Anda di halaman 1dari 15

A.

Defenisi trauma

Trauma adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis yang besar,
biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman yang berkaitan
dengan kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud dengan “trauma” adalah
trauma sebagai penyakit atau trauma pada fisik seseorang.

Dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan sering membahayakan
jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu bagian tubuh terkena pukulan benda tumpul
atau tiba-tiba terbentur. Jenis cedera yang seperti ini berbahaya karena tubuh dapat
mengalami shock sistemik, dan organ vital dapat berhenti bekerja secara cepat. Oleh
karena itu, penolongan secara medis tidak hanya dibutuhkan, namun juga harus cepat
diberikan agar dapat meningkatkan kemungkinan pasien selamat dari trauma.

1. Trauma maksilofasial dan multiple trauma

 Definisi Trauma Maksilofasial

Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan
sekitarnya. Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan
jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah jaringan lunak yang
menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras wajah
adalah tulang kepala yang terdiri dari : tulang hidung, tulang arkus zigomatikus, tulang
mandibula, tulang maksila, tulang rongga mata, gigi, tulang alveolus. Yang dimaksud
dengan trauma jaringan lunak antara lain :

1. Abrasi kulit, tusukan, laserasi, tato.

2. Cedera saraf, cabang saraf fasial.

3. Cedera kelenjar parotid atau duktus Stensen.

4. Cedera kelopak mata.

5. Cedera telinga.

6. Cedera hidung.

 Etiologi Trauma Maksilofasial

Trauma wajah di perkotaan paling sering disebabkan oleh perkelahian, diikuti oleh
kendaraan bermotor dan kecelakaan industri. Para zygoma dan rahang adalah tulang yang
paling umum patah selama serangan. Trauma wajah dalam pengaturan masyarakat yang
paling sering adalah akibat kecelakaan kendaraan bermotor, maka untuk serangan dan
kegiatan rekreasi. Kecelakaan kendaraan bermotor menghasilkan patah tulang yang sering
melibatkanmidface, terutama pada pasien yang tidak memakai sabuk pengaman mereka.
Penyebab penting lain dari trauma wajah termasuk trauma penetrasi, kekerasan dalam
rumah tangga, dan pelecehan anak-anak dan orang tua.
Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah karena harus rawat
inap di rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat mengenai ribuan orang per
tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan, 72% kematian oleh trauma maksilofasial
paling banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (automobile).3,4

Berikut ini tabel etiologi trauma maksilofasial :

Penyebab  pada orang dewasa Persentase (%)

Kecelakaan  lalu lintas 40-45

Penganiayaan / berkelahi 10-15

Olahraga 5-10

Jatuh 5

Lain-lain 5-10

Penyebab pada anak Persentase (%)


Kecelakan lalu lintas 10-15
Penganiayaan / berkelahi 5-10
Olahraga( termasuk 50-65
naik,sepeda )
Jatuh 5-10

 Manifestasi Klinis

Gejala klinis gejala dan tanda trauma maksilofasial dapat berupa :

1. Dislokasi, berupa perubahan posisi yg menyebabkan maloklusi terutama pada


fraktur mandibula.

2. Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur.

3. Rasa nyeri pada sisi fraktur.

4. Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat menyumbat saluran napas.

5. Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi
daerah fraktur.

6. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran.


7. Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur.

8. Diskolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan.

9. Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi dibawah
nervus alveolaris.

10. Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda, penurunan
pergerakan bola mata dan penurunan visus.

 Patofisiologi Trauma Maksilofasial1

Kehadiran energi kinetik dalam benda bergerak adalah fungsi dari massa dikalikan dengan
kuadrat kecepatannya. Penyebaran energi kinetik saat deselerasi menghasilkan kekuatan
yang mengakibatkan cedera. Berdampak tinggi dan rendah-dampak kekuatan didefinisikan
sebagai besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya gravitasi. Ini berdampak parameter pada
cedera yang dihasilkan karena jumlah gaya yang dibutuhkan untuk menyebabkan
kerusakan pada tulang wajah berbeda regional. Tepi supraorbital, mandibula (simfisis dan
sudut), dan tulang frontal memerlukan kekuatan tinggi-dampak yang akan rusak. Sebuah
dampak rendah-force adalah semua yang diperlukan untuk merusak zygoma dan tulang
hidung.1

Patah Tulang Frontal : ini terjadi akibat dari pukulan berat pada dahi. Bagiananterior dan /
atau posterior sinus frontal mungkin terlibat. Gangguan lakrimasi mungkin dapat terjadi jika
dinding posterior sinus frontal retak. Duktus nasofrontal sering terganggu.

Fraktur Dasar Orbital : Cedera dasar orbital dapat menyebabkan suatu fraktur yang
terisolasi atau dapat disertai dengan fraktur dinding medial. Ketika kekuatan menyerang
pinggiran orbital, tekanan intraorbital meningkat dengan transmisi ini kekuatan dan
merusak bagian-bagian terlemah dari dasar dan dinding medial orbita. Herniasi dari isi orbit
ke dalam sinus maksilaris adalah mungkin. Insiden cedera okular cukup tinggi, namun
jarang menyebabkan kematian.

Fraktur Nasoethmoidal (noes): akibat perpanjangan kekuatan trauma dari hidung ke tulang
ethmoid dan dapat mengakibatkan kerusakan pada canthus medial, aparatus lacrimalis,
atau saluran nasofrontal.Patah tulang lengkung zygomatic: Sebuah pukulan langsung ke
lengkung zygomatic dapat mengakibatkan fraktur terisolasi melibatkan jahitan
zygomaticotemporal.

Patah Tulang Zygomaticomaxillary kompleks (ZMCs): ini menyebabkan patah tulang dari
trauma langsung. Garis fraktur jahitan memperpanjang melalui zygomaticotemporal,
zygomaticofrontal, dan zygomaticomaxillary dan artikulasi dengan tulang sphenoid. Garis
fraktur biasanya memperpanjang melalui foramen infraorbital dan lantai orbit. Cedera mata
serentak yang umum.

Patah tulang rahang atas : ini dikelompokkan sebagai Le Fort I, II, atau III.9

o Fraktur Le Fort I adalah fraktur rahang horizontal di aspek inferior rahang atas dan
memisahkan proses alveolar dan langit-langit keras dari seluruh rahang atas.
Fraktur meluas melalui sepertiga bagian bawah septum dan termasuk sinus
maksilaris dinding lateralis memperluas ke tulang palatina dan piring pterygoideus.

o Fraktur Le Fort II adalah fraktur piramida mulai dari tulang hidung dan memperluas
melalui tulang lacrimalis; ke bawah melalui jahitan zygomaticomaxillary; terus
posterior dan lateral melalui rahang atas, bawah zygoma itu, dan ke dalam piring
pterygoideus.

o Fraktur Le Fort III atau dysjunction kraniofasial adalah pemisahan dari semua tulang
wajah dari dasar tengkorak dengan fraktur simultan dari zygoma, rahang, dan tulang
hidung. Garis fraktur meluas melalui tulang ethmoid posterolaterally, orbit, dan
jahitan pterygomaxillary ke fosa sphenopalatina.

Fraktur mandibula: Ini dapat terjadi di beberapa lokasi sekunder dengan bentuk U-
rahang dan leher condylar lemah. Fraktur sering terjadi bilateral di lokasi terpisah dari
lokasi trauma langsung.Patah tulang alveolar: Ini dapat terjadi dalam isolasi dari
kekuatan rendah energi langsung atau dapat hasil dari perpanjangan garis fraktur
melalui bagian alveolar rahang atas atau rahang bawah. Fraktur Panfacial: Ini biasanya
sekunder mekanisme kecepatan tinggi mengakibatkan cedera pada wajah atas,
midface, dan wajah yang lebih rendah.

 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal pada pasien dengan kecurigaan trauma masilofasial yaitu meliputi:

a) Periksa kesadaran pasien.

b) Perhatikan secara cermat wajah pasien :

- Apakah asimetris atau tidak.

- Apakah hidung dan wajahnya menjadi lebih pipih.

c) Apakah ada Hematoma :

a. Fraktur Zygomatikus

- Terjadi hematoma yang mengelilingi orbita, berkembang secaracepat sebagai


permukaan yang bersambungan secara seragam.

- Periksa mulut bagian dalam dan periksa juga sulkus bukal atas apakah ada
hematoma, nyeri tekan dan krepitasi pada dinding zigomatikus.

b. Fraktur nasal

Terdapat hematoma yang mengelilingi orbita, paling berat kearah medial.

c. Fraktur Orbita
- Apakah mata pasien cekung kedalam atau kebawah ?

- Apakah sejajar atau bergeser ?

- Apakah pasien bisa melihat ?

- Apakah dijumpai diplopia ? Hal ini karena :

o Pergeseran orbita

o Pergeseran bola mata

o Paralisis saraf ke VI

o Edema

d. Fraktur pada wajah dan tulang kepala.

- Raba secara cermat seluruh bagian kepala dan wajah : nyeri tekan, deformitas,
iregularitas dan krepitasi.

- Raba tulang zigomatikus, tepi orbita, palatum dan tulang hidung,pada fraktur Le
Fort tipe II atau III banyak fragmen tulang kecil sub cutis pada regio ethmoid.
Pada pemeriksaan ini jika rahang tidak menutup secara sempurna berarti pada
rahang sudah terjadi fraktur.

e. Cedera saraf

Uji anestesi pada wajah ( saraf infra orbita) dan geraham atas (saraf gigi atas).

f. Cedera gigi

Raba giginya dan usahakan menggoyangkan gigi bergerak abnormal dan juga
disekitarnya.

 Definisi Trauma Murni atau Multipel


Multi trauma adalah keadaan yang di sebabkan oleh luka atau cedera definisi ini
memberikaan gambaran superficial dari respon fisik terhadap cedera, trauma juga
mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya trauma adalah
kejadian yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan hilangnya produktif
seseorang. Informasi tentang pola atau mekanisme terjadinya cedera seringkali
akan sangat terbantu dalam mendiagnosa kemungkinan gangguan yang diakibatkan.
Trauma tumpul terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor ( KKB) dan jatuh,
sedangkan trauma tusuk (penetrasi) seringkali diakibatkan oleh luka tembak atau
luka tikam. Umumnya, makin besar kecepatan yang terlibat dalam suatu kecelakaan,
akan makin besar cedera yang terjadi, misalnya : KKB kecelakaan tinggi, peluru
dengan kecepatan tinggi, jatuh dari tempat yang sangat tinggi (Hudak,Carolyn 1996).
Trauma multipel atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih kecederaan
secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa menyebabkan
kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau kelainan
psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak dicatat pada
pasien politrauma dengan kombinasi dari kondisi yang cacat seperti amputasi,
kelainan pendengaran dan penglihatan, posttraumatic stress syndrome dan
kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans Health Administration Transmittal Sheet).

 Etiologi
Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru. Luka tusuk
dan luka tembak pada suatu rongga dapat di kelompokan dalam kategori luka tembus.
Untuk mengetahui bagian tubuh yang terkena,organ apa yang cedera ,dan
bagaimana derajat kerusakannya, perlu diketahui biomekanik terutama cedera
pada trauma dapat terjadi akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan
(deselerasi), dan kompresi, baik oleh benda tajam , benda tumpul, peluru, ledakan,
panas, maupun zat kimia . Akibat cedera ini dapat menyebabkan cedera
muskuloskeletal dan kerusakan organ.

 Manifestasi klinis

1. Laserasi, memar,ekimosis

2. Hipotensi

3. Tidak adanya bising usus

4. Hemoperitoneum

5. Mual dan muntah

6. Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya


pada arteri karotis)

7. Nyeri

8. Pendarahan

9. Penurunan kesadaran

10. Sesak

11. Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limfa.
Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.

12. Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal


13. Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan
retroperitoneal

14. Tanda Coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur
pelvis

15. Tanda Balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas
ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe

(Scheets, 2002 : 277-278)

 Patofisiologi

Respon metabolik pada trauma dapat dibagi dalam tiga fase :

1. Fase pertama berlangsung beberapa jam setelah terjadinya trauma. Dalam fase ini akan
terjadi kembalinya volume sirkulasi, perfusi jaringan, dan hiperglikemia.

2. Pada fase kedua terjadi katabolisme menyeluruh, dengan imbang nitrogen yang
negative, hiperglikemia, dan produksi panas. Fase ini yang terjadi setelah tercapainya
perfusi jaringan dengan baik dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa
minggu, tergantung beratnya trauma, keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma, dan
tindakan pertolongan medisnya.

3. Pada fase ketiga terjadi anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak badan
yang terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang dan
oksigenasi jaringan secar keseluruhan sudah teratasi. Fase ini merupakan proses yang
lama tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase katabolisme karena isintesis
protein hanya bisa mencapai 35 gr /hari.

B. Mekanisme cedera

Cedera merupakan penyakit yang mempunyai variasi musim,episode,epidemi,kecenderungan


masa depan dan distribusi demografi. Cedera dapat dijelaskan sebagai interaksi penderita
(host) dan dan energi (agent) dalam lingkungan tertentu. Penyerahan energi pada korban akan
mengakibatkan cedera. Terdapat 5 bentuk dasar energi yang dapat menimbulkan cedera,yaitu :
Mekanik atau kinetik

1. Panas
2. Kimia
3. Listrik .
4. Radiasi.
Energi gerak merupakan penyebab kecelakaan tersering ,yaitu pada tabrakan
kendaraan,jatuh,luka tusuk,ledakan.
Terjadinya penyerapan tenaga mengikuti hukum fisika,sehingga dari cedera yang diakibatkan
dapat dicurigai dan diteliti akibat yang terjadi. Cedera yang tidak diketahui atau cedera yang
terselubung dapat membahayakan penderita.,terutama jika diketahuinya setelah mekanisme
kompensasi lenyap (Stadium akhir). Perlu diketahui bahwa penderita yang terlibat kecelakaan
berat mempunyai risiko untuk mendapatkan cedera yang berat pula. 5-15% penderita
mempunyai tanda vital normal dan tidak tampak mempunyai tanda cedera pada awalnya,dan
didapatkan cedera berat setelah pemeriksaan ulang kemudian . Cedera dengan energi tinggi
akan mengakibatkan pelepasan energi yang tidak terkontrol sehingga korban harus dianggap
mendapat cedera berat sampai terbukti tidak.

Faktor yang harus diperhatikan adalah arah dan kecepatan benturan ,gerakan penderita,ukuran
fisik serta tanda pelepasan energi (kerusakan kendaraan). Terdapat hubungan yang kuat antara
beratnya  cedera dan perubahan kecepatan kendaraan yang dapat diketahui dari besarnya
kerusakan kendaraan .
Oleh karena itu penting untuk bertanya:

 Apa yang terjadi ?


 Bagaimana cedera penderitanya ?
Tanpa mengetahui mekanisme cederanya,anda tidak dapat meramalkan cedera apa yang
terjadi. Hal ini dapat mendatangkan bahaya,sehingga harus dicurigai jenis cedera yang dapat
terjadi pada waktu tabrakan. Mekanisme cedera juga merupakan sarana penting untuk
melakukan triage; dan apa yang harus disampaikan ke dokter gawat darurat atau ahli bedah.
Beratnya kerusakan kendaraan merupakan sarana pemeriksaan triase non fisiologik.
Mekanisme (gerak) yang menyebabkan cedera merupakan penyebab utama kematian korban.

Terdapat 3 mekanisme cedera dasar:

1. Deselerasi cepat ke depan (Rapid Forward Deceleration)


2. Deselerasi cepat vertikal (Rapid Vertical Deceleration)
3. Penetrasi proyektil (Projectile Penetration)
Tabrakan Kendaraan Bermotor

Berbagai bentuk perlukaan yang akan dijelaskan meliputi kecelakaan mobil,sepeda


motor,kendaraan lain. Hal yang perlu diperhatikan pada benturan adalah energi kinetik dari
gerak akan diserap dan penyerapan energi itulah yang menjadi dasar timbulnya cedera. Cedera
karena benturan dapat tumpul atau tembus. Deselesari cepat ke depan dapat menimbulkan
cedera tumpul atau tembus.
Yang sering terjadi adalah Deselesari cepat ke depan yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor,terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan,yaitu:

 Benturan mesin
 Benturan bodi
 Benturan organ
Dengan memperhatikan kecelakaan mobil yang menubruk pohon dari depan (head on) dengan
kecepatan 100 km/jam,terjadi deselerasi cepat yang membuat korban menderita trauma
kepala,cedera servikal,cedera intra abdomen,cedera muskuloskeletal (misalnya fraktur atau
dislokasi panggul).
Untuk menjelaskan gayanya disini digunakan hukum Newton kedua:

" Benda yang bergerak akan tetap bergerak dalam garis lurus kecuali terjadi pengaruh gaya
dari luar "
Hukum ini menjadi contoh tabrakan kendaraan bermotor. Energi kinetik dari mobil yang melaju
ke depan diserap oleh setiap bagian dari mobil dan terjadi penghentian tiba-tiba karena
benturan. Penumpangnya juga bergerak dengan kecepatan 100 km/jam,sehingga terjadi
benturan dengan bagian mobil,seperti kaca depan,kemudi atau dashboard. Dengan mencermati
mekanisme ini dapat diketahui berbagai jenis cedera yang dapat terjadi.
Kesimpulan yang harus diperhatikan adalah:

1. Kerusakan kendaraan
2. Kerusakan bagian dalam kendaraan (menunjukan benturan penumpang)
3. Cedera korban (bagian tubuh yang mengalami cedera)
Tabrakan kendaraan bermotor bermotor terjadi dalam beberapa bentuk,tiap bentuk mempunyai
pola cederanya masing-masing.
Keempat bentuk kecelakaan yang umumnya terjadi adalah:

 Tabrak depan (The head on collision


 Tabrak samping (The T bone atau lateral compact collision)
 Tabrak belakang (The rear end collision)
 Terguling   (The roalover collision)
Tabrak Depan 

Pada jenis tabrakan ini,penumpang tanpa sabuk pengaman akan terhenti mendadak dan
pemindahan energi yang terjadi akan menimbulkan cedera ganda.

Cedera karena benturan kaca depan (Windshield Injuries)


Pada kejadian deselerasi cepat ke depan,penumpang akan membentur kaca depan,besar
kemungkinan terjadi cedera berat berupa gangguan jalan napas dan cedera tulang servikal.
Pada kejadian ini terdapat 3 akibat benturan yang perlu diperhatikan:

1. Benturan mesin : kerusakan bagian depan kendaraan


2. Benturan bodi : bentuk jaring laba-laba pada kaca depan (spinder web pattern)
3. Benturan organ : cedera otak (coup/contracoup),cedera jaringan lunak (kulit
kepala,muka,leher),hiperekstensi/fleksi tulang leher.
Dari gambaran jaring laba-laba pada kaca depan dan dengan memperhatikan mekanisme
trauma,harus dicurigai adanya cedera tulang servikal yang tersembunyi. Kepala membentur
kaca depan mengakibatkan cedera kepala ,akan terlihat adanya luka robek,luka lecet dan
memar yang tampak menakutkan. Walaupun demikian yang terpenting adalah membebaskan
jalan napas,mempertahankan atau imobilisasi tulang leher dan pemeriksaan tingkat kesadaran.

Cedera Benturan Kemudi (Steering Wheel Injuries)


Cedera semacam ini sering terjadi pada tabrakan depan dengan pengemudi yang tidak
mengenakan sabuk pengaman.Pada keadaan ini pengemudi juga sering mengalami  benturan
kepala dengan kaca depan ((Windshield Injuries). Benturan dengan kemudi seringkali
menyebabkan kematian jika pengemudi tidak memakai sabuk pengaman.Perubahan bentuk
kemudi harus dicurigai karena bisa menyebabkan trauma pada muka,leher,dada,perut. Bagian
kemudi terdiri atas tonggak dan roda/lingkaran,roda kemudi metak yang dilapisi plastik bersifat
semirigid dan melekat pada tonggak yang kokoh.
Berdasarkan konsep 3 benturan maka harus diperiksa:

1. Benturan mesin : besarnya kerusakan pada bagian depan


2. Benturan badan : kerusakan kemudi (bengkok) dan tonggak kemudi bengkok atau utuh
3. Benturan organ : jejas trauma pada kulit.
Tabrakan depan tergantung dari bagian badan yang membentur kemudi,dapat terlihat adanya
laserasi di mulut dan dagu,memar/lecet di leher bagian depan,jejas trauma di dinding dada dan
abdomen. Gambaran yang tampak dari luar sering menutupi keadaan yang sebenarnya,seperti
fenomena gunung es. Struktur organ bagian dalam dapat mengalami beban memotong
(shearing force),menekan (compression force) dan pergeseran energi kinetik.. Organ yang
dapat terkena  beban memotong adalah: aorta,hati,limpa,ginjal,dan usus kecuali usus kecil.
Cedera ini dapat menimbulkan perdarahan tersembunyi dan syok.

Beban kompresi akan mencederai paru dan jantung,diafragma,kandung kemih. Tanda yang
penting adalah terjadinya gangguan pernapasan akabiat kontusi paru,pneumothorax,hernia
diafragmatica,atau flail chest. Dengan memperhatikan terdapatnya jejas di dada yang dapat
menyebabkan kontusi myocardial maka perlu dilakukan monitor ECG.

Cedera Dashboard (Dashboard Injuries)


Cedera ini terjadi p-ada penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman. Dashboard
dapat menimbulkan bergai cedera,tergantung bagian tubuh mana yang membentur dashboard.
Yang sering terjadi adalah cedera yang mengenai muka dan lutut. Walaupun demikian berbagai
cedera dapat terjadi.
Berdasarkan konsep 3 benturan maka dapat dicatat:

1. Benturan mesin : kerusakan mobil


2. Benturan body : kerusakan dashboard
3. Benturan organ : trauma muka,trauma kepala coup/contracoup,hiperekstensi/fleksi
tulang leher,cedera lutut.
 Cedera pada muka,otak,dan tulang leher telah dijelaskan sebelumnya,sedangkan memar dada
dan lutut mengikuti fenomena gunung es. Lutut sering membentur dashboard,dapat terjadi
memar sederhana sampai fraktur patela yang berat. Dislokasi lutut juga dapat terjadi.Energi
kinetik dapat diteruskan ke bagian proksimal sehingga dapat menyebabkan fraktur femur atau
dislokasi panggul. Dalam keadaan yang jarang pelvis dapat membentur dashboard sehingga
terjadi fraktur acetabulum atau pelvis. Cedera ini dapat menimbulakan perdarahan yang masif
dan syok. Untuk mencegah adanya cedera yang tidak terlihat,periksalah secara teliti
femur,pelbis dan simfisis pubis.

Cedera Lain ( Miscellaneous)


Dapat terjadi benda-benda yang ada di dalam mobil dapat mencederai,seperti: barang
bawaan,makan,buku,dan penumpang lain. Dapat mematikan pada saat terjadi deselerasi cepat
ke depan.

Tabrak Samping (T-Bone - Lateral Impact)


Mekanisme tabrak samping menyerupai tabrak depan,dengan tambahan pemindahan energi ke
samping. Dengan konsep 3 benturan didapatkan :
 Benturan mesin: kerusakan utama mobil,periksa benturan tempat mengemudi dan
penumpang
 Benturan bodi : kerusakan pintu (sandaran tangan bengkok,pintu melengkung keluar
atau ke dalam)
 Benturan organ (terdapat berbagai kemungkinan)
Cedera yang sering terjadi dapat berupa:

 Kepala: coup/contracoup disebabkan oleh pergerakan ke samping


 Leher: mulai dari strain otot sampai subluksasi dengan kelumpuhan
 Lengan dan bahu sesuai dengan tempat benturan
 Dada/Abdomen: disebabkan tekanan langsung dari pintu tempat benturan,atau
penumpang tanpa sabuk pengaman akan terdorong diantara tempat duduk.
 Pelvis dan tungkai: penumpang di daerah benturan akan terdapat fraktur femur panggul
dan pelvis.
Cedera thorax dapat bervariasi mulai dari cedera jaringan lunak,flail chest,kontusi
paru,pneumothorax atau hemothorax. Cedera abdomen dapat mengenai organ padat maupun
berongga.Cedera pelvis termasuk dislokasi,ruptur buli-buli dan urethra. Cedera bahu dan
ekstremitas bawah tergantung tempat yang mengalami benturan.

Tabrak Belakang (Rear Impact Collision)


Tidak jarang kendaraan yang sedang berhenti ditabrak dari belakang,atau kendaraan yang
berjalan pelan ditabrak oleh kendaraan yang berjalan cepat. Peningkatan kecepatan yang tiba-
tiba menimbulkan gerakan kebelakang dari penumpang dan menyebabkan hiperekstensi tulang
leher apabila sandaran kepala tidak berada pada posisi yang benar. Dapat juga terjadi
deselerasi cepat ke depan jika kendaran berhenti mendadak. Harus dicatat kerusakan bagian
depan dan belakang kendaraan,juga bagian dalam dan posisi san daran kepala . Selain
terdapat kemungkinan cedera tulang leher,juga selalu diperhatikan kemungkinan cedera lain
yang diakibatkan oleh deselerasi.

Terguling (Rollover Collision)


Selama terguling,badan kendaran dapat membentur ke segala arah,sehingga kemungkinan
terjadinya cedera menjadi lebih besar. Terjadinya cedera tulang servikal karena tekanan axial.
Kendaraan yang terguling dapat diketahui dari kerusakan atap kendaraan,goresan,kotoran atau
lumpur dan perubahan bentuk atap. Kejadian ini mempunyai risiko kematian yang lebih besar
dari jenis tabrakan yang lain,dan besar kemungkinan penumpang terlempar. Penumpang yang
terlempar keluar kendaraan mempunyai kemungkinan mortalitas 25x .

Sistem Pelindung (Occupant Restraint System)


Penumpang yang menggunakan sistem penahan pada waktu terjadi benturan akan terlindung
dari kemungkinan terlempar dari kendaraan.Walaupun demikian penumpang masih dapat
mengalami cedera. Sabuk pengaman yang melingkari panggul jika terjadi deselerasi ke depan
akan menyebabkan badan terlipat seperti pisau lipat. Kepala dapat terlempar ke depan
mengenai kemudi atau dashboard sehingga dapat terjadi cedera muka,kepala,leher. Cedera
abdomen dapat terjadi jika sabuk pengaman tidak dalam posisi yang benar. Gaya kompresi
yang timbul dapat mencederai abdomen dan tulang lumbal.
Sabuk pengaman tiga titik atau sabuk pengaman yang melingkar dada lebih aman. Dada atau
panggul akan tertahan sehingga cedera yang mengancam jiwa akan lebih jarang. Kepala tidak
tertahan sehingga masih mungkin leher mengalami cedera berupa fraktur,dislokasi atau cedera
spinal cord.. Fraktur clavicula dapat terjadi di tempat sabuk pengaman melingkar. Kerusakan
organ dalam masih dapat terjadi,disebabkan kerusakan organ di dalam badan.
Air bag (kantong udara) akan mengurangi cedera walaupun tidak seluruhnya.Air bag akan
mengembang dari kemudi dan dashboard untuk melindungi penumpang depan dari frontal
deselerasi. Jika berfungsi baik,kantong udara ini akan menjadi bantalan penahan kepala dan
dada,sehingga akan melindungi cedera muka,leher dan dada. Air bag akan kempes segera
sehingga hanya melindungi 1x benturan.Demikian pula untuk pengemudi yang tinggi atau
pendek fungsi perlindungannya tidak sesuai  sehingga masih dapat mengalami cedera
tungkai,pelvis,abdomen. Meskipun sudah ada kantong udara,penumpang hendaknya tetap
memakai sabuk pengaman yang melingkari dada dan perut.

Benturan Kendaraan Kecil (Small Vehicle Crashes)


Yang dimaksud dengan kendaraan kecil adalah sepeda motor,sepeda pancal,dsb. Pengendara
kendaraan ini tidak mempunyai perlindungan jika terjadi kecelakaan benturan
depan,samping,belakang atau terguling.
Cara perlindungan diri berupa:

 Usaha mengelak
 Pemakaian helm
 Pemakaian pelindung
 Kendaraan yang menyerap energi kinetik (seperti antislip)
Sepeda Motor
Pemakaian helm pada pengendara sepeda motor sangat penting karena helm dapat mencegah
cedera kepala yang menyebabkan 75% kematian ,walaupun helm tidak melindungi tulang leher.
Jika terjadi tabrakan pada pengendara sepeda motor ,akan mengalami seperti tabrakan pada
kendaraan yang menyebabkan penumpangnya terlempar. Cedera yang terjadi tergantung pada
bagian tubuh yang menerima beban energi kinetik. Karena kurangnya proteksi,menyebabkan
terdapat risiko tinggi untuk terjadi cedera kepala ,leher,anggota gerak. Hal yang penting untuk
dicatat adalah kerusakan sepeda motor,jarak tergelincir,kerusakan obyek yang ditabrak.

Sepeda Pancal
Merupakan kendaraan segala cuaca/segala medan.Meningkatnya risioko cedera mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa .
Mekanisme benturan yang sering terjadi:

 Sepeda terguling
 Penumpang/pengendara terjatuh
 Deselerasi cepat ke depan waktu menabrak obyek yang diam.
Cedera yang terjadi bergantung pada mekanisme dan bagian tubuh yang terkena. Cedera yang
tersering adalah fraktur yang meliputi: clavicula,sternum dan iga. Perlu dicurigai adanya cedera
kepala dan tulang belakang.

Deselerasi Cepat Vertikal


Mekanisme jatuh dari ketinggian adalah contoh deselerasi vertikal. Jenis cedera yang terjadi
bergantung pada 3 faktor:

 Jarak ketinggian
 Bagian tubuh yang membentur
 Permukaan yang terbentur
Kelompok yang sering terkena adalah dewasa dan anak-anak di bawah 5 tahun. Pada anak
kecil,umumnya anak-laki-laki,disebabkan karena kurangnya pengawasan,tidak adanya
pagar,dan sikap ingin tahu anak. Cedera kepala seringkali terjadi pada anak karena kepala
merupakan bagian yang relatif berat pada anak. Pada dewasa umumnya disebabkan oleh
kecelakaan kerja atau mabuk. Orang dewasa umumnya jatuh dengan kaki terlebih dahulu dan
jatuhnya lebih terkontrol.Setelah kaki menyentuh dasar kemudian jatuh ke belakang dengan
pantat membentur dasar dan dengan tangan menahan badan. Akan terjadi kemungkinan
cedera sebagai berikut:

 Patah tulang kaki


 Cedera pelvis
 Tekanan axial pada lumbal dan tulang servikal
 Beban deselerasi vertikal pada alat-alat tubuh.
 Fraktur colles/pergelangan tangan.
Makin tinggi jatuhnya,makin berat kemungkinan cederanya. Walaupun demikian jangan
menganggap ringan orang yang jatuh dari tempat yang rendah. Kerasnya pemukaan dan
bentuknya yang tidak teratur akan mempengaruhi cederanya.

Luka Tembus Proyektil (Projectile Penetration)

Berbagai obyek dapat menimbulkan luka tembus mulai dari benda tajam sampai benda asing
yang etrlempar. Benda yang terlempar dapat menembus dinding thorax dan abdomen,yang
sering adalah pisau dan peluru.
Luka karena pisau bergantung pada lokasi anatomi yang terkena,panjangnya pisau dan sudut
arahnya. Luka tusuk abdomen bagian atas dapat menembus thorax dan luka tusuk dibawah iga
IV dapat menembus abdomen.Yang harus diingat adalah:
" jangan pernah mencabut pisau yang menembus"

Luka tembus akibat peluru dapat disebabkan oleh berbagai jenis senjata. Yang perlu diketahui
adalah jenis senjata,kaliber,jarak penembakan.Informasi balistik yang diperlukan:

 Kaliber: ukuran diameter dalam laras. Hal ini berhubungan dengan amunisi yang dipakai
oleh senjata tersebut.
 Tembakan (rifling): Bentuk alur spiral dari permukaan dalam laras,memberi kestabilan
putaran peluru.
 Amunisi : selongsong,mesiu timah.
 Konstruksi peluru: biasanya campuran timah padat dengan lapisan seng atau
besi.Bentuknya bisa bulat,datar,kerucut atau lancip. Ujungnya dapat lunak atau berongga.
Balistik Luka
Karena energi kinetik (energi kinetik= 1/2 massa x kecepatan) disebabkan oleh lontaran yang
bergantung dari kecepatannya. Senjata dikelompokan atas kecepatan tinggi atau renda.
Senjata yang kecepatan peluru < 2000 ft/detik (600 meter/detik) disebut kecepatan rendah.
Cedera oleh senjata ini kurang merusak dibanding yang diakibatkan oleh senjata kecepatan
tinggi. Kecepatan rendah juga dapat mematikan bergantung pada bagian tubuh yang terkena.
Pada perlukaan yang diakibatkan oleh senjata kecepatan tinggi terdapat tambahan yaitu
tekanan hidrostik. Faktor ini akan menambah kerusakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kerusakan jaringan.
Ukuran Peluru

1. Kerusakan peluru: ujung peluru yang menjadi rata menimbulkan kerusakan berat benda
yang dilaluinya.
2. Lapisan peluru: mempeluas dan menambah permukaan peluru
3. Putaran: membuat kerusakan lebih luas
4. Penyimpangan peluru: getaran vertikal dan horizontal dari sumbu akan menimbulkan
kerusakan lebih luas.
Luka yang terjadi terdiri atas 3 bagian:
Luka masuk
Luka keluar.Tidak semua luka masuk mempunyai luka keluar dan dalam keadaan yang jarang
terdapat luka keluar ganda yang disebabkan oleh pecahan peluru atau pecahan
tulang.Umumnya luka keluar permukaannya lebih besar dan permukaannya tidak rata.
Luka dalam: peluru berkecepatan rendah merusak jaringan yang dilaluinya dan menyebarkan
energi kinetik ke jaringan disekitarnya.. Kerusakan jaringan bergantung dari:

 Gelombang
 Cavitas temporer
 Pulsasi cavitas temporer
Kerusakan yang terjadi sesuai dengan densitas jaringan. Jaringan keras seperti tulang,otot,hati
akan mengalami kerusakan yang lebih berat dibanding jaringan dengan densitas lunak,seperti
paru. Perlu diingat bahwa setelah peluru menembus badan,alurnya tidak selalu lurus.Korban
dengan peluru menembus kepala,thorax atau abdomen harus ditranspor segera. Seseorang
yang pada waktu tertembak memakai pelindung harus diperhatikan kemungkinan memar
jantung dan organ lain.
Luka akibat Shotgun ditentukan oleh energi kinetik yang mengenai,dipengaruhi oleh:

 Bubuk mesiu
 Ukuran butir peluu
 Hambatan
 Jarak sasaran
 Energi kinetik dan kecepatan berhamburan sesuai jarak,pada jarak 40 yard (36 km)
kecepatannya akan menjadi setengahnya dari kecepatan awal.

Cedera Ledakan
Umumnya terjadi karena industri dan terorisme. Mekanisme cedera karena ledakan disebabkan
oleh 3 faktor:

 Primer: udara ledakan


 Sekunder: korban yang diterjang bahan yang terlempar akibat ledakan
 Tersier: terlempar dan membentur obyek lain
Cedera akibat udara ledakan dapat merusak gendang telinga,menimbulkan pneumothorax dan
menimbulkan perdarahan jaringan paru (Ruptur alveoli).Ruptur alveoli dapat menyebabkan
emboli sehingga terjadi gangguan Sistem Saraf Pusat. Selain itu dapat terjadi kerusakan
saluran pencernaan berupa memar usus dan ruptur lambung..

C. Pengkajian awal trauma dan perawatan terkait pasien trauma

Anda mungkin juga menyukai