Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL KEGIATAN

Kebaya Mendunia

1. Latar belakang

Kebaya Dalam Sejarah Indonesia


Mulai dikenal di Indonesia pada abad ke-18, sebagai salah satu pakaian untuk perempuan Islam
Melayu, Habaya, yang kemudian disebut kebaya melengkapi kemben yakni pakaian tradisional
perempuan Indonesia sebelum masuknya Islam. Kebaya dipakai untuk menutup kemben
sebagai perwujudan ajaran Islam yang harus menutup aurat tubuh 1

Pada masa itu, kebaya merupakan pakaian sehari-hari perempuan pribumi maupun perempuan
dan peranakan Belanda yang menetap di Pulau Jawa. Kebaya menjadi penanda perbedaan kelas
sosial, berdasaran bahan tekstil, motif kain bawahan, model, maupun warna kebaya yang
digunakan.

Pada abad 19 banyak perantau Cina yang datang ke Indonesia dan memunculkan kebaya encim,
hingga munculnya kebaya Kartini, yang menjadi simbol emansipasi perempuan Indonesia.
Kebaya ini mirip dengan kebaya encim namun memakai aksen lipatan pada bagian dada. Pada
zaman ini pun muncul kebaya kutubaru.

Menjelang perang kemerdekaan dan kebangkitan gerakan nasionalisme di Indonesia,


perempuan pribumi Jawa mengenakan kebaya sebagai simbol anti kolonial. Pada masa setelah
kemerdekaan, pemerintahan Soekarno memutuskan untuk mengangkat kebaya sebagai
identitas budaya nasional Indonesia, yang juga menunjukkan identitas sebuah negara yang
merdeka.

Dalam periode abad ke-20 hingga tahun 1980-an muncul kebaya ala Betawi, Sunda, Padang,
Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timuran dan Bali. Kebaya etnik ini memunculkan ragam hias dari
daerah masing-masing yang dipadupadankan dengan kain tradisional setempat, contohnya kain
batik, songket dan tenun. Di sisi lain, pada periode yang sama, fungsi dan pemaknaan kebaya
disempitkan melalui konsep ibuisme, melalui kelompok Dharma Wanita dan PKK, dan
pemakaian kebaya pada acara-acara resmi dan kenegaraan dengan model yang dipakemkan.

Kebaya ditetapkan sebagai busana nasional perempuan Indonesia dalam lokakarya di Jakarta
pada 1978 yang diikuti oleh perwakilan seluruh provinsi di Indonesia. Saat itu, model busana
nasional Indonesia adalah kebaya pendek dengan kain batik panjang, dilengkapi dengan
selendang, alas kaki, tata rias wajah, dan sanggul. Kebaya sebagai busana nasional juga terdapat
di dalam Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Djenis-Djenis Pakaian Sipil dan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan.

1
Avantie, 2012
Memasuki masa reformasi, bentuk dan fungsi kebaya mengalami perubahan. Model kebaya
semakin beragam dan berangsur meninggalkan pakemnya, terutama di kalangan generasi muda.
Perubahan tersebut muncul bersamaan dengan munculnya para perancang yang mengusung
tema kebaya modern dengan menabrak pakem yang ada sebelumnya. Selain itu, ada
kecenderungan model kebaya menjadi lebih tertutup, juga munculnya gaya kebaya muslim
berupa padanan kebaya dan kerudung yang menutup rapat seluruh rambut di kepala, leher dan
dada2

Kebaya Sebagai Budaya dan Simbol Identitas Bangsa


Sejarah menunjukkan bahwa kebaya membawa pula narasi tentang identitas perempuan.
Kebaya yang dikenakan perempuan menunjukkan multi identitas, tidak saja sebagai busana
nasional dan pakaian daerah tetapi juga merefleksikan identitas personal, identitas gender,
identitas kelas dan identitas multikultural.

Saat ini, kebaya pun menunjukkan identitas ekonomi politik, ditunjukkan oleh kemajuan
industri kreatif yang melibatkan banyak pengrajin. Keberlangsungan hidup industri ini akan
menjadi bagian dalam perkembangan kebaya untuk memperkuat identitas perempuan
Indonesia yang semakin maju.

Kebaya Indonesia Perlu Diakui Dunia


Pertukaran gaya hidup dan budaya tidak pernah mengenal batas negara. Salah satu
kesempatan di mana terjadi pertukaran gaya hidup dan budaya -termasuk gaya berpakaian,
bisa terjadi ketika para perempuan Indonesia bergaul dengan banyak orang dari berbagai
negara. mempromosikan budaya Indonesia ke luar negeri merupakan keharusan, sebagai
identitas bangsa. Kewajiban kita semua untuk melestarikan dan memperkenalkan identitas
Indonesia, salah satunya melalui kebaya, upaya itu dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta
atas busana peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia. bukan hanya melestarikan budaya
saja, namun bisa menunjukkan identitas dan jati diri perempuan Indonesia yang bisa dilihat
oleh dunia internasional.

Kebaya, sebagai pakaian tradisional perempuan Indonesia, membuat beberapa komunitas


memperjuangkan agar kebaya dapat diakui UNESCO sebagai warisan dunia. Sebelumnya Badan
PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan ini telah mengakui batik sebagai
warisan budaya. Untuk menetapkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO,
dibutuhkan persiapan panjang dan matang untuk bisa sampai ke UNESCO.

Langkah-langkah mengenalkan kebaya di antaranya melalui:


1. Diplomasi budaya. Langkah ini digunakan untuk menumbuhkan pemahaman atas
identitas suatu budaya melalui pertukaran ide, nilai, atautradisi yang menjadi unsur-

2
Muchlison, 2019
unsur pembentuk sebuah budaya di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
memperkuat hubungan, kerja sama sosial di masyarakat, hingga pencapaian
kepentingan nasional.
2. Branding. Digunakan untuk membentuk ide tertentu mengenai suatu Negara dengan
tujuan untuk memengaruhi bagaimana pikiran serta perasaan masyarakat mengenai
suatu Negara, yang pada akhirnya akan menjadi karateristik Negara bersangkutan. Hal
ini dilakukan terutama untuk membentuk opini masyarakat di Negara-negara lain yang
pada akhirnya dapat memengaruhi proses pengambilan kebijakan Negara tersebut.
3. Diplomasi publik. Dalam terminologi hubungan internasional unsur-unsur local atau
nasional yang dinegosiasikan dikonsepsikan sebagai kepentingan nasional. Diplomasi
publik merupakan sarana yang tepat untuk merebut opini publik dimana salah satunya
melalui jalur pengenalan bidaya dimana pemanfaatan budaya lebih kepada
pembentukan pemahaman budaya pada pola piker masyarakat asing yang akan datang
ke suatu Negara.
4. Di masa pandemi covid-19 ini langkah yang juga direncanakan adalah cyber public
diplomacy dengan menggunakan teknologi komunikasi seperti internet, gawai, serta
alat-alat elektronik lainnya sebagai salah satu media diplomasi publik untuk menjangkau
target masyarakat yang lebih luas.
Kebaya dan Kesejahteraan
Selain membawa dampak positif dalam sosial budaya, gerakan berkebaya ini juga bisa
menggerakan perekonomian rakyat, seiring maraknya keberadaan para pengrajin dan pembuat
kebaya, serta munculnya pusat-pusat kerajinan.

Kebaya dan Tantangan


Namun kini, geliat kebaya sebagai busana nasional patut dipertanyakan kembali. Orang
berkebaya sehari-hari makin jarang ditemui. Eksistensi kebaya bahkan tertinggal dengan tren
mode busana lain. Bandingkan dengan pakaian sari dari India yang dikenal luas sebagai pakaian
nasional India.

Banyak gerakan yang diinisiasi oleh komunitas, dan tugas pemerintah sederhana yaitu
memfasilitasi, memberi ruang memperkenalkan stakeholder kebudayaan yang lebih luas,
sehingga ekosistemnya terbangun. Tujuannya agar dilihat lebih luas dan jika ada yang
merespons akan memperkaya gerakan tersebut serta dapat saling bertukar apapun yang
mereka miliki. Sudah banyak daerah dan perwakilan komunitas yang jika dibantu hingga ke
tingkat akar rumput punya dampak ekonomi dimana kerajinan tekstil hidup kembali. Selain
melestarikan budaya, gerakan positif ini juga ikut mempertebal semangat keberagaman dan
persatuan.

Di tataran pendidikan, pemerintah (melalui Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan) mengakui masih belum terdapat penjelasan yang rinci kepada pelajar mengenai
busana nasional termasuk kebaya. Materi ini rencananya akan ditambahakan dalam kurikulum
pendidikan.
Selain itu, perlu adanya peringatan hari kebaya, dan pemerintah akan memfasilitasi pengajuan
peringatan hari kebaya yang diharapkan menjadi keputusan Presiden untuk menetapkan hari
nasional kebaya.

Peran pemerintah harus mendukung, bersama dengan komunitas, akademisi, pebisnis untuk
bersinergi bergerak bersama di bidangnya masing-masing. Perlu ada gerakan bersama yang
menyatakan bahwa kebaya itu memiliki sejarah panjang sebagai busana nasional.

Kebaya dan Jawa Tengah


Keanekaragaman budaya di Indonesia merupakan aset yang harus dilestarikan. Akan tetapi
dewasa ini dapat disaksikan betapa bangsa ini mulai meninggalkan budaya yang dimilikinya.
Saat ini perhatian anak bangsa sangat kurang dalam melestarikan kebudayaan. Padahal pada
1995, United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah
menetapkan tanggal16 November sebagai “Hari Toleransi Internasional”. Hari toleransi yang
diratifikasi oleh 195 negara ini dimaksudkan untuk mengingatkan kepada seluruh warga dunia
tentang bahayanya sikap intoleran dan pentingnya merawat serta menjaga nilai-nilai toleransi
dalam hidup bermasyarakat, terutama dalam masyarakat yang majemuk. Definisi dari toleransi
menurut Konstitusi UNESCO adalah: penghormatan, penerimaan, dan penghargaan terhadap
keragaman budaya dunia, serta berbagai bentuk ekspresi dan cara untuk menjadi manusia.
Toleransi adalah persatuan dalam perbedaan, tidak hanya sebagai tanggung jawab moral,
namun juga menjadi persyaratan hukum dan politik. Toleransi memungkinkan terjadinya
perdamaian dan ikut berkontribusi dalam mengubah‘budaya perang’ menjadi ‘budaya damai’.
Termasuk yang ditoleransi dalam hal ini adalah budaya tradisional yang beranekaragam.

Salah wilayah yang masyarakatnya masih melestarikan nilai-nilai tradisional yakni Jawa Tengah
dengan Semarang sebagai ibukotanya. Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang
dipecah pada tahun 1755. Kota Surakarta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kebudayaan Jawa. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya dua pusat peradaban kebudayaan
Jawa yang masih bisa dilihat yaitu Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton Mangkunegaran
yang merupakan cagar budaya yang masih hidup dan dipertahankan sampai sekarang. Sejalan
dengan terus bergeraknya peradaban menuju arah modernisasi dan globalisasi, masih ada
tradisi budaya di yaitu kebaya dengan pakem masing-masing. Semarang dipilih menjadi lokasi
pelaksanaan kegiatan Kebaya Mendunia sebagai salah satu symbol wilayah Indonesia yang
konsisten mempertahankan tradisi dan nilai-nilai budaya leluhur Indonesia.

2. Rencana Kegiatan
Sebagai salah satu sarana untuk mempresentasikan kebaya yang menjadi warisan budaya
dan identitas Perempuan Indonesia, kami mengusulkan serangkaian kegiatan dengan judul
“Kebaya Mendunia”, yang akan diselenggarakan di Kota Lama Semarang pada ….. hingga …..
Diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata & Ekonomi
Kreatif, kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk pemulihan kembali aktivitas industri
pariwisata dan ekonomi kreatif yang mengalami “mati suri” akibat kondisi pandemi Covid-
19.
Dalam situasi pandemi saat ini, kegiatan akan diselenggarakan dengan menerapkan protokol
kesehatan sebagai bentuk pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru di sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif.

3. Tujuan
Selain sebagai pemulihan aktivitas industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Semarang
dan Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan, presentasi kebaya sebagai warisan budaya
dan identitas Perempuan Indonesia memiliki tujuan khusus, antara lain:
a. Meningkatkan kepedulian generasi muda (kaum millenial) tentang warisan budaya;
b. Mendorong pemerintah agar menetapkan hari Kebaya Nasional dan agar menyediakan
1 (satu) hari wajib berkebaya nasional kepada seluruh perempuan di Indonesia; dan
c. Sebagai upaya awal mematenkan kebaya sebagai warisan budaya milik Indonesia oleh
UNESCO.

4. Penerima Manfaat
Penyelenggaraan kegiatan ini didukung oleh Komisi 10 DPR RI, Pemerintah Kota Semarang,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementerian Luar Negeri RI dan Yayasan
Mahardika Satria Nusantara, dengan penerima manfaat sebagai berikut:
- Komunitas Perempuan Berkebaya di Kota Semarang dan Propinsi Jawa Tengah;
- Generasi Muda praktisi desain kebaya (Modiste Semarang serta Siswa-siswa SMK Tata
Busana (cakupan SMA ini mana saja?)); dan
- Pelaku UMKM Sektor Pariwisata di Kota Semarang.
(di bagian sini bisa ditambahkan benefit untuk tiap kelompok itu apa saja.)

5. Detail Kegiatan
“Kebaya Mendunia” akan dilaksanakan dalam 3 rangkaian acara, yaitu:
a. Seremonial (Parade Kebaya, Acara Pembukaan, Virtual Meeting & Live Streaming)
b. Kebaya Milenial (Lomba Modiste Semarang dan Fashion Show, Lomba Video SMK,
Workshop Kebaya & Industri Kreatif)
c. Pameran Industri Pariwisata (UMKM & SMK)
Ketiga rangkaian kegiatan tersebut akan dilaksanakan secara berkesinambungan pada
tanggal 12 – 13 September 2020 dan bertempat di Daya Tarik Wisata Kota Lama, Semarang.

Berbagai kelompok yang akan turut terlibat adalah:


a. Perempuan Berkebaya perwakilan dari 50 kota dunia (Perempuan yang menjadi
diplomat RI di berbagai negara);
b. Perempuan Berkebaya perwakilan dari 34 provisi di Indonesia;
c. Komunitas Perempuan Berkebaya Jawa Tengah dan Kota Semarang;
d. Generasi Muda (Modiste Semarang dan Siswa SMK Tata Busana); dan
e. Pelaku UMKM Sektor Pariwisata di Kota Semarang.
RUNDOWN KEBAYA MENDUNIA
KAWASAN KOTA LAMA, 12-13 SEPTEMBER 2020

NO WAKTU DURASI ACARA KETERANGAN


Sabtu, 12 September 2020
I PERSIAPAN dan PENYAMBUTAN
10.00 - 60" 1 Gladi Bersih
13.30 - 14.45 PRA-KONDISI
Semua peserta kumpul di Gedung
13.30 - 14.30 60" 1 Registrasi Peserta/Tamu
Oudetrap sambil snack time
14.00 - 14.45 30" 2 Persiapan Akhir - Penyambutan Tamu VVIP Seluruh peserta siap diruangan Oudetrap
Persiapan Catwalk peserta (menuju Galeri Pengaturan peserta berdasarkan urutan
14.45 - 15.00 10" 3
Indonesia Kreatif) dan no kursi
Berdasarkan urutan disertai music
15.00 - 15.30 30" 4 Catwalk Peserta memasuki ruangan
playback
Peserta keseluruhan siap didalam ruangan Peserta dipersilahkan duduk + semua
15.30 - 15.35 5" 5
(Galeri Indonesia Kreatif) peserta zoom
15.35 - 15.40 5" 6 Tamu VVIP memasuki ruangan
15.40 - 15.45 5" 7 Pengantar dari MC MC
II SEREMONIAL
Menyanyikan Lagu Kebangsaan "Indonesia
15.45 - 15.50 5" 1 Clip Video dan Sound Playback
Raya"
Sambutan Selamat Datang Bapak Walikota
15.50 - 15.55 5" 2 Bapak H. Hendrar Priadi
Semarang
Pemutaran Video singkat Sejarah dan Filosofi
15.55 - 16.00 5" 3 Clip Video dan Sound Playback
Kebaya
Sambutan Bapak Menteri Pariwisata dan
16.00 - 16.10 10" 4 Bapak Wisnutama
Ekonomi Kreatif RI
16.10 - 16.15 5" 5 Persembahan lagu "Indonesia Jaya" Artis, Clip Video dan Sound Playback

Penyerahan permohonan dari Komunitas


Kebaya Mendunia (Ibu Agustina dkk) kepada Seluruh Tamu VVIP diminta naik ke
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kretif RI panggung + penari masuk membawa
16.15 - 16.30 15" 7
(Ibu Wamen) tentang penentuan 1 (satu) hari bendera merah putih (musik dan lagu
dalam setahun sebagai Hari Kebaya Nasional Ibu pertiwi)
disaksikan Ketua DPR RI dan Foto bersama

16.30 - 16.45 15" 8 Pengarahan dari Ketua DPR RI Ibu Puan Maharani
MC menyapa dan berinteraksi dengan peserta
16.45 - 17.00 15" 9 MC
Zoom
Menyanyi bersama "Indonesia Jaya" (peserta
17.00 - 17.05 5" 10 Seluruh Peserta
online dan offline)
17.05 - 17.10 5" 10 Pembacaan Doa
Penutupan Acara (Arahan dari MC untuk
17.10 - 17.15 5" 11 peserta bersama-sama ramah tamah di Gedung
Oudetrap
III RAMAH TAMAH dan HIBURAN
17.15 - 19.15 RAMAH TAMAH
Ramah Tamah bersama Ketua DPR RI dan
17.15 - 19.15 120" 1 Gedung Oudetrap
Menteri
19.30 - 21.00 HIBURAN
19.30 - 20.00 30" 1 Pembacaan Skenario Acara Galeri Indonesia Kreatif
20.00 21.00 15" 2 Tarian dan drama Kolosal oleh peserta Galeri Indonesia Kreatif
Minggu, 13 September 2020
IV KEBAYA MILENIAL
11.30 - 13.00 MAKAN SIANG
Workshop "Kebaya Milenial" Arah dan Sejarah
13.00 - 14.30 90" 1 Kebaya
Lomba dan Fashion Show Modiste Se-Jawa
14.30 - 15.30 60" 2 Tengah
Pengumuman Pemenang Lomba Modiste Se-
15.30 - 15.45 15" 3 Jawa Tengah
Pengumuman Pemenang Lomba Kreasi Kebaya
15.45 - 16.00 15" 4 Se-Indonesia
Penyerahan Hadiah dan Tropy Pemenang oleh
16.00 - 16.30 30" 5 Ibu Wamen Parekraf dan Ibu Agustina
Penutupan Rangkaian Acara "Kebaya
16.30 - 16.45 15" 6 Mendunia" oleh Ibu Wamen Parekraf
6. Rencana Anggaran Biaya
Referensi:

1. Nita Trismaya, Kebaya dan Perempuan: Sebuah Narasi Tentang Identitas, JSRW (Jurnal
Senirupa Warna), volume 6, jilid 2, Juli 2018
2. Vinie Luthfiah …..

Anda mungkin juga menyukai