GAMBARAN KLINIK
Gejala yang paling sering terjadi pada hemofilia ialah perdarahan, baik yang terjadi di dalam
tubuh (internal bleeding) maupun yang terjadi di luar tubuh (external bleeding). Internal
bleeding yang terjadi dapat berupa: hyphema, hematemesis, hematoma, perdarahan
intrakranial, hematuria, melena, dan hemartrosis. Terdapatnya external bleeding dapat
bermanifestasi sebagai perdarahan masif dari mulut ketika ada gigi yang tanggal atau pada
ekstraksi gigi; perdarahan masif ketika terjadi luka kecil; dan perdarahan dari hidung tanpa
sebab yang jelas (Yoshua dan Angliadi, 2013).
Hemofilia dapat dibagi menjadi penyakit ringan, sedang, atau parah berdasarkan
gejala dan jumlah faktor VIII atau IX yang berfungsi yang ditemukan pada darah. Seorang
dengan hemofilia berat tanpa pengobatan adekuat dapat mengalami hemarthrosis berulang
yang menyabkan artropati hemofilik kronik.. Selain hemartrhosis, gejala pendarahan lainnya
yang dapat terjadi pada hemofilia adalah hematoma, pseudotumor (kista darah), hematuria,
perdarahan intrakranial, perdarahan membrane mukosa, perdarahan pada mulut dan akibat
tindakan operasi. Hemofilia C pada umumnya tidak separah kasus hemofilia A dan B.
Perdarahan setelah operasi adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus hemofilia
C (Susanto dan Kurniawan, 2016).
Pustaka
Bowen, D. J. 2002. Haemophilia A and haemophilia B: molecular insights. J Clin Pathol:
Mol Pathol 2002(55):1–18.
Franchini, M. dan P. M. Mannucci. 2012. Past, present and future of hemophilia: a narrative
review. Orphanet Journal of Rare Diseases 7(24): 1-8.
Susanto, M. dan A. Kurniawan. 2016. Hemofilia. Medicinus 6(1): 25-9
Yoshua, Vincentius dan Angliadi, Engeline. 2013. Rehabilitasi Medik Pada Hemofilia.
Jurnal Biomedik 5(2): 67-73.
Zimmerman, B. dan L. A. Valentino. 2013. Hemophilia: In Review. Pediatrics in Review 34:
289-295.