatan ini kelompok masyarakat keraton mengenakan
kain tenun dengan cara bertabrak corak motif kotak-kotak , salur besar dan kecil
dengan berselang-seling dan juga menggunakan jubah leja’(motif garis). Hal ini
merupakan tradisi dalam menghargai kain tenun yang dulunya sebagai mata uang
orang Buton karena apabila tidak dikenakan maka nilai dari upacara ritual tersebut
kurang sakral. Sedangkan, untuk wanita pingitan mengenakan pakaian baju
kebesaran wanita Buton (kombo) dengan motif daun kapas yang disulam.

Dalam teknik pembuatannya berupa tenunan songket, tenunan polos, dan


sulaman. Kain yang dipakainya selain motif bunga, buah dan daun terdapat pula
motif-motif geometris yang berupa garis-garis sejajar, garis menyilang dan berupa
kota-kotak. Motif yang kotak-kotak namanya Kain Sarung Biatamba Laiana,
bahan tenun motif garis menyilang (kotak-kotak) menggunakan teknik tenunan
polos dan songket yang berwarna komplementer atau banyak warna-warna cerah.
Kain Sarung Baitanu Samasili Kumbae bahan tenun motif garis-garis yang
menggunakan teknik tenunan polos4.

Pemikiran melalui adanya kebudayaan disuatu daerah bisa dijadikan suatu


acuan dalam pembuatan karya busana, karena fashion berkembang sangat cepat,
maka dari itu dalam penciptaan koleksi fashion dibutuhkan ide yang dapat
menginspirasi sebuah karya dan penentuan sebuah karakter dalam satu koleksi
nantinya, yang penulis akan pertanggungjawabkan secara ilmiah. Pada koleksi
busana tersebut yang akan diwujudkan, penulis menentukan style arty off beat
dengan look grunge dengan judul “ The Beauty of Legacy” Beauty arti kata
kecantikan/keindahan yang menggambarkan suasana karnaval Buton dalam
keragaman kostum adat sebagai situs sejarah. Legacy adalah warisan budaya tua
suku suku buton yang dilaksanakan sejak era kesultanan Buton hingga saat ini
dari generasi ke generasi.

1.2 Rumusan Masalah

4
Museum Textil, Pameran Kain Tradisional. Dinas Museum Dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, 1992. Hlm. 10-21

3
Berikut rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang, untuk
menyederhanakan proses analisa :

1. Bagaimana aktivitas Karnaval Tua Suku Buton menjadi ide gagasan


yang akan diwujudkan pada koleksi Ready to Wear yang mengacu
pada trend Forecasting, tema Svarga dengan sub tema Festive Fiesta?
2. Apakah tradisi bergaya pakaian masyarakat Buton pada karnaval tua
suku Buton dapat diterapkan pada style Arty Off Beat dan Look
Grunge dengan target market wanita karier diperkotakaan berusia 22
tahun sampai dengan 35 tahun ?

1.3 Tujuan

1. Dapat melestarikan budaya dan tradisi turun-temurun suku Buton ke


dalam media kain melalui koleksi busana siap pakai.
2. Membuat busana siap pakai yang terinspirasi dari karnaval tua Suku
Buton yang diterapkan pada style arty off beat dengan look grunge
yang mengacu kepada trend singularity tema Svarga dam sub tema
Festive Fiesta.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat

4
Memberikan alternatif dan variasi dalam koleksi busana siap pakai yang
terinspirasi dari budaya dan tradisi yang dihadirkan dengan tampilan modern
dan trendy.

1.4.2 Manfaat Bagi Fashion Designer

Memberikan variasi dan alternatif dalam koleksi busana siap pakai yang
modern dan wearable. Koleksi ini dapat memberikan suatu hasil kreatifitas,
imajinasi dari kebudayaan tradisi Suku Buton yang berfokus pada Karnaval Tua
Suku Buton. Koleksi ini dihadirkan mengikuti alur trend pada dunia fashion,
dengan style dan look yang ditetapkan yaitu Arty off Beat dan Grunge.

1.4.3 Manfaat Bagi Institusi

Bermanfaat sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, khususnya


mahasiswa Mode dan Busana yang diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran, menambah ilmu tentang studi kepustakaan dan sebagai contoh
mengenai hal perancangan yang dapat dilihat oleh mahasiswa tugas akhir
sehingga memberikan inovasi baru dalam penciptakaan busana siap pakai.
Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir untuk jenjang Strata 1 di Tri Darma
Perguruan Tinggi dalam penelitian.

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti

Bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan daya imajinasi, ide


gagasan, dan ilmu pengetahuan terutama mengenai sebuah perancangan koleksi

5
ready to wear dan art fashion dengan berbagai subjek seperti kebudayaan, trend
dan gaya berbusana.

1.4.5 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Pengembangan ide gagasan dalam membuat koleksi busana siap pakai


yang dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan pada bidang mode dan busana.
Hal ini dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian selanjutnya dalam
pembuatan koleksi yang memberikan variasi dan sesuai dengan target market di
Indonesia, namun tidak meninggalkan sejarah budaya dan nilai-nilai di
Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Dan Batasan

Koleksi dibatasi pada koleksi busana siap pakai dengan mengenal tradisi
dan kearifan lokal , sehingga busana yang dihasilkan harus mempresentasikan
konsep yang ada dengan mengarah pada wanita berusia 22 – 35 tahun.

1.5.1 Faktor Demografi

Faktor demografi adalah salah satu dari sekian banyak faktor eksternal dari
lingkungan pemasaran. Koleksi ready to wear yang akan dihadirkan untuk
wanita karier berusia 22 – 35 tahun yang berkependudukan di Indonesia,
berkebangsaan WNI maupun WNA , dan masyarakat dalam perekonomian
menengah atas.

1.5.2 Faktor Psikografis

a. Gaya hidup : Mempunyai daya ketertarikan dengan


perkembangan Fashion yang terdapat di

6
dunia dan tertarik untuk mengikuti event-
event yang berkaitan dengan dunia
Fashion.
b. Rutinitas : Career Women yang sering menghadiri
Acara berkelas, travelling, hangout, dan
shopping.
c. Perilaku : Menyukai suasana keramaian dan menjadi
pusat perhatian banyak orang den-
gan penampilan yang unik.

1.5.3 Faktor Geografis

Koleksi ready to wear yang ditujukan pada wanita karier yang


berdomisili pusat perkotaan, dengan iklim yang disesuaikan yaitu tropis.

1.6 Metode Penelitian

Penggunaan pada metode penelitian ini yaitu metode kualitatif yang


menggunakan pendekatan deskriptif , metode tersebut sebagai berikut :
1. Metode penelitian kualitatif, pendekatan kepada data-data laporan dan
melakukan studi pada situasi yang dialami. Landasan metode kualitatif
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta
di lapangan. Selain itu bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
2. sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa
orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

1.7 Metode Pengumpulan Data

7
Penggunaan metode penelitian lainnya menggunakan dua sumber.
Berdasarkan sumbernya, data tersebut yaitu primer dan sekunder :
1. Data primer, yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus.
Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama
atau tempat objek penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data primer adalah observasi dan wawancara.
2. Data sekunder, yaitu data yang sudah tercatat dalam buku ataupun
suatu laporan. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sekunder adalah literatur/studi pustaka.

1.7.1 Observasi

Observasi pertama dilakukan dengan mendatangi Kota Bau-Bau, Buton,


Sulawesi Tenggara pada tanggal 28 Desember 2019. Penulis mendatangi
Kantor Pariwisata Buton untuk bertemu Bapak Rusdi Nudi selaku Sekretaris
Pariwisata Kab. Buton. Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Rusdi
Nudi untuk mendapatkan informasi tentang kebudayaan Buton, banyak yang
diceritakan oleh Bapak Rusdi nudi mengenai kebudayaan orang Buton,mulai
dari sejarah kota Buton, mitos-mitos yang ada di Buton, aliran kepercayaan
orang Buton, masa terbentuknya karnaval tua Suku Buton, festival tua Suku
Buton, lokasi tempat acara adat yang terkait dengan adat dan kebudayaan
mereka.

Observasi kedua yaitu, pada tanggal 30 Desember 2019. Penulis


mendatangi Suku pedalaman Buton yaitu Suku Muna agar dapat mengetahui
langsung bagaimana situasi, suasana, dan kondisi lapangan yang sebenarnya.
Suku Muna ini merupakan sekelompok pembuatan tenun Buton, kemudian
penulis bertemu dengan Bapak Darmanadi selaku Kepala Perindustrian Tenun
Buton dan Bapak Kamsudi selaku Pengrajin Tenun Buton. Penulis melakukan

8
wawancara pertama kepada Bapak Darmanadi selaku Kepala Perindustrian
Tenun Buton untuk mendapat informasi tentang perkembangan tenun Buton,
dan awal terbentuknya sekelompok pengrajin tenun Buton. Kemudian, penulis
melakukan wawancara kedua dengan Bapak Kamsudi selaku pengrajin tenun
Buton, bapak Kamsudi ini menceritakan filosofi kain tenun Buton yang
dikenakan oleh para Kesultanan hingga masyarakat Buton, dan fungsi-fungsi
setiap kainnya. Bapak Kamsudi juga merupakan pengrajin yang membuat
warna-warna alam pertama yang digunakan pada tenun Buton sekaligus
memiliki ribuan pengrajin hingga saat ini. Penulis merasakan suasana ramai
dengan suara alat-alat tenun, suasana hidup di pedalaman Buton yang memang
sangat dekat dengan alam. Semua yang ada disana mempunyai keseimbangan
hidup antara manusia dan alam semesta. Semua terdengar menjadi satu,
membuat penulis mengerti artinya alam semesta bagi kehidupan manusia.
Penulis juga mengambil beberapa foto untuk dokumentasi dan perekam suara.

1.7.2 Wawancara

Penulis mengumpulkan informasi melalui wawancara di Bau-Bau,


Buton, Sulawesi Tenggara. Pada hari dan tanggal, sabtu 28 desember 2019.
Penulis mewawancarai Bapak Rusdi Nudi selaku Sekretaris Pariwisata Kab.
Buton. Penulis juga mewawancarai pada hari dan tanggal, senin 30 desember
2019 dengan Bapak Darmanadi selaku Kepala Bidang Perindustrian Sentra
Tenun Kab. Buton, dan Bapak Kamsudi selaku pengrajin tenun Buton saat
perjalanan ke pedalaman Suku Muna, Kab. Buton.

1.7.3 Literatur/Studi Pustaka

Studi literatur dapat dilakukan tanpa harus terjun ke lapangan. Studi


literatur yang dilakukan penulis adalah Pengumpulan data melalui media

9
cetak, yaitu buku mengenai fashion, kebudayaan, dan kebudayaan mengenai
Suku Buton. Berikut buku-buku yang menjadi studi literatur.
Literatur tentang kebudayaan Buton penulis membaca buku dari buku
Sejarah Kebudayaan Sulawesi yang ditulis dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan yang membahas tentang sejarah perkembangan budaya dan
tradisi di Sulawesi Tenggara. Kebudayaan Di Nusantara : Komunitas Bambu
yang ditulis oleh Edi Sedyawati mengenai perkembangan pakaian yang ada di
Sulawesi Tenggara, Buton. Pameran Kain Tradisional Buton : Museum
Tekstil yang ditulis dari Museum Tekstil, Dinas Museum Dan Sejarah
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta membahas sekilas tentang
perkembangan kain tradisional Buton, Sulawesi Tenggara. Adat Istiadat
Daerah Sulawesi Tenggara yang ditulis dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan yang membahas pakaian dan perhiasan yang dikenakan wanita
dan laki-laki di Buton.
Literatur fashion penulis membaca buku dari buku karya Fashionpedia
The Visual Dictionary Of Fashion : Fashionary, yang di ciptakan oleh
Fashionary Internasional Ltd tentang sejarah fashion dan style, Garment
Design Textbook 1 – Fundamentals Of Garment Design : Bunka Fashion
College, yang ditulis oleh Sunao Onuma yang membahas tentang
perkembangan fashion. Fashion Encyclopedia A Visual Resource For Terms,
Techniques, And Styles : Barron’s Educational Series, Inc, yang ditulis oleh
Angus, Emily. Baudis, Macushla., dan Woodcock Philippa yang membahas
tentang perkembangan style dan look. Singularity 19/20 : Indonesian Tren
Forecasting yang diciptakan oleh Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
tentang perkembangan tren di Indonesia untuk tahun yang akan datang.

1.8 Metode Penulisan

Metode penulisan ini merupakan gambaran umum mengenai isi dari


keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca mengikuti

10
alur pembahasan yang terdapat dalam penulisan karya. Adapun metode penulisan
sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang fashion secara garis besar yang


menghubungkan dengan konsep yang akan direalisasikan menjadi busana ready
to wear. Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang
lingkup & batasan motode pengumpulan data, metode penulisan dan kerangka
berfikir.

BAB II : TINJAUAN TEORISTIS

Berisi tentang teori-teori tinjauan umum dan tinjauan khusus secara garis
besar yang menghubungkan konsep pada busana siap pakai atau ready to wear.
Tinjauan tersebut meliputi tinjauan umum yang merupakan data literatur yang
bisa diakses secara umum dan tinjauan khusus yang merupakan data yang dicari
atau digali secara khusus.

BAB III : GAGASAN KONSEPTUAL DAN VISUALISASI

Berisi tentang gagasan umum dan gagasan khusus yang secara garis besar
mengenai tentang konseptualisasi pada karya busana siap pakai. Gagasan tersebut
meliputih gagasan umum yang merupakan awal dalam pemecahan masalah
berdasarkan tinjauan data dan gagasan khusus yang merupakan gagasan spesifik,
sesuai fokus masalah, dan terkait dengan material media juga teknik.

BAB IV : PROSES PENCIPTAAN

Berisi tentang proses pembuatan busana siap pakai yang merupakan


paparan sistematis dan deskriptif tentang proses berkarya sampai produksi

BAB V : PENUTUP

11
Berisi tentang mengemukakan kesimpulan dan saran-saran yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam proses penciptaan
karya busana siap pakai.

1.9 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir atau kerangka penciptaan adalah sebuah konsep dalam


perancangan desain sebagai dasar inspirasi kreatifitas yang berhubungan dengan
unsur desain. Kerangka berfikir meliputi perkembangan karakter atau style dan
look, latar belakang, penentuan warna, siluet, textur, motif, dan juga bahan. Hal
ini kerangka berfikir bertujuan untuk mempermudah saat mendesain dalam satu
pemikiran.

12
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir
Dok. Penulis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Koleksi busana ini berjudul The Beauty of Legacy, merepresentasikan


sebuah karnaval budaya Buton. Adanya sebuah tradisi yang dibawa setiap starta
menggunakan tumpukan baju dan tenunan Buton yang berbeda dimulai dari para

13
kesultanan Buton hingga masyarakatnya. Pada perencanaan koleksi busana yang
mengacu pada trend, style, look, target market, hingga konsep untuk koleksi
busana. Semua hal tersebut akan dijelaskan secara teoritis pada bab ini.

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Perkembangan Fashion

Fashion merupakan penjelasan atas sesuatu yang terkait dengan gaya


hidup seseorang. Gerakan mode tidak hanya mengacu pada gaya pakaian yang
dikenakan oleh anggota tubuh, tetapi juga mencerminkan pengaruh hubungan
gerakan budaya kontemporer yang ada5. Fashion secara sederhana adalah
perkembangan zaman. Fashion dapat berubah seiring pergantian musim, cuaca,
tahun demi tahun, dan adanya suatu kejadian atau komunitas tertentu. Seorang
dengan penampilan yang fashionable, secara tidak langsung mengarahkan dirinya
sebagai seseorang dengan gaya hidup modern, gaya hidup membantu menentukan
sikap dan menunjukkan status sosial. Fashion diibaratkan sebagai sistem penanda
dari perubahan budaya menurut suatu komunitas tertentu. Trend fashion
berpengaruh sebagai starta pembagian kelas, status pekerjaan dan kebutuhan.
Trend fashion di Indonesia cenderung meniru gaya barat baik itu dalam bahan
yang digunakan maupun dalam desain. Berbicara tentang perkembangan fashion
di Indonesia didorong oleh beberapa faktor yaitu media massa, dunia
entertaiment, dunia bisnis dan internet.

Manusia memiliki sifat beradab yang umumnya selalu membutuhkan


busana baik di zaman primitif, zaman prasejarah, di zaman modern atau di era
globalisasi ini. Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik dalam sejarah,
fashion mulai berkembang sejak tahun 1980-an di Indonesia hingga terealisasinya
busana saat ini.

5
Emily Angus, Macushla Baudis, Philippa Woodrock, The Fashion Encyclopedia. Barron’s Educational
Series, Inc, 2015. Hlm. 10

14
Trend fashion di Indonesia telah berkembang dengan sangat baik dalam
sejarah. Perkembangan fashion di Indonesia didorong oleh beberapa faktor seperti
media massa, dunia bisnis, dunia entertaiment, even tahunan dan dari sosial
media. Hal ini memudahkan desainer untuk mengetahui trend yang akan datang.
Perkembangan fashion mengalami peningkatan setiap periode dengan menjadikan
ranah industri kreatif sebagai sektor industri berskala global. Untuk memenuhi
kebutuhan berpakaian masyarakat maupun individu berdasarkan segi ekonomi,
gaya hidup, musim dan sebagainya. Desainer baik lokal maupun internasional
mampu membidik target market dan memiliki desain yang menarik untuk
mendapatkan selera masyarakat.

2.1.2 Style

Mengenai tentang fashion tidak hanya soal pakaian atau busana, tetapi
ada suatu makna, jati diri atau tampilan tertentu untuk menyampaikan pesan dan
gaya hidup, itu merupakan suatu bagian dalam kehidupan sosial yang disebut
dengan gaya atau style. Gaya dapat menentukan sebuah karakter dan
menunjukkan kekreatifan masing-masing individu, dapat terlihat dari cara
bersikap, berpakaian dan bersosialisasi.

Gaya atau style adalah karakteristik atau tampilan tertentu pada pakaian
atau aksesori. Desainer menafsirkan ide mode menjadi gaya baru dan
menawarkannya kepada publik dengan memberikan gaya kesetiap desain baru
disetiap koleksi yang digunakan untuk mengidentifikasinya selama produksi,
pemasaran, dan ritel. Suatu gaya mungkin datang dan pergi dalam mode, tetapi
gaya khusus itu selalu tetap gaya6. Gaya juga termasuk elemen yang
mendefinisikan termasuk garis, siluet, dan detail. Pilihan konsumen sering kali
dipengaruhi oleh pendapatnya tentang apa yang sedang populer saat ini7.

2.1.3 Look
6
Gini Stephens Frings, Fashion From Concept To Consumer. Prentice-Hall, 2002. Hlm. 48
7
Gini Stephens Frings, Fashion From Concept To Consumer. Prentice-Hall, 2002. Hlm. 58

15
Look sangat diperlukan untuk menentukan suatu koleksi dalam mendesain
busana. look atau tampilan biasanya diambil dari suatu kelompok, profil seseorang
dan sesuatu yang lain, seperti contoh hippies look, new look, preppy, beatnik,
grunge, androgyny, army look, chinesse look, japan look, dan lain sebagainya.
Menentukan sebuah look dalam proses penciptaan sebuah koleksi busana sangat
penting untuk sebuah acuan desain, agar koleksi busana yang dibuat tidak keluar
dari konsep yang ditentukan8. Menganalisa sebuah tren didapatkan dari sebuah
tren yang akan terjadi saat itu, dan menganalisis sebuah tren yang akan terjadi
pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, dengan adanya tren yang sudah ada,
dapat menjadi acuan untuk tren berikutnya.

2.1.4 Koleksi Busana

Perkembangan fashion, sangat banyak perubahan yang terjadi sepanjang


masa selalu hadir akibat adanya ketegasan sebagai simbol status sosial tertentu.
Mode dapat tampil karena adanya berbagai tingkatan sosial yang disadari dan
diterima sebagai suatu hirarki yang mendominasikannya, namun pada saat yang
bersamaan juga dapat ditumbangkan oleh tekad masyarakat luas yang ingin
bangkit. Masyarakat tersebut hanya terdapat disuatu alam demokratis. Jadi mode
hanya dapat berkembang disuatu masyarakat yang demokratis. Koleksi busana
juga merupakan kumpulan desain yang sudah direalisasikan sesuai satu tema
tertentu oleh desainer, bertujuan untuk mempresentasikan suatu brand atau trend
baru.

Koleksi busana adalah kelompok desain yang dirancang dalam satu


konsep dan tema, dimana terdapat pembagian koleksi ini berdasarkan konsep
pemakaiannya yaitu haute couture, ready to wear,Ready to wear deluxe, mass
product dan art wear. Pada koleksi busana siap pakai penulis mengusung tema

8
Emily Angus, Macushla Baudis, Philippa Woodcock. The Fashion Dictonary. Barron’s, 2015. Hlm. 14-17

16
karnaval tua suku Buton menggunakan konsep pemakaiannya ialah ready to wear
dan art wear dengan menampilkan style arty off beat dan grunge look.
 Ready to wear
Berasal dari istilah prancis pret a porter adalah busana siap pakai
atau ready to wear adalah busana yang dapat dipakai langsung dengan
mudah tanpa harus melakukan pengukuran badan atau fitting. Produk
fashion yang bukan dibuat khusus oleh klien perorangan dikenal sebagai
pakaian siap pakai. Pakaian siap pakai telat dibuat sebelumnya, tersedia
dalam ukuran yang ditemukan sebelumnya dan biasanya diproduksi secara
massal. Busana siap pakai tersedia di semua tingkatan pasar termasuk
pasar menengah dirancang dengan harga yang diinginkan pelanggan yang
ingin membeli pada tingkat antara kemewahan dan pasar massal9.
 Haute Couture
Houte Couture merupakan kategori busana yang menghasilkan
busana dalam jumlah sedikit dengan target market tertentu. Houte Couture
secara harfiah didefinisikan sebagai “menjahit tinggi” atau “menjahit
halus” dan merupakan mode pada tingkat tertinggi. Haute couture
beroperasi dengan kualitas dan cara standar diatas desainer mewah yang
siap pakai10.

 Ready to wear deluxe


Produk busana ready to wear deluxe merupakan produk busana
yang proses pembuatannya menggunakan material dan embellishment
dengan kualitas yang tinggi. Serta memerlukan skill pekerja yang baik.
Produk busana ready to wear deluxe memiliki keterkaitan dengan teknik

9
Harriet Posner. Marketing Fashion Second Edition. Laurence King Publishing, 2011. Hlm. 14
10
Harriet Posner. Marketing Fashion Second Edition. Laurence King Publishing, 2011. Hlm. 12

17
bordir manual yaitu membutuhkan keterampilan pekerja yang baik
pengerjaannya11.
 Mass product or mass market
Mass Product or Mass Market merupakan mode pasar massal
mengacu pada multipel jalanan kelas atas rantai ritel mode seperti GAP,
Topshop, H&M atau Zara, tersedia dijalan-jalan raya di sebagian besar
kota besar atau kota kecil, atau secara internasional12.
 Art wear
Art wear adalah seni bahan dan proses yang penciptanya membuat
seni dengan tekstil. Banyak dari mereka memiliki pelatihan formal dalam
seni konvensional dan dekoratif. Dunia fashion, artwear merupakan busana
seni yang mengarah pada nilai yang lebih tinggi pada estetika murni
daripada objek yang dibuat untuk digunakan. Desain yang dihasilkan
merupakan perpaduan yang indah untuk dilihat, seperti pemilihan material
dan details yang menonjol13.
2.1.5 Market Segmentasi

Pemasaran mode sekarang menjadi bidang studi penting bagi semua yang
merencakan karir di industri. Siswa belajar fashion, tekstil atau desain aksesoris,
manajemen mode atau pembelian dan merchandising semua akan menemukan
bahwa pemasaran disertakan sebagai bagian dari kurikulum. Fashion,
bagaimanapun tidak akan pernah statis dan fashion marketing tidak selalu sesuai
dengan rumus teori standar14. Fashion adalah pasar global dengan struktur yang
kompleks yang beroperasi pada berbagai tingkatan untuk dijangkau semua orang
mulai dari fashionista hingga meraka yang baru saja membeli pakaian sebagai
kebutuhan hidup sehari-hari15
11
Atkinson, How To Create Your Final Collection: A Fashion Student Handbook. Laurence King Publishing,
2012. Hlm. 4
12
Harriet Posner. Marketing Fashion Second Edition. Laurence King Publishing, 2011. Hlm. 15
13
Melissa Leventon, Art Wear : Fashion and Anti-Fashion. Thames & Hudson, 2005. Hlm. 1
14
Harriet Posner. Marketing Fashion Second Edition. Laurence King Publishing, 2011. Hlm. 8

15
Harriet Posner. Marketing Fashion Second Edition. Laurence King Publishing, 2011. Hlm. 12

18
Target market ini ditujukan untuk kalangan wanita karier yang memiliki passion
dalam industri kreatif dengan kisaran usia 22-35 tahun, tampak inisiatif satu sama
lain, memiliki ide-ide cemerlang nan creative, extroverted dan berani ambil
resiko. Penampilan yang unik, free spirit, berjiwa seni dan fashion yang besar
hingga menunjukkan karakter yang kontras dengan grunge look dan style arty off
beat. Segmentasi pasar adalah proses yang menjadi beberapa segmen untuk
mengidentifikasi berbagai kelompok pelanggan, kebutuhan, keinginan dan daya
beli mereka. Segmentasi adalah bagian penting dari penjualan perusahaan.
Perusahaan cara pemasaran dengan cara mencari cara baru untuk menganalisis
pasar, berikut ini adalah beberapa market segmentasi :
 Segmentasi pasar berdasarkan peta demografis adalah ketika
membagi pelanggan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
informasi demografis yang menggunakan variabel kunci seperti usia,
pekerjaan, pendapatan status sosial ekonomi tahap kehidupan.
 Segmentasi pasar berdasarkan peta geografis adalah menganalisis
pelanggan menurut wilayah. Jenis informasi ini penting untuk
dipertimbangkan, terutama karena pasar mode menjadi semakin
global dan merek diminta untuk memahami kebutuhan khusus
pelanggan disetiap negara atau wilayah tempat mereka melakukan
bisnis.
 Segmentasi pasar berdasarkan geo-demografis adalah menganalisis
geografis dan demografis untuk memahami susunan sosial, ekonomi,
dan geografis suatu populasi.

2.1.6 Unsur Desain

Unsur desain adalah salah satu hal yang mendasar dalam mendesain.
Ada beberapa empat elemen desain yang harus dipahami seorang desainer dalam

19
membuat sebuah rancangan. Berikut adalah elemen desain yaitu siluet, garis,
warna, dan tekstur16:

 Siluet adalah bentuk yang dapat dilihat, siluet merupakan garis


paling dominan dalam bentuk busana meliputi, volume, bentuk dan
potongan. Hal ini akan menjadi pertimbangan sesuai proporsi saat
seseorang menggunakan suatu busana, siluet menjadi elemen visual
yang paling dominan dari garmen. Siluet dalam suatu busana yaitu
Sheat, Shift, A-line, Tent, Empire, Fit & Flare, dan Oversized.
 Garis adalah hasil goresan dari satu titik ke titik lain. Melalui
sebuah goresan atau garis tersebut, perancang busana dapat
mengemukakan pola rancangannya kepada orang lain. Terdapat
berbagai macam sifat garis dalam rancangan busana
 Warna adalah unsur desain yang paling menonjol. Kehadiran unsur
warna menjadikan desain lebih menarik. Unsur warna mempunyai
variasi yang sangat tidak terbatas.
 Tekstur adalah media atau bahan yang kasat mata dari permukaan
kain sehingga kualitas kain bisa dilihat, diraba, dan dirasakan.
Tekstur tersebut seperti contoh mengkilap, halus, lembut, kasar dan
kusam.

2.1.7 Prinsip Desain

Prinsip desain adalah hal penting saat menentukan estetisnya suatu


desain terdiri atas Repitisi, Rhythm, Gradation, Radiation, Irama, Kontras,
Harmoni, Balance/un-balance, dan Proportion. Berikut adalah ringkasan dari
beberapa macam prinsip desain17 :

16
Soekarno dan Lanawati. op. cit Hlm. 9-14
17
Soekarno dan Lanawati Basuki. Panduan Membuat Desain Illustrasi Busana. PT. Kawan Pustaka, 2004.
Hlm. 28

20
 Repetisi adalah pengulangan pada elemen desain yang dapat menampilkan
bentuk atau komposisi baru. Pengulangan dapat berupa detail dalam
busana yang diulang secara teratur maupun tidak teratur, contohnya
seperti pengelungan suatu bidang dalam sebuah rok, pengulangan motif
dalam sebuah busana, atau detail kancing yang diulang.
 Rhythm adalah irama dalam desain atau kesan gerak yang memberikan
efek pengulangan yang berirama dalam suatu busana. Irama dapat terjadi
dengan cara mengurangi ukuran dalam desain yang dibuat, menambah
ukuran dalam desain, dan mengulang.
 Gradation prinsip ini dalah menambah, mengurangi ataupun
membersarkan dan mengecilkan ukuran. Prinsip ini dapat berupa
komposisi dalam warna ataupun bentuk. Gradasi warna yang senada atau
gradasi bentuk dari kecil ke besar atau dari lebar hingga memusat.
 Radiation merupakan suatu komposisi baik garis atau bentuk yang
bergerak menujuy arah tengah (secara berputar) ke satu titik, sehingga
gerak memutar. Atau sebaliknya, arah gerakan dari titik pusat (kecil)
berputar keluar dari biasanya makin keluar makin besar.
 Contrast merupakan bentuk atau dua karakter yang jika diletakkan
berdampingan akan terlihat perbedaan yang mencolok. Atau dalam satu
komposisi warna nuasa merah tiba-tiba ada warna biru itulah kontras.
 Harmony terbentuk karena elemen desain yang dipadukan satu sama lain
dengan serasi atau selaras. Harmony dapat dilihat dari perpanduan
material atau warna.
 Balance merupakan keseimbangan dalam desain yang dapat terlihat dari
bentuk, garis dan detail. Keseimbangan merupakan prinsip yang
memperhatikan komposisi yang baik dalam desain sehingga menghasilkan
desain yang harmonis.
 Proporsi merupakan perbandingan ukuran antara bagian satu dengan
bagian lainnya yang disesuaikan dengan perbandingan ukuran tubuh

21
manusia. Proporsi yang baik dapat terlihat secara keseluruhan dari gambar
visual desain agar terlihat sesuai persyaratan.

2.1.8 Tren Fashion

Tren Mode/Fashion adalah ide gaya yang dimiliki oleh koleksi utama.
Mereka menunjukkan arah pergerakan mode. Peramal mode mencari gaya yang
menurut mereka profetif, ide-ide yang menangkap suasana waktu dan
menandakan tren fashion baru. Beberapa desainer mungkin menggunakan ide
fashion yang serupa karena terinspirasi dari sumber yang sama. Tren tersebut bisa
muncul pada fabrikasi, siluet, atau elemen desain lain yang muncul dibeberapa
koleksi18.

Tren merupakan pendekatan strategis untuk memahami perubahan


perilaku dalam secara global. Penelusuran sejarah pola berpikir yang merupakan
akibat dari evolusi sosial budaya menjadi alat untuk memprediksikan tren yang
akan datang dengan melakukan visualisasi skenario kreatif 19. Tren
memperlihatkan kejadian-kejadian fenomena yang menjadi pengarah dalam empat
faktor sosio-kultural, politik-ekonomi, lingkungan hidup dan teknologi20.Tren
memiliki siklus yang sangat singkat perubahannya, dalam dunia mode tren saat ini
bisa populer dan sangat disenangi oleh kalangan tertentu, bisa tidak digemari lagi
dalam beberapa tahun kedepan. Adapun putara tren mode yang sebelumnya tren
tersebut sudah tidak lagi digemari kembali digemari dengan gaya yang lebih
modern.

Proses perancangan sebuah koleksi busana, desainer harus menentukan sebuah


tren pada koleksi tersebut agar memiliki acuan kedepan dan bisa digemari oleh
masyarakat dan tidak ketinggalan zaman. Melakukan riset dan mengalami
18
Gini Stephens Frings, Fashion From Concept To Consumer. Prentice Hall, 2002. Hlm 74
19
Tim BEKRAF, Singularity. op. cit. Hlm. 5-26
20

22
kejadian secara langsung dapat membantu mengetahui tren yang akan ditentukan,
seperti mengikuti seminar tentang mode atau seminar trend forecasting dan
membaca majalah fashion.

2.1.10 Tren Forecasting

Trend forecasting yaitu, memprediksi pendekatan strategis untuk


memahami perubahan perilaku dalam cara berpikir secara global. Penelusuran
sejarah pola berpikir yang merupakan akibat dari evolusi sosial budaya menjadi
alat untuk memprediksikan tren yang akan datang dengan melakukan visualisasi
skenario kreatifitas inovatif yang berlaku untuk fashion, tekstil, desain produk,
interior, barang-barang konsumen, arsitektur, dan lain-lain.

Indonesia Trend Forecasting dalam bukunya Singularity tahun 2019/2020,


yaitu momen hipotesis di mana kecerdasan buatan atau teknologi lainnya menjadi
sangat canggih hingga manusia harus mengalami perubahan dramatis dan tak
dapat diubah kembali21.

Sejarah besar yang tak terlihat, dimana kita berjalan dan apa yang akan
kita lakukan. Dalam sebuah ramalan yang lain, kita akan menjumpai kegagalan
besar, atau lebih miskin dan menyedihkan. Kemungkinan-kemungkinan tersebut
bukanlah masalah optimisme atau pesimisme, begitulah kondisinya. Dengan
begitu banya kemajuan dan hal-hal positif, anehnya rasa takutnya merupakan
sebuah fenomena yang menguasai pola berpikir penduduk dunia. Kecerdasan
artifisial atau AI (Artificial Intelligence) sebuah paradoks yang membawa kita ke
arah yang tidak diketahui. Meskipun begitu, ketika kita sibuk berpikir mengenai
aspek-aspek bahaya versus kegunaannya, AI telah diimplementasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari.

21
Tim BEKRAF, Singularity Trend Forecasting 2019/2020. BEKRAF, 2018. Hlm. 122

23
Indonesia Trend Forecasting dengan kategori Singularity 2019/2020.
Dibuatnya untuk memperlihatkan bahwa umat manusia sebenarnya lebih
terhubung dan lebih seragam dari yang disadari akibat keberadaan situs dan media
sosial, ilusi dan modifikasi kemampuan otak akan semakin besar peranannya di
masa yang akan datang. Paradoks dari manusia versus kecerdasan artifisial masih
merupakan wilayah yang menyeramkan dan belum dikenal, membuat konsep
singularity terasa seperti musuh misterius yang membuat kita harus siaga untuk
mencegah kedatangannya. Sementara itu, beberapa pendapat optimis memberikan
harapan-harapan akan masa depan yang lebih dan lebih mudah dengan bekerja
lebih keras untuk menciptakan inovasi sebagai usaha untuk meningkatkan spesies
kita menjadi manusia super.

Perubahan tren yang terjadi sangat cepat dalam jangka waktu penciptaan
sebuah look atau tampilan yang akhirnya bisa menjadi suatu identitas seseorang.
Tren diciptakan untuk menjadikan acuan gaya kekinian, karen tren fesyen dapat
berulang dan berkembang.

Berikut merupakan macam-macam Trend forcasting :

 Exuberant
Tema ini menceritakan tentang sikap optimis ketika melihat dan menerima
artificial inteligent. Tema Exuberant memiliki sub trend yaitu Posh nerd,
Urban Caricature, dan New Age zen22.
 Neo Medieval
Tema dari abad pertengahan yang menyatu dengan pesona teknologi
canggih sehingga menghasilkan dunia baru. Neo Medieval memiliki
subtema yaitu the futurist, armoury, dan dystopian forthress.
 Svarga

22
Singularity Trend Forecasting. op. cit. Hlm. 34-59

24
Tema tentang gaya yang menampilkan tabrak corak, etnik dan kriya
dipadukan dalam satu koleksi dengan tetap memperhatikan keseimbangan
satu dan yang lainnya. Svarga juga mencampurkan elemen mewah dan
ekslusif, kaya akan detail23.
 Cortex
Cortex adalah paradox kecerdasan buatan diera evousi digital dimana
digitalisasi membaur diseluruh lingkup hidup manusia. bentukan ini
digunakan sebagai detail ataupun aksen pada koleksi tema ini24.

2.1.11 Teknik Pembuatan Koleksi

Sejarah menjahit pakaian selama ribuan tahun semua proses jahit,


pembuatan pola, dan pembuatan detail dilakukan dengan menggunakan tangan
tetapi seiring berkembangnya zaman mulailah muncul mesin jahit dan digital
tanpa menggunakan tangan. Proses penciptaan busana siap pakai seorang desainer
harus memahami konsep yang dimulai dari pola, jahit hingga detail yang
diperlukan. Berikut adalah ringkasan tentang pola, jahit, dan detail fashion :

 Pola atau pattern adalah suatu potongan kain atau kertas yang dipakai
sebagai contoh untuk membuat baju, pada saat kain digunting. Potongan
kain atau kertas tersebut mengikuti ukuran bentuk badan25. Teknik
pembuatan pola dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai
berikut :
- Pola Pulir atau Drapping yaitu teknik pembuatan pola dengan cara
membentuk dan menggunting bahan langsung pada model tiga
dimensi.

23
Tim BEKRAF, Singularity Trend Forecasting 2019/2020. BEKRAF, 2018. Hlm. 89
24
Tim BEKRAF, Singularity Trend Forecasting 2019/2020. BEKRAF, 2018. Hlm. 119
25
Dra. Hj. Yuliarna, Mds, Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Busana. Kencana. 2016. Hlm. 152

25
- Pola Drafting/Flats Pattern yaitu pola yang dibuat dengan cara
digambar pada bahan dengan menggunakan ukuran tubuh model yang
sudah disiapkan sebelumnya.
 Teknik Kampuh yaitu jahitan untuk menghubungkan dua bagian dari
suatu kain dua bagian dari suatu kain.26
- Kampuh Setik Balik yaitu kampuh custome, kampuh ini digunakan
pada pakaian anak-anak, karena kuat jahitannya, pada pakaian dalam
wanita karena selain kuat, jahitan ini terlihat rapi.
- Kampuh Pipih yaitu digunakan pada pakaian bayi, pakaian pria dan
pada tempat di mana kampuh harus pipih.
- Kampuh Sarong yaitu sebagai pengganti kampuh pipih pada garis-
garis yang lengkung seperti kerungan lengan pada kemeja pria.
2.1.12 Material Plan

Material plan merupakan perencanaan suatu bahan material yang akan


digunakan pada koleksi busana. persediaan bahan baku yang digunakan untuk
aktifitas proses produksi persediaan material menjadi komponen utama dari suatu
produk. Sebagai perancang busana harus terbiasa dengan kain yang berkualitas,
yang paling cocok untuk desain, kain tidak hanya memengaruhi tampilan dan
nuansa pakaian. Persediaan bahan baku atau kain merupakan jenis tekstil yang
diolah sedemian rupa dengan dikelompokkan atas dua yaitu serat alam dan serat
buatan27.

2.1.13 Warna Pada Fashion

Dalam mode, warna adalah dominasi dari ahli kimia yang


mengembangkan pigmen dan yang memanipulasi spektrum kromatik penuh.
Berkaitan dengan hal-hal practical yang mempengaruhi penggunaan warna dalam
manufacturing. Penggunaan warna dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan yang

26
Dra. Porrie Muliawan, Dasar-Dasar Teknik Jahit-Menjahit. PT. BPK Gunung Mulia, 2006. Hlm. 3-4
27
Goet Poespo, Pemilihan Bahan Tekstil. Kanisius, 2005. Hlm. 9

26
akan ditujukan seperti cuaca, waktu, lokasi dan aktifitas yang sesuai dengan
desain koleksi.

Kekuatan, energi, kehangatan, cinta, persahabatan, api, kegairahan,


kecepatan, kepemimpinan, musim panas, musim gugur. Namun warna merah bisa
berubah artinya bila dikombinasikan dengan warna lain. Merah dikombinasikan
dengan hijau, maka akan menjadi simbol natal. Merah jika dikombinasikan
dengan putih, akan menjadi arti bahagia di budaya oriental. Warna diyakini
mempunyai dampak psikologis terhadap manusia dampak tersebut dapat
dipandang dari berbagai macam aspek, baik aspek panca indera, aspek budaya,
dan lain-lain28 :

 Warna Netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian


warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer ataupun
sekunder.
 Warna kontras adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan
lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari warna yang bersebrangan
yang terdiri dari warna primer dan warna sekunder.
 Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran
di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna panas
mengesankan jarak yang dekat.

Makna Warna Budaya :

 Merah, memberikan maksa kekuatan, energi, kebahagian, cinta


persahabatan, api, kegairahan, kecepatan, kepemimpinan, musim panas
dan musim gugur.
 Merah muda, musim semi, hadiah, apresiasi, kekaguman, simpati,
kesehatan, cinta, kewanitaan ( femininim ), keremajahan ( masa
muda ).

28
Iko Nugroho, Pengenalan Teori Warna. Penerbit Andi Yogyakarta, 2008. Hlm. 35-36

27
 Orange, memberikan kesan kehangatan, semangat, keseimbangan,
ceria, energi, panas api, antusiasme, kecerahan, dan keceriaan.
 Kuning, memberi kesan kekayaan emas, sinar, kehidupan, matahari,
keberuntungan, suka cita, kebahagian, optimisme, kecerdasan,
kemakmuran,keceriaan, dan keberanian.

2.2. Tinjauan Khusus

2.2.1. Judul : The Beauty of Legacy

Koleksi ini dinamakan The Beuaty of Legacy yang berarti Beauty arti
sebuah
kecantikan/keindahan yang menggambarkan suasana karnaval Buton dalam
berbagai keragaman kostum adat sebagai situs sejarah. Legacy adalah warisan
budaya tua suku buton yang dilaksanakan sejak era kesultanan Buton hingga saat
ini dari generasi ke generasi. The Beauty of Legacy merupakan konsep inspirasi
yang penulis ambil dari acara adat karnaval budaya tua suku Buton yang memiliki
sifat Glory dan Eksentrik.

2.2.2. Konsep Karnaval Budaya Tua Suku Buton : Berdasarkan Kelompok


dari Keraton

Karnaval menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pawai dalam


rangka pesta perayaan (biasanya mengetengahkan bermacam corak hal yang
menarik dari yang dirayakan itu). Kota buton salah satu kota pantai yang
berkembang pesat di Sulawesi Tenggara. Kota ini pada awalnya terpusat di
kompleks keraton. Kesultanan buton dikenal sebagai penguasa hampir seluruh
wilayah sulawesi tenggara dan itu berarti semua kota-kota pantai yang
berkembang di daerah itu berada pada wilayah kekuasaanya. Didalam Suku Buton
ada Adat dan Kebudayaan, pengertian adat dan kebudayaan tidak dijelaskan
dalam kegiatan pendidikan adat, maka mungkin akan ada kesan bahwa pendidikan

28
adat akan menyangkut pendidikan mengenai kebiasaan-kebiasaan kuno yang
dilakukan secara turun temurun salah satunya yaitu Karnaval Tua. Kota Buton
sangat terkenal akan kain-kain tradisionalnya yang seringkali dipakai salah
satunya pada acara atau Karnaval Tua Suku Buton dari Keraton, karnaval ini
diadakan setiap tahunnya dibulan september-oktober. Alasan Budaya Suku Buton
membuat karnaval ini karena Masyarakat buton telah memegang teguh semboyan
yang disampaikan yaitu “Poromu Yinda Saangu Pogaa Yinda Koolota” yang
artinya Menyatu tapi tidak dari asal yang satu, tetapi tidak berantara dalam bentuk
seni yang didalamnya akan nilai moral.

Karnaval keraton Buton merupakan bingkai sejarah dan budaya serta


merupakan implementasi interaksi budaya dan lingkungan untuk melestarikan
seni budaya dan pengenalan sejarah terhadap generasi muda untuk menjaga
kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Buton sehingga dikemas dalam
kegiatan Festival Keraton dalam bentuk “living the history” Kesultanan Buton
selama 7 hari.

Pada koleksi ini penulis mengambil sumber inspirasi suasana yang


terdapat pada Karnaval tua suku Buton berdasarkan kelompok dari Keraton
merupakan acara turun-temurun yang dilakukan sejak zaman kesultanan Buton
pertama pada tahun 1332 M. Karnaval tua suku Buton ini dilaksanakan dipantai
Wabulo, takawa, Buton , untuk karnaval yang menjadi sumber inspirasi dilakukan
di hari pertama. Adapun syarat-syarat sebelum melakukan karnaval yang hanya
bisa mengikuti adalah orang yang telah dianggap suci yaitu
Bangsawan/Kesultanan Buton , Masyarakat dari Keraton Buton dan wanita yang
telah dipinggit ( pasuo ). Karnaval tua suku Buton sebelum dilaksanakan dan
memasuki area pantai wajib melakukan sebuah ritual yang mengandung filosofis
sebagai situs sejarah Keraton Buton. Ritual yang dilaksanakan yaitu melakukan
penghormatan jasa Raja Halu Oleo sebagai Sultan Kerajaan Buton pertama
dengan berziarah, ritual ini dengan menghadirkan doa dan rasa syukur kepada
Tuhan Maha Pencipta karna atas limpahan berkah dan Inayah-Nya sehingga

29
perkebunan masyarakat Buton telah berhasil. Setelah ritual selesai masyarakat
dari Keraton akan disambut dengan ritual pekande-kandea oleh masyarakat Buton
dengan jumlah ±3000 yang berlangsung sangat ramai. Tradisi penyambutan
pulangnya para laskar dari keraton dapat dilihat oleh masyarakat dari bukit pantai.
Proses penyambutan tampak seperti lautan manusia yang bergerak dengan penuh
warna membuat orang yang melihat akan berbinar-binar dengan banyaknya warna
pada hamparan pantai, hal ini membuat kesan contrast diatas tanah Buton, seolah-
olah seperti kotak dadu berbaris warna-warni yang menunjukkan bukti nyata dari
medan perang.

Dalam kegiatan ini kelompok masyarakat keraton terlihat mengenakan kain


tenun dengan cara bertabrak corak motif kotak-kotak , salur besar dan kecil
dengan berselang-seling dan juga menggunakan jubah leja’(motif garis). Hal ini
merupakan tradisi dalam menghargai kain tenun yang dulunya sebagai mata uang
orang Buton karena apabila tidak dikenakan maka nilai dari upacara ritual tersebut
kurang sakral. Sedangkan, untuk wanita pingitan mengenakan pakaian baju
kebesaran wanita Buton (kombo) dengan motif daun kapas yang disulam, pakaian
ini dikenakan apabila wanita Pasuo telah dianggap suci menjadi wanita dewasa.

Wanita Pasuo dalam acara Karnaval tua termasuk salah satu situs sejarah
Keraton Buton sebelum dilaksanakannya karnaval, karena sejak zaman dahulu
wanita yang telah merasakan datang bulan atau beranjak dewasa wajib di pasuo
didalam kamar selama 8 hari oleh dukun/yang memahami adat tentang pasuo,
tetapi seiring berkembangnya zaman pasuo dilakukan selama 14 hari. Pasuo yang
dilakukan didalam kamar, akan dikurung dengan mengenakan kain putih dan
pakaian ajo. Selama ritual tidak boleh keluar rumah selama 14 hari, apabila
wanita pasuo melanggar akan terjadi sesuatu yang tidak baik menurut
kepercayaan orang Buton. Jika, wanita yang dipingit bersaudara atau bersepupu
maka, kamar pingitnya harus dipisahkan dan tidak boleh bertemu sementara ritual
pasuo dilakakukan. Jika, wanita yang dipasuo bergelar Waode ( keturunan
Bangsawan ), setiap kegiatannya ritualnya diiringi pemukulan gendang, dan

30
kamarnya khususnya, pemukulan gendang ini merupakan ujian bagi kesucian
(keperwanan) para peserta pasuo. Apabila, pemukulan gendang ada yang pecah,
maka hal tersebut menjadi tanda ada yang sudah tidak perawan lagi.

Ritual pasuo dilaksanakan sebagai penanda transisi bagi seorang wanita


dari gadis remaja (kabua-bua) menjadi seorang gadis dewasa (kalambe). Setelah,
Pasuo dilakukan, akan diacarakan pada Karnaval tua suku buton karena telah
dianggap suci, dan mengenakan baju kebesaran wanita Buton yang dihias seperti
pengantin.

2.2.3. Keadaan Alam, Wilayah, dan Latar Belakang

Kepulauan Buton terbagi menjadi lima kabupaten, yaitu Kabupaten Buton,


Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupatem Buton Selatan, dan
Kabupaten Buton tengah dengan ibu kota Baubau.

Alam Buton memiliki tanah pegunungan yang relatif rendah dan


sebahagian berbukit dengan keadaan tanah yang sangat subur terutama yang
terletak pada pesisir pantai. Faktor alam sangat memperngaruhinya, terutama
faktor cuaca yang tidak menentu dan sering berubah-ubah yang menyebabkan
gelombang laut menjadi besar, dan badai. Kepulauan Buton berbatasan di sebelah
barat daya dengan pulau Sulawesi Selatan ibu kota Makassar dan Sebelah utara
pulau Sulawesi Tenggara dengan ibu kota kendari.

Masyarakat Buton yang menghuni di kepulauan Buton, Baubau, sebagian


besar masyarakat Buton terkenal dengan ramah, suka menolong dan pekerja keras
serta masih menjunjung beberapa kebiasaan spiritual yang mengesankan dan
sudah menjadi kebiasaan tatanan hidup bernegara dan berbangsa.

Keadaan geografis dan wilayah kekuasaan merupakan sesuatu kerajaan di


Indonesia pada masa lampau dengan sumber lokal tidaklah mudah. Sumber lokal
tidak menerangkan batas-batas wilayah kekuasaan secara jelas. Membicarakan

31
konsep wilayah tradisional pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari penduduk.
Pulau-pulau perairan yang merupakan wilayah kekuasaan bagi kerajaan maritim
seperti Buton tidak ada arti tanpa penduduk yang mendiaminya29.

2.2.4 Tema : Trend Forecasting Svarga

Koleksi busana siap pakai yang penulis ambil sebagai acuan trend
fashion yaitu Singularity 2019-2020. Pada trend fashion ini terdapat empat tema
yaitu Exuberant, Neo Medieval, Svarga dan Cortex , tema tersebut memiliki sub-
tema masing-masing.

Karnaval budaya tua suku Buton mengarah pada tema Svarga sebagai
acuan trendnya, dengan sub-tema Festive Fiesta. Tema Svarga, melihat sisi
kemanusiaan dari AI, yaitu sebagai jembatan dari berbagai perbedaan tampilan
yang ada untuk menjadi satu harmoni. Dari keterbukaan pemikiran masyarakat
masa kinilah tercipta multikulturasi. Tabrak corak, etnik, dan kriya tercampur di
dalam satu koleksi dengan tetap memperhatikan keseimbangan satu dan yang
lainnya sehingga membaur menjadi satu karya seni30.

Festive Fiesta atau warisan kegembiraan, festive fiesta ini merayakan


keberagaman dalam harmoni. Gaya ini mewakili sebuah pandangan tentang ragam
kehidupan di dunia ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap keberagaman dan berbagai macam budaya lain yang ada di
masyarakat, termasuk nilai-nilainya, sistem, kebiasaan, dan politik. Hal tersebut
dituangkan dalam motif blocking dengan basic shape memberikan kesan eksentrik
dan eksotis.

2.2.5 Arty Off Beat

29
Susanto Zuhdi, Sejarah Buton Yang Terabaikan. Raja Grafindo, 2018. Hlm. 19
30
BEKRAF. Indonesia Trend Forecasting. BEKRAF, 2018. Hlm. 88-111

32
Style muncul dari setiap trend jalanan yang signifikan diasosiasikan
dengan tampilan, sikap, musik, dan filosofi kehidupan. Penggambaran karakter
dari cerminan pribadi manusia yang memperhatikan penampilan/gaya. Seluruh
fisik digunakan saat aktivitas atau kegiatan sehari-hari dan juga untuk status sosial
dalam kehidupan masyarakat. Style terdiri atas tujuh golongan antara lain :
Classic Elegent, Feminine Romantic, Sporty Casual, Sexy Alluring, Exotic
Dramatic, Arty Off Beat, dan Smart Casual.

Gaya Arty Off Beat adalah busana yang unik dan berlebihan dianggap seni,
tetapi wajar bagi seniman atau pecinta seni. Wanita yang bergaya arty off beat
adalah individu yang mandiri. Ia menggunakan waktunya sendiri dan waktu itu
tidak terpengaruhi hiruk-piruk dunia sekitarnya. Cara berpakaian otentik yang
tumbuh di lingkungan perkotaan melalui subkultur generasi-generasi muda.
Budaya perkotaan mengingatkan pada adat istiadat suku di mana anggota
menunjukkan afiliasi dengan kelompok tertentu melalui aksesories dan pakaian.
Penampilan wanita tersebut mengungkapkan berbagai hal positif, bagi mereka
sangat menyenangkan dengan jeli melihat dan menemukan hal yang mereka sukai,
mereka mampu melihat segi fashion dari berbagai objek, suatu kemampuan yang
unik31.

2.2.6 Grunge Look

Look merupakan suatu gaya atau penampilan busana dan pelengkap atau
yang dipengaruhi dengan gaya tertentu, yaitu Urban look, Ethnic look, feminine
look, military/army look, edgy look dan punk look. Look juga dapat menentukan
warna, siluet dan suatu budaya dari daerah tertentu, yaitu Japanese look, oriental
look dan lain-lain. Look memberikan inspriasi dalam busana agar pada aktivitas,
masyarakat senang memakai fashion yang diinginkan atau disukai.

31
Sonny Nusi, Moh. Alim Zaman, Jas Wanita. Meautia Cipta Sarana, 2020. Hlm. 12

33
Grunge look tidak hanya diidentifikasikan dengan pakaian yang robek, kulit
yang dipercayakan dengan lonjakan, mohawk, tindik badan dan musik rock agresif
yang keras, tetapi juga dengan pandangan nihilishic dan anarkis. trend jalanan
yang berevolusi terus-menerus, melewati dan menghidupkan kembali ketika
pengaruh budaya dan sosial politik berjalan 32 . Grunge bersekutu dengan
dekonstruktivisme gerakan anti-mode ini terinspirasi oleh panggung musik
alternatif Seattle tahun 1990-an, yang dipimpin oleh nirvana dan pearl jam.
Sejarah kecantikan dari grunge dihindari untuk rambut panjang, rambut wajah,
kemeja kotak-kotak yang diproduksi secara massal. Subkultur itu berhasil
diterjemahkan oleh industri fashion menjadi “undone” atau “heroin” chic, seperti
yang ditunjukkan oleh penyebaran Vogue “ Under Exposure” tahun 1993 Kate
Moss dan kampanye Calvin Klein di tahun yang sama.

2.2.7 Ready to Wear Deluxe

Target market merupakan segmentasi pasar yang dituju untuk memasarkan


suatu produk. Koleksi busana siap pakai yang dirancang untuk golongan wanita
yang berusia 22 sampai 35 tahun yang tinggal di daerah perkotaan besar seperti
Ibu Kota Jakarta, merupakan wanita yang memiliki profesi sebagai wanita karir,
pekerja kantor, entrepreneur, fashion blogger, youtuber, buyers, dan public figure.
Wanita tipe ini memiliki kesibukan dengan hal yang positif, mobile dan
bermanfaat.

Ready to wear deluxe merupakan merupakan kreasi pakaian siap pakai,


wearable namun memiliki gaya individual dengan inspirasi couture menggunakan
material terlihat mahal dan menghasilkan pembuatan sangat rapi. Ready to wear
deluxe dipilih oleh penulis sebagai target market untuk memenuhi tipikal wanita

Emily Angus, Macushla Baudis, Philippa Woodcock. The Fashion Dictionary. Barron’s, 2015.
32

Hlm. 16

34
yang menyukai gaya berbusana siap pakai yang tergolong memiliki tingkat value
yang tinggi dibanding dengan ready to wear biasanya.

Target market ini bertuju pada wanita yang tertarik dengan perkembang
mode baik di dalam negeri maupun diluar negeri, update terhadap trend fashion
yang sedang hype, senang berpenampilan yang menjadi pusat perhatian dengan
tampilan yang menarik dan modern. Memiliki lifestyle yang modern, memiliki
ciri khas dalam berbusana.

2.2.8 Prinsip Desain

Rancangan busana siap pakai tercipta melalui proses totalitas berfikir


dalam memadukan seni rupa dengan unsur-unsur yang mendukung. Prinsip dan
elemen ini digunakan seorang desainer membantu dalam menentukan letak
estetika. Prinsip-prinsip dalam desain.

Prinsip desain dalam koleksi busana ini yaitu un-balance. Prinsip desain
dengan siluet Asimetris. Koleksi busana yang mengusung tema suasana karnaval
tua suku Buton dengan menampilkan dua sifat ( Glory dan Eksentrik).
Kekompakan warna dalam satu kelompok primer colour dan sekunder colour
akan menampilkan suasana yang identik dari karnaval Buton. Prinsip desain
terdapat enam penunjang desain, sebagai berikut:

 Estetis : Memiliki nilai keindahan dari penggunaan teknik


melalui berbagai cara pengerjaannya tergantung
konsep yang kontras tersebut.
 Ekonomis : Busana siap pakai yang ditujukan berdasarkan
stasus sosial tergolong menengah atas,
pembuatannya dengan metode made by order.
 Fleksibel : Gaya arty off beat, menggambarkan karakter yang
berekspresi bebas, penggunaannya bisa

35
dipadupadankan yang lain.
 Fungsional : Berfungsi sebagai ready to wear, busana yang
biasanya dipakai pada acara panggung, festival
fashion and art dan sebagainya, untuk daily wear
bisa dipadupadankan dengan busana style casual.
 Realistis : Proses pembuatan dengan mesin industri, dan
diproduksi terbatas tergantung tingkat
pengerjaannya.

2.2.9 Unsur Desain

Penulis mengangkat sumber inspirasi tentang konsep suasana acara


kebudayaan di Buton yaitu karnaval tua suku Buton, yang menampilkan dua buah
sifat yaitu Glory dan Eksentrik. Secara dua sifat ini akan diterjemahkan ke dalam
beberapa elemen desain sebagai berikut :

Sifat Glory

Keindahan, kemeriahan, dan semarak yang terlihat dari karnaval tua suku
Buton yang penyambutannya tampak seperti lautan manusia yang bergerak
dengan penuh warna membuat orang yang melihat akan berbinar-binar
dengan banyaknya warna pada hamparan pantai.

 Siluet : Oversized yang diimplementasikan pada busana siap


pakai dan mempertahankan sisi identitas pakaian
orang
Buton, mendeskripsikan karakter seorang yang bebas
berekspresif,free spirit, memiliki jiwa percaya diri.

36
 Tekstur : Menggunakan tekstur berserat halus yang ditampilkan
dalam koleksi busana siap pakai.
 Warna : Untuk menggambarkan dalam koleksi yang bersifat
Simbolis dengan menggunakan pallete primer
colour dimana bisa mencurahkan suasana menjadi
sesuatu yang identik dengan budaya Buton
dan mendatangkan kecerian yang dikenang di hati.
 Garis : Busana siap pakai yang dipakai menggunakan garis
tegas
yang mempertahankan karakter dari oran Buton dalam
penggunaan motif garis.

Sifat Eksentrik

Dalam kegiatan ini kelompok masyarakat keraton terlihat mengenakan


pakaian dengan cara bertabrak corak motif merupakan sesuatu yang tidak
biasa, tidak wajar, selalu menjadi pusat perhatian. Hal ini merupakan
tradisi orang Buton dalam menghargai kain yang dipakainya, ini sudah
menjadi bagian tradisi mereka yang berbeda dengan tradisi lainnya.

 Siluet : Asimetris yang bersifat un-balance, bentuk pola


tidak terstruktur rapi untuk menunjukkan salah
satu
identitas orang Buton dalam penggunaan kain.
 Tekstur : Menggunakan serat kasar yang ditampilkan dalam
koleksi busana siap pakai.
 Warna : Warna sekunder colour yang hadir dalam
konsep karnava karena membawakan
suasana ritual, warna ini berasal dari percampuran
yang dihasilkan dua warna pokok.

37
 Garis : Busana siap pakai yang dipakai menggunakan
garis tegas yang mempertahankan karakter dari
oran Buton dalam penggunaan motif garis.

2.2.10 Teknik Pembuatan Pola : Art wear & Ready To Wear Deluxe

Koleksi busana siap pakai penulis menggunakan metode kontruksi pola


yaitu pola oversized yang merupakan pola standar yang dibesarkan. Oversized
yang diimplementasikan pada busana siap pakai untuk mempertahankan sisi
identitas pakaian orang Buton, mendeskripsikan karakter seorang yang bebas
berekspresif,free spirit, memiliki jiwa percaya diri.

2.2.11 Teknik Jahit : Art Wear & Ready To Wear Deluxe

Koleksi busana siap pakai penulis menggunakan metode teknik jahitan


butik yaitu dengan kampuh setik balik. Kampuh setik balik yang merupakan
kampuh custome karena selain jahitannya yang kuat, jahitan kampuh ini juga
terlihat rapi.

2.2.12 Kriteria Warna : Art Wear & Ready To Wear Deluxe & Art Wear

Warna berasal dari cahaya dimana terdiri dari paduan berbagai gelombang
elektromagnetik yang berbeda- beda panjangnya. Warna kontras yang dipakai
dalam koleksi busana yaitu warna-warna yang tidak dapat dihasilkan dari
campuran warna lain yaitu warna primer dan warna sekunder yang dapat
dihasilkan dari campuran dua warna pokok. Kesan warna ini menjadi kuat dan
merangsang karena memiliki intentitas yang berbeda-beda. Persepsi warna adalah
fenomena kompleks yang dapat bervariasi sesuai dengan individu dan konteks,
Warna juga memiliki makna simbolis dan budaya yang memengaruhi cara

38
memandangnya secara individu dan kelompok. Tren warna menyebabkan warna
tertentu menjadi populer pada waktu tertentu.

BAB III

GAGASAN KONSEPTUAL DAN VISUALISASI

3.1. Gagasan Umum

Fashion secara umum merupakan penggunaan busana yang bertujuan


untuk melindungi tubuh. Penggunaan fashion adalah sebagai komunikasi yang
terkait pada karakter seseorang melalui apa yang ditampilkan. Sebagai seorang
desainer yang menjadi peran penting untuk penciptaan sebuah karya yang
bertujuan pada target market. Disini penulis harus memahami sebuah tren yang

39
sedang berlangsung atau kekinian agar koleksi busana siap pakai tidak
ketinggalan zaman dan dapat diterima oleh masyarakat.

Karya busana siap pakai, seorang desainer dapat melakukan berbagai


tahap dimulai dari pemilihan sebuah ide inspirasi yang akan direalisasikan oleh
desainer. Setelah penentuan ide inspirasi, desainer dapat menentukan style, look,
dan dua sifat yang sangat kuat untuk tema ide inspirasi tersebut dengan cara
membuat bagan kerangka berfikir. Kerangka berfikir memiliki fungsi untuk
membantu desainer menetapkan tujuan dari ide inspirasi tersebut dan tahap
selanjutnya yaitu pembuatan kolase tema berfungsi untuk membantu desainer
menentukan bentuk-bentuk yang akan hadir pada busana siap pakai.

Penulis melakukan berbagai tahap untuk penciptaan sebuah karya koleksi


busana siap pakai dengan mengangkat tema dari kebudayaan tua Suku Buton
dengan judul “The Beauty of Legacy”. Ide inspirasi tersebut dijabarkan melalui
bentuk visual dengan cara mengumpulkan gambar yang disusun pada kolase agar
dapat mencapai sesuatu yang dituju.

3.2. Gagasan Khusus

3.2.1. Kolase Tema

Kolase tema merupakan kumpulan potongan gambar-gambar untuk


menghasilkan sebuah inspirasi dalam menciptakan suasana, bentuk, warna, dan
detail yang akan direalisasikan pada busana siap pakai. Suasana karnaval tua suku
Buton yang didapat penulis melalui sumber dokumentasi berupa website.

Kolase ini disusun berdasarkan ide yang terinspirasi dari budaya tua suku
Buton yaitu karnaval tua Buton sebuah acara turun temurun yang dilakukan oleh

40
kelompok dari Keraton, terlihat dalam kolase yang menggambarkan suasana
penuh dengan kemeriahan, semarak, dan keindahan masyarakat dalam proses
penyambutan pulang para laskar usai melakukan ritual hal ini untuk mewakili
sifat Glory dan terlihat penggunakan kain orang Buton dengan cara bertabrak
corak motif yang menjadi pusat perhatian, sesuatu yang tidak biasa dalam tradisi
orang Buton.

Gambar 3.1. Suasana Persiapan Penyambutan Untuk Para Laskar dari Keraton
Sumber : wordpress.com

Gambar 3.2. Suasana Persiapan Penyambutan Untuk Para Laskar dari Keraton
Sumber : wordpress.com

41
Kolase yang mengusung tema karnaval Tua Suku Buton, disusun dengan
cara sebaris agar terlihat tata cara pemakaian orang Buton yang bertabrak corak
motif untuk mewakili sifat eksentrik. Sifat eksektrik karena orang Buton
menggunakan kain tenun dengan cara bertabrak corak motif dengan sesuatu yang
tidak wajar, sesuatu yang aneh, yang selalu menjadi pusat perhatian hal ini
sebagai pembeda tradisi orang Buton dengan tradisi lainnya. Tiga gambar
diperbesar menjadi sumber inspirasi utama yang penulis ambil karena hal yang
menarik adalah warna warni cerah kontras dengan bertabrak corak motif dan
teknik panelling dari pakaian wanita kesebesaran wanita Buton.

Gambar 3.3. Suasana Persiapan Ritual Penghormatan


Sumber : http://vorilfrens.blogspot.com

42
Gambar 3.4. Tradisi Pakaian Orang Buton
Sumber : http://cerita-indonesian.blogspot.com

Warna yang dimiliki dalam suasana karnaval tua Buton yaitu


Complementer colour. Kain-kain yang dikenakan dalam suasana ini memiliki
warna yang kotras dan sangat menonjol. Terdapat banyak objek kecil yang tidak
pernah ketinggalan setiap karya selalu menggunakan motif garis dan kotak-kotak
melambangkan arti tradisi orang Buton.

43
Gambar 3.5. Miharayasuhiro Menswear Fall Winter 2016 Paris
Sumber : Pinterest.com

Acuan desain dari desainer Mihara Yasuhiro untuk menyesuaikan


pakaian seolah menceritakan kisah mereka sendiri. Jahitan celana pada mantel
mulai terlepas. Itu adalah ekspresi yang pedih dari "estetika yang tidak sempurna,"
(vogue.com, 2015). Desainer Mihara Yasuhiro identik dengan segi desain
Permainan antar bahan motif tartan yang berbeda dari desainer tersebut juga
membantu penulis mengembangkan ide koleksi untuk mempresentasikan Grunge
look karena sama halnya dengan tradisi orang Buton yang menggunakan kain
dengan cara tabrak corak motif. Hal ini alasan penulis inginkan referensi busana
ini dijadikan sebagai acuan desain dalam sebuah koleksi yang akan diwujudkan.

44
Gambar 3.6. Kolase Tema
Sumber : Dokumen Pribadi
3.2.2. Kolase Bahan

Kolase bahan mengusung tema karnaval tua suku Buton disusun dengan
bentuk tidak beraturan atau kontras bahan yang berbeda untuk menampilkan
kesan glory dan eksektrik, aksen sambungan bahan berbeda dan tabrak motif
garis-garis dan kotak-kotak yang akan menggambarkan grunge look. Untuk
mewakili sifat yang eksentrik melalui aksen paneling tabrak corak motif dan

45
warna, detail nyeleneh dan progresif. Material yang digunakan adalah bahan yang
lembut sejenis katun premium dengan motif kotak-kotak dan menggunakan bahan
bahan lurik dengan motif garis-garis sebagai bahan utama.

Gambar 3.7. Kolase Bahan


Sumber : Dokumen Pribadi

3.2.3. Material Plan

Sebagai perancang busana harus terbiasa dengan kain yang berkualitas,


biaya, dan penggunaan tradisional yang paling cocok untuk desain, kain tidak
hanya memengaruhi tampilan dan nuansa pakaian jadi, tetapi juga konstruksi dan
pembuatannya. Peran perancang busana untuk bereksperimen dan menemukan
cara-cara baru untuk menggunakan kain. Banyak kualitas kain ditentukan oleh
sifat serat yang digunakan tetapi juga bervariasi sesuai dengan cara serat diproses.
Biasanya serat dipintal menjadi benang yang kemudian ditenun atau dirajut dan
akhirnya dirawat sampai selesai. Serat sutera, misalnya, dapat digunakan untuk
memproduksi organza, satin, dan crêpe, masing-masing menghadirkan kualitas
yang sangat berbeda.

Bahan yang berkaitan dengan dua sifat yaitu glory dan eksentrik. Sifat
glory dari koleksi akan hadir dalam penggunaan bahan bertekstur halus dan
bermotif untuk menunjukkan kemeriahan dan keindahan seperti bahan stripes
dengan paduan berbagai warna kontras. Bahan yang digunakan adalah Cotton
premium.

Sifat eksentrik dalam koleksi busana akan menggunakan material yang


kasar seperti bahan yang ada tektur variasi, bisa juga motif tartan untuk mewakili
grunge look. Motif kotak-kotak adalah aksen garis horizontal dan vertikal yang
disusun berpotongan tegak juga asimetris untuk menghasilkan material yang
sesuai, penulis mengambil teknik paneling tabrak motif untuk menerjemahkan
grunge look.

46
3.2.4. Siluet

Dunia fashion, siluet paling banyak digunakan dari berbagai macam


bentuk baru. Mempertimbangkan siluet untuk sebuah koleksi yang telah didesain.
Siluet telah membentuk bagian pakaian yang ditentukan oleh tubuh manusia
seperti setiap bagian tubuh memiliki bentuk yang berbeda dan harus memiliki
kebebasan bergerak. Siluet juga dapat dipengaruhi musim dan fungsi garmen
seperti contoh , cenderung kurang halus dibandingkan dengan gaun malam.
Sementara pakaian harus mengakomodasi tubuh manusia, desainer juga
mengubah penampilan dan proporsi yang sesuai bentuk tubuh. Konstruksi
garmen, silhouette, dan sambungan dari potongan kain yang berbeda dalam
bentuk tertentu untuk menciptakan kecocokan dan menyamarkan bagian tubuh
yang memiliki kekurangan. Aksesoris dan gaya; sepatu hak tinggi, misalnya,
memanjangkan kaki sementara tutup kepala meningkatkan ukuran kepala juga
termasuk pengunaan siluet. Tergantung pada kain yang digunakan, gerakan alami
tubuh dapat mengubah siluet pakaian. siluet dapat

Siluet merupakan garis besar yang dapat langsung dikenali dalam mode,
bentuk pakaian yang disesuaikan dengan kebutuhan, serta tubuh manusia itu
sendiri. Saat ini, orang dapat melihat dan membeli pakaian dari berbagai siluet
yang mengusulkan gaun dengan gaya apapun, tetapi secara historis, mode
didominasi oleh siluet yang berurutan33.

3.3. Visualisasi

3.3.1. Koleksi Busana Siap Pakai 1

Koleksi yang terdiri 1 piecess yaitu dress dengan siluet yang oversized
pada perkembangan pola tidak simetris, menggunakan teknik panelling dan
layering.

1. Emphasis
Emily Angus, Macushla Baudis, Philippa Woodrock, The Fashion Encyclopedia. Barron’s
33

Educational Series, Inc, 2015. Hlm. 34

47
- Warna : Penggunaan warna sekunder dan primer dengan
tabrak corak motif.
- Garis : Kombinasi antar motif dari beda warna dan motif
yaitu motif garis-garis dan kotak-kotak untuk
menunjukkan sisi identitas pakaian orang Buton,
mendeskripsikan karakter seorang yang bebas
berekspresif.

2. Prinsip Desain

- Kontras : Perpaduan bahan dan warna yang saling


bertabrakan,
- Asimentris : Potongan pola dan bentuk desain tidak sejajar

3. 6 Unsur Pokok Penunjang Desain

- Estetika : Teknik layering dan panelling dengan siluet yang


menunjang nilai estetika.
- Fungsi : Dapat digunakan diacara formil dan nonformil.
- Realisasi : Proses pengerjaan dengan mesin
- Ekonomis : Bersifat Exclusive, karena dibuat dengan design
limited edition.
- Target Market : Wanita karier dengan rentang usia 22 – 35 Tahun
dengan mobilitas yang aktif.
- Fleksibel : Koleksi busana yang dapat dipadupadankan
dengan
yang lain.

48
3.3.2. Koleksi Busana Siap Pakai 2

Koleksi yang terdiri 3 piecess, terdapat bagian atasan blouse, outer dan
bawahannya celana, bagian top blouse menggunakan detail back opened dengan
siluet yang oversized pada perkembangan pola tidak simetris, menggunakan
teknik panelling dan layering.

1. Emphasis

- Warna : Penggunaan warna sekunder dan primer dengan


tabrak corak motif.
- Garis : Kombinasi antar motif dari beda warna dan motif
yaitu motif garis-garis dan kotak-kotak untuk
menunjukkan sisi identitas pakaian orang Buton,
mendeskripsikan karakter seorang yang bebas
berekspresif, free spirit, dan memiliki jiwa percaya
diri.

2. Prinsip Desain

- Kontras : Perpaduan bahan dan warna yang saling


bertabrakan,
- Asimentris : Potongan pola dan bentuk desain tidak sejajar

3. 6 Unsur Pokok Penunjang Desain

- Estetika : Teknik layering dan panelling dengan siluet


yang menunjang nilai estetika.
- Fungsi : Dapat digunakan diacara formil dan nonformil.

49
- Realisasi : Proses pengerjaan dengan mesin
- Ekonomis : Bersifat Exclusive, karena dibuat dengan design
limited edition.
- Target Market : Wanita karier dengan rentang usia 22 – 35 Tahun
dengan mobilitas yang aktif.
- Fleksibel : Terdapat dua pieces yang dapat di mix and match
dengan yang lain.

3.3.3. Koleksi Busana Siap Pakai 3

Koleksi yang terdiri 2 piecess, terdapat bagian dress yang dipadupadankan


dengan outer, bagian top dress menggunakan detail opened bagian bahu dengan
siluet yang oversized pada perkembangan pola tidak simetris, menggunakan
teknik layering sama halnya untuk bagian outer siluet yang oversized pada
perkembangan pola tidak simetris, menggunakan teknik layering.

1. Emphasis

- Warna : Penggunaan warna sekunder dan primer dengan


tabrak corak motif.
- Garis : Kombinasi antar motif dari beda warna dan motif
yaitu motif garis-garis dan kotak-kotak untuk
menunjukkan sisi identitas pakaian orang Buton,
mendeskripsikan karakter seorang yang bebas
berekspresif, free spirit, dan memiliki jiwa percaya
diri.
2. Prinsip Desain

- Kontras : Perpaduan bahan dan warna yang saling


bertabrakan,
- Asimentris : Potongan pola dan bentuk desain tidak sejajar

50
3. 6 Unsur Pokok Penunjang Desain

- Estetika : Teknik layering dengan siluet yang menunjang


nilai estetika.
- Fungsi : Dapat digunakan untuk formil dan nonformil.
- Realisasi : Proses pengerjaan dengan mesin
- Ekonomis : Bersifat Exclusive, karena dibuat dengan design
limited edition.
- Target Market : Wanita karier dengan rentang usia 22 – 35 Tahun
dengan mobilitas yang aktif.

- Fleksibel : Koleksi busana yang dapat di mix and match


dengan yang lain.

3.3.4. Koleksi Busana Siap Pakai 4

Koleksi yang terdiri 2 piecess, terdapat bagian atasan blouse dan bagian
bawahannya rok, untuk blouse menggunakan detail back opened dengan siluet
yang oversized pada perkembangan pola tidak simetris, menggunakan teknik
layering dan untuk bagian rok menggunakan siluet H pada perkembangan pola
tidak simetris, menggunakan teknik layering.

1. Emphasis

- Warna : Penggunaan warna primer dengan tabrak corak


motif.
- Garis : Kombinasi antar motif dari beda warna dan motif
yaitu motif garis-garis dan kotak-kotak untuk
menunjukkan sisi identitas pakaian orang Buton,
mendeskripsikan karakter seorang yang bebas

51
berekspresif, free spirit, dan memiliki jiwa percaya
diri.
2. Prinsip Desain

- Kontras : Perpaduan bahan dan warna yang saling


bertabrakan,
- Asimentris : Potongan pola dan bentuk desain tidak sejajar

3. 6 Unsur Pokok Penunjang Desain

- Estetika : Teknik layering dengan siluet yang menunjang


nilai estetika.
- Fungsi : Dapat digunakan ke acara formil dan nonformil.
- Realisasi : Proses pengerjaan dengan mesin
- Ekonomis : Bersifat Exclusive, karena dibuat dengan design
limited edition.
- Target Market : Wanita karier dengan rentang usia 22 – 35 Tahun
dengan mobilitas yang aktif.

- Fleksibel : Koleksi busana siap pakai yang dapat di mix and


match dengan yang lain.

3.3.5. Koleksi Busana Siap Pakai 5

Koleksi yang terdiri 3 piecess, terdapat bagian atasan kemeja, outer dan
bagian bawahannya celana, untuk atasan kemeja menggunakan detail opened
bagian depan sama halnya dengan outer dengan siluet yang oversized pada
perkembangan pola tidak simetris, menggunakan teknik layering juga panelling
dan bagian celana dengan siluet perkembangan pola simetris.

52
1. Emphasis

- Warna : Penggunaan warna sekunder dan primer dengan


tabrak corak motif.
- Garis : Kombinasi antar motif dari beda warna dan motif
yaitu motif garis-garis dan kotak-kotak untuk
menunjukkan sisi identitas pakaian orang Buton,
mendeskripsikan karakter seorang yang bebas
berekspresif, free spirit, dan memiliki jiwa percaya
diri.
2. Prinsip Desain

- Kontras : Perpaduan bahan dan warna yang saling


bertabrakan,
- Asimentris : Potongan pola dan bentuk desain tidak sejajar

3. 6 Unsur Pokok Penunjang Desain

- Estetika : Teknik layering dengan siluet yang menunjang


nilai estetika.
- Fungsi : Dapat dipakai ke acara formil dan nonformil.
- Realisasi : Proses pengerjaan dengan mesin
- Ekonomis : Bersifat Exclusive, karena dibuat dengan design
limited edition.
- Target Market : Wanita karier dengan rentang usia 22 – 35 Tahun
dengan mobilitas yang aktif.
- Fleksibel : Koleksi busana yang dapat di mix and match
dengan yang lain.

53

Anda mungkin juga menyukai