Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijarah
Al-ijarah berasal dari kata al-ajru, yang berarti al-iwadhu (ganti). Menurut pengertian syara,
al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan pengganti.
Al- ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (Ownership / milkiyyah) atas barang itu
sendiri.
Menurut Fatwa Dewan Syarah Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah adalah akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan
demikian dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna
saja dari yang menyewakan kepada penyewa.

B. Jenis - Jenis Akad Ijarah


Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ijarah manfaat (Al-Ijarah ala al-Manfa’ah)
Hal ini berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan jasa seseorang dengan upah
sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja
disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah Misalnya, sewa menyewa rumah,
kendaraan, pakaian dll. Dalam hal ini mu’jir mempunyai benda-benda tertentu dan musta’jir
butuh benda tersebut dan terjadi kesepakatan antara keduanya, di mana mu’jir mendapatkan
imbalan tertentu dari musta’jir dan musta’jir  mendapatkan manfaat dari benda tersebut.
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al-Ijarah ala Al-‘Amal )
Hal ini berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai
dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini
mirip dengan leasing (sewa) di bisnis konvensional. Artinya, Ijarah ini berusaha mempekerjakan
seseorang untuk melakukan sesuatu.Mu’jir adalah Orang yang mempunyai keahlian, tenaga, jasa
dan lain-lain, kemudian musta’jir adalah pihak yang membutuhkan keahlian, tenaga atau jasa
tersebutdengan imbalan tertentu.M"u’jir  mendapatkan upah (ujrah) atas tenaga yang ia

3
keluarkan untuk musta’jir dan musta’jir mendapatkan tenaga atau jasa dari
mu’jir  . Misalnya, yang mengikat bersifat pribadi adalah menggaji seorang pembantu rumah
tangga, sedangkan yang bersifat serikat, yaitu sekelompok orang yang menjual jasanya untuk
kepentingan orang banyak. (Seperti: buruh bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, dan tukang
sepatu.
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syari’ah,
sedangkan ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di
perbankan syari’ah. Selain dua jenis pembagian diatas, dalam akad ijarah juga ada yang dikenal
dengan namanya akad al-ijarah muntahiya bit tamlik (sewa beli), yaitu transaksi sewa beli
dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga
transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa.
Dalam akad ini musta’jir sama-sama dapat mempergunakan obyek sewa untuk selamanya.
Akan tetapi keduanya terdapat perbedaan.Perbedaan tersebut ada dalam akad yang dilakukan di
awal perjanjian.Karena akad ini sejenis perpaduan antara akad jual beli dan akad sewa,atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan penyewa atas barang yang disewakan
melalui akad yang dilaksanakan kedua belah pihak.

C. Karakteristik Akad Ijarah


1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat
yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau wa’d untuk memindahkan kepemilikan
dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
2. Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa,
dalam ijarah muntahiyah bittamblik, dilakukan jika akad ijarah telah berakhir atau
diakhiri dan aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad terpisah
secara:
a. hibah
b. penjualan sebelum akhir masa akad
c. penjualan pada akhir masa akad
d. penjualan secara bertahap
3. Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian.

4
4. Spesifikasi objek ijarah, misalnya jumlah, ukuran, dan jenis, harus jelas diketahui dan
tercantum dalam akad.

D. Rukun dan Syarat Sah Akad Ijarah


 Rukun Ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, rukun Ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan
menggunakan kalimat: al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira’, dan al-ikra.
Adapun menurut jumhur ulama, rukun ijaraha da 4, yaitu:
1. Aqid (orang yang akad).
2. Shigat akad.
3. Ujrah (upah).
4. Manfaat
 Syarat Sah Ijarah
Ada 5 syarat sah dari ijarah, diantaranya:
1. Kerelaan dari dua pihak yang melakukan akad ijarah tersebut,
2. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan, sehingga mencegah
terjadinya perselisahan,
3. Kegunaannya dari barang tersebut,
4. Kemanfaatan benda dibolehkan menurutsyara’,
5. Objek transaksi akad itu (barangnya) dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut
kriteria, dan realita.

E. Penentuan Ujroh
Dalam fatwa DSN no:09/DSN MUI/IV2000 perihal Pembiayaan Ijârah dinyatakan bahwa
Kelenturan( flekibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran
waktu, tempat dan jarak.
Merujuk pada Buku 2 Kompilasi Hukum Ekomi Syariah Bab X tentang Ijarah Bagian
Keenam pasal-pasal 27 ayat 1dan 2 dinyatakan bahwa: (1) Nilai atau harga ijârah antara lain
ditentukan berdasarkan satuan waktu dan (2) Satuan waktu yang dimaksud dalam ayat (1)
adalah menit, jam, hari, dan atau tahun.

5
Selain itu, pada pasal 272 dinyatakan bahan (1)Awal waktu ijarah ijarah ditetapkan dalam
akad atau atas dasar kebiasaan. (2)Waktu ijarah dapat tdiubah berdasarkan kesepakatan para
pihak.  Sedang pada pasal 2739 dinyatakan :Kelebihan Waktu dalam ijarahan yang dilakukan
oleh pihak penyewa, harus dibayar berdasarkan kesepakatan atau kebiasaan.
Dalam hal ujroh yang ditarik dari Rahn Emas, berdasarkan fatwa nomor 26/DSN-
MUI/III/2002 tentang Rahn Emas bahwa besaran ongkos yang dibebankan kepada nasabah harus
didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan untuk operasional Rahn Emas. Salah
satu komponen ongkos tersebut adalah ongkos yang dibebankan atas dasar tempat penyimpanan
marhun yang dilakukan berdasarkan akad ijârah.

F. Model Pembayaran Akad Ijarah


Terdapat 2 (dua) model pembayaran ijarah yang lazim digunakan di industri keuangan
syariah:
1. Contigent to Performance: Pembayaran tergantung pada kinerja objek sewa.
contoh Andi mengatakan akan memberikan uang sebesar Rp 500.000,- bagi orang yang
dapat menemukan KTP milik Andi yang hilang di rental komputer Aida.
2. Not Contigent to performance: Pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek sewa.
Bilamana nasabah hanya mempergunakan SBD selama 1 1/2 bulan, maka nasabah tetap
bayar untuk sewa 2 bulan yaitu sebesar Rp 200.000,-
 Dalam hal lain, dinyatakan bahwa ujroh  akan menjadi wajib dibayar Oleh musta’jir dan
dapat dimiliki oleh mu’jir  jika i) dipersyaratkan segera dibayar sebagaimana terdapat dalam
kontrak, ii) menyegerakan pembayaran ujroh dengan tujuan untuk mempercepat berakhirnya
akad iii) membayar atas penggunaan objek sewa secara bertahap berdasarkan waktu penggunaan.
Jika telah disepakati bahwa pembayaran sewa dikenakan setelah masa sewa berakhir maka
kontrak sewa tetap sah. Kepemilikan ujroh adalah mengikuti kepemilikan manfaat objek sewa,
sedang kepemilikan manfaat objek sewa mengikuti perjalanan waktu.
Menetapkan penyerahan objek sewa dapat mengikuti perkembangan masa (waktu per
waktu), namun hal tersebut sangat susah diterapkan, oleh sebab itu ditetapkan
bahwa pembayaran sewa adalah mengikuti hari atau mengikuti peringkat. MetOde tersebut
didasari pada dalil istihsân.

6
G. Berakhir Akad Ijarah
Para ulama menyatakan bahwa akad ijârah  akan berakhir apabila:
1.  Obyek hilang atau musnah, seperti rumah sewaan terbakar dan lain
sebagainya.
2. Waktu perjanjian berakhir.Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah
itu dikembalikan ke pemiliknya. Apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang, maka ia
berhak menerima upahnya.
3. Karena pembatalan oleh kedua pihak yang berakad,  sebagaimana
pembatalandalam akad jual beli.
4. Menurut u l a m a H a n a f i y a h  berakhirnya akad ijârah  karena salah satu pihak
yang berakad meninggal sebab akad ijârah tidak dapat diwariskan. Sedangkan menurut
jumhur ulama, akad ijarah tidak batal/berakhir dengan wafatnya salah seorang
berakad,karena manfaatnya boleh diwariskan dan ijarah sama dengan jual-beli,yaitu
mengikat kedua belah pihak yang berakad.
5. Merujuk pada Buku 2 kompilikasi Hukum Ekonomi Syariah Bab X tentang ijarah pasal
253 dinyatakan :”Akad ijarah dapat diubah,diperpanjang,dan atau dibatalkan
berdasarkan kesepakatan.

H. Pengakuan dan Pengukuran


Akuntansi Pemilik (mu’jir)
Biaya Perolehan
1. Objek ijarah diakui pada saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan.
2. Biaya perolehan objek ijarah yang berupa aset tetap mengacu ke PSAK 16: Aset
Tetap dan aset tidak berwujud mengacu ke PSAK 19: Aset Takberwujud.
Penyusutan dan Amortisasi
3. Objek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika berupa aset yang dapat disusutkan
atau diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis
selama umur manfaatnya (umur ekonomis).
4. Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola
konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari objek ijarah. Umur
ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama

7
10 tahun di-ijarah-kan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan
demikian,umur ekonomisnya adalah 5 tahun.
5. Pengaturan penyusutan objek ijarah yang berupa aset tetap sesuai dengan PSAK 16: Aset
tetap dan amortisasi aset tidak berwujud sesuai sesuai dengan PSAK 19: Aset
Takberwujud.
Pendapatan dan Beban
6. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan
kepada penyewa.
7. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada akhir
periode pelaporan.
8. Pengakuan biaya perbaikan objek ijarah adalah sebagai berikut:
a) biaya perbaikan tidak rutin objek ijarah diakui pada saat terjadinya; dan
b) jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek ijarah dengan persetujuan pemilik,
maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik dan diakui sebagai beban pada saat
terjadinya.
9. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
objek ijarah yang dimaksud dalam paragraph 16 huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik
maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek
ijarah.
10. Biaya perbaikan objek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.
Perpindahan Kepemilikan
11. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam
ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
a) Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban:
b) Penjualan sebelum berakhirnya masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah
tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;
c) Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah
tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;
d) Penjualan secarabertahap, maka:

8
i. Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah
dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; dan
ii. Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar
atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.
Akuntansi Penyewa (Musta’jir)
Beban
12. Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima.
13. Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima.
14. Biaya pemeliharaan objek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan
penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
15. Biaya pemeliharaan objek ijarah, dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan
objek ijarah secara bertahap, akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan
objek ijarah.
Perpindahan Kepemilikan
16. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam
ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
a) Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah
yang diterima;
b) Pembielian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai
wajar atau pembayaran tunai yang disepakati;
c) Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai
wajar atau pembayaran tunai yang disepakati;
d) Pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar.
Jual-dan-Ijarah
17. Transaksi jual-dan-ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar.
18. Jika suatu entitas menjual objek ijarah kepada pihak lain dan kemudian menyewanya
kembali, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode
terjadinya penjualan dalam laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa.
19. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui
sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.

9
20. Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan
akuntansi penyewa dalam pernyataan ini.
21. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah (sewa) untuk disewa-lanjutkan, maka entitas
mengakui sebagai beban ijarah (sewa) tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka
panjang dan sebagai beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka pendek.
22. Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa)
dengan pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas
(sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.

I. Penyajian
23. Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya
beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

J. Pengungkapan
24. Pemilik menngungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas
pada:
i. keberadaan wa’d pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika
ada wa’d pengalihan kepemilikan)
ii. pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah-lanjut
iii. Agunan yang digunakan (jika ada)
b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset
ijarah
c) Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada)
25. Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
i. Total pembayaran

10
ii. Keberadaan wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan)
iii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah-lanjut
iv. Agunan yang digunakan (jika ada)
b) Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika
ada transaksi jual-dan-ijarah).

K. Ketentuan Transisi
Pernyataan ini diterapkan secara prospektif. Penerapan secara retrospektif diperkenankan,
tetapi tidak disyaratkan.

L. Tanggal Efektif
1. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2010. Penerapan ini dianjurkan. Jika
entitas menerapkan pernyataan ini untuk periode yang dimulai sebelum 1 Januari 2010,
maka fakta tersebut diungkapkan.
2. Entitas menerapkan penyesuaian definisi nilai wajar dalam paragraph 04 secara
prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2017.

M. Penarikan
Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan
dengan perlakuan akuntansi untuk pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas
transaksi ijarah.

11

Anda mungkin juga menyukai